Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil pengamatan terhadap subjek penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Mengwi I pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April 2020. Jumlah sampel dari

penelitian ini sebanyak 82 orang yang diambil menggunakan teknik purposive

sampling.

4.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian

Puskesmas Mengwi I merupakan salah satu dari tiga puskesmas yang ada

di wilayah kecamatan Mengwi, yang terletak 400 meter diatas permukaan laut.

Puskesmas Mengwi 1 beralamat di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Banjar Panca

Darma, Desas Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Luas

keseluruhan wilayah kerja Puskesmas Mengwi I adalah 40,94 km2 dan

mewilayahi 9 desa/kelurahan dengan total 72 banjar. Batas Wilayah Kerja

Puskesmas di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Tabanan, di selatan

berbatasan dengan Desa Kapal, bagian timur berbatasan dengan Desa Penarungan

dan di barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan.

4.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April

2020, dengan jumlah sampel sebanyak 82 orang. Sampel yang dipilih adalah
seluruh pasien PPOK yang menjalani pengobatan di Puskesmas Mengwi 1.

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, status merokok, lama menderita PPOK selengkapnya

seperti pada uraian berikut:

4.1.2.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Di Puskesmas Mengwi I Tahun 2020

N
Umur (tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)
O
1 10-30 0 0
2 31-60 32 39
3 >60 50 61
Jumlah 82 100

Berdasarkan Tabel 4.1, didapatkan bahwa umur responden yang berumur

>60 tahun sebanyak 50 orang (61%).

4.1.2.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Puskesmas Mengwi I Tahun 2020

N
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
O
1 Laki-laki 45 54,9
2 Perempuan 37 45,1
Jumlah 82 100

Berdasarkan Tabel 4.2, didapatkan bahwa responden laki-laki lebih

banyak daripada perempuan yaitu sebanyak 45 orang (54,9%).

37
4.1.2.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Puskesmas Mengwi I Tahun 2020
N
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
O
1 Tidak tamat 22 26,8
sekolah
2 SD 60 73,2
3 SMP 0 0
4 SMA 0 0
5 PT 0 0
Jumlah 82 100

Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan bahwa responden yang berpendidikan

SD merupakan jumlah terbanyak yaitu 60 orang (73,2%).

4.1.2.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Puskemas Mengwi I Tahun 2020
N
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
O
1 Tidak bekerja/pensiun 37 45,1
2 Petani/pedagang/buruh 45 54,9
3 PNS/TNI/Polri 0 0
4 Lain-lain 0 0
Jumlah 82 100

Berdasarkan Tabel 4.4, didapatkan bahwa responden bekerja

petani/pedagang/buruh merupakan jumlah terbanyak yaitu 45 orang (54,9%).

38
4.1.2.5 Karakteristik responden berdasarkan status merokok

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Merokok
Di Puskemas Mengwi I Tahun 2020
N
Status Merokok Frekuensi (f) Persentase (%)
O
1 Merokok 16 19,5
2 Tidak merokok 66 80,5
Jumlah 82 100

Berdasarkan Tabel 4.5, didapatkan bahwa responden yang berstatus tidak

merokok merupakan jumlah terbanyak yaitu 66 orang (80,5%).

4.1.2.6 Karakteristik responden berdasarkan lama menderita PPOK

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menderita PPOK
Di Puskemas Mengwi I Tahun 2020
N
Lama Menderita Frekuensi (f) Persentase (%)
O
1 < 3 bulan 8 9,8
2 >3 bulan 74 90,2
Jumlah 82 100

Berdasarkan Tabel 4.6, didapatkan bahwa responden yang menderita

PPOK selama > 3 bulan merupakan jumlah terbanyak yaitu 74 orang (90,2%).

4.1.3 Hasil Pemeriksaan Terhadap Objek Penelitian Berdasarkan Variabel

Penelitian

Hasil penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas

hidup pada pasien PPOK sebagai berikut:

39
4.1.3.1 Dukungan keluarga

Hasil hasil penelitian pada variabel dukungan keluarga seperti pada Tabel

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Pada Puskesmas Mengwi I Tahun 2020

No Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Baik 64 78
2 Cukup 18 22
3 Kurang 0 0
Jumlah 82 100

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 4.4 menunjukkan dukungan

keluarga kategori baik sebanyak 64 orang (78%), dan dukungan keluarga cukup

sebanyak 18 orang (22%).

