Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REKAYASA IDE KESEHATAN KESELAMATAN KERJA ( K3 )

DOSEN PENGAMPU Ir.FIRDAUS,M.Kes.

Oleh
Ahmad Fadil Darrian NIM : 5183122034
Andre Panjitan NIM :5183122019
Ibnu Firza Nim: 5183322008

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Pertama tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa ,
sebab telah memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada saya sehingga
mampu menyelesaikan tugas “REKAYASA IDE KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA”tepat pada waktunya .
Rekayasa ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua mengenai bagaimana merekayasa sebuah kepemimpinan itu agar
mendekati sempurna .
Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan , saya mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas. Karena itu
saya menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
meyempurnakan tugas ini .
Akhir kata saya berharap semoga rekayasa ide ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi saya khusunya . atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 20 Mei 2019

Penulis
Peraturan Dan Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Industri Pemrosesan
Daging Pada Unit Penyemprotan Gas ( Gas Flushing) Dan Mesin Pemrosesan
Daging (Dice Dan Cuber )
I. Latar Belakang
Industri merupakan tempat pengolahan suatu bahan baku menjadi bahan setengah
jadi ataupun barang jadi. Pada zaman modern seperti sekarang ini industri merupakan
pemegang peranan penting sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam
bidang pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dunia akan barang jadi atau barang
konsumsi. Kebutuhan akan barang dan jasa di dunia akan terus berkembang dan beragam
seiring dengan perkembangan zaman, peningkatan ekonomi dan peningkatan jumlah
penduduk di dunia.
Kenaikan kebutuhan akan barang dan jasa tersebut secara otomatis mempunyai
korelasi positif terhadap perkembangan industri, oleh karena itu industri sebagai penyedia
barang dan jasa selalu berusaha untuk mengoptimalkan proses
produksinya dengan berbagai cara termasuk dengan memperbanyak mesin yang digunakan
untuk proses produksi, moderenisasi mesin-mesin untuk proses produksi dengan maksud
untuk memodifikasi atau mengimprovisasi proses produksi.
Proses penambahan mesin atau moderenisasi mesin tersebut tentunya akan memperbanyak
variasi resiko yang dihadap oleh pekerja disuatu industri sehingga
pihak industri juga harus berusaha dan bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan
pekerjanya masing-masing
Suatu industri yang bertanggung jawab pada keselamatan pekerjanya tentunya akan
berusaha untuk mengurangi, memperkecil dan bahkan meniadakan kecelakaan kerja yang
terjadi di area industrinya. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan suatu standar
kesehatan dan keselamatan kerja yang valid dan bermutu baik. Penerapan suatu usaha-
usaha pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terintegrasi dalam suatu
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ini akan
berbeda-beda antara satu industri dengan industri lainnya, sesuai dengan jenis teknologi
proses produksi, jenis bahaya dan tingkat bahaya ditempat kerja.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai usaha pencegahan kecelakan dan
penyakit akibat kerja pada suatu industri pemrosesan daging dalam konteks penerapan
suatu peraturan dan prosedur keselamatan.
II. Gambaran Umum Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Industri Pemrosesan
Daging
Pada Industri pemrosesan daging seperti pada industri lainnya maka terdapat
berbagai jenis resiko kecelakaan kerja dan menurut statistik cukup besar. Menurut data
British meet processor association jumlah kecelakaan kerja di industri pemerosesan
daging di inggris pada tahun 1990 berdasarkan satandar HSE (jumlah kecelakaan dibagi
dengan jumlah pekerja dikali 100.000) menunjukkan angka 4852
( British meet processor association,1990 ), kebanyakan kecelakaan kerja di industri
pemrosesan daging umumnya mengakibatkan patah tulang, amputasi, perawatan 24 jam,
luka bakar (akibat tersengat listrik).
Berdasarkan survey British meet processor association pada tahun 2004-
2005, yang melakukan survey mengenai jumlah kecelakaan kerja berdasarkan jenis
penyebab kecelakaan kerjanya dan lama pekerja tidak bekerja akibat insiden tersebut
menyimpulkan bahwa kerugian / luka-luka / injuries akibat kasus kecelakaan kerja di
industri pemerosesan daging mayoritas karena manual handling seperti membawa,
mengangkat sesuatu barang.
