Anda di halaman 1dari 19

A.

Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia

1.Kedudukan Bahasa Indonesia


Kedudukan Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa
nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masing-masing seperti berikut:

A. Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa
dan antar golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928.

B. Bahasa Nasional
Bahasa Nasional adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia
luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1. Lambang kebanggaan kebangsaan Indonesia.
2. Identitas nasional dimata internasional.
3. Sarana hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Pemersatu lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.

C. Bahasa Negara
Bahasa negara adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai
aktivitas dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan.
2. Fungsi bahasa sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi.
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagai negara
Indonesi sebagai negara berkembang.
4. Fungsi bahasa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (IPTEK).

D.Bahasa Baku
Bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan
sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:

1
1. Pemersatu sosial, budaya, dan bahasa.
2. Penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi.
3. Penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual.
4. Penanda acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi
keterkaitan antar unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa
Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri.
Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat
regional ASEAN, dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia,
eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan
argumentatif.

2. Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu
fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun.

Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa
berikut:
1. Fungsi ekspresi dalam bahasa
2. Fungsi komunikasi dalam bahasa
3. Fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa
4. Fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa)

Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi


lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami orang lain
3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik
6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:

2
A. Fungsi ekspresi

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan
disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud :
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide.
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.

B. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri.
Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika
ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik
bila ekspresi berterima, dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.

C.Fungsi integrasi dan adaptasi sosial

Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan
merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun
dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana
mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan
kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan
aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.

3
D.Fungsi kontrol sosial

Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang
dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling
memahami.
Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu
terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat
berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang
tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat
seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan
penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.

Fungsi membentuk karakter diri


Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18)
Masih banyak fungsi bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa
dapat dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa
Indonesia.

B. Bahasa Indonesia Yang Baku

1.Pengertian Kata Baku

Pengertian kata baku adalah kata yang digunakan dan telah sesuai dengan kaidah atau
pedoman bahasa yang sudah ditentukan. Pengertian kata baku ini merupakan suata kata yang
aturan dan ejaan kaidah bahasa Indonesianya sudah benar serta bersumber dari bahasa baku
yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Biasanya, kata baku digunakan untuk penulisan ataupun pengungkapan kata-kata yang
bersifat resmi baik dalam suatu tulisan atau dalam pengungkapan kata. Umumnya, kata baku
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan suatu kata dianggap tidak baku apabila kata yang digunakan tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Tidak bakunya sebuah kata tidak hanya diakibatkan oleh salah

4
penulisan saja, melainkan juga diakibatkan oleh pengucapan yang salah dan juga karena
penyusunan suatu kalimat yang tidak tepat.

Umumnya, kata tidak baku sering diucapkan atau muncul dalam percakapan sehari-hari.

2.Pengertian Kata Tidak Baku

Setelah memahami pengertian kata baku, selanjutnya adalah pengertian kata tidak baku.
Pengertian kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah atau
pedoman bahasa yang telah ditentukan. Umumnya, kata tidak baku sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur.

Ada berbagai faktor yang mengakibatkan kta-kata tidak baku bisa terucap, di antaranya:

- Yang menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dimaksud.

- Yang menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari pemakaian suatu kata, inilah
yang mengakibatkan kata tidak baku selalu muncul.

- Yang menggunakan kata bahasa sudah terpengaruh oleh orang-orang yang terbiasa dengan
menggunakan kata tidak baku.

- Orang yang menggunakan bahasa sudah terbiasa memakai kata tidak baku.

3. Ciri-ciri Kata Baku dan Tidak Baku

A.Ciri-ciri Kata Baku

- Kata baku tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah,

- Kata baku tidak dipengaruhi oleh bahasa asing,

- Pada pemakaian imbuan kata baku ini bersifat eksplisit,

- Baku adalah bahasa percakapan,

- Kata baku digunakan sesuai dengan konteks kalimat,

- Kata baku tidak terkontaminasi atau tidak rancu,

- Kata baku tidak mengandung arti pleonasme,

5
- Kata baku tidak mengandung hiperkorek.

B.Ciri-ciri Kata Tidak Baku

- Biasanya digunakan dalam bahasa sehari-hari

- Sudah dipengaruhi oleh bahasa asing atau bahasa daerah

- Sudah dipengaruhi oleh perkembangan zaman

- Bentuknya mudah berubah-ubah

- Memiliki arti yang sama meskipun terkesan berbeda dengan bahasa baku

4.Fungsi Kata Baku

A.Sebagai Pemersatu

Fungsi penggunaan kata baku bagi masyarakat Indonesia adalah untuk menghubungkan
semua penutur dari berbagai macam bahasa daerah yang berbeda-beda. Nah, dengan
penggunaan kata baku, bahasa baku dapat dijadikan pemersatu masyarakat-masyarakat
daerah menjadi satu bangsa.

