Anda di halaman 1dari 28

Nama : Intan Adiba

Kelas : XI MIPA 2

POSISI STRATEGIS INDONESIA SEBAGAI POROS


MARITIM DUNIA
Letak Indonesia

Letak Indonesia artinya tempat keberadaan wilayah Indonesia di permukaan bumi.

Letak Indonesia bisa dilihat dari beberapa tinjauan, yaitu letak astronomis, geografis,
geologis, dan teritorial.

1. Letak Astronomis
Letak astronomis sendiri terkadang juga disebut letak matematis karena menggunakan
koordinat garis lintang dan bujur untuk mengetahui posisi suatu wilayah.

Berdasarkan globe itu, dapat dilihat bahwa letak astronomis Indonesia berada pada koordinat
95 derajat Bujur Timur hingga 141 derajat Bujur Timur, dan juga antara 6 derajat Lintang
Utara sampai dengan 11 derajat Lintang Selatan (6 derajat LU – 11 derajat LS dan 95 derajat
BT – 141 derajat BT).

Pengaruh Letak Astronomis Indonesia, antara lain:


a. Temperatur Tinggi
Temperatur atau suhu udara adalah panas dan dinginnya udara di wilayah itu. Suhu udara
dapat diukur menggunakan termometer. Indonesia memiliki temperatur rata-rata yang
tergolong tinggi, yakni 28°C.

Temperatur yang paling tinggi dapat mencapai 34°C yang terjadi saat pukul 15.00.

Suhu udara paling rendah kurang lebih 23°C yang terjadi saat pukul 06.00. Suhu udara di satu
daerah tidaklah serupa dengan daerah yang lain.

Contohnya Bogor dan Puncak memiliki suhu udara yang lebih dingin dibandingkan dengan
suhu udara di Jakarta. Hal tersebut dapat terjadi akibat letak Bogor dan Puncak yang lebih
tinggi daripada Jakarta.

Makin tinggi letak suatu tempat, semakin rendah atau dingin udaranya. Sebaliknya, semakin
rendah suatu tempat, suhunya semakin panas.
Tempat-tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 4.200 meter di atas permukaan air laut,
sebagian besar permukaannya tertutupi salju.

Sebagai contoh adalah daerah puncak Pegunungan Jayawijaya di Provinsi Papua Barat yang
selalu ditutupi oleh salju.

b. Curah Hujan Tinggi


Curah hujan adalah jumlah volume air hujan yang jatuh di suatu tempat di saat tertentu.
Curah hujan di negara Indonesia biasanya termasuk dalam kategori yang tinggi.

Daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, antara lain adalah Geumpang, Sibolga,
Indarung, Bogor, Ciater, Wonosobo, dan Putussibau.

Terdapat juga tempat yang mempunyai tingkat curah hujan yang rendah, seperti Palu, kota
Lombok di pesisir timur Pulau Lombok, dan Waingapu.

c. Hujan Zenital
Suhu udara yang sangat tinggi mengakibatkan terjadinya hujan zenithal atau yang dikenal
dengan sebutan hujan equator.

Hujan zenithal atau equator adalah hujan yang muncul dikarenakan udara yang naik karena
adanya temperatur yang tinggi.

Hujan jenis ini biasanya terjadi di daerah tropis antara 23,5 derajat LU-23,5 derajat LS. Oleh
sebab itu, terkadang disebut sebagai hujan naik tropis.

Arus konveksi membuat uap air di ekuator naik secara vertikal karena adanya pemanasan air
laut yang terjadi secara terus menerus. Kemudian terjadilah kondensasi atau turunnya hujan.

Hal itu yang membuat hujan zenit terkadang juga disebut sebagai hujan equator.

Nama hujan zenithal diberikan karena hujan jenis ini akan terjadi pada saat matahari
melewati zenith area itu. Semua area di wilayah tropis kira-kira mendapat dua kali hujan
zenithal dalam satu tahun.

d. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati yang begitu melimpah dibandingkan dengan wilayah-wilayah
lainnya.

Hal ini karena hutan-hutan di Indonesia sangatlah subur sehingga mampu menyediakan
makanan untuk beraneka ragam makhluk yang hidup didalamnya.

Di tambah luasnya wilayah perairan bangsa ini yang menjadi tempat tinggal bagi berbagai
jenis ikan dan biota laut lainnya.

Sehingga kita patut bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunianya yang besar ini.

e. Tiga Zona Waktu


Pengaruh letak astronomis Indonesia yang ketujuh adalah terbaginya wilayah Indonesia ke
dalam 3 zona waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WIT)
dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

Pembagian zona waktu di Indonesia ini telah mempunyai kekuatan hukum sejak
dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 41 tahun 1987, dan sejak 01 Januari 1988 pembagian
zona waktu di Indonesia telah diatur sebagai berikut:

Waktu Indonesia Barat


Waktu Indonesia Barat (WIB) meliputi lokasi Sumatera, Jawa, Kalimantan Barat, dan
kalimantan Tengah.

Waktu didaerah berikut mempunyai perbedaan 7 jam (lebih awal) bersama Greenwich Mean
Time (GMT).

Waktu Indosesia Tengah


Waktu Indosesia Tengah (WITA) meliputi lokasi Kalimanatan Timur, Kalimantan Selatan,
Bali, NTB, NTT, Timor Timur (sudah desintegrasi), dan Sulawesi.

Waktu didaerah berikut mempunyai perbedaan 8 jam (lebih awal) bersama Greenwich Mean
Time (GMT).

Waktu Indosesia Timur


Waktu Indosesia Timur (WIT) meliputi lokasi Maluku dan Irian Jaya (sekarang udah berubah
nama jadi Papua). Waktu didaerah berikut mempunyai perbedaan 9 jam (lebih awal) bersama
Greenwich Mean Time (GMT).

Berdasarkan bagian pas diatas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa perbedaan waktu antara
WIB dan WITA adalah 1 jam, WITA dan WIT adalah 1 jam, dan WIB dan WIT adalah 2
jam.

Jadi misalkan kalau di Bandung menunjukan pukul 07.00 WIB, berarti di Manado pukul
08.00 WIB dan di Merauke pukul 09.00 WIT.

2. Letak Geografis
Letak Geografis Indonesia Dalam Peta Dunia Pada umumnya, posisi geografis Indonesia ada
di antara dua samudera dan dua benua. Berikut akan dijelaskan secara mendetail letak
geografis Indonesia.

a. Terletak Diantara Dua Benua


Menurut posisi geografisnya, maka Indonesia ada di antara 2 benua di dunia yakni benua
Asia dan Benua Australia.

Posisi tersebut tentunya menguntungkan Indonesia sebab dapat terbentuknya lalu lintas
perdagangan dunia.
Tidak sekedar pada segi perdagangan saja, situasi tersebut pula dapat mempengaruhi kondisi
iklim serta cuaca di Indonesia.

Dengan terapit antara 2 benua tersebut faktanya dapat terjadi pengaruh kepada kondisi alam
sekeliling yakni menyebabkan wilayah Indonesia kebanyakan beriklim laut.

Hal dengan demikian lantaran Indonesia terbagi atas sejumlah kepulauan dan mempunyai
wilayah laut uang luas, dengan demikian memperoleh pengaruh dari angin laut dan
memunculkan hujan.

b. Terletak Diantara Dua Samudera


Disamping terapit dua benua, indonesia juga terapit oleh 2 samudera yang paling luas di Asia
yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Yang mana kondisi tersebut menyebabkan adanya 2 macam musim di Indonesia yakni musim
penghujan dan musim kemarau.

Pada biasanya terjadinya musim penghujan di Indonesia berlangsung antara bulan Oktober
sampai April dengan ditandainya berhembusnya Angin Musim Barat Daya, sementara musim
kemarau terjadi dalam kurun antara April sampai Oktober dengan adanya indikasi munculnya
Angin Musim Timur Laut.

Perlu diperhatikan juga kalau penentuan waktu berlangsungnya musim penghujan dan musim
panas di Indonesia kadang kadang momen penggantiannya susah untuk diprediksi, maka
sering datang musim yang biasanya disebut dengan musim pancaroba.

Musim Pancaroba tersebut adalah musim pergantian yang bisa menyebabkan kondisi
sekeliling sekaligus juga dapat memberikan efek terhadap kesehatan manusia.

3. Letak Geologis
Letak Geologis Indonesia Letak geologis Indonesia juga cukup strategis. Secara geologis,
Indonesia adalah negara yang terletak di antara beberapa lempengan bumi dan beberapa
dangkalan laut. Hal ini menyebabkan kondisi geografis Indonesia berbeda-beda di tiap
wilayahnya.

Daerah Indonesia bagian barat dilalui oleh deretan Pegunungan Muda Mediterania, yang
merupakan rangkaian dari Pegunungan Himalaya dengan sifat basa.

Sedangkan daerah Indonesia bagian tengah dan timur dilewati oleh deretan
pegununganSerkum Pasifik yang cenderung bersifat asam.

