Anda di halaman 1dari 7

 

MANIFESTASI ORAL HUMAN IMMUNE DEFICIENCY VIRUS (HIV)/ AQUIRED IMMUNO DEFICIENCY
SYNDROME PADA ANAK

I Dewa Ayu Ratna Dewanti


Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Abstract

Introduction. These days HIV/AIDS infection is fast to children in the world. In developing countries such as
Indonesia, this was caused first death and fourth in the world. Like at adult, HIV/AIDS to child can be manifestation in
oral. Purposed of writing. This writing purposed for given information to medical and public for oral manifestation from
AIDS to children. Writing benefit. This information expected to dentis can do protection and dental managemant
with right. Discused. Oral manifestation HIV to children have different to adult. It may be relates to immune system in
rough. Candidosis and necrotizing ulcerative gingivitis were oral lesion to child were HIV with hard immunosupresion.
Linear erythema leukoplakia and sarcoma kaposi could indicator midle immunosupresion and hard. Magnification of
paratis, herpes simplex virus infection and recurrent aphtous stomatitis not special relates to level of
immunosupresion. Development of dental caries could be correlates with level of immunosupresion. Conclusion. Best
Management was by considering immunology status via precaution and inspection tooth and oral routinely for
maintains health and reachs quality of good life.

Key words : Human Immuno Deficiency Virus ; Aquired Immuno Deficiency Syndrome; oral manifestation ;
immunosupresion

Korespondensi (Correspondence): I Dewa Ayu Ratna Dewanti. Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember. Jl. Kalmantan 37 Jember. 68121. Indonesia

Infeksi Human Immunodeficiency Virus Penulisan artikel bertujuan untuk


(HIV) pertama kali ditemukan pada anak memberikan informasi kepada tenaga medis
tahun 1983 di Amerika Serikat mempunyai maupun masyarakat tentang manifestasi oral
perbedaan dengan infeksi virus HIV pada AIDS/HIV pada anak, sehingga bermanfaat
orang dewasa dalam berbagai hal seperti supaya dokter gigi dapat melakukan proteksi
cara penularan, pola serokonversi, riwayat diri dan memberikan penatalaksanaan yang
perjalanan dan penyebaran penyakit, faktor benar pada anak yang terinfeksi HIV.
resiko, metode diagnosis dan manifestasi oral.
1.2.3.4 Dampak AIDS pada anak terus TELAAH PUSTAKA
meningkat, dan saat ini menjadi penyebab
pertama kematian anak di Afrika dan Imunopatogenesis Infeksi HIV Pada Anak
peningkatan keempat penyebab pertama HIV merupakan virus diploid berserat
kematian anak di seluruh dunia, diperkirakan tunggal (single stranded) berdiameter 100–
2,7 juta anak di dunia telah meninggal karena 120 nm, memiliki enzim reverse transcriptase,
AIDS. Kasus pertama AIDS di Indonesia yang mampu mengubah RNA menjadi DNA
ditemukan pada tahun 1987 di bali, tetapi pada sel yang terinfeksi, kemudian
penyebaran HIV di Indonesia meningkat berintregarsi dengan DNA sel penjamu dan
setelah 1995. Data terbaru di Indonesia dari 1 selanjutnya dapat berproses untuk replikasi.
april 1987 sampai 30 juni 2005 jumlah HIV menginfeksi sel T helper yang memiliki
penderita HIV 7098 orang, terdiri dari 3740 reseptor CD4 di permukaannya makrofag, sel
kasus infeksi HIV dan 3358 kasus AIDS dan dendritik, organ limfoid. 1.2.3 Fungsi penting sel T
kematian terjadi 828 orang. Fakta terbaru helper antara lain menghasilkan mediator
tahun 2002 menunjukkan bahwa penularan kimia yang berperan sebagai stimulasi
infeksi HIV di Indonesia telah meluas ke anak pertumbuhan dan pembentukan sel lain
dan remaja, dan transmisi perinatal (dari ibu dalam sistem imun dan pembentukan
ke anak) terjadi pada 71 kasus. Melihat jumlah antibodi, sehingga penurunan sel CD4
penderita HIV khususnya anak makin menurunkan imunitas dan menyebabkan
meningkat, dokter gigi memiliki kemungkinan penderita mudah terinfeksi patogen. Periode
besar menjumpai anak penderita HIV yang sindrom HIV akut berkembang sekitar 3 – 6
belum terdiagnosa selama memberikan minggu setelah terinfeksi, dihubungkan
pelayanan gigi. Manifestasi oral pada anak ini dengan muatan virus yang tinggi di ikuti
sangat penting untuk di ketahui karena sering berkembangnya respons selular dan
kali merupakan indikasi klinis pertama bahwa hormonal terhadap virus, setelah itu penderita
seserang anak terinfeksi HIV atau anggota HIV mengalami periode klinis laten
keluarga lainnya telah terinfeksi HV. Selain itu (asimtomatis) yang bertahan selama
lesi oral tetentu dapat memprediksi bertahun-tahun, dimana terjadi penurunan sel
perkembangan penyakit dan status imunologi T CD4 yang progresif dalam jaringan limfoid.
anak yang terinfeksi HIV pada negara yang Kemudian diikuti gejala konstitusional serta
tidak menyediakan test laboratorium. 5.6.7.8.9 tanda infeksi oportunistik atau neoplasma
yang memasuki periode AIDS. 4.5.6