B.Sebagai Pemberi Kekhasan

Indonesia mengharuskan setiap wilayah daerahnya menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Nah, melalui fungsi itu, maka bahasa baku dapat
memperkuat rasa nasionalisme masyarakat daerah yang bersangkutan

C.Pembawa Kewibawaan

Bahasa baku juga ikut serta membawa wibawa atau prestise seseorang. Fungsi pembawa
kewibawaan bersangkutan dengan usaha seseorang dalam mencapai kesederajatan dengan
peradaban yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku sendiri.

Ya, bagi seorang penutur atau pembicara yang mahir berbahasa Indonesia yang baik dan
benar di suatu masyarakat akan memperoleh wibawa di mata masyarakat tersebut.

6
5.Penggunaan Kata Baku

- Membuat surtat dinas, surat edaran dan surat resmi lainnya.

- Membuat laporan

- Membuat karya ilmiah

- Membuat nota dinas

- Membuat surat lamaran pekerjaan

- Saat musyawarah atau diskusi

- Saat berpidato dan rapat dinas

- Surat menyurat antar organisasi, instansi atau lembaga, dan lain sebagainya.

6.Contoh Kata Baku dan Tidak Baku

A.Contoh Kata Baku

Contoh kata baku, misalnya seperti: aktif, pasif, apotek, efektif, nasihat, karena, foto, biosfer,
bus, objek, teknik, daftar dan lain sebagainya.

Contoh kalimatnya: pada hari ini saya akan makan siang di rumah.

B.Contoh Kata Tidak Baku

Contoh kata tidak baku, misalnya seperti: aktip, pasip, efektip, karna, poto, bis, obyek,
tekhnik, nasehat, biosfir, dan lain sebagainya. Contoh kalimatnya: saya akan makan siang di
rumah hari ini

C. Pengertian penalaran,proporsi,evidensi,infrensi dan implikasi

1. Definisi Penalaran

Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Ketika
seseorang sedang melanarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan mendapat sebuah

7
pemikiran dimana pemikiran tersebut adalah suatu kesimpulan masalah yang sedang
dihadapi. Contoh saja kalau kita sedang berkendara dan terjebak di derasnya hujan, apakah
yang akan kita lakukan?disitulah nalar kita bekerja. mencari sebuah solusi agar kita bisa
terhindar dari derasnya hujan dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai untuk
berteduh.

 Ciri – Ciri Penalaran


Penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Adanya suatu pola pikir yang secara luas di sebut logika
Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berfikir berdasarkan langkah – langkah tertentu.
Menghasilakan kesimpulan berupa pengetahuan,keputusan atau sikap yang baru.
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah di peroleh.
Tujuan Penalaran
Tujuan dari penalaran yang terjadi diatas tersebut adalah untuk menentukansecara logis atau
objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat dilaksanakan.

Metode Dalam Penalaran


Ada dua jenis metode dalam menalar, yaitu induktif dan deduktif.
• Penalaran Induktif
Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses penalaran untuk menarik
suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang bersifat
umum berdasarkan atas fakta-fakta khusus.
Contoh penalaran induktif : Kerbau punya mata. Anjing punya mata. Kucing punya mata.
Setiap hewan pasti punya mata.

 Ciri- Ciri Paragraf Induktif :


• Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
• Kesimpulan terdapat di akhir paragraf.
• Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas. Kalimat utama
paragraf induktif terletak di akhir paragraf.
• Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama.
• Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan

8
peristiwa-peristiwa khusus.
• Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.
Jenis-jenis Penalaran Induktif :

 Generalisasi

Penalaran yang merupakan yang mengandalakan beberapa pernyataan yang


mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh :Ade adalah tentara yang mempunyai badan gagah
Bari adalah tentara yang mempunyai badan gagah
Generalisasi :Semua tentara mempunyai badan gagah
 Analogi (Analogi Induktif) Dalam analogi, kita membandingkan dua macam
hal.Dalam penalaran ini kita hanya memperhatikan persamaannya,tanpa
memperhatikan perbedaannya.Jadi,kesimpulan yang didapat didasarkan pada
persamaan diantara dua hal yang berbeda. proses penalaran untuk menarik
kesimpulan/referensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran
suatu gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan.
Tujuan dari penalaran secara analogi yakni :
• Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
• Analogi dilakukan untuk menyingkap kekeliruan.
• Analogi dilakukan untuk menyusun klasifikasi.

