Oleh
Ahmad Fadil Darrian NIM : 5183122034
Andre Panjitan NIM :5183122019
Ibnu Firza Nim: 5183322008
Pertama tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa ,
sebab telah memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada saya sehingga
mampu menyelesaikan tugas “REKAYASA IDE KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA”tepat pada waktunya .
Rekayasa ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua mengenai bagaimana merekayasa sebuah kepemimpinan itu agar
mendekati sempurna .
Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan , saya mohon
maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas. Karena itu
saya menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
meyempurnakan tugas ini .
Akhir kata saya berharap semoga rekayasa ide ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi saya khusunya . atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.
Penulis
Peraturan Dan Prosedur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Industri Pemrosesan
Daging Pada Unit Penyemprotan Gas ( Gas Flushing) Dan Mesin Pemrosesan
Daging (Dice Dan Cuber )
I. Latar Belakang
Industri merupakan tempat pengolahan suatu bahan baku menjadi bahan setengah
jadi ataupun barang jadi. Pada zaman modern seperti sekarang ini industri merupakan
pemegang peranan penting sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam
bidang pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat dunia akan barang jadi atau barang
konsumsi. Kebutuhan akan barang dan jasa di dunia akan terus berkembang dan beragam
seiring dengan perkembangan zaman, peningkatan ekonomi dan peningkatan jumlah
penduduk di dunia.
Kenaikan kebutuhan akan barang dan jasa tersebut secara otomatis mempunyai
korelasi positif terhadap perkembangan industri, oleh karena itu industri sebagai penyedia
barang dan jasa selalu berusaha untuk mengoptimalkan proses
produksinya dengan berbagai cara termasuk dengan memperbanyak mesin yang digunakan
untuk proses produksi, moderenisasi mesin-mesin untuk proses produksi dengan maksud
untuk memodifikasi atau mengimprovisasi proses produksi.
Proses penambahan mesin atau moderenisasi mesin tersebut tentunya akan memperbanyak
variasi resiko yang dihadap oleh pekerja disuatu industri sehingga
pihak industri juga harus berusaha dan bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan
pekerjanya masing-masing
Suatu industri yang bertanggung jawab pada keselamatan pekerjanya tentunya akan
berusaha untuk mengurangi, memperkecil dan bahkan meniadakan kecelakaan kerja yang
terjadi di area industrinya. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan suatu standar
kesehatan dan keselamatan kerja yang valid dan bermutu baik. Penerapan suatu usaha-
usaha pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terintegrasi dalam suatu
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ini akan
berbeda-beda antara satu industri dengan industri lainnya, sesuai dengan jenis teknologi
proses produksi, jenis bahaya dan tingkat bahaya ditempat kerja.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai usaha pencegahan kecelakan dan
penyakit akibat kerja pada suatu industri pemrosesan daging dalam konteks penerapan
suatu peraturan dan prosedur keselamatan.
II. Gambaran Umum Kecelakaan Dan Kesehatan Kerja Industri Pemrosesan
Daging
Pada Industri pemrosesan daging seperti pada industri lainnya maka terdapat
berbagai jenis resiko kecelakaan kerja dan menurut statistik cukup besar. Menurut data
British meet processor association jumlah kecelakaan kerja di industri pemerosesan
daging di inggris pada tahun 1990 berdasarkan satandar HSE (jumlah kecelakaan dibagi
dengan jumlah pekerja dikali 100.000) menunjukkan angka 4852
( British meet processor association,1990 ), kebanyakan kecelakaan kerja di industri
pemrosesan daging umumnya mengakibatkan patah tulang, amputasi, perawatan 24 jam,
luka bakar (akibat tersengat listrik).
Berdasarkan survey British meet processor association pada tahun 2004-
2005, yang melakukan survey mengenai jumlah kecelakaan kerja berdasarkan jenis
penyebab kecelakaan kerjanya dan lama pekerja tidak bekerja akibat insiden tersebut
menyimpulkan bahwa kerugian / luka-luka / injuries akibat kasus kecelakaan kerja di
industri pemerosesan daging mayoritas karena manual handling seperti membawa,
mengangkat sesuatu barang.
III. Peraturan Keselamatan Di Industri Pemrosesan Daging
Pada subbab ini akan dijabarkan mengenai standar peraturan keselamatan di industri
pemrosesan daging berasarkan British meet processor association. Standar
peraturan keselamatan dalam industri pemrosesan daging pada dasarnya sangat
banyak dan bervariasi, yang umumnya berfokus pada peraturan keselamatan
penggunaan setiap mesin-mesin produksi. Dalam makalah ini sendiri peraturan
keselamatan yang akan dicantumkan yaitu standar peraturan keselamatan pada
penggunaan mesin pada proses produksi yaitu mesin penyemprot gas ( gas Flushing ) dan
mesin pemerosesan daging (dice dan Cuber ). Peraturan yang dicantumkan pada subbab ini
nantinya akan dibahas mengenai tingkat urgensinya dan hubungannya dengan prinsip
keilmuan dalam bidang HSE.
