PENDAHULUAN
1
2
upaya pemenuhan akses air bersih dan sanitasi dalam pembangunan manusia
terlihat dari bagaimana upaya ini juga menjadi salah satu target utama dalam
Tujuan Pembanguan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs).
Tujuan 6 dari SDGs mengamanatkan terpenuhinya akses terhadap air dan sanitasi
secara universal untuk semua lapisan masyarakat yang harus diwujudkan pada
tahun 2030 sebagai tenggat waktu kerangka pembangunan global tersebut. Pada
tataran nasional, upaya pencapaian akses air bersih dan sanitasi telah menjadi
perioritas utama pembangunan nasional kita sebagaimana dijabarkan dalam
Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-2019). Meskipun
akan memerlukan upaya ekstra keras dan terobosan-terobosan yang inovatif,
rencana pembangunan nasional kita telah mengamanatkan pemenuhan akses
unversal untuk air bersih pada sanitasi untuk seluruh masyarakat pada tahun 2019.
(3)
1.2 Permasalahan
1) Apakah Manajemen Puskesmas sudah berjalan sebagaimana
mestinya?
2) Apakah Wilayah Puskesmas Cibogo sudah melaksanakan Desa
ODF?
1.3 Tujuan
1) Terlaksananya kegiatan Manajemen Puskesmas
2) Terlaksananya Deklarasi Desa ODF
1.4 Manfaat
4
5
6
2.1.4. Sanitasi
Pengertian sanitasi adalah suatu usaha dalam mempertahankan
kesehatan agar terhindar dari penyakit infeksi melalui sistem
pembuangan kotoran, penggunaan disinfektan, kebersihan secara
umum, dan menghindari kontaminasi feces dan urin terhadap
makanan dan minuman. Menurut definisi MDG pengertian yang lebih
spesifik mengenai sanitasi yaitu sistem pembuangan tinja manusia
secara aman.17
2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Buang Air Besar Sembarangan
2.1.5.1. Faktor Host
Menurut teori Health Belief Model faktor sosiodemografi
sebagai latar belakang yang mempengaruhi persepsi terhadap
ancaman suatu penyakit dan upaya mengurangi ancaman penyakit.
Dalam teori PREECEDE – PROCED faktor sosiodemografi
sebagai faktor predisposisi terjadinya perilaku.18
Membuang kotoran dari tubuh manusia termasuk sistem
ekskresi yang fisiologis yang sudah ada sejak manusia dilahirkan.
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran, membedakan benar-
salah dan mengembangkan hati nurani adalah beberapa tugas
pekembangan manusia sejak masa bayi dan anak – anak. Seiring
dengan bertambahnya umur maka akan mencapai tingkat
kematangan yang tinggi sesuai dengan tugas perkembangan.19
Teori belajar sosial dari Bandura menyatakan bahwa perilaku
adalah proses belajar melalui pengamatan dan meniru yang
meliputi memperhatikan, mengingat, mereproduksi gerak dan
motivasi. Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara
karakteristik pribadi dan karakteristik model, salah satunya adalah
umur. Anak – anak lebih cenderung meniru model yang sama
dalam jangkauannya baik anak yang seusia ataupun orang dekat
yang ada disekitarnya.18
8
b. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).
- Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran
atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban,
yaitu6:
a. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi
sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan
urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal
dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar
dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka
dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
b. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung
limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap
harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke
dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan
bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara
biologis.
2.1.8.1 Pemicuan
a. Kegiatan Pra Pemicuan
Sebelum melakukan pemicuan di masyarakat,
hendaklah Tim pemicuan sudah memiliki informasi dan
data dasar terkait perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat. Untuk itu sebaiknya sudah melakukan
observasi (peninjauan) maupun diskusi dengan masyarakat
di lokasipemicuan untuk mendapatkan informasi tersebut.
Persiapan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan
kepada pemimpin setempat yang akan menjadi lokasi
pemicuan dan menjelaskan secara rinci kegiatan yang akan
dilaksanakan selama proses pemicuan STBM termasuk
proses pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan
di lapangan.
