NIM : 201920471011069 Kelas : Profesi Apoteker UMM
Kasus Pelanggaran Apoteker :
Apoteker Jujur, Lapor Apotek Jual Narkotika Tanpa Izin Dibui
4 Bulan Jakarta - Apoteker Yuli Setyorini (32) melaporkan apotek tempat dia bekerja menjual narkotika dan psikotropika tanpa izin. Tindakannya ini malah dipidanakan dan Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Jawa Tengah, menghukum Yuli 4 bulan penjara. Kini Yuli meringkuk di LP Semarang. "Kasus ini menjadi bencana bagi dunia apoteker. Dengan tuduhan penggelapan bagi Yuli, maka apoteker tidak lagi mempunyai perlindungan hukum dalam menjalankan praktek kefarmasian yang pada akhirnya dapat mengganggu kelancaran pelayanan kefarmasian kepada masyarakat," kata Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) M Dani Pratomo saat mengadukan kasus ini ke Komisi Yudisial (KY), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (26/9/2012). Kasus ini bermula saat apotek tempat Yuli bekerja mendapat teguran dari Dinas Kesehatan Kota Semarang karena menjual narkotika dan psikotropika tanpa izin pada 2010. Lantas, pada 2011 apotek tempat dia bekerja masih menjual barang yang sama. Maka pada 2012, dia pun berinisiatif melaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dengan membawa barang bukti narkotika tersebut. Tetapi yang terjadi pihak yang tidak suka melaporan Yuli ke polisi dengan tuduhan penggelapan. "Kasus ini menampar profesi apoteker sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap obat- obatan. Dan kami mengharapkan pelajaran berharga agar masyarakat dan pemilik modal menghormati kode etik apoteker saat menjalankan profesinya," ujar Dani. Setelah diproses hukum, Yuli mendapat vonis 4 bulan penjara dari PN Semarang pada 15 Agustus 2012. Majelis hakim memutuskan Yuli menggelapkan barang dalam jabatannya. "Padahal barang tersebut hanya dititipkan ke Dinas Kesehatan Kota Semarang dan barang tersebut kini telah dikembalikan ke apotek. Sesuai pasal 50 ayat 1 KUHP, seseorang tidak bisa dihukum karena kewajiban perbuatan dari pekerjaannya," ujar kuasa hukum Yulis, Bambang Jaya Supeno, di tempat yang sama. Menanggapi laporan ini, KY sebagai lembaga yang dibentuk konstitusi untuk mengawasi perilaku hakim berjanji akan melakukan investigasi, apakah ada perbuatan pelanggaran kode etik hakim atau tidak. "Kami akan menindaklanjuti pengaduan ini. Tapi kami ingatkan ini bisa berjalan cepat atau lambat," ujar komisioner KY Suparman Marzuki. Selain mengadu ke KY, Yuli dalam kasus ini juga mengajukan perlawanan hukum banding ke Pengadilan Tinggi Semarang. (detik.com) 1) Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian : 1. Permasalahan a. Apotek menjual Narkotika dan Psikotropika tanpa Resep b. Apoteker berinisiatif menitipkan Narkotik dan Prsikotropik ke dinkes c. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terli d. Apoteker tidak mengawasi keluar masuknya obat di Apotek 2. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut : 1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 5 (1) “Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,bermutu, dan terjangkau”. Pasal 8 “Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari tenaga kesehatan”. Pasal 108 (1)“ Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang m e m p u n y a i k e a h l i a n d a n k e w e n a n g a n s e s u a i d e n g a n k e t e n t u a n p e r a t u r a n perundang-undangan” 2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 (1) “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”. 3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1 (13)“ A p o t e k a d a l a h s a r a n a p e l a y a n a n k e f a r m a s i a n t e m p a t d i l a k u k a n p r a k t e k kefarmasian oleh Apoteker”. Pasal 20 “Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga Teknis Kefarmasian” Pasal 21 (1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian”. (2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter d i l a k s a n a k a n o l e h Apoteker”. Pasal 51 (1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker” 4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/PER/SK/X/2002Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemebrian Izin Apotek Pasal 19. ( 1 ) “ Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk Apoteker pendamping.” (2) “Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker P e n d a m p i n g k a r e n a h a l - h a l tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik menunjuk .Apoteker Pengganti” 5. Keputusan Menteri Kesehatan No, 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan di Apotek 1.Bab III tentang pelayanan, standar pelayanan kesehatan di apotek 6. Kode etik apoteker Pasal 3 “ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya “ Pasal 5 “ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian “ 7. Lafal sumpah atau Janji Apoteker “ Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian”.
2) Yang Mendorong Apoteker melakukan hal tersebut ialah masalah ekonomi dimana apoteker jika bekerja