Letak geologis Indonesia ditandai dengan tiga hal berikut : · Indonesia dilalui oleh dua
rangkaian pegunungan besar dunia. Yaitu rangkain sirkum mediterania dan sirkum pasifik. ·

Indonesia berada di titik pertemuan tiga lempeng litosfer, yaitu lempeng Indo-Australia,
lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. ·

Indonesia terletak pada tiga daerah dangkalan, yaitu dangkalan sunda, dangkalan sahul dan
daerah laut pertengahan Australia Asiatis.
Kondisi geologis Indonesia yang memiliki banyak gunung api ini memiliki dampak positif
maupun negatif.

Selain menyebabkan tanah di Indonesia memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, hal ini juga
menyebabkan sering terjadi bencana alam yang disebakan peristiwa vulkanik.

Misalnya gempa bumi, letusan gunung api, sampai tsunami.

Dilihat dari segi jalur pegunungan yang melalui wilayah Indonesia, kepulauan Indonesia
dilalui oleh dua jalur pegunungan besar.

Yaitu sirkum mediterania yang aktif di bagian barat dan Sirkum Pasifik yang terdiri dari
rangkaian gunung api tua di bagian timur.

Rangkaian sirkum Mediterania terdiri dari pegunungan muda yang masih aktif menyebabkan
di wilayah barat Indonesia banyak terdapat gunung api yang masih aktif.

Sedangkan di wilayah timur kebanyakan gunung apinya sudah tidak aktif lagi. Karena terdiri
dari pegunungan yang sudah tua dari sirkum Pasifik.

Indonesia juga merupakan pertemuan dari tiga lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-
Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bertabrakan
dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Jawa, Sumatra dan Nusa Tenggara.

Dan bertabrakan dengan lempeng pasifik di daerah Maluku dan Papua. Di daerah pertemuan
lempeng ini sering terjadi gempa bumi, tsunami dan tanah longsor.

Hal ini disebabkan oleh akumulasi energi yang tak sanggup tertahan sehingga lepas menjadi
bencana alam. Secara geologis, Indonesia terdiri atas tiga daerah dangkalan.

Dangkalan adalah lautan dangkal yang menghubungkan dua daratan besar.angkalan yang ada
di Indonesia adalah sebagai berikut : ·

Dangkalan Sunda yang menghubungkan wilayah Indonesia bagian barat dengan benua Asia. ·

Dangkalan Sahul yang menghubungkan wilayah Indonesia bagian timur dengan benua
Australia. · Daerah laut pertengahan Australia-Astis, yaitu daerah yang terletak di wilayah
tengah diantara dangkalan sunda dan dangkalan Sahul.

Dangkalan-dangkalan ini mempengaruhi persebaran flora dan fauna di Indonesia.

Wilayah barat yang dilalui dangkalan sunda memiliki keanekaragaman hayati yang mirip
dengan benua Asia. Sedangkan keanekaragaman flora di Indonesiabagian timur yanag dilalui
Dangkalan Sahul memiliki kemiripan dengan benua Australia.

Sedangkan di wilayah tengah yang disebut Austalia-Asiatis memiliki flora dan fauna yang
khas, tidak sama dengan Asia maupun Australia.

Pengaruh Letak Geologis Indonesia Peristiwa tektonik yang cukup aktif selain berpotensi
menimbulkan bencana alam, juga menguntungkan bagi Indonesia dengan banyak
terbentuknya Sedimentary Basin (cekungan sedimen).

Cekungan ini menampung sedimen yang selanjutnya menjadi batuan induk maupun batuan
reservoir hydrocarbon yang menyimpan kandungan minyak bumi di dalamnya.

Pengaruh letak geologis Indonesia terhadap kondisi tanah dan penampakan alam adalah
sebagai berikut :

1. Kepulauan Indonesia memiliki banyak gunung api yang aktif. terutama di wilayah barat.
Hal ini disebabkan oleh wilayah barat dilalui oleh rangkaian sirkum pegunungan mediterania.
Sirkum mediterania terdiri dari rangkaian pegunungan api yang masih muda, sehingga lebih
berpotensi untuk aktif.

2. Laut di Indonesia bagian barat merupakan laut dalam. Sedangkan wilayah tengah dan
timur terdiri dari lautan yang dangkal. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologis Indonesia
yang dilalui oleh dangkalan Sunda dan Dangkalan Sahul. Selain itu juga terdapat wilayah di
Indonesia yang terletak diantara dua dangkalan tersebut (Australia-Asiatis).

3. Wilayah Indonesia menyimpan banyak tambang dan mineral seperti emas, perak dan besi.
Hal ini dikarenakan banyak terdapat cekungan sedimen (sedimentary basin) yang disebabkan
aktifitas tektonik di wilayah Indonesia. Cekungan sedimen mengakomodasikan sedimen yang
dapat berubah menjadi batuan lain. Hal ini menyebabkan terjadinya endapan mineral.

4. Wilayah Indonesia termasuk daerah “rawan bencana”. Di Indonesia sering terjadi gempa
bumi tektonik ataupun gempa bumi vulkanik yang disebabkan aktivitas geologis.

5. Pegunungan di Indonesia merupakan rangkaian dari pegunungan muda sirkum mediterania


(wilayah barat) dan sirkum pasifik di wilayah timur.

6. Di Indonesia terdapat banyak jenis tanah untuk pertanian dan perkebunan. Hal ini juga
disebabkan oleh aktivitas gunung merapi yang menghasilkan tanah vulkanik. Tanah vulkanik
mengandung banyak unsur hara yang menjadi indikator kesuburan tanah.

7. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun faunanya.
Bahkan di Indonesia juga terdapat banyak flora dan fauna endemik yang menjadi flora dan
fauna ynag dilindungi. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh dua dangkalan yang melalui
wilayah Indonesia.

8. Sering muncul gunung api di tengah laut. Terutama di wilayah barat Indonesia yang dilalui
sirkum Mediterania. Gunung api muda yang masih aktif ini juga terdapat di tengah laut dan
terus “berkembang”.

4. Letak Teritorial
Wilayah laut Indonesia pertama kali ditentukan dengan Territoriale Zee en Maritime Kringen
Ordonantie (TZMKO) tahun 1939. Pada tanggal 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia
mengumumkan Deklarasi Djuanda.
Selengkapnya..
Deklarasi Djuanda dikukuhkan dalam UU No. 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia
yang berisi:
1. Perairan Indonesia adalah laut wilayah Indonesia beserta perairan pedalaman Indonesia.
2. Laut pedalaman Indonesia adalah jalur laut 12 mil laut.
3. Perairan pedalaman Indonesia adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam pada garis
dasar.

Pengukuran batas wilayah laut suatu negara sesuai dengan hukum laut internasional bisa
dilakukan dengan tiga cara, yaitu batas laut teritorial, batas landas kontinen, dan batas zona
ekonomi eksklusif.

1. Batas laut teritorial, yaitu batas yang ditarik sejauh 12 mil laut (1 mil laut = 1,852 km) dari garis
dasar ke arah laut lepas.
2. Batas landas kontinen, yaitu batas bagian benua yang berada di bawah permukaan laut dengan
kedalaman tidak lebih dari 150 meter.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu zona perairan laut yang diukur sejauh 200 mil dari garis
dasar ke arah laut bebas. Pada zona ini negara Indonesia memiliki hak untuk melakukan
eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. Di zona ini
kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel atau pipa bawah laut tetap diakui sesuai prinsip
hukum laut internasional.

Luas dan Batas Indonesia


Secara geografis atau letaknya di permukaan bumi, negara Indonesia memiliki batas-batas
wilayah yang menjadi patokan seberapa luas wilayah negara kita. Adapun batas-batas
wilayah secara geografis tersebut adalah sebagai berikut.

Bagian Barat Indonesia berbatasan dengan Samudera Hindia. Bagian Timur Indonesia
berbatasan dengan Samudera Pasifik dan Irian Jaya (Papua).

Bagian Utara Indonesia berbatasan dengan Samudera Pasifik, Selat Malaka, Laut Andaman,
Laut Cina Selatan dan Malaysia Timur.

Bagian Selatan Indonesia berbatasan dengan Benua Australia, Laut Timor Timur, Samudera
Hindia dan Laut Arafura.

Batas Wilayah Indonesia Ada berbagai batas-batas wilayah di Indonesia dengan negara
tetangga.

Batas ini mencakup batas darat dan laut, berikut ini semua batas-batas wilayah negara
Indonesia dari berbagai arah mata angin :

1. Batas Utara
Batas wilayah Negara Indonesia bagian utara Batas Wilayah Indonesia bagian Utara Di pulau
Kalimantan berbatasan langsung dengan Malaysia (Malaysia bagian timur) dan berarti
Malaysia ini berbatasan dengan batas wilayah darat Indonesia. Kalau batas lautnya mencakup
lima negara yaitu : Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina.
2. Batas Timur
Batas wilayah Negara Indonesia bagian timur Batas wilayah Indonesia di bagian Timur Di
bagian timur Indonesia, ada pulau Papua.