III. Peraturan Keselamatan Di Industri Pemrosesan Daging
Pada subbab ini akan dijabarkan mengenai standar peraturan keselamatan di industri
pemrosesan daging berasarkan British meet processor association. Standar
peraturan keselamatan dalam industri pemrosesan daging pada dasarnya sangat
banyak dan bervariasi, yang umumnya berfokus pada peraturan keselamatan
penggunaan setiap mesin-mesin produksi. Dalam makalah ini sendiri peraturan
keselamatan yang akan dicantumkan yaitu standar peraturan keselamatan pada
penggunaan mesin pada proses produksi yaitu mesin penyemprot gas ( gas Flushing ) dan
mesin pemerosesan daging (dice dan Cuber ). Peraturan yang dicantumkan pada subbab ini
nantinya akan dibahas mengenai tingkat urgensinya dan hubungannya dengan prinsip
keilmuan dalam bidang HSE.
III.1. Standar Peraturan Keselamatan Penggunaan Gas Flushing
Gas Flushing merupakan unit mesin dalam industri pemrosesan daging yang
penggunaannya bersamaan dengan mesin pengepakan daging dan berfungsi untuk
memperpanjang umur produk atau memperpanjang waktu pembusukan daging. Gas yang
sering digunakan yaitu : karbon dioksida, nitrogen, oksigen dan campuran gas inert. Proses
ini digunakan sebelum proses final /penyegelan/pengepakan dagin hasil olahan dan
dilakukan pada tekanan rendah.
Berikut ini adalah standar peraturan keselamtan dalam penggunaan Gas Flushing pada
industri pemrosesan daging.
1. Tempat penyimpanan gas oksigen, gas nitrogen cair, gas karbon dioksida dan gas inert
lainnya harus mengikuti standar penyimpanan gas pada tabung bertekanan yang terdapat
pada lampiran I.
2. Setiap tempat penyimpanan gas harus ditempatkan pada area atau ruangan yang memiliki
ventilasi yang memadai. Suatu jeruji besi atau proteksi lain yang sejenis harus dipasangkan
pada tabung penyimpanan gas untuk mencegah benturan karena kendaraan. Tabung
penyimpanan gas harus ditempatkan pada posisi yang stabil. Tabung yang sudah kosong
harus di isi ulang secepatnya.
3. Setiap jalur perpipaan gas dari tempat penyimpanan dan unit Gas Flushing harus dirancang
sedemikian rupa agar tidak menghalangi pergerakan pekerja dan diisolasi untuk
menghindari benturan. Kebocoran atau kerusakan pada
pipa akan mengakibatkan kepada peningkatan oksigen / Oxygen enrichment diruangan dan
memperbesar resiko kebakaran. Dan jika yang dialirankan gas inert akan mengakibatkan
resiko sesak napas karena terhirupnya gas inert tersebut atau turunnya konsentrasi oksigen
dalam ruangan atau yang lebih dikenal dengan istilah asphyxiation
4. Aksoris pengukur tekanan pada tabung tempat penyimpanan gas dan unit Gas
Flushing . Harus terdapat alat sensor sehingga pada saat tidak terdapat aliran gas maka unit
Gas Flushing tidak akan beroperasi.
5. Aksesoris pipa berupa reducing valve sebaiknya digunakan pada sumber gas (tempat
penyimpanan gas atau tabung gas) sehingga sistem perpipaan mempunyai tekanan yang
relatif rendah.
6. Setiap jalur perpipaan harus diberi kode warna dan menunjukkan arah aliran.
7. Suplai gas pada sumber utama gas harus diisolasi atau dihentikan pada saat proses
produksi tidak berjalan.
8. Harus terdapat suatu alat sampling gas untuk melakukan pengecekan periodik konsentrasi
gas pada udara ruang kerja.
9. Penggunaan LEV harus dipertimbangkan untuk digunakan untuk mencegah
peningkatan konsentrasi gas di udara, khususnya jika proses operasi dilakukan pada ruang
tertutup / confined space
10. Hanya orang yang terlatih dan mempunyai izin untuk mengakses ,mengganti, dan
mengecek operasional dari unit Gas Flushing.
11. Supervisor harus memastikan para pekerja yang beroperasi pada unit Gas
Flushing dan disekitarnya sadar, mengetahui dan perduli terhadap bahaya yang
ditimbulkan dari pengoperasian unit Gas Flushing.
Standar keselamatan pada tempat penyimpanan gas
1. Area penyimpanan gas yang memungkinkan untuk menyebabkan asphyxiation jika
dimungkinkan harus dibangun pada area dimana terdapat ventilasi dan aliran udara yang
lancar. Area penyimpanan gas hendaknya tidak dibangun ada area yang tertutup oleh
struktur bangunan yang akan membatasi aliran udara secara alami. Tempat penyimpanan
gas tidak diperkenankan untuk dibangun pada area gudang bawah tanah atau tempat lainya
yang memungkinkan untuk terjadinya akumulasi gas jika terjadi kebocoran. Jika tempat
penyimpanan harus dibangun di dalam gedung maka harus dibangun pada lokasi yang
tidak ditempati dan jauh dari ruangan yang terdapat kegiatan.
