Anda di halaman 1dari 8

Nur Rizki Oktarina

Mahasiswa S 1 Teknik Sipil Universitas Sriwijaya


Korespondensi penulis : kikizaibi@yhoo.com

# $% & ' ( ! ) ! ( ( % ! (!
$ % * % ' $ % + ! ! % , * %( (!( +
% ! ! % ! ' $ %! * , * * ! - ' !
% ! ' $ * ! * ! ! % ! * % $ * ! ' $ % ! !
% % % ' '! % % ! % ! . !* / ! ( ! + !
% %( ' * ' $ % ! ' $ * ! * ! ! 0 % . * % ! 1 *
$ * 2 ( ! %% *% ! ' + ! *! *' + " %%3+ % " %%3+ %
" %%3+ % 4 % ' ( & * "5 5 5 2 ' * ! * % ! . ! *! *
' + % ' ! % ! . (! , * ! ( . ) ! , !
( ' $ % ! * , * 3' $ (* & * % ! % ! ! ' * ( ')
% ! * % $ * ('% ! ' $ (* & * # % % , $$ , ! $ $$ , ,.
6789 % ! . ! ": ! ('% . ( ! ' $ (* & *

% * ' $ *% ! ' +

! "# pengamatan, metode HSS Gama I, HSS


Hasil hidrograf limpasan merupakan salah satu hal Nakayasu, dan metode Rasional Modifikasi ?
yang menjadi pertimbangan dalam mengatasi masalah
masalah hidrologi seperti merencanakan sumber air dan ( %)% " " !* * "
perencanaan perkiraan banjir. Hal ini karena hidrograf Adapun tujuan dari penelitian laporan tugas akhir
menggambarkan suatu distribusi waktu dari aliran ini adalah :
permukaan di suatu tempat pengukuran, yakni hasil 1. Membuat hidrograf pengukuran langsung
dalam bentuk grafik yang dapat menunjukkan kapan berdasarkan pengamatan, metode HSS Gama I,
terjadinya debit puncak. Melalui alat simulator hujan HSS Nakayasu dan metode Rasional Modifikasi
menjadi sebuah alternatif pemodelan untuk menampilkan akibat variasi intensitas hujan, kemiringan lahan
proses hujan limpasan. Simulator hujan adalah alat yang dan kerapatan jaringan kuras.
dapat mengeluarkan air dari ;; sebagai hujan buatan, 2. Membandingkan hasil antara metode HSS Gama
dimana untuk intensintas hujan dan kemiringan lahan I, HSS Nakayasu, dan metode Rasional
dapat diatur sesuai kebutuhan. Modifikasi terhadap hidrograf observasi dengan
Namun, pada kenyataan di lapangan terkadang ada cara uji kuantitatif.
beberapa data hidrologi yang tidak tersedia atau sulit
untuk di dapatkan. Untuk mengatasi hal tersebut dapat + % "# *"# %, " !* * "
diturunkan hidrograf satuan menjadi hidrograf satuan Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika
sintetik (HSS). Hidrograf satuan sintetik ini di dasarkan Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Universitas
pada parameter parameter fisik dari daerah aliran sungai. Sriwijaya. Pembahasan penelitian ini meliputi
Banyak metode HSS yang dapat digunakan seperti penggambaran hidrograf limpasan yang terbentuk akibat
metode HSS Gama I, HSS Nakayasu, dan lain lain. 3 variasi intensitas hujan yaitu 30 mm/jam, 40 mm/jam,
Selain hidrograf satuan sintetik, metode Rasional dan 50 mm/jam. Serta 3 variasi kemiringan lahan 0%,
Modifikasi juga dapat digunakan untuk mendekati 3%, dan 5% pada lahan uji yang kerapatan jaringan kuras
hidrograf pengukuran langsung. berbeda yaitu 0 m/m2; 1,0315 m/m2; dan 1,663 m/m2.
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu simulator
$ %&% " ! ' hujan dan bahan uji berupa tanah yang berada di area
Permasalahan yang akan dibahas dalam laporan Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan
tugas akhir ini adalah : Teknik Sipil Universitas Sriwijaya. Penelitian dibatasi
1. Bagaimana pengaruh intensitas hujan, pada pengamatan limpasan saja yang keluar dari ! !
kemiringan lahan, dan kerapatan jaringan kuras alat simulator hujan dan tidak memperhitungkan
terhadap hidrograf limpasan? infiltrasi. Waktu simulasi berlangsung selama 1,75 jam
2. Bagaimana perbandingan antara hidrograf dimana hujan efektif terjadi selama 1 jam.
limpasan yang terbentuk berdasarkan