III.1. Standar Peraturan Keselamatan Penggunaan Gas Flushing
Gas Flushing merupakan unit mesin dalam industri pemrosesan daging yang
penggunaannya bersamaan dengan mesin pengepakan daging dan berfungsi untuk
memperpanjang umur produk atau memperpanjang waktu pembusukan daging. Gas yang
sering digunakan yaitu : karbon dioksida, nitrogen, oksigen dan campuran gas inert. Proses
ini digunakan sebelum proses final /penyegelan/pengepakan dagin hasil olahan dan
dilakukan pada tekanan rendah.
Berikut ini adalah standar peraturan keselamtan dalam penggunaan Gas Flushing pada
industri pemrosesan daging.
1. Tempat penyimpanan gas oksigen, gas nitrogen cair, gas karbon dioksida dan gas inert
lainnya harus mengikuti standar penyimpanan gas pada tabung bertekanan yang terdapat
pada lampiran I.
2. Setiap tempat penyimpanan gas harus ditempatkan pada area atau ruangan yang memiliki
ventilasi yang memadai. Suatu jeruji besi atau proteksi lain yang sejenis harus dipasangkan
pada tabung penyimpanan gas untuk mencegah benturan karena kendaraan. Tabung
penyimpanan gas harus ditempatkan pada posisi yang stabil. Tabung yang sudah kosong
harus di isi ulang secepatnya.
3. Setiap jalur perpipaan gas dari tempat penyimpanan dan unit Gas Flushing harus dirancang
sedemikian rupa agar tidak menghalangi pergerakan pekerja dan diisolasi untuk
menghindari benturan. Kebocoran atau kerusakan pada
pipa akan mengakibatkan kepada peningkatan oksigen / Oxygen enrichment diruangan dan
memperbesar resiko kebakaran. Dan jika yang dialirankan gas inert akan mengakibatkan
resiko sesak napas karena terhirupnya gas inert tersebut atau turunnya konsentrasi oksigen
dalam ruangan atau yang lebih dikenal dengan istilah asphyxiation
4. Aksoris pengukur tekanan pada tabung tempat penyimpanan gas dan unit Gas
Flushing . Harus terdapat alat sensor sehingga pada saat tidak terdapat aliran gas maka unit
Gas Flushing tidak akan beroperasi.
5. Aksesoris pipa berupa reducing valve sebaiknya digunakan pada sumber gas (tempat
penyimpanan gas atau tabung gas) sehingga sistem perpipaan mempunyai tekanan yang
relatif rendah.
6. Setiap jalur perpipaan harus diberi kode warna dan menunjukkan arah aliran.
7. Suplai gas pada sumber utama gas harus diisolasi atau dihentikan pada saat proses
produksi tidak berjalan.
8. Harus terdapat suatu alat sampling gas untuk melakukan pengecekan periodik konsentrasi
gas pada udara ruang kerja.
9. Penggunaan LEV harus dipertimbangkan untuk digunakan untuk mencegah
peningkatan konsentrasi gas di udara, khususnya jika proses operasi dilakukan pada ruang
tertutup / confined space
10. Hanya orang yang terlatih dan mempunyai izin untuk mengakses ,mengganti, dan
mengecek operasional dari unit Gas Flushing.
11. Supervisor harus memastikan para pekerja yang beroperasi pada unit Gas
Flushing dan disekitarnya sadar, mengetahui dan perduli terhadap bahaya yang
ditimbulkan dari pengoperasian unit Gas Flushing.
Standar keselamatan pada tempat penyimpanan gas
1. Area penyimpanan gas yang memungkinkan untuk menyebabkan asphyxiation jika
dimungkinkan harus dibangun pada area dimana terdapat ventilasi dan aliran udara yang
lancar. Area penyimpanan gas hendaknya tidak dibangun ada area yang tertutup oleh
struktur bangunan yang akan membatasi aliran udara secara alami. Tempat penyimpanan
gas tidak diperkenankan untuk dibangun pada area gudang bawah tanah atau tempat lainya
yang memungkinkan untuk terjadinya akumulasi gas jika terjadi kebocoran. Jika tempat
penyimpanan harus dibangun di dalam gedung maka harus dibangun pada lokasi yang
tidak ditempati dan jauh dari ruangan yang terdapat kegiatan.