2. Jika tempat penyimpanan memang harus dibangun di dalam gedung maka harus tersedia
ventilasi umum ( general ventilation). Jika memang harus terdapat kegiatan disekitar
tempat penyimpanan maka harus tersedia suatu akses cepat untuk keluar ruangan. Setiap
pipa pengeluaran dari pipa ventilasi harus menuju tempat / area terbuka.
3. Tabung tempat penyimpanan gas harus memiliki aksesoris untuk mengeluarkan tekanan
berlebih (overpressure relief device) dan saluran keluaran dari overpressure relief device
harus mengarah keluar ruangan sehingga surplus gas yang keluar dapat langsung
terlarutkan oleh udara segar.
4. Pipa transfer gas dan setiap aksesoris saluran transfer dari tabung / tempat penyimpanan
gas harus dipelihara dan dirawat agar tetap dalam kondisi baik.
5. Sistem pengawasan harus diterapkan untuk mencegah masuknya personil yang tidak
memiliki izin resmi ke tempat penyimpanan tabung penyimpanan gas.
6. Proses pemindahan gas nitrogen cair atau gas inert lainya menuju ke tempat
penyimapanan dengan menggunakan kendaraan pengangkut harus dilakukan ditempat
terbuka dan pada tempat yang tidak membatasi dispersi gas atau uap gas. Jika
dimungkinkan posisi truk pengangkut saat melakukan pengisian tidak pada jalan
umum/publik, tetapi jika memang harus dilakukan pada jalan umum maka harus dilakukan
suatu pengawasan dan pemberian papan peringatan sehingga orang yang tidak
berkepentingan dengan proses pengisian tidak mendekat.
7. suatu sistem kerja yang baik harus diterapkan untuk memastikan tabung gas tidak diisi
secara berlebihan. Pipa pengisian ke /transfer gas dari tempat
penyimpanan gas harus sesuai dengan diameter tabung gas / dewar flask dan debit yang
diperlukan. Pengisian tabung gas / dewar flask tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan.
III.2. Standar Peraturan Keselamatan Penggunaan mesin pemrosesan daging (dicer dan
Cuber )
Mesin jenis ini berfungsi untuk memperkecil ukuran daging segar dan membentuk
serta memotong daging segar agar berbentuk kubus. Secara umum mesin dicer dan cuber
dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan model pengoperasiannya.(1) mesin yang mendorong
produk daging menuju segmen-segmen pemotong yang akan memperkecil ukuran daging
dan kemudian daging akan dipotong membentuk kubus denga mengunakan pisau potong
yang berputar. (2) mesin yang akan memotong daging menjadi bagian-bagian yang kecil
kemudian menggunakan mesin pemotong multi segmen. Kedua tipe ini menggunakan
sistem pengumpanan semi otomatis, manual atau otomatis. Hasil produk dari mesin ini
akan menuju conveyor kemudian masuk ke dalam container.
Berikut ini adalah standar peraturan keselamtan dalam penggunaan dicer dan Cuber pada
industri pemrosesan daging :
1. Hasil keluaran dari mesin harus segera menuju kontainer ataupun conveyor yang tertutup
sehingga mencegah akses menuju mesin pemotongnya.
2. Setiap pintu yang tidak menetap (non-fixed) dan bagian lain dari mesin yang
memungkinkan untuk diakses, serta akses tersebut berkaitan dengan bagian berbahaya
bagi mesin harus di beri pengamann interlocked .
3. Setiap kali pintu pada ruang pemotongan terbuka 20 mm atau bagian dari sistem pembawa
hasil produk dari mesin (kontainer atau conveyor ) bermasalah maka pisau pemotong
harus dapat berhenti dalam 0,15 detik.
4. Sistem Hopper dari mesin harus tertutup sehingga mencegah akses menuju
bagian mesin yang berbahaya. Hal ini mencakup kisi-kisi yang interlocked, pada mesin
besar yang mempunyai Hopper lebih dari 1600mm harus mempunya cermin yang
membuat pengawas mesin bisa melihat ke dalam mesin dan juga harus mempunyai
indikator yang memperlihatkan kapasitas isi dari Hopper. Jika bagian dari Hopper yang
berbahaya bisa diakses maka harus di pasang pengaman yang interlocked .