Di wilayah timur ini, Papua berbatasan langsung dengan daratan Papua Nugini dan perairan
Samudra PasifiBatas wilayah Indonesia bagian timur di papua

Dari kesepakatan tersebut, maka disepakati kalau batas wilayah Indonesia di sebelah Timur
yakni Provinsi Papua yang berbatasan dengan wilayah Papua Nugini sebelah barat : Provinsi
Barat (Fly), Provinsi Sepik Barat (Sandaun).

3. Batas Selatan
Batas wilayah Negara Indonesia bagian selatan Batas wilayah Indonesia di bagian selatan
Kemudian kita lari ke sebelah selatan Indonesia. Untuk batas darat Indonesia, Indonesia
berbatasan langsung dengan Timor Leste.

Untuk batas lautnya, ada Perairan Australia dan Samudera Hinda. Sebelum tahun 1999,
Timor Leste sempat menjadi wilayah Indonesia yang disebut Provinsi Timor Timur.

Namun akhirnya pada tahun 1999 ia memisahkan diri dari Indonesia untuk menjadi negara
sendiri.

4. Batas Barat
Batas wilayah Negara Indonesia bagian barat Batas wilayah Indonesia bagian barat Lanjut
berlari ke barat, Indonesia berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan Perairan Negara
India. Gak ada batas darat.

Secara geografis daratan Indonesia terpisah jauh dengan daratan India, tapi keduanya
memiliki batas wilayah pulau dimana ada titik tertentu di sekitar Samudera Hindia dan Laut
Andaman. Pulau tersebut ialah Pulau Ronde (di Aceh) dan Pulau Nicobar (di India).

Luas Wilayah Indonesia


Bekerja sama dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(BPN), Luhut mendorong pemetaan rinci mengenai pulau, terutama pulau-pulau terluar
Indonesia. Data ini teramat penting karena banyak ahli yang menyebut laut Indonesia masih
banyak menyimpan berbagai potensi sumber daya alam.

"Ada negara Eropa yang mengajak kita kerja sama untuk mengelola 'sea bed mining', ada
perusahaan Jepang yang ingin bekerja sama untuk 'drilling' di Natuna, tapi mereka minta
jaminan keamanan. Saya katakan ke mereka, ini zona ekonomi eksklusif (ZEE) kita dan kita
juga harus memperkuat aparat penegak hukum kita di laut," beber Luhut. Seperti apa Rujukan
Nasional Data Kewilayahan Republik Indonesia:

1. Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia adalah 3.110.000 km persegi;
2. Luas laut teritorial Indonesia adalah 290.000 km persegi;
3. Luas zona tambahan Indonesia adalah 270.000 km persegi;
4. Luas zona ekonomi eksklusif Indonesia adalah 3.000.000 km persegi;
5. Luas landas kontinen Indonesia adalah 2.800.000 km persegi;
6. Luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km persegi;
7. Luas NKRI (darat + perairan) adalah 8.300.000 km persegi;
8. Panjang garis pantai Indonesia adalah 108.000 km;
9. Jumlah pulau di Indonesia kurang lebih 17.504, dan yang sudah dibakukan dan disubmisi ke
PBB adalah sejumlah 16.056 pulau.

Data ini dikerjakan secara maraton sejak 8/08/2018 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG)
dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidros) TNI Angkatan Laut. Lalu dirampungkan
melalui sebuah kajian teknis dengan menggunakan data terbaik yang tersedia dan dengan
metode teknis mutakhir. Dan ini menjadi angka kewilayahan rujukan resmi yang bisa dipakai
secara nasional. Luas wilayah Indonesia 8/08/2018, oleh BIG

Karaktersitik Daratan

Karakteristik topografi di daratan terjadi karena adanya tumbukan lempeng, Akibat hasil
tumbukan lempeng tersebut di antaranya :

 Adanya jalur pegunungan yang merupakan kelanjutkan dari pegunungan dunia yaitu, Sirkum
Mediterania dan Sirkum Pasifik
 Membentuk rangkaian kepulauan di sebelah barat Pulau Sumatra seperti Pulau Simeulue, Pulau
nias, Pulau Siberut, dan Pulau Enggano
 Membentuk daratan dari hasil proses pengangkatan dasar laut, seperti Pegunungan Jayawijaya
di Papua, Maros di Sulawesi Selatam, Pegunungan Sewu di Yogyakarta, dan padalarang di Jawa
Barat.
 Membentuk jalur-jalur patahan yang sangat berpotensi terjadinya bencana gempa bumi.
 Zona tumbukan lempeng tektonik juga membentuk jalur gunung api aktif. Hal ini berpotensi
bencana sekaligus memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.

Karakteristik yang masuk dalam wilayah daratan:

1. Dataran tinggi
Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) adalah dataran yang luas terletak pada
ketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut.
Selengkapnya...
Dataran tinggi berada di daerah pegunungan atau dikelilingi oleh bukit-bukit sehingga
udaranya sangat dingin dan segar.Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan
sedimentasi.

Dataran tinggi bisa juga terjadi oleh bekas kaldera luas, yang tertimbun material dari lereng
gunung sekitarnya.

Daerah pada dataran tinggi memiliki udara yang sejuk dengan pemandangan yang indah
sehingga menyebabkan banyak orang mendirikan rumah-rumah atau vila sebagai tempat
istirahat.

Selain itu, dataran tinggi banyak dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan seperti teh, kopi,
bunga, sayuran dan sebagainya serta sebagai tempat pariwisata dan tempat peristirahatan.

2. Dataran rendah
Dataran rendah merupakan wilayah dataran yang relatif datar, luas dan memiliki ketinggian
kurang dari 200 meter di atas permukaan laut.
Selengkapnya...
Di Indonesia daerah dataran rendah merupakan daerah yang penuh dengan kedinamisan dan
kegiatan penduduk yang sangat beragam. Lokasi yang datar, menyebabkan pengembangan
daerah dapat dilakukan seluas mungkin.

Pembangunan jalan raya dan jalan tol serta kelengkapan saran transportasi ini telah
mendorong daerah dataran rendah menjadi pusat ekonomi penduduk.

Kemudahan transportasi dan banyaknya pusat-pusat kegiatan di daerah dataran rendah


menarik penduduk untuk menetap disana.Oleh karena, itu penduduknya semakin bertambah
dan kebutuhan tempat tinggal serta tempat usaha juga meningkat.

Lahan-lahan seperti sawah dan hutan sebagai penyangga keseimbangan alam semakin
berkurang digantikan oleh tumbuhnya bangunan bertingkat.

Hal ini banyak menimbulkan permasalahan, seperti daerah resapan air berkurang yang
mengakibatkan banjir pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau.Pada
umumnya, daerah dataran rendah terdapat banyak aliran sungai dan keadaan udaranya panas.

Dataran rendah di wilayah Indonesia membentang luas di sepanjang Pulau Sumatera,


Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Bali, Papua, Nusa Tenggara serta pulau-pulau kecil.

Penduduk kota yang menetap di dataran rendah memanfaatkan daerahnya sebagai tempat
tinggal. Dataran rendah dimanfaatkan sebagai tempat perkebunan tebu atau kelapa, lahan
pertanian, industri dan pemukiman.Contohnya:
1. Pegunungan
2. Gunung
3. Pantai
4. Tanjung
5. Delta

Karaktersitik Perairan

Letak Indonesia yang berada di pertemuan dua samudera membuat lautan Indonesia mejadi
pertemuan dua arus lautan.

Sementara lokasi Indonesia yang berada di khatulistiwa membuat Indonesia menerima sinar
matahari yang banyak, yang mendukung tumbuhnya plankton. Ini membuat lautan Indonesia
kaya akan keangekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati ini terlihat di banyaknya terumbu karang di lautan Indonesia seperti
di Derawan, Nusa Penida, Bunake, Takabonerate, Wakatobi dan Raja Ampat Karakteristik di
wilayah perairan merupakan bagian dari permukaan bumi yang digenangi air.

Wilayah Indonesia memiliki perairan yang sangat luas yaitu dua pertiga bagian dari
keseluruhan luas wilayah negara. Karakteristik yang termasuk dalam wilayah perairan:

1. Danau
Danau merupakan permukaan bumi berupa cekungan di darat yang sangat luas dan digenangi
oleh air yang dikelilingi daratan.
Selengkapnya...
Danau yang terbentuk berasal dari letusan gunung berapi yang biasa disebut sebagai danau
vulkanik.Danau tektonik yaitu danau yang terbentuk disebabkan adanya pergeseran muka
bumi.

Dan danau buatan yaitu danau yang sengaja dibuat oleh manusia dengan cara membendung
aliran sungai dan danau buatan biasanya sering disebut sebagai waduk.

Serta danau alam merupakan danau yang terbentuk oleh peristiwa alam yaitu diantara letusan
gunung api, pelarutan batuan kapur oleh air hujan dan gerakan kulit bumi.

Danau dimanfaatkan sebagai tempat pengairan sawah, tempat memelihara dan penangkapan
ikan, tempat persediaan air, dan objek wisata.