b. Langkah Pemicuan
14
c. Elemen Pemicuan
1) Memicu Perubahan dengan Elemen Rasa Malu
Gambar 2.1
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Cibogo
Tabel 2.1
Gambaran Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cibogo Menurut Kriteria Desa, Luas Wilayah,
Waktu Tempuh,RT/RW,Jumlah Rumah dan Jumlah KK Tahun 2017
34
Waktu Jumlah
Jarak
Desa Tempuh
Desa Luas Ke
Gondok Ke Jumlah Jumlah
No Desa Terting Wilayah Puskes
Endemi Puskes R Rumah KK
gal (KM2) mas RT
k mas W
(Meter)
(Menit)
1 Cisaat 0 0 1,7 1.000 5 25 6 1.189 1.224
2 Cibogo 0 0 1,5 0 0 20 6 1.048 1.084
3 Cikulak 0 0 1,7 1.000 5 17 7 1.351 1.720
4 Cikulakkidul 0 0 1,5 1.500 8 39 10 1.268 1.920
5 Karangsari 0 0 1,6 3.000 15 14 5 950 950
6 Ciuyah 0 0 2,5 3.500 20 27 8 1.753 1.874
Jumlah 0 0 10,5 142 42 7.559 8.772
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 6 desa yang terdekat adalah desa
Cibogo, dan desa terjauh adalah desa Ciuyah. Selain itu Desa Ciuyah
merupakan desa yang mempunyai wilayah terluas dan dengan jumlah rumah
terbanyak. Jumlah KK terbanyak ada di Desa Cikulakkidul.
Tabel 2.2
Data 10 Besar Penyakit Di Puskesmas Cibogo
Tahun 2017
No. JENIS PENYAKIT ICD JUMLAH
Gastritis tidak
K 29.7 1521
terspesifikasi
ISPA J 06 1016
Nasopharingitis Akut J 00 934
Pharingitis Akut J 02 652
Dermatitis Lain L 30 472
35
c. Pelayanan KB
3. Gizi
4. Perkesmas
a. Pembinaan keluarga atau kelompok khusus
b. Jumlah penanganan tindak lanjut penderita
c. Penanganan khusus(penderita)
d. Kegiatan asuhan keperawatan pada keluarga
e. Pemberdayan dalam upaya kemandirian pada keluarga lepas
asuhan
f. Pemberdayan dalam upaya kemandirian pada kelompok lepas
asuhan
5. P2M
a. TB paru
b. Malaria
c. Kusta
d. Pelayanan imunisasi
e. Diare
f. ISPA
g. DBD
h. Pencegahan dan Penanggulan PMS dan HIV / AIDS
i. Sistem kewaspaaan dini
6. Kesehatan Lingkungan
a. Penyehatan air
b. Hygiene dan sanitasi makan dan minuman
c. Penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah
d. Penyehatan lingkungan, pemukiman dan jamban keluarga
e. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan industri rumah
tangga
f. Pengamanan tempat pengelolaan pestisida
g. Pengendalian vektor
37
TARGET
KESENJANGA
NO KEGIATAN SASARAN BULAN CAKUPAN
N
LAPORAN
∑ satuan ∑ % ∑ % ∑ %
I. UPAYA KESEHATAN WAJIB
A. UPAYA PROMOSI KESEHATAN
1. PROMOSI KESEHATAN DALAM GEDUNG
a. Cakupan Komunikasi 22.634 1.132 5,00 125 0,11 1107 4,89
38
3 6 66,67
4 Cakupan Pengawasan Jamban 22.743 17.057 75,00 21.999 83,31 8
5 Cakupan pengawasan SPAL 19.158 15.326 80,00 14.943 77,99 383 2,01
6 Cakupan Pengawasan Tempat- 125 94 75,00 92 73,6 2 1,4
39
- 94
41
F. UPAYA PENGOBATAN
1 Kunjungan Rawat Jalan 1.408 1.408 100,00 1.654 160,67 61
2 Kunjungan Rawat Jalan Gigi 1.127 1.127 100,00 798 100,00 0
Cakupan jumlah seluruh 18.631 20,00 1.692 108,82
Pemeriksaan Laboratorium
3 Puskesmas 3.726 89
Cakupan Jumlah Pemeriksaan 1.692 18,00 301 17,78
4 Laboratorium yang dirujuk 305 4 0,22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
42
43
Rumah Tangga
4 Cakupan Pemberdayaan 360 360 100,00 250 69,4 110 30,6
Masyarakat melalui Penyuluhan
Kelompok oleh Petugas di
Masyarakat
5 Cakupan Pembinaan UKBM 30 20 65,00 6 20,00 14 45,00
dilihat melalui persentase (%)
Posyandu Purnama & Mandiri
6 Cakupan Pembinaan 6 4 60,00 3 50,00 1 10,00
Pemberdayaan Masyarakat
dilihat melalui Persentase (%)
Desa Siaga Aktif (untuk
Kabupaten)/ RW Siaga Aktif
(untuk kota)
7 Cakupan Pemberdayaan 3.864 2.318 60,00 1.500 38,81 818 21,19
Individu/ Keluarga melalui
Kunjungan Rumah
Upaya Kesehatan
Lingkungan
8 Cakupan Desa ODF 6 6 100,00 2 33,33 4 66,67