5. Harus tersedia jarak minimum 120 mm antara mesin dan alat pengumpan daging yang
akan diproses. Jika mesin pengumpan dikontrol secara manual maka kecepatannya harus
tidak lebih dari 0,4 m/detik dan jika diperasikan secara otomatis harus 0,1 m/detik.
6. Usaha perawatan dari mesin harus dilakukan oleh orang yang benar-benar kompeten dan
terlatih. Petugas yang melakukan pembersihan dan perawatan harus mengenakan sarung
tangan karet terutama petugas yang akan membersihkan atau perawatan pada mesin
pemotong.

IV.Pembahasan Mengenai Aspek Peraturan Keselamatan Dan Hubungannya


Dengan Prinsip Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Lingkungan
Peraturan-peraturan yang diterapkan dalam industri pengolahan daging disusun
berdasarkan analisa jenis dan tingkat bahaya yang ditimbulkan dari proses atau cara kerja,
teknologi proses dan peralatan yang digunakan dalam industri
pemrosesan daging. Selain itu penyusunan suatu peraturan keselamtan erat kaitannya
dengan teori-teori, prinsip-prinsip dasar dan praktik mengenai keselamatan dan kesehatan
pekerja industri, sehingga dalam bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara
peraturan-peraturan keselamatan dalam penggunaan unit gas flushing dan mesin dicer dan
cuber pada suatu industri pemrosesa daging dengan teori dan prinsip dasar keselmatan dan
kesehatan kerja.
IV.1 Peraturan Keselamatan Penggunaan Gas Flushing Korelasinya Dengan
Teori Atau Prinsip Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Penggunaan unit Gas Flushing pada industri pengolahan daging ini mempunyai
potensi bahaya bagi pekerja, bahaya yang ditimbulkan pada proses ini yaitu resiko
kebocoran gas pada sistem perpipaan dan tangki bertekanan, baik tangki
bertekanan pada tempat penyimpanan gas maupun pada unit Gas Flushing . Resiko
kebocoran gas pada unit Gas Flushing akan menyebabkan terlepasnya gas yang digunkan
untuk gas flushing, gas yang digunakan dapat berupa karbon dioksida, nitrogen ataupun
campuran gas lainnya.Terlepasnya gas ini ke lingkungan kerja terutama pada lingkungan
yang tertutup dan minim ventilasi akan segera mengakibatkan gejala Asphyxiants.
Asphyxiants merupakan gejala dimana proses pernapasan / oksigenasi sel sehingga
mengakibatkan sesak nafas yang dapat mengakibatkan kematian terganggu karena suatu
substansi dan digolongkan menjadi Simple Asphyxiants dan Chemical Asphyxiants.
(Goetsch,2005). Pada unit Gas Flushing Jenis Asphyxiants yang menjadi resiko yaiut
Simple Asphyxiants. sim ple Asphyxiants merupakan Asphyxiant yang diakibatkan oleh
gas inert yang membuat tipisnya konsentrasi oksigen pada zona
pernapasan dan mengakibatkan jumlah oksigen yang ditransportasikan dari paru-paru
melalui aliran darah ke seluruh sel tidak mencukupi. hal ini mengakibatkan gangguan pada
bagian-bagian tubuh/organ tubuh yang vital dan membutuhkan oksigen. (Plog and
Quinlan,2002). Simple Asphyxiants dapat mengakibatkan kematian karena di dalam tubuh
banyak organ vital yang membutuhkan oksigen untuk menjalankan mekanisme respirasi
selnya, sebgai contoh tanpa oksigen yang mencukupi sel otak akan mati dalam jangka
waktu 2-5 menit.
Asphyxiants merupakan salah satu insiden industri yang dapat berakibat fatal
(kematian), menurut data di Amerika dari tahun 1999 sampai dengan 2002 terdapat 85
insiden yang terkait dengan Asphyxiants dan menyebabkan 80 pekerja tewas dan 85 harus
dirawat intensif di rumah sakit (CSB, 2003).
Oleh karena resiko Asphyxiants yang ditimbulkan oleh penggunaan unit Gas
Flushing maka suatu industri pengolahan daging memang diharuskan menerapkan suatu
peraturan untuk melindungi keselamatan pekerja. Dapat dilihat bahwa fokus peraturan
mengenai penggunaan Gas Flushing mencakup beberapa hal yaitu :
1. usaha untuk mencegah terjadinya kebocoran pada sistem perpipaan baik pada tempat
penyimpanan gas atau unit Gas Flushing.
2. Usaha pencegahan keobocoran pada tangki bertekanan.
3. Usaha deteksi jika terjadi kebocoran dan jalur evakuasi yang memadai serta cepat jika
terjadi kebocoran.