 
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 79-84

Tabel 1. Tingkat Kategori Imunologi Infeksi HIV Pada Anak


Kategori Usia
< 12 bulan 1-5 tahun 6-12 tahun
L % L % L %
1 ≥1.500 ≥25 ≤1.000 ≤25 ≥500 ≥25
2 750-1.499 15-24 500-999 15-24 200-499 15-24
3 <750 <15 <500 <15 <200 <15
Keterangan:
Kategori 1: tidak ada supresi
Kategori 2: supresi sedang
Kategori 3: supresi sedang

Kategori Imunologi b. kriteria definitive yaitu aplikasi dari criteria


Pada penyakit HIV anak–anak telah presumtif, diagnosis banding, dan test
ditetapkan suatu klasifikasi untuk laboratorium untuk memastikan diagnosis.
menggambarkan status imunologi anak–anak
yang terinfeksi HIV berdasarkan kadar CD4. Kandidiasis
Adapun kategori tersebut dapat dilihat pada Kandidiasis oral merupakan
tabel 1. 7 manifestasi oral yang paling sering terjadi
pada anak-anak HIV positif. Terdapat 3 tipe
Lesi Orofasial dan Tingkat Imunosupresi pada kandidiasis oral yang pada anak-anak yang
Anak yang Terinfeksi HIV terinfeksi HIV, yaitu 9:
a. Kandidiasis Pseudomembranous
Pada bulan maret 1994 dan mei 1995, • kriteria presumtif.multifokal, tidak
The Collaborative Workgroup on The Oral melekat, plak atau papula putih yang
Manifestations of Pediatric HIV Infection dapat diangkat/diseka dengan
bertemu dan membuat konsensus mengenai tekanan ringan, meninggalkan
klasifikasi lesi oral pada anak-anak. 8 permukaan yang eritema.
A. Kelompok 1, lesi yang biasa terjadi pada • kriteria definitive. Kultur kandida atau
anak-anak yang terinfeksi HIV: kerokan sitologik.
a. Kandidiasis (pseudomembranous, b. Kandidiasis Eritematous
eritematosus, angular cheilitis). • kriteria presumtif. Multipel, bercak
b. Infeksi virus Herpes Simpleks. merah, biasanya pada palatum,
c. Linear gingival erythema dorsum lidah, tidak melekat, mungkin
d. Pembengkakan Kelenjar parotis bersamaan dengan plak putih krem,
e. Stomatitis apthosus rekuren (minor, sakit terbakar.
mayor, herpetiform) • kriteria definitive. Kultur kandida atau
B. Kelompok 2, Lesi yang kadang-kadang kerokan sitologik.
dijumpai pada anak-anak yang terinfeksi c. Keilitis Angularis
HIV: • kriteria presumtif. Garis merah atau fisur
a. Infeksi bakteri pada mukosa mulut ulserasi yang menyebar pada sudut
b. Penyakit periodontal (Necrotizing mulut, bilateral, papula merah multiple
Ulcerative gingivitis, Necrotizing mungkin ditemukan pada kulit perioral
Ulcerative periodontitis, Necrotizing yang berdekatan, bersamaan dengan
stomatitis) candida di dalam rongga mulut.
c. Dermatitis seborhoic • kriteria definitive. Kultur kandida atau
d. Infeksi virus (cytomegalovirus, Human kerokan sitologik.
papilomavirus, Molluscum)
e. Contagiosum, varicella zoster. Infeksi Virus Herpes Simpleks.
f. Xerostomia Prevalensi infeksi HSV pada anak-
C. Kelompok 3, lesi yang sangat anak yang terinfeksi HIV berkisar 1,7%-24%
berhubungan dengan infeksi HIV tetapi kasus. 8.9
jarang terjadi pada anak-anak: • kriteria presumtif. Pasien mengalami
a. Neoplasma (sarcoma Kaposi dan demam dan malaise, nodus limfatikus
limfoma non-hodkin's) bengkak dan lunak, lesi perioral pada
b. Oral leukoplasia gingival, palatum keras, vermilion
c. Ulser yang berhubungan dengan border bibir, mukosa mulut lain dapat
tuberkolosis. terlibat. Didahului oleh vesikel, lalu lesi
ini menjadi ulser yang irregular dan
Terdapat dua kriteria untuk sakit.
mendiagnosa lesi orofasial penderita HIV • kriteria definitive. Virus dapat diisolasi
yaitu 9: pada kultur jaringan.
a. kriteriapresumtif yaitu melihat gambaran
klinis selama pemeriksaan, mencakup Linear gingival erythema.
karakteristik lesi (bentuk, warna, tekstur, Linear gingival erythema dahulu
likasi, ukuran), dan gejala klinis. merupakan HIV gingivitis. Prevalensi dari tipe
gingivitis ini bervariasi pada penelitian-
penelitian, berkisar antara 0%-48%.