2. Sungai
Sungai merupakan bagian dari permukaan bumi yang rendah dan aliran air yang mengalir
dari dataran tinggi menuju dataran rendah dan bermuara di laut.
Selengkapnya...
Sungai pada bagian awal berukuran kecil yang bermula dari daerah pegunungan. Sedangkan
yang mengalir ke tempat yang lebih rendah akhirnya bermuara di danau/laut.

Semakin dekat ke arah laut, maka semakin melebar.

Sungai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat memelihara ikan dan digunakan untuk
irigasi mengairi sawah.

Selain itu, sebagai sarana transportasi yang menghubungkan antar daerah, sumber tenaga
listrik, perikanan, olahraga, dan rekreasi serta digunakan untuk pengangkutan kayu hasil
penebangan dan pasar terapung.

3. Laut
Laut merupakan bagian permukaan bumi yang luas, digenangi air yang dalam dan paling
rendah.
Selengkapnya...
Laut menghubungkan antar pulau yang satu dengan pulau lainnya.

Wilayah Indonesia sekitar dua pertiganya merupakan lautan, namun kondisinya kurang
terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara
tetangga.

Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat di laut
sampai dengan kedalaman 200 meter.

Batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi
ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut.

Kedalaman laut di wilayah Indonesia berbeda-beda, ada yang dalam maupun dangkal.

Biasanya mencapai 1.000 meter atau lebih.Air laut rasanya asin karena mengandung garam.
Di dalam laut terdapat banyak kehidupan antara lain tumbuhan laut, kerang dan beragam
jenis ikan yang dapat diolah menjadi makanan dan obat-obatan. Beberapa manfaat laut bagi
manusia adalah: · Tempat rekreasi dan hiburan ·
Tempat hidup sumber makanan kita, seperti ikan, cumi-cumi, rumput laut, dll. · Pembangkit
listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb. ·

Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dll. · Tempat barang tambang berada,
misalnya tambang minyak bumi lepas pantai. ·

Salah satu sumber air minum (tetapi harus melalui proses desalinasi dahulu) · Sebagai jalur
transportasi air ·

Sebagai tempat cadangan air bumi ·

Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan · Laut merupakan penyumbang terjadinya
hujan dan pengatur iklim · Air laut dapat diolah menjadi garam

4. Rawa
Rawa adalah tanah yg rendah (umumnya di daerah pantai) dan digenangi air, biasanya
banyak terdapat tumbuhan air.
Selengkapnya...
Rawa terbentuk secara alami, genangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan
ditumbuhi oleh tumbuhan.Indonesia memiliki lebih dari 23 juta ha rawa.

5. Teluk
Teluk adalah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga
sisinya.
Selengkapnya...
Oleh karena letaknya yang strategis, teluk banyak dimanfaatkan sebagai pelabuhan.

Teluk adalah kebalikan dari tanjung, dan biasanya keduanya dapat ditemukan pada suatu
garis pantai yang sama.

Karena Indonesia memiliki puluhan ribu pulau, maka di Indonesia banyak sekali terdapat
teluk.Teluk adalah laut yang menjorok ke darat.

Teluk kebalikan dengan tanjung.

6. Selat
Selat merupakan perairan/laut sempit yang berada di antara dua pulau.Kedalamannya
berkisar antara 200-1.000 meter.
Selengkapnya...
Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Maritim karena memiliki wilayah laut yang
terbentang luas.

Letak Indonesia yang dibatasi oleh lautan yang menjadi jarak antara pulau yang satu dengan
lainnya.

Selat dimanfaatkan sebagai jalur angkutan antar pulau.Alat angkutan yang biasa digunakan
adalah kapal feri yang termasuk kapal penumpang.

7. Samudera
Merupakan perairan yang luasnya melebihi luas laut dan memiliki kedalaman lebih dari
1.000 meter.
Selengkapnya...
Wilayah Indonesia diapit oleh dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Manfaat samudera menyebabkan iklim yang menguntungkan yaitu tidak terlalu panas pada
siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari.

Perkembangan Transportasi
1. Transportasi Air
Berawal dari pelayaran pada masa Kerajaan Bahari (Sriwijaya) dan Majapahit yg dilakukan
oleh Laksamana Cheng Ho, pelayaran Portugis-Spanyol, dan pelayaran VOC pada abad ke-
16, Laksamana Cheng Ho melakukan pelayaran dari Tiongkok ke Samudra Hindia melewati
Kep. Indonesia Bagian Barat, sampai ke Timur Tengah dan Pantai Timur Afrika dengan
tujuan ekspedisi laut yg banyak menginspirasi dlm pelayaran Spanyol dan Portugis dlm
bidang perkapalan.
Selengkapnya...
Pelayaran Cheng Ho di Nusantara diawali Kerajaan Samudra Pasai, dan dilanjutkan ke
Pelabuhan Palembang, P.Bangka, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Pelabuhan Muara Jati.

Ia memimpin armada perdagangan dan menyebarkan agama islam di Nusantara, Malaysia,


dan Brunei.

Jalur pelayaran Portugis, Belanda, dan Spanyol Sementara VOC berhasil merebut pelabuhan
dan melakukan monopoli perdagangan serta melarang pribumi melakukan pelayaran di
Perairan Nusantara, VOC mendominasi dunia maritim Nusantara selama ±2 abad.

Di Indonesia, sebagai negara bahari, perahu dan kapal merupakan alat transportasi dan
komunikasi penting sejak awal peradaban Nusantara.

Tak heran, alat transportasi yang paling banyak ragamnya di Indonesia adalah perahu dan
kapal.

Setiap daerah berpantai di Indonesia memiliki jenis perahu tradisional dengan bentuk dan
ornamen khas. Misalnya, Pinisi dari Makasar, Sope dari Jakarta, Alut Pasa dari Kalimantan
Timur, Lancang Kuning dari Riau, Gelati dari Perairan Bali, dan Kora-kora dari Maluku.

Di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Kalimantan, jalur penghubung utama antarwilayah


adalah sungai. Transportasi utama yang banyak digunakan adalah perahu.

Mulai dari perahu kecil yang disebut kelotok atau ketingting yang bisa memuat 10
penumpang, hingga bus air berupa perahu panjang (long boat) yang bisa mengangkut puluhan
penumpang. ·

b. Transportasi Darat
Dalam bidang perhubungan darat, peranan jalan raya sebagai media lalu-lintas semakin
penting.
Selengkapnya...
Untuk itu, pemerintah telah mengarahkan pembangunan transportasi pada upaya rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan raya yang sudah ada.
Pembangunan jalan raya yang baru dilakukan untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi
guna menghubungkan ke pusat-pusat industri di berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia

Sampai tahun 1988 jalan raya yang sudah dibangun pemerintah sudah mencapai sepanjang
42.982 km.

Selama tahun 1990-an perhatian difokuskan pada pembangunan jalan raya di daerah-daerah
pusat produksi dan jalan raya yang menghubungkan ke daerah-daerah tempat pemasaran hasil
industri.

Pada tahun 1993/1994, 152 km jalan raya di bangun di wilayah Irian Jaya (Papua), di daerah
Sulawesi sepanjang 46 km, di daerah Kalimantan sepanjang 248 km, dan di daerah Maluku
sepanjang 23 km.

Pembangunan sarana angkutan juga dilakukan dengan menggunakan kereta api.

Pembanguan jalur kereta api pertama di Indonesia yang dibangun pada masa colonial
Belanda, terdapat di Pulau Jawa. Jalur rel yang dibangun untuk pertama kali itu
menghubungkan Desa Kamijen dengan Desa Tanjung ( Semarang Jawa Tengah )sepanjang
25 kilometer.

Pembangunan rel kereta api ini ditandai dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral
Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van Den Beele ( 17 Juni 1864 ).

Pembangunan jalur rel kereta api ini merupakan prakarsa dari perusahaan kereta api Hindia
Belanda, Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorwe Maatschappij ( NV
NISM )yang dipimpin oleh Ir. J. p. de Bordes.

Jalur kereta api ini dibuka untuk umum tanggal 10 Agustus 1867. Jalur kereta api yang
pertama dilanjutkan hingga sampai Yogyakarta dan Solo.

Keberhasilan pembangunan jalur kereta api di Pulau Jawa ini, dilanjutkan pada daerah-daerah
lainnya di Indonesia, seperti pembangunan jalur kereta api di Pulau Sumatera dan Sulawesi,
namun di Pulau Kalimantan belum berhasil dibangun jalur kereta api.

Di Sumatera, pembangunan jalur kereta api dilakukan di Sumatera Selatan (1914), Sumatera
barat(1891), Sumatera Utara (1886), Aceh (1874). Pada Tahun 1922 di Sulawesi Selatan juga
telah di bangun jalur kereta api sepanjang 47 kilometer yang menghubungkan Makasar
dengan Takalar.

Jalur Makassar-Takalarini mulai dioprasikan tanggal 1 Juli 1923.