4. Usaha menyediakan suatu sistem ventilasi umum yang memadai untuk mencegah
timbulnya Asphyxiants pada pekerja jika memang terjadi kebocoran gas pada unit
penyimpanan gas dan unit gas flushing.
5. Memakai permit system bagi personil yang akan bekerja pada area penyimpanan gas yang
memiliki resiko Asphyxiant.
Dari fokus peraturan-peraturan yang dibuat tersebut sudah sangat jelas bahwa dalam
usaha keselamatan dan kesehatan kerja usaha pencegahan terjadinya insiden merupakan
lini pertama perlindungan, hal ini terlihat dari fokus peraturan yaitu untuk mencegah agar
gas penyebab Asphyxiants tidak terlepas ke lingkungan tempat kerja dengan cara
mencegah terjadinya kebocoran. Pada peraturan yang dibuat mengenai usaha pencegahan
kebocoran dicantumkan keharusan untuk membuat sistem perpipaan yang tidak
menghalangi pergerakan pekerja dan kendaraan, perawatan sistem perpipaan dan
aksesorisnya, pemasangan barier pada sistem perpipaan yang dilalui perlintasan kendaraan
dan pekerja, pemasangan papan peringatan, pemberian kode warna pada sistem perpipaan
dan desain sistem perpipaan yang mempunyai tekanan yang relatif rendah.
Dari peraturan yang dibuat mengenai pencegahan kebocoran pada sistem
perpipaan terlihat bahwa yang menjadi fokus utama yaitu melindungi sistem
perpipaan dari kerusakan yang diakibatkan dari benturan dengan kendaraan atau pekerja
serta tekanan yang berlebihan pada sistem perpipaan. Jika dihubungkan dengan teori
inherent safety maka dalam peraturan pencegahan kebocoran sistem
perpipaan ini terdapat dua unsur inherent safety yaitu moderasi dan simplifikasi. Peraturan
yang termasuk dalam moderasi yaitu pemasangan barier untuk mencegah efek yang lebih
besar lagi jika terjadi benturan akibat kendaraan dan menjaga tekanan sistem perpipaan
agar tidak berlebih. Peraturan yang termasuk simplifikasi yaitu usaha untuk memberikan
papan peringatan dan pemberian kode warna pada jalur
perpipaan sehingga lebih mudah dilihat dan mencegah terjadiya benturan yang akan
mengakibatkan kerusakaan pipa dan akhirnya dapat menyebabkan terlepasnya gas dari
sistem perpipaan.
Pada unit Gas Flushing terdapat tangki tekan yang digunakan untuk menampung
gas, pada suatu unit Gas Flushing biasanya terdapat dua area penempatan tangki tekan
yaitu pada unit Gas Flushing itu sendiri dan pada area
penyimpanan gas yang datang dari supplier. Kerusakan pada tangki tekan akan
menimbulkan resiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. Pada unit Gas Flushing
kerusakan tangki tekan akan menyebabkan terlepasnya gas seperti nitrogen,
karbondioksida atau campuran gas inert lainnya kelingkungan kerja dan menimbulkan
resiko timbulnya Asphyxiants pada pekerja, sehingga pencegahan kerusakan dilakukan
dengan cara mencegah timbulnya tekanan yang berlebihan pada tangki penyimpanan gas
tersebut.
Pada peraturan mengenai keselamatan pengoperasian Gas Flushing dicantumkan
usaha untuk mencegah tekanan berlebihan yaitu (1) dengan menggunakan pressure valve
yang akan melepaskan gas jika tekanan pada tangki
bertekanan berlebihan, (2) pemasangan alat pengukur tekanan pada sistem perpipaan dan
tangki tekan sehingga tekanan dapat dikontrol oleh petugas teknis.
overpressure relief device pada dasarnya berfungsi mencegah tekanan yang
berlebihan pada tangki tekan dan sistem perpipaan. Selain itu juga overpressure relief
device berfungsi untuk melindungi pekerja dari bahaya instalasi-instalasi bertekenan,
mencegah kerusakan peralatan, pencegahan kerusakan pada sambungan perpipaan (Crowl
dan Louvar, 2002). Dalam proses desain relief device maka ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu : lokasi atau tempat akan dipasangnya relief device, jenis relief
device yang akan digunakan yang akan tergantung dari jenis dan fase substansi yang akan
digunakan,prakiraan ukuran relief. (Crowl dan Louvar, 2002).