  80
Manifestasi oral HIV…(I Dewa Ayu R)

• kriteria presumtif. Merah menyala, gingivitis), jaringan gingival tampak merah


berbentuk pita dengan lebar 2-3mm pada menyala dan bengkak, dsertai oleh
margin gingival disertai petechia atau lesi jaringan nekrotik abu-abu kekuningan
merah difus pada attached gingival dan yang mudah berdarah. Gejala yang
mukosa mulut perdarahan selama dirasakan pasien yaitu mudah berdarah
menyikat gigi. Perdarahan spontan pada saat menyikat gigi, sakit, dan adanya
kasus berat. Rasa sakit jarang dikeluhkan. halitosis.
• kriteria definitive. Tidak diketahui kriteria • kriteria definitive. Diagnosis ditentukan
untuk memastikan diagnostik dari linear secara klinis. Terdapat respon terhadap
gingivitis erythema. Lesi ini sama seperti pemberian antibiotik sistemik dan local
gambaran klinis yang terjadi pada debridement. Gejala menghilang
neutropenia. Karena itu, pada klinis harus bertahap diatas 3-4 minggu, tetapi sering
melakukan pemeriksaan darah lengkap rekuren. NUG dapat muncul pada tahap
dan analisis pada sel darah putih. awal dari necrotizing ulcerative gingivitis.

Pembesaran Kelenjar Parotis Necrotizing ulcerative periodontitis (NUP)