Contoh: Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan
lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi
masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun
melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus
memiliki fisik dan mental yang kuat.

 Hubungan Sebab Akibat


Hubungan sebab akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan
fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari
fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.
 Penalaran sebab akibat dapat di bedakan menjadi 3 macam :
• Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab,

9
kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh : Belajar, berdoa, tekun, dan tidak putus asa adalah hal yang bisa membuat
kita berada di puncak kesuksesan
• Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat,
selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh : Marak terjadi tindak kriminal di perkotaan seperti, tingkat stres yang
tinggi,tawuran antar wilayah dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan harga bbm
sehingga mengalami kesulitan ekonomi.
• Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi
sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang
menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
• Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif didasarkan pada teori yang berlaku umum tentang hal / gejala. Ditarik
kesimpulan hal yang khusus. Merupakan bagian dari hal/gejala tadi. Secara garis besar maka
penalaran deduktif adalah bergerak dari hal atau gejala yang khusus menjadi gejala yang
khusus.

Jenis-jenis penalaran deduktif :


• Silogisme
Penalaran deduksi biasanya sering digunakan adalah silogisme. Silogisme adala penalaran
secara tidak langsung. Dalam silogisme kita terdapat dua premis dan satu premis kesimpulan.
Kedua premis itu adalah premis umum/premis mayor dan premis khusus/premis minor. Dari
kedua premis tersebut kesimpulan dirumuskan.
• ENTINEM
Entinem adalah silogisme yang dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus dan
kesimpulan. Entimen mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua preposisi tersebut,
yaitu preposisi khusus (premis khusus) merupakan sebab bagi apa yang terkandung di
dalam preposisi kesimpulan.

Contoh :
• Laptop adalah barang elektronik membutuhkan aliran listrik untuk beroperasi
• DVD Player adalah barang elektronik membutuhkan aliran listrik untuk beroperasi

10
2. Definisi Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat.
Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat
atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat
harapan,dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi. Hanya kalimat berita yang netral
yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila
diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
• Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

 Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya
mengandung satu pernyataan.
Contoh :
o Semua petani harus bekerja keras.
o Setiap pemuda adalah calon pemimpin
 Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu
predikat.
contoh :
o Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
o Paman bernyanyi dan menari.
• Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifat, proporsisi dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak
membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
o Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
o Semua daun pasti berwarna hijau.
Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek
dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional
hipotesis dan disjungtif.
o Contoh proposisi kondisional:

11
jika hari mendung maka akan turun hujan
o Contoh proposisi kondisional hipotesis:
Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
o Contoh proposisi kondisional disjungtif:
Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
• Berdasarkan kualitas
Proposisi ini juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Positif (afirmatif)
proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
o Semua dokter adalah orang pintar
o Sebagian manusia adalah bersifat sosial
Negatif
proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
o Semua harimau bukanlah singa
o Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok
• Berdasarkan kuantitas
proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
Umum
Predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek.
Contoh:
o Semua gajah bukanlah kera
o Tidak seekor gajah pun adalah kera
Khusus
predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
o Sebagian mahasiswa gemar olahraga
o Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi

3. Definisi inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang
diketahui atau dianggap benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik.
Hukum valid inference dipelajari dalam bidang logika.

12
Inferensi manusia (yaitu bagaimana manusia menarik kesimpulan) secara tradisional
dipelajari dalam bidang psikologi kognitif, kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan
sistem inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia.inferensi statistik memungkinkan
untuk kesimpulan dari data kuantitatif.

Contoh inferensi :
Inkoherensi
tidak ada definisi inferensi deduktif telah ditawarkan. definisi yang ditawarkan adalah untuk
inferensi INDUKTIF.
Filsuf Yunani didefinisikan sejumlah silogisme ,bagian tiga kesimpulan yang benar,yang
dapat digunakan sebagai blok bangunan untuk penalaran yang lebih kompleks. Kita mulai
dengan yang paling terkenal dari mereka semua:
• Semua manusia fana
• Socrates adalah seorang pria
Oleh karena itu, Sokrates adalah fana.
Pembaca dapat memeriksa bahwa tempat dan kesimpulan yang benar, tetapi Logika berkaitan
dengan inferensi: apakah kebenaran kesimpulan mengikuti dari yang tempat?
Validitas kesimpulan tergantung pada bentuk kesimpulan. Artinya, kata “berlaku” tidak
mengacu pada kebenaran atau kesimpulan tempat, melainkan dengan bentuk kesimpulan.
Inferensi dapat berlaku bahkan jika bagian yang palsu, dan dapat tidak valid bahkan jika
bagian-bagian yang benar. Tapi bentuk yang valid dengan premis-premis yang benar akan
selalu memiliki kesimpulan yang benar.
Sebagai contoh, perhatikan bentuk berikut symbological trek:
• Semua apel biru.
• Pisang adalah apel.
Oleh karena itu, pisang berwarna biru.