4.1.3.2 Kualitas Hidup

Hasil hasil penelitian pada kualitas hidup seperti pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup
Pada Puskesmas Mengwi I Tahun 2020

No Kualitas Hidup Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Baik 59 72
2 Cukup 23 28
3 Kurang 0 0
Jumlah 82 100

40
Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 4.8 dapat diketahui responden

dengan kualitas hidup baik sebanyak 59 orang (72%) , kategori cukup baik

sebanyak 23 orang (28%).

4.1.4 Hasil Analisa Data

4.1.4 Analisa Bivariate

Tabel 4.9 Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada


pasien PPOK di wilayah kerja Puskesmas Mengwi I Tahun
2020
Kualitas hidup    
Kurang Cukup Baik    
f % F % f % r sig
Kurang 0 0 0 0 0 0
Dukunga Cukup 0 0 16 19,5 2 2,4 0,718 0,00
n 5
keluarga Baik 0 0 7 8,5 7 69,5
 

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa responden dukungan

keluarga cukup baik dengan kualitas hidup yang cukup baik sebanyak 16 orang

(19,5%) serta responden dukungan keluarga baik dengan kualitas hidup baik

sebanyak 57 orang (69,5%). Hasil uji coeficient korelasi Rank Spearman hitung

menunjukkan nilai p value = 0,00 yang artinya pada taraf signifikansi α=5 persen

hipotesis diterima atau dengan kata lain ada hubungan yang signifikan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pada pasien PPOK pada Puskesmas Mengwi I.

Berdasarkan kuat lemahnya hubungan diketahui bernilai 0,718 apabila mengacu

pada teori menurut Sugiyono (2017) berarti ada hubungan yang kuat antara

41
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada pasien PPOK pada Puskesmas

Mengwi I.

4.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.1.4.1 Dukungan Keluarga Pasien PPOK

Dukungan keluarga merupakan bentuk hubungan interpersonal yang

melindungi seseorang dari efek stres yang buruk. Dukungan keluarga adalah

sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluargannya. Dukungan

keluarga berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan

instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu

bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikannya (Friedman, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan sebagian besar subjek

penelitian memiliki dukungan keluarga kategori baik sebanyak 64 orang (78%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dimas dkk (2017) yang

menyebutkan terdapat dukungan keluarga sehat sebanyak 27 orang (90%), dalam

penelitian ini menyebutkan dukungan dari keluarga sangat membantu pasien

PPOK dalam meningkatkan keyakinan diri melakukan perilaku kesehatan.

42
Penguatan dari anggota keluarga akan dirasakan sebagai sebuah dukungan

keluarga. Memberikan dukungan keluarga juga dapat mengurangi perasaan cemas

dan depresi yang dirasakan oleh pasien PPOK. Dukungan keluarga juga dapat

mengurangi perasaan cemas dan depresi yang dirasakan oleh pasien PPOK

(Dasuki, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan bahwa sebagian besar

responden merasa diperhatikan oleh anggota keluarganya, seperti mengantar ke

puskesmas, membantu aktifitas pasien, dan membantu memenuhi kebutuhan

sehari-hari pasien. Dalam hal ini dukungan keluarga memang diperlukan karena

dapat menurunkan beban psikologi pasien. Dukungan yang dapat diberikan

berupa membantu aktifitas pasien, membantu dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari, dan pemberian informasi. Peran keluarga dapat membantu dalam

pemenuhan kebutuhan pasien dan mendukung pasien dalam beraktivitas.

4.1.4.2 Kualitas Hidup Pasien PPOK

Kreitler & Ben (2004) mengungkapkan kualitas hidup diartikan sebagai

persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan.