Pembesaran Kelenjar Parotis terjadi • kriteria presumtif. Nekrosis jaringan lunak
10%-30% anak-anak yang terinfeksi HIV. Test yang parah, dekstruksi perlekatan
HIV dianjurkan pada anak-anak dengan periodontal dan tulanh pada waktu
pembengkakan kelenjar parotis. singkat. Perdarahan gingival spontan atau
• kriteria presumtif. Pembengkakan jaringan berdarah saat menyikat gigi, sakit pada
lunak difus bilateral atau unilateral, wajah tulang rahang. Pada kasus berat, tulang
tampak tidak normal, dapat dsertai rasa rahang dapat terbuka. Tahap akhir NUP
sakit. ditandai resesi gingival yang parah karena
• kriteria definitive. Tidak ada kriteria destruksi tulang yang cepat dan nekrosis
definitive untuk memastikan diagnosis. jaringan lunak.
• kriteria definitive. Terdapat pembentukan
Stomatitis Aftosa Rekuren poket karena hilangnya jaringan lunak
Stomatitis aftosa rekuren terjadi ataupun jaringan keras. Dekstruksi jaringan
hampir pada 2%_6% pada populasi orang dapat meluas sampai ke mucogingival
dewasa yang terinfeksi HIV dan lebih sering junction. NUP bersifat kronis, ulserasi akan
terjadi pada anak-anak yang teinfeksi HIV, terlihat selama periode aktif tetapi tidak
khususnya disebabkan obat-obatan seperti ada pada periode tidak aktif.
didaosine (ddl) yang dapat menginduksi
terjadinya lesi. Beberapa bentuk stomatitis Necrotizing stomatitis (NS)
aftosa rekuren berdasarkan ukuran, jumlah, • kriteria presumtif. Bersifat akut dan lesi
dan durasi lesi, yaitu: ulseronekrotik yang sangat sakit pada
1. Stomatitis Aftosa minor rekuren mukosa mulut. Tulang dibawahnya dapat
• kriteria presumtif. Ulser kecil dengan terbuka, lesi dapat berpenetrasi meluas ke
diameter kurang dari 5mm, ditutupi lapisan jaringan disekitarnya.
pseudomembran dan dikelilingi oleh halo • kriteria definitive. Pemeriksaan histologik
eritematous. memperlihatkan gambaran ulserasi yang
• kriteria definitive. Respon yang cepat tidak spesifik. Mikroorganisme yang tidak
terhadap terapi steroid menegaskan spesifik telah diidentifikasi sebagai
diagnosis. penyebab NS.
2. Stomatitis Aftosa mayor rekuren
• kriteria presumtif. Gambaran klinis sama Xerostomia
dengan stomatitis aftosa minor rekuren • kriteria presumtif. Mulut kering dan
tetapi lebih besar, diameter antara 1-2 cm, menurunnya kecepatan aliran saliva.
dan timbul selama beberapa minggu, • kriteria definitive. Kecepatan aliran saliva
terasa sakit dan mengganggu pada pasien yang terinfeksi HIV dan pasien
pengunyahan dan penelanan. yang terinfeksi HIV sulit dilihat. Erostomia
• kriteria definitive. Adanya respon terhadap dapat disertai atau tanpa pembengkakan
obat steroid. parotis.
3. Stomatitis Aftosa herpetiform rekuren
• kriteria presumtif. Berupa stomatitis aftosa Sarkoma Kaposi dan Limfoma non Hodgkin's
yang kecil-kecil berkelompok, diameter 1- Kanker yang berhubungan dengan
2mm, cendrung terjadi pada lokasi yang HIV seperti sarcoma kaposi's dan linfoma non
mengganggu proses makan dan bicara. hodgkin's sangat jarang terjadi pada anak-
• kriteria definitive. Adanya respon terhadap anak yang terinfeksi HIV, kejadian kurang dari
obat steroid. 2% kasus. 10.11

Necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) Hairy leukoplakia


• kriteria presumtif. Destruksi pada satu atau Kejadian Hairy leukoplakia rendah
lebih dari papilla interdental disertai pada anak-anak karena jarang terinfeksi oleh
dengan nekrosis, ulserasi. Destruksi ini virus Epstein Barr yang menyebabkan
terbatas pada margin gingival. Pada imbulnya lesi ini. 4.9.10.11
tahap akut (Acut Necrotizing ulcerative

  81
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 79-84

• kriteria presumtif . lesi putih, tidak dapat dilakukan, maka kurangnya respon
diangkat, permukaan tidak rata, bilateral terhadap terapi anti jamur dapat
pada lateral lidah. Dapat timbul pada memperkuat dugaan diagnose lesi ini.
permukaan ventral dan dorsal lidah, jarang Tingkat imunosupresi, presentase CD4,
terjadi pada mukosa bukal dan tipe lesi telah dilaporkan oleh Santoz dan
• kriteria definitive. Adanya virus Epstein Barr kawan-kawan pada penelitiannya terhadap
pada lesi ini, ditentukan dengan 80 anak-anak HIV yang berumur rata-rata 6
pemeriksaan histopatologik dan hibridisasi tahun. Hasilnya terlihat pada tabel di bawah
DNA ini. Jika pemeriksaan ini tidak dapat ini.