9 Cakupan pengawasan SPAL 19.158 15.326 80,00 14.943 77,99 383 2,01
10 Cakupan Pengawasan Tempat- 125 94 75,00 92 73,6 2 1,4
Tempat Umum (TTU)
11 Cakupan Pengawasan Tempat 199 149 75,00 144 72,36 5 2,64
Pengolahan Makanan (TPM)
12 Cakupan Pengawasan Industri 36 27 75,00 22 61,11 5 13,89
13 Cakupan Kegiatan Klinik 1.772 443 25,00 89 5,022 354 19,97
Sanitasi
Upaya KIA & KB
14 Cakupan Neonatus dengan 124 113 91,40 87 70,16 26 21,24
Komplikasi yang ditangani
16 Cakupan ASI Eksklusif 287 135 47,00 49 17,07 86 29,93
Penemuan dan Penanganan
Penderita Penyakit
18 Cakupan Penderita Pneumonia 132 114 86,00 87 65,90 27 20,1
Balita
19 Cakupan Jumlah Pemeriksaan 1.692 305 18,00 301 17,78 4 0,22
Laboratorium yang dirujuk
% Nilai
No Indikator Cakupan U S G Total Prioritas
1 Cakupan Penyuluhan kelompok 62,5 1 2 2 4 IV
oleh petugas di dalam gedung
Puskesmas
2 Cakupan Desa ODF 33,33 3 3 3 27 I
3 Cakupan ASI Eksklusif 17,07 2 3 3 18 II
4 Cakupan Penderita Pneumonia 65,90 3 3 1 9 III
Balita
MAN METHO
D
MONEY MATERIAL
Kekurangan
Komponen
Lingkungan Masih terdapat banyak kebun, sungai dan empang yang masih dijadikan
sarana bagi beberapa masyarakat untuk BABS
Sumber air bersih belum optimal
b. Rincian Kegiatan
1. Pra-pemicuan
Kegiatan yang kami lakukan dimulai dengan advokasi ke
pihak Desa Cikulak, survei keadaan wilayah Desa, identifikasi
masalah dengan komunikasi langsung dengan warga, dan
kegiatan pendataan yang dibantu oleh pihak desa. Kemudian
setelah data dasar sudah rampung kita menjadwalkan untuk
mengadakan pemicuan dengan pihak desa. Kegiatan pemicuan
51
Kesling,
Petugas
Promkes, Bidan
Desa
Deklarasi Desa 1 hari x 50 Spanduk : Balai Desa Kepala Kepala Desa
Puskesmas,
ODF orang Rp. 70.000 Cikulak Cikulak
Petugas
Snack : Peserta : Kesling,
Petugas
Rp. seluruh
Kesmas, Koass,
300.000 sasaran Bidan Desa
Lain-lain : pemicuan,
Rp. 50.000 tamu
undangan
(Kapolsek,
Danramil,
Karang
Taruna, Kabid
Kesmas, dan
Tokoh
Masyarakat)
warga.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
1. Dari berbagai permasalahan yang ditemui di UPT Puskesmas Cibogo,
didapatkan satu prioritas masalah yang diintervensi yaitu upaya
kesehatan lingkungan dengan program cakupan desa ODF yang masih
rendah (33,33%). Pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan
melakukan pemicuan stop buang air besar sembarangan (BABS) dan
menciptakan Desa ODF di setiap dusun di Desa Cikulak Kecamatan
Waled.
2. Setelah dilakukan pemicuan pada Desa Cikulak, terdapat peningkatan
jumlah kepemilikan jamban yang tadinya 96,5% menjadi 97,29%. Selain
peningkatan jumlahkepemilikan jamban, perilaku bersih dan sehat serta
akses jamban sehat masyarakat Desa Cikulak juga meningkat daripada
sebelum dilakukan pemicuan. Hal ini diwujudkan dalam bentuk
Deklarasi Desa STOP Buang Air Besar Sembarangan di Desa Cikulak
Kecamatan Waled.
4.2. Saran
1. UPT Puskesmas Cibogo agar meningkatkan kerjasama lintas sektor dan
lintas program agar cakupan-cakupan program puskesmas sesuai dengan
target yang telah ditetapkan dan dapat menurunkan angka kesenjangan.
2. Berkoordinasi dengan Kecamatan Waled dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon agar dapat terwujudnya seluruh Desa di Kecamatan
Waled sebagai Desa ODF.
3. Pihak UPT Puskesmas Cibogo agar bekerjasama dengan pihak Desa
Cikulak untuk membentuk tim pemantau Desa ODF. Diharapkan tim
pemantau ini dapat melakukan evaluasi paska deklarasi agar tercapai
target ODF yaitu 100% bebas buang air besar sembarangan.
4. Pihak Desa Cikulak diharapkan membuat sebuah sanksi agar
memberikan efek jera bagi yang melanggar perjanjian deklarasi