718
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

$ pembentuk yaitu aliran permukaan, aliran antara, dan


Limpasan merupakan semua air yang bergerak aliran air tanah.
keluar dari daerah pengaliran ke suatu aliran permukaan.
Sebagian curah hujan yang mencapai permukaan tanah $( &
akan diserap ke dalam tanah, dan sebagian lagi yang tidak HSS Gama I dikembangkan oleh Sri Hartato (1993,
diserap akan menjadi limpasan permukaan (Soemarto, 2000) berdasar perilaku hidrologis di 30 DAS di Pulau
1999). Menurut Laoh (2002), pada lahan bervegetasi Jawa pada dekade 1980 an yang mengkombinasikan
lebat air hujan yang jatuh akan tertahan pada vegetasi dan antara Metode Strahler dan pendekatan Kraijenhorr van
meresap ke dalam tanah melalui vegetasi dan seresah der Leur. Meskipun diturunkan dari data DAS di Pulau
daun di permukaan tanah, sehingga limpasan permukaan Jawa, ternyata hidrograf satuan sintetis Gama I juga
yang mengalir kecil. Pada lahan terbuka atau tanpa berfungsi baik untuk berbagai daerah lain di Indonesia.
vegetasi air hujan yang jatuh sebagian besar menjadi HSS Gama I terdiri dari empat variabel pokok, yaitu
limpasan permukaan yang mengalir menuju sungai, waktu naik (TR), debit puncak (Qp), waktu dasar (TB),
sehingga aliran sungai meningkat dengan cepat. dan sisi resesi yang ditentukan oleh koefisien tampungan
Ada beberapa metode untuk menganalisis debit (K).
limpasan pada suatu DAS. Metode yang dipakai pada 1. Waktu Naik (TR)
suatu lokasi lebih banyak ditentukan oleh ketersediaan TR = 0,43 [ ]3 + 1,0665.SIM + 1,2775 (6)
.
data. Dalam praktek, analisa debit limpasan dilakukan
2. Debit Puncak (QP)
dengan beberapa metode. Secara umum, metode yang
QP = 0,1836.A0,5886 . TR 0,4008 . JN0,2381 (7)
umum dipakai adalah metode rasional dan metode
3. Waktu Dasar (TB)
hidrograf.
TB = 27,4132. TR0,4175 . S 0,0986 . SN0,7344 .
RUA0,2574 (8)
$ -. *-" !
4. Koefisien Tampungan (K)
Rumus ini adalah rumus tertua diantara rumus
K = 0,5617.A0,1798 . S 0,1446 . SF 1,0897 . D0,0452 (9)
empiris lainnya. Bentuk umum rumus rasional didasarkan
Sehingga, untuk menggambar hidrograf satuan
pada :
sintetiknya digunakan persamaan yaitu :
Q = 0,278.C.I.A (1)
Qt = Qp . et/K (10)
Metode rasional modifikasi meupakan
pengembangan dari metode rasional dimana waktu $+ 0 %
konsetrasi hujan terjadi lebih lama. Metode rasional Debit puncak banjir dapat dihitung menggunakan
modifikasi mempertimbangkan pengaruh koefisien persamaan berikut :
tampungan dalam memperkiran besarnya debit puncak . .
Qp = (11)
, ( , , )
limpasan (Kaharuddin, 2014). Persamaan yang digunakan
adalah :
Q = 0,278.Cs.C.I.A (2) $1 )* % " * */ ' . , *. -# / "#% % "
Cs = (3) "# %"#
Untuk daerah tangkapan dimana waktu terjadi debit Model hidrograf satuan sintetik (HSS) mempunyai
puncak (Te) lebih besar daripada waktu konsentasi : kemungkinan yang cukup besar berbeda dengan hidrograf
Qp’ = Cs’.C.I .A (4) satuan observasi. Selain dapat dilihat dari bentuk
hidrograf, perlu juga dilakukan uji kuantitatif antara
Cs’ = (5) keduanya. Perbandingan kuantitatif antara hidrograf
dimana : satuan sintetik dan hidrograf satuan pengukuran
Q = debit puncak (m3/det) menggunakan ukuran ukuran yang dikemukakan oleh
I = intensitas hujan (mm/jam) (Chou & Wang 2002) yaitu:
A = luas daerah pengaliran (km2) 1. 7 $$ , ! $ 8$$ , ,. (CE)
C = koefisien pengaliran ! () ˆ( )
CE = 1 (12)
Cs = koefisien tampungan ! () ˉ( )
Tc = waktu konsentrasi (jam) 2. 1 !& dari volume total (EV)
$
Td = waktu pengaliran atau $ ) ! % (jam) EV = % ! ˆ(") #(")
x 100% (13)
$ #(")
% !
$$ -. *. -# / 3. <(* ! dari debit puncak (AEQp)
Hidrograf adalah kurva yang memberi hubungan AEQp = qpˆ − qp (14)
antara parameter aliran dan waktu. Parameter dalam
hidrograf dapat berupa kedalaman aliran (elevasi) dan 4. 1 ! & dari debit puncak (EQp)
ˆ
debit aliran. Sehingga terdapat dua macam hidrograf EQp = x 100% (15)
yaitu hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf
mukai air dapat ditransformasikan menjadi hidrograf 5. <(* ! dari waktu puncak (ETp)
debit dengan menggunakan ! , & (Bambang ETp = Tpˆ − Tp
Triatmodjo, 2013). Hidrograf mempunyai tiga komponen (16)