Tabel 2. Manifestasi Oral, tingkat imunosupresi dan persentase CD4 pada anak-anak yang terinfeksi H
IV
Manifestasi Jml CD4 Tingkat Imunosupresi
Oral anak (%) (orang)
Berat Sedang taa

Kandidiasis 18 5,3 16 2 taa


Gingivitis 14 9,3 10 3 -
Pembesaran 7 17,8 2 4 1
Parotis
Herpes 1 20 - 1 1
Simpleks
Hairy 1 23 - 1 -
Leukoplakia

Tabel 3. Hubungan antara rasio T4/T8 dan frekuensi manifestasi oral pada anak-anak yang terinfeksi
Manifestasi Oral Rasio T4/T8
<0,5 % >0,5 % Total %
Kandidiasis pseudomembran 10 19,61 1 1,96 11 21,57
Kandidiasis eritematous 2 3,92 1 1,96 3 5,88
Kelainan Kelenjar Saliva (pembesaran parotis) 10 19,61 0 0 10 19,61
Linear gingival erythema 1 1,96 0 0 1 1,96
Oral hairy leukoplakia 1 1,96 0 0 1 1,96
Tidak ada manifestasi 9 16 64,00 64,0 25 49,02

Tabel 4. Manifestasi oral pada anak-anak dengan AIDS menurut jumlah CD4
Manifestasi Tidak ada Supresi sedang Supresi Berat Total
Oral imunosupresi (500-999 (500-999
(1000 cell/mm) cell/mm) cell/mm)
Limfadenopati 0 4 8 12
Gingivitis 0 4 6 10
Candidiasis 0 2 5 7
Pembeng-kakan kelenjar 0 1 3 4
parotis
ulserasi 0 0 1 1
Jumlah sel 0 11 23 34