Dalam proses desain sistem perpipaan dan tangki tekan usaha-usaha yang efektif
yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan akibat tekanan yang
berlebihan nantinya pada saat pengoperasian yaitu desain sistem perpipaan dan tangki
tekan yang tepat, desain ini mencakup kisaran tekanan yang tepat, kisaran suhu yang tepat,
material yang tepat. Sedangkan pada saat pengoperasian usaha pencegahan kerusakan yang
dapat dilakukan yaitu pengecekan yang terjadwal tekanan kerja sistem perpipaan dan
tangki penyimpanan, housekeeping yang baik, observasi visual (untuk mendeteksi
kerusakan) (Goetsch,2005).
Dalam usaha untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja maka terdapat
dua prinsip yaitu tindakan pencegahan kecelakaan sebelum kecelakaan terjadi dan yang
kedua yaitu tindakan penanganan pada saat kecelakaan atau insiden sudah terjadi. Pada
penggunaan unit Gas Flushing usaha pencegahan yaitu segala
peraturan dan tindakan yang dibuat untuk mencegah kerusakan pada sistem perpipaan dan
tangki penyimpanan. Usaha atau tindakan penanganan yaitu pemasangan detektor
konsentrasi oksigen udara tempat kerja, jalur evakuasi yang cepat diakses dan sistem
ventilasi.
Pada peraturan mengenai penggunaan Gas Flushing diharuskan adanya suatu
pengecekan udara tempat kerja secara perodik, bahkan ada suatu keharusan setiap ruangan
yang dilintasi sistem perpipaan gas dan tangki penyimpanan harus memiliki sistem
detektor. Sistem detektor ini bertujuan untuk memberikan peringatan dini mengenai
adanya kemungkinan kebocoran gas sehingga pekerja dapat segera mengevakuasi dirinya.
Prinsip kerja sistem detektor ini harus dapat mendeteksi konsentrasi oksigen pada ruangan
tempat kerja dan memberikan alarm peringatan
pada saat konsentrasi oksigen sudah mencapai level yang menimbulkan efek buruk dan
membahyakan pekerja yaitu dibawah 18% volume (Plog and Quinlan,2002).. Deketor ini
sangat penting untuk dipasang pada ruangan tempat kerja yang memiliki ventilasi maupun
tidak memiliki ventilasi.
Menurut prinsip K3 maka penurunan konsentrasi oksigen akan menyebabkan efek
bagi tubuh manusia, konsentrasi oksigen sebesar 19% volume akan menyebabkan
gangguan fisiologis, konsentrasi oksigen sebesar 16% volume akan meningkatkan laju
pernapasan dan detak jantung serta menurunnya kordinasi gerak,
berkurangnya kemampuan berpikir dan konsentrasi.konsentrasi oksigen sebesar 14%
mengakibatkan kegagalan dalam kordinasi gerak, konsentrasi oksigen sebesar 12,5%
mengakibatkan kegagalan akut dari koordinasi gerak, terganggunya pernapasan yang akan
mengakibatkan kerusakan jantung, mual dan muntah-muntah, konsentrasi oksigen kurang
dari 10% mengakibatkan kehilangan kemampuan bergerak, kehilangan kesadaran,
kematian(CSB,2003)
Pemasangan sistem ventilasi merupakan alternatif solusi yang ditetapkan didalam
peraturan selain dari penggunaan detektor konsentrasi oksigen didalam ruangan.
Pemasangan sistem ventilasi merupakan salah satu solusi yang paling tepat untuk
mencegah pekerja mengalami Asphyxiants pada kasus dimana terlepasnya gasgas
penyebab Asphyxiants yang digunakan pada unit gas flushing . Prinsip kerja ventilasi
dalam mencegah pekerja menderita Asphyxiants yaitu dengan cara meresikulasikan udara
tempat kerja dalam artian melarutkan gas-gas penyebab Asphyxiants, mengalirkan keluar
dari udara tempat kerja dan menbawa udara bebas masuk ke tempat kerja.
Menurut data mengenai insiden yang berkaitan dengan Asphyxiants di
Amerika menyebutkan bahwa 60 % dari korban yang terkena Asphyxiants bekerja
pada area kerja tertutup / confined space (CSB,2003). Sehingga memang jika dilihat dari
peraturan yang berlaku pada industri pegolahan daging mencantumkan bahwa
pekerja yang bertugas untuk mengecek operasional tempat penyimpanan gas yang akan
digunakan untuk unit gas flushing haruslah mempunyai izin dan tidak diperkenankan
bekerja sendiri/ harus ditemani dua orang atau lebih.