Selanjutnya dibangun jalur Makassar-Maros (namun belum selesai). Sementara itu, di Pulau
Kalimantan belum sempat dibangun jalur kereta api, tetapi studi kelayakan telah dilakukan
sepanjang 22 kilometer antar Pontianak-Sambas.

Hingga tahun 1939, jalur kereta api yang telah dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di
Indonesia mencapai panjang 6.811.
Namun hingga tahun 1950, jalur kereta api itu menyusut menjadi 5.910 kilometer.

Penyusutan ini terjadi lebih dari 901 kilometer jalur kereta api itu hilang. Hilangnya jalur
kereta api ini diduga dibongkar oleh pasukan Jepang dan diangkut ke Myanmar untuk
pembangunan jalur kereta api di sana.

Pada masa pendudukan Jepang, pembangunan jalur kereta api dilakukan antara bayah-Cikara
(Banten) sepanjang 83 kilometer, kemudian dilakukan pembangunan jalur Muaro-Pakanbaru
sepanjang 22 kilometer.

Pembangunan jalur kereta api yang dilakukan pada masa kedudukan Jepang ini mengerahkan
tenaga romusha atau pekerja paksa dan banyak menelan korban.

Setelah Indonesia merdeka (17 agustus 1945), karyawan kereta api yang tergabung dalam
Angkatan Moeda Kereta Api ( AMKS )mengambil-alih perusahaan perkeretaapian dari pihak
Jepang.

Peristiwa bersejarah ini terjadi tanggal 28 September 1945 dan kemudian diperingati sebagai
Hari Kereta Api Indonesia. Hari pentingdengan pembentukan Djawatan Kereta Api
Repoeblik Indonesia (DKARI).

Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perkeretaapian di Indonesia semakin bertambah


pesat, walaupun telah berkali-kali mengalami perubahan nama perusahaan yang mengolanya
seperti menjadi Perusahaan Negara kereta api (PNKA, 25 Mei 1963),selanjutnya menjadi
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, 15 September 1971), dan tanggal 2 Januari diubah
namanya menjadi Perusahaan Umum Kereta Api ( PERUMKA ).

Untuk mempersingkat waktu dan mempercepat jarak tempuh, maka Perumka dengan
persetujuan pemerintak Republik Indonesia mengoperasikan kereta cepat.

Oleh karena itu, pada bulan Agustus 1995 penggunakan kereta api cepat yang dinamakan
Argo Bromodan Argo Gede telah diresmikan oleh Presiden Soeharto.

Untuk menanggapi kebutuhan akan kereta api yang semakin tinggi, Perumka yang pada
tanggal 1 Juni 1999 menjadi PT (Persero) Kereta Api Indonesia meluncurkan kereta api
penumpang yang baru sperti Dwipangga, Mahesa, dan Sancaka.

Di Pulau Jawa, yang menjadi pusat perkembangan peradaban Nusantara sejak abad ke-4,
jalur perhubungan yang berkembang adalah jalur darat.

Kuda banyak dipakai untuk bepergian karena kekuatan dan kecepatannya.

Alat transportasi yang berkembang pun menggunakan jasa kuda, misalnya, kereta kuda yang
kemudian berkembang menjadi andong atau delman.

Sedangkan untuk mengangkut barang, selain menggunakan jasa kuda, juga ada pedati yang
ditarik sapi atau kerbau. Awal masuknya transportasi darat modern di Indonesia dimulai pada
masa pendudukan Belanda, di pusat pemerintahannya saat itu yang berada di Batavia atau
Jakarta.
Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api dengan rute Batavia-Buitenzorg (Bogor),
tahun 1873.

Sedangkan alat transportasi yang digunakan di dalam kota adalah trem yang digerakkan oleh
mesin uap.

Trem merupakan angkutan massal pertama yang ada di Jakarta. Pada 1910, Jakarta sudah
mempunyai jaringan trem. Tahun 1960-an, Presiden Sukarno memerintahkan penghapusan
trem karena dianggap tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta.

Trem pun digantikan bus-bus besar. Untuk transportasi jarak dekat, ada oplet dan becak. Ada
pula bemo yang mulai dipakai sejak tahun 1962. Tahun 1970-an, muncul helicak dan bajaj.
Meski sudah dilarang beroperasi, kita masih bisa menemukan beberapa jenis alat transportasi
ini.

Saat ini, alat transportasi darat yang biasa dimanfaatkan masyarakat adalah bus dan kereta
listrik. Pemerintah pun berusaha mengembangkan transportasi massal yang modern dan
murah seperti bus TransJakarta.

Di masa depan, rencananya, akan ada monorel yang lebih cepat dan canggih.

Meski sarana transportasi sudah semakin canggih, alat transportasi tradisional seperti andong
atau delman masih banyak kita temui. Misalnya, di Yogyakarta. ·
.
c. Transportasi Udara
Sejarah transportasi udara di Indonesia terkait dengan sejarah kemerdekaan. Untuk
kemudahan transportasi, pada 1948, mantan presiden Soekarno membeli dua pesawat tipe
DC-3 dari Singapura.
Selengkapnya...
Pembelian pesawat tersebut didanai para pengusaha asal Aceh. Wilayah Aceh kala itu
merupakan bagian Indonesia yang belum tersentuh Belanda.

Sebagai bentuk penghargaan kepada Aceh, dua pesawat tersebut dinamai RI-001 Seulawah
Agam dan RI-002 Seulawah Inong

Pesawat tersebut melakukan penerbangan pertama pada 26 Januari 1949 dengan rute
penerbangan Calcutta-Rangoon.

Kedua pesawat tersebut menjadi cikal bakal perusahaan penerbangan pertama tanah air yaitu
Garuda Indonesia.Industri penerbangan nasional dirintis tahun 1946 di Yogyakarta oleh tim
Angkatan Udara Republik Indonesia yang dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio
Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono.

Salah satu hasil rancangannya adalah pesawat Si Kumbang yang melakukan penerbangan
pertama pada 1 Agustus 1954.

Sejarah Perkembangan Jalur Transportasi dan Perdagangan Internasional di Indonesia


Berkaitan dengan jalur perdanggangan dan distribusi penumpang, saat ini pemerintah
Indonesia mengeluarkan kebijakan mengenai pengembangan tol laut.
Tol laut adalah kapal laut yang berlayar secara rutin dan terjadwal yang menghubungkan
wilayah Indonesia dari barat sampai ke timur dna dari utuara dampai ke selatan.

Menurut Prihartono (2015) dalam pengembangan tol laut terdapat konsep wilayah depan
(foreland) dan wilayah dalam (hinterland).

Konsep wilayah ini merupakan koridor ekonomi yang berbasis maritime dan system logistik
untuk mendukung sector perdagangan, bai k dari dumber daya kelautan maupun dai daratan.

Selain itu, koridor ekonomi tersebut akan mendorong terciptanya pusat-pusat pertumbuhan
bari dan pemeraaan ekonomi di seluruh wilayah Indonesisa.

Konsep wilayah laut menurut Prihartono Pada tol laut terdiri atas kapal pelayaran untuk peti
kemas dan penumang.

Tol laut untuk peti kemas harus didukung oleh pelabuhan laut yang andal, dari segi kapasitas
daya tampung, data dan system informasi, maupun dokumentasi.

Selain itu, harus memperhatikan kecukupan muatan barang baik dari Indonesia Barat ke
Timur maupun sebaliknya.

Tol laut peti kemas harus memiliki pelayaran yang rutin dan terjadwal, baik rute, ukuran
kapal dan waktu pelayaran.Kemudian tol laut untuk peti kemas harus memiliki akses yan
gbaik terhadap daratan, seperti pelabuhan, terminal, sungai dan kawasa pesisir.

Peta pelabuhan yang mendukung tol laut Tol laut untuk penumpang harus mencakup
transportasi yang terintegrasi antara transportasi darat dan transportasi laut.

Tol laut unutk penumpang diarahkan untuk destinasi wisata, komerisal dan pelayaran
(travelling dan leisure). Adapun tujuan dari program tol laut Indonesia dunia, yaitu sebagi
berikut.

a) Memanfaatkan semaksimal mungkin kekayaan sumber daya kelautaj dan perikanan unruk
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
b) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
selama ini sulit mendapatkan akses terhadap pembangunan.
c) Memudahkan masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan kepulauan untuk mengakses
kota-kota besar.
d) Memudahan anak-anak yang tinggal di pulau-pulau kecil dan terpencil untuk bersekolah di
kota besar.
e) Menekan ketimpangan harga antara Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa.
f) Pemerataan distribusi kekayaan sumber daya alam Indonesia maupun penduduk. Tol laut
akan memudahkan pergerakan penduduk semakin mudah, murah dan cepat.

Potensi Sumber Daya Laut


Sumber daya laut merupakan unsur hayati dan nonhayati yang terdapat di wilayah laut.

Kekayaan yang bisa dimanfaatkan dari sumber daya laut yang lain adalah sumber daya alam
berupa mangrove, terumbu karang, dan lain-lain. Sumber daya tersebut dikenal sebagai
sumber daya pesisir.