4. Definisi Implikasi
Implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam
fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang
logis harus disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam
evidensi (=implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (=inferensi).

13
Implikasi dapat merujuk kepada:
• Dalam manajemen:
o Implikasi procedural meliputi tata analisis, pilihan representasi, peracanaan kerja dan
formuasi kebijakan
o implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
• Dalam logika:
o Implikasi logis dalam logika matematika
o Kondisional material dalam falsafah logika
Jadi definis implikasi dalam bahasa indonesia adalah keterlibtan atau keadaan terlibat.
Contoh : implikasi manusi sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat
dan kepentinganya.

D.Wujud Evidensi Merupakan Fakta, Kesaksian dan Autoritas

1. Wujud Evidensi

Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan
sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan
saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami
sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu
sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau
diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data
(apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).

Kita mungkin mengartikannya sebagai “cara bagaimana kenyataan hadir” atau perwujudan
dari ada bagi akal”. Misal Mr.A mengatakan “Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan
solo”, apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan “fakta
yang menarik”. Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata
demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, Tentu saja kemungkinan
untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah
menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan

14
persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah
tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, “Ada tiga
jendela di dalam ruang ini,” persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini
evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di
maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu
sumber tertentu.

E.Cara Menguji Fakta Dan Autoritas

1. Cara menguji Data


Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu
perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan
fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut :
Observasi
Kesaksian
Autoritas
b) Cara menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus
diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan
bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut
dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
Cara menguji fakta ada dua yaitu :
Konsistensi
Koheresi

2. Cara menguji Autoritas

Menghidari semua desas-desus atau kesaksian, baik akan membedakan pula apa yang hanya
merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian
atau data eksperimental. Ada beberapa cara sebagai berikut :
Tidak mengandung prasangka

15
pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan
pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
Pengalaman dan pendidikan autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh
menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang
dilakukan, presentasi hasilpenelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
Kemashuran dan prestise
Ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan
dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi
di bidang lain.
Koherensi dengan kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu.

F.Pengertian Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis

1.Keterampilan menyimak (listening skills)


Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang
bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi
juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara
interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi
dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam
menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh
karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta
lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara
agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu
mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial.
Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari
pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta
pembicaraan diperlambat.
Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya
untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa
hal berikut:
1.Menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat
jangka pendek (short-term memory);

16
2. Berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;
3. Menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan
adanya reduksi bentuk-bentuk kata;
4. Membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
5. Mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);
6. Mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;
7. Menebak makna dari konteks;
8. Kelas-kelas kata (grammatical word classes);
9. Menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
10. Mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
11. Mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan
unsur-unsur lainnya.

2. Keterampilan berbicara (speaking skills)


Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang
bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara,
yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya
percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya
pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi,
pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan
bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di
hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan
interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari
ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-
betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.
Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara.
Seorang pembicara harus dapat:
a. Mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya;
b. Menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga
pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara;
c. Menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
d. Menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi,
termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
e. Berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi
pendengar;
f. Berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide
utama;

17
g. Berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti
pembicaraan.

3. Keterampilan membaca (reading skills)


Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang
bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari
keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi
yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi
dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus
dimiliki pembaca adalah:
1. Mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2. Mengenal kosakata;
3. Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama;
4. Menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
5. Mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
6. Menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek,
dan preposisi;
7. Mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8. Merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
9. Menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-
kesimpulan;
10. Menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan
gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama;
11. Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
12. Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca
yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi
secara mendalam.

4. Keterampilan menulis (writing skills)


Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat
produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-
jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-
kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran
dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis
perlu untuk:

18
1. Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;
2. Memilih kata yang tepat;
3. Menggunakan bentuk kata dengan benar;
4. Mengurutkan kta-kata dengan benar;
5. Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;
6. Memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
7. Mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau
informasi tambahan;
8. Mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga
pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
9. Membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran
mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum
mereka ketahui dan penting untuk ditulis.

19

Anda mungkin juga menyukai