Dalam prinsip keselamatan prosedur pemberian izin/ permit sangat penting untuk
area-area tertentu terutama confined space, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
pekerja yang akan bertugas melakukan pengawasan, perawatan pada tempat penyimpanan
gas mengerti benar bahaya yang dihadapi dan terlatih untuk melakukan
pekerjaan pada tempat dimana terdapatnya resiko Asphyxiants. Selain diperlukan sistem
perizinan / permit system dalam bekerja pada confined space juga diperlukan
proses pendampingan karena biasanya tempat penyimpanan gas terdapat pada area yang
terisolir dari area kerja lainnya. Pekerja yang bertugas sebagai pendamping melakukan
tugas pengawasan, komunikasi dan melakukan tindakan/prosedur evakuasi pada saat
kondisi darurat.
Dalam peraturan belum dicantumkan mengenai keharusan bagi pekerja yang
bekerja pada ruangan/tempat kerja yang memiliki resiko Asphyxiant agar memakai APD
atau disediakan APD yang bisa digunaka pada saat darurat.
Menurut prinsip keselamatan dan kesehatan, Pekerja yang akan bekerja pada tempat
penyimpanan gas atau tempat lain yang memiliki konsentrasi oksigen kurang dari 19,5 %
harus memakai alat pelindung diri berupa supplied air respirator. Pada ruangan yang
memungkinkan untuk terjadinya Asphyxiant harus tersedia SCBA / respirator yang dapat
digunakan pada saat darurat (woodside dan Kocurek,1997).
IV.2 Peraturan Keselamatan Penggunaan Mesin Dicer Dan Cuber Serta
Korelasinya Dengan Teori Atau Prinsip Dasar Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja
Salah satu resiko dalam lingkungan kerja yang sering dihadapi oleh pekerja yaitu
resiko pada saat bekerja dengan mesin-mesin industri. Resiko umum yang dihadapi oleh
pekerja saat bekerja dengan mesin dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu resiko yang muncul kaitannya dengan mesin tersebut dan bahan yang diproses
oleh mesin tersebut.
Secara umum jenis bahaya bagi keselamatan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh
mesin yaitu terkena bagian bahan ataupun bagian mesin yang terlepas dari mesin,
terkontak dengan bagian mesin yang bergerak, gangguan gerakan berulangulang (repeated
motion disorder ), sumber tenaga yang digunakan akan memberikan bahaya tersendiri
(sumber tenaga listrik akan berakibat adanya bahaya tersengat listrik dan lainnya),
penggunaan mesin juga akan menimbulkan kontaminan udara dan kebisingan. (Brauer,
2006).
Pada mesin dicer dan cuber pada industri pengolahan daging ini jenis bahaya yang
ditimbulkan yaitu terkontak dengan mesin pemotong yang terdapat disekitar
bagian keluaran dari mesin (discharge), terkontak dengan hopper dan ruangan
pengumpan ( feeding chamber ), terjebak diantara alat pengumpan/pengisi dan mesin,
terjepit oleh kisi-kisi yang terdapat pada saluran pengumpan daging, perawatan mesin
pemotong dan pembersihannya.
Berdasarkan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja, penanganan bahaya yang
timbul akibat penggunaan mesin yaitu memberikan pelatihan terhadap pekerja yang
menggunakan mesin tersebut agar pekerja benar-benar mengetahui prosedur keselamatan
penggunaan suatu mesin, perawatan dan inspeksi mesin secara periodik serta sebelum
digunakan, pemasangan diagram alir SOP pada setiap mesin,
pemasangan pengaman pada mesin. Jika dlihat peraturan pengamanan pada penggunaan
dicer dan cuber pada indutri pengolahan daging ini berfokus pada
penggunaan pengaman mesin (machine guarding ) dan perlengkapan pengaman
( safety device) lainnya. penggunaan pengaman mesin ( machine guarding ) merupakan
upaya utama dalam pencegahan agar bagian tubuh pekerja tidak terkontak dengan
bagian-bagian mesin yang berbahaya dan juga pencegahan bagi pekerja dari bagian-
bagian mesin yang mungkin terlepas.
Jenis – jenis pengaman dan peralatan pengaman yang biasa digunakan yaitu :
fixed guard, interlocked guard, Adjustable guard, self-adjusting guard, moveable barrier,
automatic feed system, presence-sensing device, emergency stop control, hand control
device, low energy and inch control dan penggunaan pagar (woodside dan Kocurek,1997).