1. Perikanan
adalah salah satu potensi sumber daya laut di Indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan
penduduk. Laut Indonesia memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per
tahun. Yang dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih
memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan yang ditangkap
tidak mengurangi populasi ikan.

Berdasarkan aturan internasional, jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari
potensi lestari tersebut atau sekitar 5,12 juta ton per tahun. Kenyataannya, jumlah hasil
tangkapan ikan di Indonesia belum mencapai angka tersebut. Ini berarti masih ada peluang
untuk meningkatkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan.

Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya, terlihat adanya perbedaan secara umum antara
wilayah Indonesia bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian Barat dengan rata-rata
kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak ditemukan adalah ikan pelagis kecil.
Kondisi agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur dengan rata-rata kedalaman laut
mencapai 4.000 m. Di kawasan Indonesia bagian Timur, banyak ditemukan ikan pelagis
besar seperti cakalang dan tuna.

Selain ikan yang tersedia di lautan, penduduk Indonesia juga banyak yang melakukan budi
daya ikan, terutama di daerah pesisir. Di pantai utara Pulau Jawa, banyak masyarakat yang
mengembangkan usaha budi daya ikan dengan menggunakan tambak. Jenis ikan yang
dikembangbiakkan di sana adalah ikan bandeng dan udang.

Selain ikan, kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah pesisir berupa hutan
mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang. Indonesia memiliki lebih dari 13
ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang. Garis pantai Indonesia panjangnya
mencapai 81.000 Km, ukuran ini merupakan panjang pantai kedua terpanjang di dunia setelah
Kanada. Oleh karena itu, potensi sumber daya alam di wilayah pesisir sangat penting bagi
Indonesia.

Tidak salah jika pemerintah di bawah pemerintahan presiden Jokowi memfokuskan


pembangunan maritim di Indonesia. Kekayaan alam kita yang berupa ikan malah banyak
diambil oleh oknum-oknum dari negara lain berupa praktik pencurian ikan atau illegal
fishing. Ada beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan kegiatan illegal fishing.
Wilayah yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan adalah Laut Arafuru (Papua) di
Timur perairan Indonesia.

2. Energi kelautan Indonesia


Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar dua
per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang di dunia
setelah Kanada.

Hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi laut.
Energi laut yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (samudera)
merupakan sumber energi di perairan laut. Energi ini berupa energi pasang surut, energi
gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut.

Energi pasang surut di wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak selat
sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini
memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut.

Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk
membangkitkan listrik. Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan energi
pasang surut yang memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia.

Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan
Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter. Teluk Palu yang struktur geologinya
merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang surut. Teluk Bima
di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa
yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.

Untuk lautan di wilayah Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan efisiensi
konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar 240.000 MW.
Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9° Lintang Selatan dan 104-
109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20 Km dari pantai didapatkan
suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan didapatkan perbedaan suhu permukaan dan
kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C.

Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih
tinggi dari 20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energi panas laut dapat dijadikan
alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan energi
pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru mencapai tahap penelitian.
Kekuatan gelombang bervariasi di setiap lokasi. Daerah samudera Indonesia sepanjang pantai
selatan Jawa sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang
cukup besar berkisar antara 10 – 20 kW per meter gelombang.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di Indonesia


bisa mencapai 70 kW/m di beberapa lokasi. Pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan
pantai selatan Pulau Jawa bagian barat juga berpotensi memiliki energi gelombang laut
sekitar 40 kW/m.

Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota
pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Sayangnya, pengembangan teknologi
pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini meskipun cukup menjanjikan namun
masih belum optimal. Pemanfaatan energi gelombang yang sudah diaplikasikan di Indonesia
baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun institusi pendidikan lainnya baru pada tahap
penelitian.

3. Sumber daya minyak dan gas bumi


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan secara
tersirat untuk mengembangkan potensi wilayah minyak dan gas (migas) di Indonesia,
terutama lapangan yang berada lepas pantai (offshore) dan laut dalam (deep water).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja
menyambut baik atas keinginan menteri tersebut. Ia mengetahui potensi migas Indonesia
memang masih banyak seperti wilayah laut dalam. Cekungan-cekungan geologi yang
berpotensi memiliki kandungan minyak dan gas pun masih banyak.

“Cekungan-cekungan kan cukup banyak, cekungan geologi yang mengandung minyak dan
gas di laut dalam. Itu yang harus kita eksplorasi,” kata Wirat, di Kantor Kementerian ESDM,
Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (28/7/2016).

Namun, yang menjadi pertimbangan saat ini adalah biaya eksplorasi untuk pengerjaan
wilayah kerja laut dalam masih sangat mahal. Belum ditambah lagi dengan posisi yang jauh
dan kebanyakan berada di daerah remote. Hal itu yang masih menjadi kajian.

“Biaya eksplorasinya kan tinggi karena laut dalam. Dan jaraknya jauh-jauh. Remote di
Indonesia timur, di laut Makassar. Jadi seperti yang disampaikan sebelumnya, kita sedang
dalam proses menyiapkan regulasi,” jelas dia.

Menurutnya, seperti yang sudah banyak diketahui publik, regulasi mengenai wilayah kerja
laut dalam di Indonesia masih belum atraktif sehingga investor kurang berminat berinvestasi.
Sehingga kebanyakan investor lebih memilih menginvestasikannya di negara lain.

“Sekarang kita kalah atraktif dengan negara yang lain-lain. Sehingga investasi dari
perusahaan-perusahaan kelas dunia. Perusahaan-perusahaan kelas dunia jadi tidak mau
investasi di Indonesia,” ungkap dia.
Untuk itu, lanjut Wirat, pihak Kementerian ESDM bersama Komisi Eksplorasi Nasional
(KEN), SKK Migas, dan para stakeholders sedang merancang dan merumuskan bagaimana
supaya wilayah migas laut dalam di Indonesia lebih menarik mata investor.

“Kalah atraktif kita dengan negara yang lain. Dari fiskal dari pajak, split, banyak hal yang
kita kalah atraktif dengan negara lain,” ucap dia.

Berdasarkan data litbang Kementerian ESDM, Potensi energi di laut Indonesia sampai saat
ini masih didominasi oleh minyak dan gas bumi (migas). Sekitar 70 persen cadangan migas
Indonesia terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai dan lebih dari separuhnya
terletak di laut dalam.

Sejak 2004 telah beroperasi lebih dari 36 perusahaan minyak di Wilayah Kerja (WK) lepas
pantai dari keseluruhan 153 WK yang telah melaksanakan eksplorasi dan eksploitasi di lepas
pantai.

Saat ini, telah terindikasi 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar berada di
darat dan laut dangkal perairan teritorial dan hanya beberapa cekungan yang berada pada
landas kontinen (cekungan busur muka). Ada 16 cekungan sudah berproduksi, delapan
cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum dieksplorasi.

4. Wisata bahari
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. Selain lima pulau utama, yaitu
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, Indonesia juga memiliki pulau-pulau
kecil yang jumlahnya ribuan. Sebagai negara kepulauan, tentu saja pantai yang terdapat di
Indonesia ini berjumlah ribuan juga.

Pantai dan laut tersebut menyimpan berbagai potensi yang jika diolah dengan baik akan
memberikan berbagai keuntungan bagi penduduk sekitar. Salah satu potensi dari laut
Indonesia ialah hasil perikanan. Dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km, dalam
satu tahun Indonesia mampu menghasilkan 5,4 juta ton ikan. Tentu masih ada peluang lebih
untuk mendapatkan ikan lebih banyak lagi. Potensi lain dari bahari adalah wisatanya.

Hutan mangrove dapat menjadi potensi wisata bahari yang menjanjikan bagi para wisatawan.
Sebagai habitat binatang laut, hutan mangrove, juga dapat menjadi manfaat bagi masyarakat
sekitar. Tak hanya pemasukan karena wisatawan, masyarakat juga dapat mempergunakan
kayu bakau untuk menjadi bahan pembuat kertas. Keindahan bawah laut Indonesia juga
menjadi destinasi wisata bahari berikutnya.

Sebut saja Raja Ampat di Papua, Derawan di Kalimantan, dan Pulau Ora di Maluku,
pemandangan bawah lautnya sudah terdengar hingga mancanegara. Ketiga tempat tersebut
merupakan sedikit dari bagian laut Indonesia dengan keindahan bawah laut yang memesona.
Pemandangan bawah laut yang dihasilkan dari terumbu karang dan biota laut Indonesia
menarik para wisatawan.
Indonesia memiliki luas terumbu karang terluas di dunia, yaitu 284.300 km2 yang akan
memuaskan hati para penyelam. Selain pemandangan bawah laut yang indah, hampir seluruh
pantai di Indonesia juga memiliki pemandangan yang tak kalah memesonanya.