  82
Manifestasi oral HIV…(I Dewa Ayu R)

Karies Gigi keganasan. Kandidiasis ditemukan pada


Hubungan infeksi HIV, karies gigi, dan kebanyakan anak-anak yang mengalami
respon imun mukosa masih controversial. imunosupresi yang berat, dan paling banyak
Terdapat beberapa literature yang adalah tipe pseudomembranous. Hairy
mendukung konsep bahwa prevalensi karies leukoplakia jarang terjadi pada anak-anak
gigi pada anak-anak yang terinfeksi HIV lebih yang terinfeksi HIV dibandingkan dengan
tinggi, terutama pada gigi susu. Defisiensi orang dewasa, karena mereka jarang
imunitas akibat dari progresi infeksi HIV telah terinfeksi oleh virus Epstein Barr. Adanya lesi ini
dilaporkan sebagai factor resiko terjadinya merupakan indikasi imunosupresi yang serius.
karies gigi pada anak yang terinfeksi HIV. Neoplasma lain yaitu kapossi sarcoma
Valdez adalah penulis pertama yang merupakan indikator imunosupresi sedang
menghubungkan karies dengan dan berat.Gingivitis berhubungan dengan
imunodefisiensi pada pasien infeksi HIV, dan akumulasi plak lokal dan bermanifestasi baik
melaporkan bahwa kebanyakan anak-anak pada pasien dengan/tanpa imunosupresi.
dengan imunokompromis memiliki karies gigi Necrotizing ulcerative gingivitis terjadi pada
lebih banyak. Penelitian Castro dan kawan- anak-anak yang terinfeksi HIV dengan
kawan melaporkan, bahwa anak-anak HIV imunosupresi berat. Pembesaran parotis
positif memilki karies yang lebih banyak berhubungan progresi yang lambat dari infeki
dibandingkan dengan anak-anak yang sehat HIV, yang dapat terjadi pada setiap tingkat
pada kelompok kontrol, baik dmf-t (decay, imunosupresi. Infeksi virus herpes simpleks dan
missing, filled, teeth) maupun dmf-s (decay, stomatitis aftosa rekuren tidak khusus
missing, filled, surfaces). Kecendrungan berhubungan dengan imunosupresi, karena
tinggina karies sesuai dengan progresi infeksi lesi ini dapat ditemukan pada semua tingkat
HIV.14.15 Kebanyakan anak dengan imunosupresi. Prevalensi karies gigi pada
imunokompromis (imunodefisiensi ringan anak-anak yang terinfeksi HIV tinggi, di duga
dengan kadar CD4 500-999 dan imundefisiensi secara langsung berkaitan dengan
berat dengan kadar CD4<500) menunjukkan imunosupresi sesuai dengan progresi infeksi
peningkatan karies dibandingkan anak yang HIV. Faktor penyebab lain adalah kebiasaan
tidak ada imunodefisiensi, tidak terdapat cara pemberian makan, konsumsi gula
perbedaan yang signifikan antara kadar IgA berlebihan sebagai usaha untuk meningkat
saliva pada anak dengan HIV positif. pemasukan kalori dan untuk
Prevalensi karies meningkat pada anak yang mengkompensasi berat badan, dan
terinfeksi HIV dengan kondisi klinis yang pemakain obat-obatan yang mengandung
memburuk. Anak dengan gejala klinis gula jumlah bakteri kariogenik di dalam saliva
moderat dan berat memperlihatkan dan akibatnya mudah terbentuk dental plak.
prevalensi karies gigi lebih tinggi dari pada Kelainan kelenjar saliva dan obat-obatan
pasien tanpa manifestasi. Karies gigi susu antiretrovirus dapat mengurangi produksi
pada anak yang terinfeksi HIV lebih besar dari saliva sehungga kecendrungan terjadinya
pada populasi anak-anak lainnya di amerika karies lebih tinggi. Topical fluoride harus
serikat. Karies pada gigi susu meningkat digunakan jika obat ini diberikan untuk jangka
karena presentase CD4 yang rendah dan waktu panjang. Perlu perhatikan obat-obatan
imunosupresi yang sedang sampai berat. yang berpotensi kariogenik, dan obat anti
Beberapa hipotesis mengenai faktor jamur tersebut beresiko hepatoksik pada ana-
penyebab meningkatnya prevalensi karies anak. Resiko komplikasi dapat dikurangi
gigi pada anak-anak terinfeksi HIV telah dengan observasi tes fungsi hati dan profil
dikemukakan, yaitu konsumsi gula berlebihan, koagulasi dari pasien. Anak-anak dengan HIV
kandungan sukrosa didalam obat-obatan, positif yang asimtomatik secara kilinis harus
perubahan aliran saliva disebabkan karena terus di awasi, termasuk lesi oral yang kadang-
obat-obatan yang dikonsumsi, dan kadang tidak menimbulkan rasa sakit dan
immunodefisiensi karena infeksi HIV. Selain itu, gejalanya tidak khas.
tidak adanya kandungan fluoride pada air Hitung CD4 sebaiknya dilakukan
yang dikonsumsinya, juga faktor lain seperti secara berkala untuk memperkirakan potensi
status sosial, diet kariogenik, kontrol plak yang terjadinya infeksi oportunistik dan keganasan.
kurang, karies yang sudah ada sebelumnya, Berbagai manifestasi oral diatas yang sering
hal ini dapat menambah resiko terjadinya ditemukan pada anak-anak yang terinfeksi
karies. 9.10.11 HIV berhubungan langsung dengan tingkat
imunosupresinya, yang dapat menjadi
DISKUSI indicator infeksi HIV dan prediksi
perkembangan infeksi menjadi AIDS.
Manifestasi oral infeksi HIV/AIDS pada Penatalaksanaannya meliputi
anak-anak mempunyai perbedaan dengan pengobatan antijamur, antivirus, dan atibiotik,
orang dewasa, dapat terjadi lebih awal dan serta perawatan terhadap gigi, jaringan
adanya lesi oral merupakan salah satu pendukungnya dengan memperimbangkan
indikator infeksi HIV dan perkembangan status imunologi. Pencegahan dan
menjadi AIDS. Nilai CD4 yang rendah pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin juga
merupakan karakteristis terjadinya diperlukan, untuk mempertahankan
imunosupresi yang menjadi faktor predisposisi kesehatan dan mencapai kualitas hidup yang
berkembangnya infeksi oportunistik dan lebih baik. Dokter gigi hendaknya mempunyai