Fixed guard merupakan pengaman yang dipakai untuk menutupi bagian mesin
yang diperkirakan dapat lepas dan mengenai pekerja serta mencegah bagian pakaian
pekerja menyentuh bagian mesin yang bergerak, interlocked guard merupakan
pengaman yang didesain untuk secara otomatis menghentikan operasi mesin jika
pengaman ini dibuka dengan maksud perawatan mesin. Adjustable guard yaitu
pengaman yang dipasan pada mesin-mesin seperti geregaji mesin, pengaman mesin jenis
ini merupakan pengaman mesin yang diatur pemasangannya sebelum mesin digunakan,
self-adjusting guard merupakan jenis pengaman mesin yang bekerja dengan cara mengikuti
gerak bagian mesin yang diamankan, moveable barrier merupakan penahan yang dirancang
sebagai tempat memasukkan suatu bahan atau mengambil bahan dari mesin, biasanya di
desain untuk interlocked dengan mesin, automatic feed system merupakan sistem
pengumpan otomatis yang akan meniadakan kontak antara pekerja dengan bagian mesin
yang berbahaya. presence-sensing device yaitu sensor yang akan memberikan input
terhadap mesin untuk mati jika mendeteksi
bagian tubuh pekerja memasuki area berbahaya dari mesin, emergency stop control
merupakan tombol yang akan membuat mesin berhenti beroperasi pada saat kondisikondisi
darurat, hand control device merupakan perlengkapan yang akan membuat mesin tidak
akan beroperasi jika kondisi tubuh terutama tangan tidak pada posisinya , low energy and
inch control merupakan perlengakapan yang digunakan untuk mengurangi kecepatan dan
bahay pada saat pembersihan mesin dan perawatan mesin. (woodside dan Kocurek,1997).
Pada peraturan penggunaan mesin dicer dan cuber pada industri pemrosesan daging
terlihat jelas bahwa peraturan yang dibuat terfokus pada pemasangan pengaman mesin dan
memang merupakan inti pengamanan dari mesin berdasarkan
prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Pada peraturan yang dibuat maka jenis
pengaman mesin yang dipersyaratkan untuk digunakan pada mesin dicer dan cuber yaitu
pengaman mesin interlocked , moveable barrier , pengaman berupa pagar yang membatasi
dan menghalangi akses badan pekerja kepada bagian yang berbahaya. Tombol penghentian
mesin secara otomatis juga dipersyaratkan sebagai usaha
penanganan terakhir pada saat kondisi darurat dan pada sistem machine guard serta
safety device sudah tidak dapat mencegah kontak antara pekerja dengan bagian berbahaya
dari mesin.
Selain pengaman mesin peraturan juga berfokus pada pengamanan terhadap
pekerja dengan cara pengaturan jarak aman dan pengaturan keceaptan. Pengaturan
jarak aman akan menjauhkan kontak antara pekerja dengan bagian berbahaya dari mesin
sedangkan pengaturan kecepatan mesin pengumpan akan mencegah pekerja terkena
bagian-bagian mesin yang dapat terlepas maupun bahan-bahan yang diproses. Prinsip-
prinsip K3 yang juga digunakan pada penggunaan mesin cuber dan cuber ini yaitu
penggunaan sistem permit dan APD. sistem permit dan APD digunakan pada saat
pembersihan dan periode perawatan/ service mesin, sistem izin yang untuk memastikan
pekerja yang akan melakukan pekerjaan pembersihan atau perawatan mesin merupakan
pekerja yang benar-benar terlatih dan mengetahui serta menyadari
jenis bahaya yang dihadapi. Penggunaan APD berupa sarung tangan karet digunakan untuk
melindungi tangan bekerja terutama pekerja yang mempunyai tugas membersihkan pisau
pemotong pada mesin cuber dan dicer.
DAFTAR PUSTAKA

Plog, Barbara A and Patricia J.Quinlan.2002. Fundamental Of Industrial Hygiene 5 th


edition.National Safety Council : USA.www.gigapedia.com (11/11/2010).
CSB.2003. Hazard of Nitrogen Asphyxiation. U.S. Chemical Safety And Hazard
Investigation Board Buletin.www.csb.gov (01/03/2011)
Brauer, Roger L.2006. Safety And Health For Engineers 2 nd Edition. A John Wiley &
Sons, Inc., Publication.New Jersey : USA. www.gigapedia.com (1/11/2010).
Goetsch, DavidL.2005. Occupational Safety and Healthy 5th edition. Prentice Hall .New
Jersey : USA.
Woodside, Gayle dan Dianna Kocurek. 1997. Evironmental, Safety And Health
Engineering . John Wiley & Sons Inc: New York USA
Crowl, Daniel.A., Joseph F.Louvar.2002.Chemical Process Safety Fundamental with
Applications 2nd edition. Prentice Hall : USA
BMPA.2004. Health and Safety Guidance Notes For Meat Industry. British meet
processor association. www.

Anda mungkin juga menyukai