Para wisatawan dapat membuktikan dengan mengunjungi pantai-pantai yang terdapat di


selatan pulau Jawa, pantai Parai Tenggiri di Bangka Belitung, dan lain-lainnya. Masih banyak
laut dan pantai di Indonesia yang menyimpan potensi wisata sehingga dapat menambah
jumlah destinasi liburan untuk para wisatawan.

5. Industri maritim
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan mengembangkan industri berbasis maritim.
Potensi untuk mengembangkan industri maritim sangat terbuka mengingat Indonesia
memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia.

Menurut Saleh, ada empat industri maritim yang akan dikembangkan pada periode 2015-201-
, yaitu industri rumput laut, industri pengolahan ikan, industri galangan kapal, dan industri
garam. “Kita tabu bahwa salah satu yang terus didorong oleh presiden yaitu bagaimana agar
industri maritim kita dapat tumbuh dan berkembang karena bagaimana pun dua pertiga dari
wilayah Indonesia adalah laut,” ujarnya.

Industri rumput laut nasional terdiri atas 25 unit usaha besar yang menyerap 3.100 orang
tenaga kerja yang memiliki nilai investasi sebesar USD170juta. “Industri rumput laut saat ini
lebih banyak menjual secara mentah ke luar negeri. Padahal, seharusnya ini bisa dilakukan
hilirisasi dengan menumbuhkan industri turunnya di dalam negeri,” ungkap Saleh.

Saleh menambahkan, industri rumput laut nasional memiliki kapasitas terpasang sebesar
33.000 ton dengan kemampuan produksi 20.000 ton per tahun sehingga menghasilkan utilitas
sebesar 60%. “Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah suplai bahan baku terbatas
untuk industri pengolahan rumput laut karena masih diekspor dalam bentuk mentah, kualitas
bahan baku rumput laut yang rendah, biaya transportasi masih mahal,” jelasnya.

Menurut Saleh, agar industri ini bisa berkembang, Kemenperin akan terus berkoordinasi
dengan instansi-instansi lainnya agar pasokan bahan baku terpenuhi.

Saleh melanjutkan, industri pengelolaan ikan saat ini sama seperti industri rumput laut, yakni
kekurangan bahan baku. “Ini karena banyak terjadi penjualan ikan secara ilegal sehingga
pasokan bahan baku berkurang,” ungkapnya.

Selama ini industri pengolahan ikan nasional yang terdiri atas 37 unit usaha berskala besar
mampu menyerap 62.000 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi Rpl,5 triliun.
Industri pengolahan ikan nasional juga telah memiliki kapasitas terpasang 339.000 ton
dengan kemampuan produksi 197.000 ton per tahun, sehingga menghasilkan utilitas sebesar
58%.
Selain masalah bahan baku, masalah industri pengolahan ikan lainnya terkait saling
pengakuan standar dengan negara-negara tujuan ekspor. “Koordinasinya belum baik sehingga
banyak hasil pengolahan ikan yang ditolak oleh negara tujuan ekspor,” katanya.

Sementara itu, industri galangan kapal nasional masih memiliki potensi yang cukup besar
untuk terus dikembangkan. Untuk industri galangan kapal reparasi, jumlah fasilitas
produksinya sebesar 214 unit dengan kapasitas 12 juta dead weight ton (DWT) per tahun
dengan utilisasi sebesar 85%.
Sedangkan galangan kapal baru, jumlah fasilitas produksinya sebanyak 160 unit dengan
kapasitasl, 2juta DWT pertahun dengan utilisasi sebesar 35%. “Industri galangan kapal di
Tanah Air banyak yang belum tumbuh. Kami koordinasi dengan Menko Maritim bersama
dengan Menteri Perhubungan dan Menteri Keuangan memberikan insentifinsentif,”
ungkapnya.

Industri garam nasional yang terdiri atas 35 unit usaha berskala besar dengan luas lahan
produksi mencapai 22.000 hektare (ha) memiliki kapasitas produksi mencapai 56 juta ton
pertahun.”Membuat garam konsumsi di mana pun bisa, namun berbeda dalam membuat
garam industri. Garam industri kandungan NaCl-nya tinggi sehingga tidak bisa dikonsumsi,”
ujarnya.

Permasalahan yang dihadapi industri garam adalah belum diproduksinya garam industri
dalam skala besar sehingga kebutuhan garam industri sebesar 1,9 juta ton pertahun masih
diimpor. “Membuat garam industri tidak semua laut bisa. Lebih cocok wilayahnya adalah di
kawasan timur Indonesia, khususnya di NTT. Curah hujan dan alamnya cocok untuk
pengembangan garam industri,” tandasnya.

Komitmen pemerintah untuk memajukan sektor maritim juga ditandai dengan


digencarkannya penegakan hukum bagi para pencuri ikan atau illegal fishing. Mulai dari
memperketat pengawasan, melarang kapal-kapal melakukan alih muatan ikan di laut, serta
penenggelaman kapal asing pencuri ikan. Dengan semua upaya tersebut, Presiden Joko
Widodo(Jokowi) optimistis industri perikanan yang semula banyak tutup karena kekurangan
bahan baku akan kembali menggeliat.

6. Jasa angkutan laut


Meskipun dalam beberapa tahun terakhir ini secara bertahap telah terjadi perubahan
penggunaan armada pelayaran asing ke pelayaran domestik untuk mengangkut berbagai
komoditi di dalam negeri, tetapi industri pelayaran didalam negeri, seperti yang disampaikan
Ketua Indonesia Ship Owners Association (INSA) Oentoro Suryo, masih sulit bersaing
dengan pelayaran asing karena keterbatasan jumlah kapal serta kondisi kapal yang ada
sebagian besar adalah kapal tua.

Penambahan jumlah kapal nasional sebagian merupakan pengalihan bendera kapal-kapal


milik pelayaran nasional yang sebelumnya berbendera asing, sehingga penambahan kapal-
kapal baru relatif sangat sedikit.
Masih sulitnya penambahan kapal baru oleh galangan kapal Indonesia karena pihak
perbankan masih belum sepenuhnya mendukung pembiayaan pembangunan kapal. Selain itu
banyaknya biaya pajak yang harus ditanggung untuk pembuatan kapal tersebut, membuat
masih tingginya biaya pembuatan kapal di Indonesia

Kondisi ini membuat beberapa perusahaan pelayaran nasional membangun kapalnya di luar
negeri, karena dianggap lebih murah biayanya dibanding membangun di dalam negeri.

Secara garis besar, perusahaan angkutan laut nasional dikelompokkan menjadi pelayaran
dalam negeri dan angkutan luar negeri untuk ekspor-impor. Perusahaan pelayaran untuk
angkutan dalam negeri, terdiri atas pelayaran antar pulau, pelayaran lokal, pelayaran perintis
dan pelayaran rakyat. Selain itu terdapat perusahaan non pelayaran (pelayaran khusus), yaitu
yang hanya mengangkut keperluan dan hasil industri sendiri, seperti yang dioperasikan oleh
industri-industri pupuk, tepung terigu, semen dan kayu.

Selama tahun 2003 – 2007, jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia cenderung meningkat.
Menurut catatan Ditjen Perhubungan Laut, pada tahun 2003 terdapat 1.705 buah perusahaan,
yang terdiri atas 1.030 perusahaan pelayaran nasional, 267 perusahaan non pelayaran dan
selebihnya sebanyak 408 perusahaan pelayaran rakyat. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan
pelayaran meningkat menjadi 2.326 perusahaan, yang terdiri atas 1.432 perusahaan pelayaran
nasional, 334 perusahaan non pelayaran dan 560 perusahaan pelayaran rakyat. Perkembangan
jumlah perusahaan pelayaran dalam negeri di Indonesia tidak terlepas dari peningkatan
kegiatan ekspor dan juga kebijakan Pemerintah untuk mendukung jasa angkutan laut seperti
diterapkannya azas cabotage untuk 13 jenis komoditas utama sejak tahun 2005.

7. Alur laut kepulauan Indonesia


Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United
Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS), 10 Desember 1982, menjadi awal
lahirnya hukum laut yang mengakui adanya konsep Negara Kepulauan. Pemerintah Republik
Indonesia (RI) kemudian meratifikasi konvensi tersebut dengan Undang-Undang (UU) No.
17 Tahun 1985. Sejak tahun 1994, Hukum Laut Internasional resmi berlaku dan mulai saat itu
pula bangsa Indonesia mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber daya alam,
termasuk yang ada di dasar laut dan di bawahnya. Pasal 49 UNCLOS 1982 menyatakan
kedaulatan dari negara kepulauan meliputi perairan-perairan yang tertutup oleh garis pangkal
demikian pula wilayah udara di atasnya dan dasar laut serta tanah di bawahnya.
Tahun 1996, Pemerintah Indonesia mengusulkan kepada International Maritime Organization
(IMO) tentang penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) beserta cabang-cabangnya
di perairan Indonesia. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 8 UU No. 6/ 1996 tentang Perairan
Indonesia, Alur Laut Kepulauan adalah alur laut yang dilalui oleh kapal atau pesawat udara
asing di atas alur tersebut, untuk melaksanakan pelayaran dan penerbangan dengan cara
normal semata-mata untuk transit yang terus menerus, langsung, dan secepat mungkin serta
tidak terhalang melalui atau di atas perairan kepulauan dan laut teritorial yang berdampingan
antara satu bagian laut lepas atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan di bagian laut lepas
atau Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia lainnya.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2002, tentang Alur Laut Kepulauan
Indonesia, terdapat 3 (tiga) ALKI beserta cabang-cabangnya. Pertama, jalur pada ALKI I
yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Cina Selatan melintasi Laut Natuna, Selat
Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda ke Samudera Hindi. Sebaliknya; dan untuk pelayaran
dari Selat Singapura melalui Laut Natuna dan sebaliknya (Alur Laut Cabang I A).