Menurut Suhud (2009) kualitas hidup adalah kondisi dimana pasien kendati

penyakit yang dideritanya dapat tetap merasa nyaman secara fisik, psikologis,

sosial maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk

kebahagian dirinya maupun orang lain. Kualitas hidup mengacu pada domain

fisik, psikologis, dan sosial kesehatan yang unik untuk setiap individu .

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden

memiliki kualitas hidup baik sebanyak 59 orang (72%). Kualitas hidup

43
berdasarkan karakteristik usia didapatkan bahwa responden terbanyak yaitu

berusia lebih dari 60 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kara dan Alberto ( 2006 ) menyebutkan bahwa pasien PPOK rata–rata

mempunyai usia 65 tahun. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Muthmainah

( 2015 ) dimana sebagian besar pasien PPOK masuk dalam kategori lansia

sebanyak 64,78 %. Faktor risiko terkena PPOK meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Sistem kardiorespirasi pada usia di atas 50 tahun akan

mengalami penurunan daya tahan, penurunan ini terjadi karena organ paru,

jantung dan pembuluh darah mulai menurun fungsinya. Fungsi paru mengalami

kemunduran yang disebabkan oleh elastisitas paru berkurang , akibatnya jaringan

paru akan terjadi obstruksi bronkus kecil dan terjadi penumpukan udara ( Firdaus,

2014 ). Akan tetapi ketika fungsi paru semakin memburuk, sesak nafas menjadi

lebih progresif dan mereka tidak dapat melakukan aktifitas sebagaimana orang

lain dapat melakukan. Ketika kondisi pasien PPOK semakin buruk maka akan

terjadi penurunan status kesehatan secara progresif yang akan berpengaruh

terhadap kualitas kehidupannya (Amoros, 2008).

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup menurut penelitian yang

dilakukan Muthmainah ( 2015 ) yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan serta lama

pasien tersebut menderita PPOK. Data yang diperoleh berdasarkan karakteristik

jenis kelamin pasien PPOK didapatkan bahwa responden terbanyak dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 45 orang (54,9%). Hal ini berhubungan dengan risiko

PPOK terjadi pada orang-orang yang mempunyai riwayat merokok dimana

sebagian besar responden laki-laki tersebut mempunyai riwayat merokok (PDPI,

44
2011). Tingkat pendidikan pasien PPOK merupakan faktor yang mempengaruhi

kualitas hidupnya. Dari penelitian ini diperoleh hasil yaitu mayoritas tingkat

pendidikan responden adalah SD yaitu 60 orang (73,2%).. Hal ini berkaitan

dengan bagaimana pengetahuan dan pola perilaku pasien PPOK untuk dapat

meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting

dimiliki pasien untuk dapat mengetahui tentang penyakitnya sehingga dapat

melakukan perawatan dan mempertahankan hidupnya ( Hasdianah, 2012 ).

Berdasarkan data yang diperoleh tentang kualitas hidup berdasarkan

karakteristik lama menderita PPOK didapatkan bahwa sebagian besar responden

sudah menderita PPOK lebih dari 3 bulan. Lamanya menderita PPOK

mempengaruhi kualitas hidup pasien sebab berhubungan dengan tekanan personal

yang dirasakan dalam melakukan pengobatan. Semakin lama menderita PPOK

maka manajemen pasien dalam melakukan pengobatan semakin berkurang

sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien ( Yusra, 2011 ).

4.1.4.3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien PPOK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa p value = 0,00 yang artinya hipotesis

diterima atau dengan kata lain ada hubungan yang signifikan dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pada pasien PPOK pada Puskesmas Mengwi I.

Jika dilihat nilai koefisien pada tabel diatas didapatkan hasil nilai koefisien

korelasi ( r ) yaitu 0,718 maka dinyatakan ada korelasi yang kuat antara dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien PPOK di Puskesmas Mengwi 1.