2. Jika tempat penyimpanan memang harus dibangun di dalam gedung maka harus tersedia
ventilasi umum ( general ventilation). Jika memang harus terdapat kegiatan disekitar
tempat penyimpanan maka harus tersedia suatu akses cepat untuk keluar ruangan. Setiap
pipa pengeluaran dari pipa ventilasi harus menuju tempat / area terbuka.
3. Tabung tempat penyimpanan gas harus memiliki aksesoris untuk mengeluarkan tekanan
berlebih (overpressure relief device) dan saluran keluaran dari overpressure relief device
harus mengarah keluar ruangan sehingga surplus gas yang keluar dapat langsung
terlarutkan oleh udara segar.
4. Pipa transfer gas dan setiap aksesoris saluran transfer dari tabung / tempat penyimpanan
gas harus dipelihara dan dirawat agar tetap dalam kondisi baik.
5. Sistem pengawasan harus diterapkan untuk mencegah masuknya personil yang tidak
memiliki izin resmi ke tempat penyimpanan tabung penyimpanan gas.
6. Proses pemindahan gas nitrogen cair atau gas inert lainya menuju ke tempat
penyimapanan dengan menggunakan kendaraan pengangkut harus dilakukan ditempat
terbuka dan pada tempat yang tidak membatasi dispersi gas atau uap gas. Jika
dimungkinkan posisi truk pengangkut saat melakukan pengisian tidak pada jalan
umum/publik, tetapi jika memang harus dilakukan pada jalan umum maka harus dilakukan
suatu pengawasan dan pemberian papan peringatan sehingga orang yang tidak
berkepentingan dengan proses pengisian tidak mendekat.
7. suatu sistem kerja yang baik harus diterapkan untuk memastikan tabung gas tidak diisi
secara berlebihan. Pipa pengisian ke /transfer gas dari tempat
penyimpanan gas harus sesuai dengan diameter tabung gas / dewar flask dan debit yang
diperlukan. Pengisian tabung gas / dewar flask tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan.
III.2. Standar Peraturan Keselamatan Penggunaan mesin pemrosesan daging (dicer dan
Cuber )
Mesin jenis ini berfungsi untuk memperkecil ukuran daging segar dan membentuk
serta memotong daging segar agar berbentuk kubus. Secara umum mesin dicer dan cuber
dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan model pengoperasiannya.(1) mesin yang mendorong
produk daging menuju segmen-segmen pemotong yang akan memperkecil ukuran daging
dan kemudian daging akan dipotong membentuk kubus denga mengunakan pisau potong
yang berputar. (2) mesin yang akan memotong daging menjadi bagian-bagian yang kecil
kemudian menggunakan mesin pemotong multi segmen. Kedua tipe ini menggunakan
sistem pengumpanan semi otomatis, manual atau otomatis. Hasil produk dari mesin ini
akan menuju conveyor kemudian masuk ke dalam container.
Berikut ini adalah standar peraturan keselamtan dalam penggunaan dicer dan Cuber pada
industri pemrosesan daging :
1. Hasil keluaran dari mesin harus segera menuju kontainer ataupun conveyor yang tertutup
sehingga mencegah akses menuju mesin pemotongnya.
2. Setiap pintu yang tidak menetap (non-fixed) dan bagian lain dari mesin yang
memungkinkan untuk diakses, serta akses tersebut berkaitan dengan bagian berbahaya
bagi mesin harus di beri pengamann interlocked .
3. Setiap kali pintu pada ruang pemotongan terbuka 20 mm atau bagian dari sistem pembawa
hasil produk dari mesin (kontainer atau conveyor ) bermasalah maka pisau pemotong
harus dapat berhenti dalam 0,15 detik.
4. Sistem Hopper dari mesin harus tertutup sehingga mencegah akses menuju
bagian mesin yang berbahaya. Hal ini mencakup kisi-kisi yang interlocked, pada mesin
besar yang mempunyai Hopper lebih dari 1600mm harus mempunya cermin yang
membuat pengawas mesin bisa melihat ke dalam mesin dan juga harus mempunyai
indikator yang memperlihatkan kapasitas isi dari Hopper. Jika bagian dari Hopper yang
berbahaya bisa diakses maka harus di pasang pengaman yang interlocked .
5. Harus tersedia jarak minimum 120 mm antara mesin dan alat pengumpan daging yang
akan diproses. Jika mesin pengumpan dikontrol secara manual maka kecepatannya harus
tidak lebih dari 0,4 m/detik dan jika diperasikan secara otomatis harus 0,1 m/detik.
6. Usaha perawatan dari mesin harus dilakukan oleh orang yang benar-benar kompeten dan
terlatih. Petugas yang melakukan pembersihan dan perawatan harus mengenakan sarung
tangan karet terutama petugas yang akan membersihkan atau perawatan pada mesin
pemotong.