Kedua, jalur pada ALKI II yang difungsikan untuk pelayaran dari Laut Sulawesi melintasi
Selat Makasar, Laut Flores, dan Selat Lombok ke Samudera Hindia, dan sebaliknya. Ketiga,
jalur pada ALKI-III-A yang difungsikan untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi
Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu.

ALKI III-A sendiri mempunyai 4 cabang, yaitu ALKI Cabang III B: untuk pelayaran dari
Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda, dan Selat Leti ke
Samudera Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III C: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik
melintasi Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda ke Laut Arafura dan sebaliknya; ALKI
Cabang III D: untuk pelayaran dari Samudera Pasifik melintasi Laut Maluku, Laut Seram,
Laut Banda, Selat Ombai, dan Laut Sawu ke Samudera Hindia. Sebaliknya; ALKI Cabang III
E: untuk pelayaran dari Samudera Hindia melintasi Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda,
Laut Seram, dan Laut Maluku.

Masing-masing ALKI mempunyai potensi ancaman yang dinilai relevan dan membutuhkan
koordinasi yang lebih serius. Berdasarkan wawancara penulis dengan narasumber dari Badan
Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), masing-masing ALKI mempunyai potensi
ancaman yang berbeda-beda. Potensi ancaman di ALKI I terkait imbas konflik klaim wilayah
atas kepulauan Spratly dan Paracel di Laut Cina Selatan, seperti digunakannya wilayah ALKI
I untuk kegiatan manuver angkatan perang negara yang terlibat.

Di samping itu, imbas kepadatan lalu lintas pelayaran di Selat Malaka, seperti digunakannya
wilayah ALKI I oleh perompak untuk menghindari kejaran aparat keamanan Indonesia, dan
aparat keamanan gabungan (Indonesia, Malaysia, dan Singapura) atau penyelundupan. Imbas
dari pusat pertumbuhan dan perekonomian Asia dan Asia Tenggara di Republik Rakyat Cina
(RRC) dan Singapura, seperti penyelundupan barang-barang ilegal dan juga perdagangan
manusia, turut menjadi potensi ancaman di ALKI I. Imbas lain adalah bahaya ancaman
bencana alam dan tsunami di Selat Sunda, seperti ancaman gempa vulkanik serta erupsi
gunung berapi (anak Krakatau). Kemudian imbas politik ekspansional Malaysia, seperti
kemungkinan klaim wilayah teritorial baru.

Untuk ALKI II, potensi ancaman berasal dari imbas konflik Blok Ambalat. Digunakannya
wilayah ALKI II untuk manuver angkatan perang negara tetangga dan imbas lepasnya pulau
Sipadan dan Ligitan, seperti penangkapan ikan dan sumber daya alam lainnya secara ilegal.
Di samping itu, imbas dari pusat pariwisata dunia di Bali, seperti penyelundupan barang
secara ilegal dan perdagangan manusia, serta terorisme. Imbas politik ekspansional Malaysia,
seperti kemungkinan baru klaim wilayah teritorial setelah berhasil menguasai pulau Sipadan
dan Ligitan, serta provokasi atas wilayah Blok Ambalat, juga merupakan potensi ancaman
bagi ALKI II.

Sementara itu, untuk ALKI III, potensi ancaman berasal dari imbas konflik internal negara
tetangga di utara (Filipina) dan selatan (Timor Leste). Dijadikannya wilayah ALKI IIIA
sebagai sarana pelarian atau kegiatan lain yang membahayakan keamanan laut. Imbas dari
lepasnya Timor Timur menjadi negara berdaulat (Timor Leste) terkait dengan blok migas di
sebelah selatan pulau Timor, seperti pelanggaran wilayah, penyelundupan, dan klaim
teritorial.

Di samping itu, imbas konflik internal seperti separatisme Republik Maluku Selatan (RMS)
di Maluku dan Gerakan Papua Merdeka (GPM) di Papua. Imbas politik luar negeri Australia,
seperti pelebaran pengaruh Australia terhadap wilayah sekitar di utara (Indonesia, Timor
Leste, dan Papua New Guinea) serta dukungannya terhadap gerakan separatisme. Imbas
selanjutnya adalah potensi sumber kekayaan alam melimpah yang belum terkelola, seperti
pencurian ikan dan pencurian kekayaan alam lainnya, juga merupakan potensi ancaman
tersendiri bagi ALKI III.

Di antara ALKI I, II, dan III, ALKI II merupakan lintasan laut dalam yang ekonomis dan
aman untuk dilalui. ALKI II yang melewati Selat Makassar-Selat Lombok membelah sisi
Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur. Lebih jauh, pendangkalan yang terjadi
akhir-akhir ini di Selat Malaka menyebabkan kapal-kapal besar, terutama kapal tangki,
memindahkan trayek pelayarannya melalui Selat Lombok-Selat Makassar. Sebagai jalur
perdagangan dan pelayaran internasional, ALKI II memiliki nilai strategis. ALKI II yang
mencakup Selat Lombok, Selat Makassar, dan Laut Sulawesi menjadi penting dalam
posisinya sebagai jalur pendukung utama dari Selat Malaka yang sudah amat padat.

Rahardjo Adisasmita, yang dikenal dengan konsep ”Kawasan Pembangunan SEMEJA”-nya,


mengemukakan bahwa di masa depan Selat Lombok-Selat Makassar memegang peran kunci
sebagai jalur pelayaran dunia, di mana jika garis jalur pelayaran vertikal dan garis jalur
pelayaran horizontal ditarik pada bola dunia akan beririsan pada titik yang berada tepat di
Selat Makassar. “Kawasan Pembangunan SEMEJA” adalah konsep yang khas dan
diformulasikan untuk kawasan kepulauan. Konsep pengembangan SEMEJA ini dapat
berbentuk selat, teluk, dan laut yang berfungsi untuk memfasilitasi berkembangnya kegiatan
perdagangan dan transportasi antar daerah yang berada di sekelilingnya dengan berdasar pada
prinsip saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling menguntungkan, di mana kota
yang lebih kuat, besar, dan maju wajib mendorong dan menarik kota yang lebih “kecil”
(Rahardjo Adisasmita, 2008). Adisasmita juga menyatakan bahwa Selat Makassar–Selat
Lombok yang memotong Laut Jawa–Banda–Arafura menjadi penghubung dari Utara
(Filipina) ke arah Selatan (Samudera Hindia) adalah sebagai alur utama transportasi laut
internasional (international sea transportation highway).
Pada dasarnya, negara-negara di dunia sebagai pengguna jalur pelayaran dapat memilih jalur
yang paling aman dan ekonomis dengan mematuhi ketentuan dalam UNCLOS 1982.
Sebaliknya, negara yang dilalui seperti Indonesia, harus menjamin keamanan dan
keselamatan alur laut tersebut di samping memanfaatkan peluang ekonomi dan
meminimalkan kendala dari pilihan jalur tersebut (Hasim Djalal, 1995). Untuk itu, ALKI II
sebagai jalur pelayaran dunia yang potensial di masa mendatang perlu mendapat perhatian
terkait hal ini.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, peningkatan pertahanan-keamanan di


wilayah ALKI II mengingat potensi ancaman yang dimiliki sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, baik dari negara tetangga maupun kapal-kapal asing, terutama potensi ancaman
keamanan nontradisional. Peningkatan pertahanan-keamanan ini bisa dilakukan melalui
peningkatan personel dan peralatan yang dimiliki TNI Angkatan Laut kita, maupun
koordinasi keamanan laut yang efektif di bawah Bakorkamla. Kedua, perubahan paradigma
lama dari continental-based development menjadi maritime/sea-based development sudah
saatnya dilaksanakan secara konsisten, sehingga pemanfaatan ALKI II ini harus ditarik ke
arah pertumbuhan ekonomi kawasan dan pembangunan wilayah. Peningkatan ekonomi di
kawasan pesisir tentu diharapkan akan berkorelasi positif dengan pengurangan gangguan
keamanan di laut. Ketiga, perlunya kajian komprehensif mengenai ALKI II, baik dari aspek
pertahanan-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya sehingga mendapat pemetaan yang jelas
mengenai potensi ancaman dan potensi ekonomi yang bisa dikembangkan masyarakat pesisir,
terutama mendukung maritime/sea-based development.

Anda mungkin juga menyukai