Jumlah responden dengan dukungan keluarga baik dan kualitas hidup baik

sebanyak 57 orang (69,5%). Hasil peneitian ini sesuai dengan penelitian yang

45
dilakukan oleh Oktowaty (2017) yang menyatakan responden yang mempunyai

kualitas hidup baik sebagian besar memiliki fungsi keluarga yang sangat baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Patriani dkk melakukan penelitian terhadap 63

yang dibagi kedalam kelompok perlakuan dan kelompok control. Penelitian yang

dilakukan terhadap keluarga pasien PPOK yang menjalani rawat jalan di BP4

Yogyakarta ini mendapatkan hasil dukungan keluarga dalam rehabilitasi medic

paru pada pasien PPOK berpengaruh terhadap kesembuhan pasien yang berguna

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang PPOK dan rehabilitasi paru.

Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien PPOK berdasarkan kesehatan

fisiknya didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden menyatakan cukup

puas akan kondisi kesehatan fisiknya yang berhubungan dengan kebutuhan tidur

serta aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa kualitas hidup berdasarkan kesehatan fisiknya dikategorikan cukup.

Dari hasil observasi terhadap lembar kuesioner yang diisi oleh pasien

PPOK, banyak responden merasa cukup puas dengan gambaran diri atau

penampilannya namun sebagian besar responden juga mengaku sering memiliki

perasaan negative seperti takut akan komplikasi PPOK dan sesak yang datang

secara tiba-tiba. Hal tersebut dipengaruhi oleh komplikasi PPOK yang

menyebabkan kesehatan fisiknya menurun sehingga akan berpengaruh pada

kesehatan psikologisnya dan menyebabkan pasien memiliki perasaan negatif pada

kesehatannya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan kualitas hidup

berdasarkan kesehatan psikologisnya dapat dikategorikan cukup karena pasien

PPOK merasa puas akan penampilannya dan hidupnya namun merasa terganggu

46
akibat perasaan-perasaan negative yang sering muncul yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas hidupnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien PPOK

berdasarkan dukungan sosial dari keluarga maupun orang sekitar didapatkan hasil

bahwa sebagian besar responden merasa puas dengan dukungan sosial yang

diberikan keluarganya. Dukungan sosial yang baik akan berpengaruh pada pada

perilaku pasien PPOK untuk melakukan pengobatan teratur. Dari data di atas

dapat dikategorikan baik karena pasien PPOK memiliki dukungan sosial dan

hubungan pribadi yang cukup mendukung kondisinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien PPOK, sebagian

besar memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan

pasien dalam mengelola pikiran dan aktifitas sehari-harinya, selain itu dukungan

sosial dari orang terdekat pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien juga dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.

Peningkatan kualitas hidup pada pasien PPOK dapat dilakukan dengan

peningkatan keempat komponen kualitas hidup yang meliputi kesehatan fisik,

kesehatan psikologis, hubungan sosial serta lingkungan. Setiap komponen kualitas

hidup tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Kesehatan

diperbaiki dengan melakukan pengobatan untuk mencegah komplikasi PPOK

yang terjadi. Kesehatan psikologis dapat ditingkatkan dengan menigkatkan

kesehatan fisik sehingga pasien memiliki gambaran tubuh yang baik serta

memberikan informasi dan pendidikan kesehatan terkait penyakitnya untuk

mengurangi perasaan negatif yang sering dirasakan pasien. Sedangkan untuk

47
dukungan sosial dan lingkungan , pasien PPOK harus mampu meningkatkan

perilaku kesehatan sehingga memperoleh dukungan yang baik serta diperlukan

lingkungan yang mendukung sehingga pasien dapat dengan mudah mengakses

informasi kesehatan dan ketersediaan pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan

yang mampu menunjang peningkatan kesehatan pasien sehingga kualitas hidup

dapat meningkat.

Pasien memerlukan dukungan keluarga agar dapat meningkatkan kualitas

hidupnya. Dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien PPOK seperti

membantu aktifitas sehari-hari pasien, pemenuhan kebutuhan pasien, dan

penyampaian informasi. Semakin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga,

maka akan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Begitu pula sebaliknya

apabila pasien dengan dukungan keluarga yang kurang maka kualitas hidup pasien

juga akan mengalami penurunan karena kurangnya keterlibatan atau kepedulian

dari keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien.

48

Anda mungkin juga menyukai