  83
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 79-84

pengetahuan yang cukup mengenai Asli: Medical Microbiology. EGC: Jakarta.


manifestasi oral dan infeksi HIV pada anak 1996.
sehingga dapat mendeteksi secara dini dan
melakukan penatalaksanaannya dengan 8. Pollard & W. C. Earnshaw. Cell Biology.
tepat. Kesehatan mulut perlu selalu dipelihara USA: Elsevier Science. 2002.
dan ditingkatkan untuk membantu asupan
nutrisi yang baik, untuk itu perlu diatur 9. Fakultas Kedokteran UWK. 2010.
kerjasama antara dokter gigi, dokter anak, http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip
dan orang tua anak. Sebaiknya dibuat suatu /Deparetemen/Ilmu_Kesehatan_Anak/Ent
metode pencegahan penularan infeksi HIV erovirus%20_%20Poliomyelitis%20cmplt.pdf.
pada anak-anak, serta menyusun langkah- diakses tanggal 2 Februari 2010 jam 09.00
langkah penyuluhan mengenai infeksi wib
HIV/AIDS pada masyarakat, khususnya pada
keluarga anak-anak yang telah terinfeksi 10. Lonhar Thomas. Imonologi pada penyakit
HIV/AIDS. mulut. Edisi 3. Alih bahasa Ratna Farida
KESIMPULAN dkk, editor Yuwono Lilian. Jakarta: EGC.
1995.
Perbedaan sistem imun menyebabkan
manifestasi oral AIDS pada anak-anak 11. Roorlan, dkk. Imunologi Oral Kelainan Di
berbeda dengan orang dewasa. Dokter gigi Dalam Rongga Mulut. Jakarta: FKUI. 2002
hendaknya mempunyai pengetahuan yang
cukup mengenai manifestasi oral infeksi HIV
pada anak, sehingga dapat mendeteksi
secara dini dan melakukan penatalaksanaan
dengan tepat. Diperlukan kerjasama antara
dokter gigi, dokter anak, dan orang tua anak.
Sebaiknya dibuat suatu metode pencegahan
penularan infeksi HIV pada anak-anak, serta
menyusun langkah-langkah penyuluhan
pada masyarakat, khususnya pada keluarga
anak-anak yang telah terinfeksi HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Celluler
and Moleculer Immunology. 4th Ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
2000. 91, 110, 111, 150, 203, 236, 262-263,
276, 277, 303, 332.

2. Bellanti JA. Immunology III. Penerjemah:


Samik Wahab A. Yogjakarta: Gajahmada
University Press. 1993. 12, 13, 14, 348.

3. Janeway CA, Travers P, Walport M, Capra


JD. Immunobiology-The Immune System in
Health and Disease. Fourth Edition. New
York: Elsevier Science Ltd/Garland
Publishing, 1999. 298-303, 364-365, 395-396,
403.

4. Lehner T. Immunologi of Oral Desease. Ed.


3. Terjemahan: Ratna Farida dan NG
Suryadhana. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1995. 112-115.

5. Roitt J, Brostoff J, Male D. Immunology. 5


Ed. London: Mosby International Ltd. 1998.
13, 1.6, 8.4, 8.8-8.11, 9.8, 9.10, 16.11, 17.12.

6. Campbell & J.B. Reece. Biology. Sevent


Ed. San Fransisco: Person Education, Inc.
2005.

7. Ernest Jawetz Melnick, Adelberg, Geo F


Brooks, Janet S Butel, L Nicho- las Ornoston.
Mikrobiologi Kedokteran. Ed. 20. Alih
Bahasa: Edi Nugroho, R.F Maulana. Judul

  84

Anda mungkin juga menyukai