719
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

dimana : 4. Mistar untuk mengukur tinggi tanah pada bak


q (t) = debit hasil pengukuran (m3/det) uji.
qˆ(t) = estimasi hasil simulasi dari q(t) (m3/det) 5. Ember dan baskom, digunakan untuk
qˉ(t) = nilai rata rata q(t) (m3/det) menampung air yang keluar.
qp = debit puncak hasil pengukuran (m3/det) 6. Selang digunakan sebagai penghubung dari pipa
qpˆ = debit puncak hidrograf satuan sintetik pengeluaran ke ember/baskom tempat
Tp = waktu puncak hasil pengukuran penampungan air.
Tpˆ = waktu puncak hidrograf satuan sintetik 7. Cangkul dan sekop, digunakan untuk mengambil
tanah uji.
$2 *&%! - %) " 8. Gelas ukur untuk mengukur volume air yang
Prinsip dasar alat ini adalah pembuat hujan buatan dikeluarkan sebagai limpasan.
dengan bermacam macam intensitas sesuai yang 9. Troli digunakan untuk mengangkut tanah dari
dikehendaki. Hujan buatan ini akan menyirami suatu lapangan (sekitar laboratorium) ke dalam
petak tanah dengan luasan tertentu yang sebanding laboratorium.
dengan ukuran dari perangkat alat ini. Hujan buatan 10. Satu set alat analisa saringan, untuk menguji
dioperasikan dengan intensitas sesuai dengan yang telah jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini.
ditetapkan sebelumnya sejak saat yang sama semua air 11. Satu set alat uji kadar air, untuk mengetahui
yang keluar dari petak tanah dicatat. Pencatatan terus jumlah kadar air dalam tanah.
dilakukan sampai suatu saat debit yang keluar dari petak 12. Bahan yang digunakan adalah tanah di sekitar
tanah tersebut mencapai nilai tetap. Bila keadaan ini telah Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika
tercapai, maka hujan buatan dapat dihentikan. Pada Teknik Sipil Universitas Sriwijaya.
keadaan demikian berarti telah mencapai keseimbangan
antara hujan, limpasan (aliran permukaan), dan infiltrasi. (( - .% " !* * "
Pada saat air hujan buatan telah dihentikan, bukan Adapun tahapan persiapan untuk prosedur
berarti debit yang keluar dari petak tanah tersebut penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
terhenti. Oleh karena masih ada tampungan permukaan, 1. Membersihkan alat simulator hujan. Menguras bak
maka masih terdapat aliran keluar dari petak tanah penampungan air yang akan digunakan sebagai
tersebut. Jadi, pengukuran debit masih terus dilakukan hujan serta diisi kembali dengan air yang bersih.
sampai debit yang keluar dari petak tanah sama dengan Memperbaiki pipa pipa yang bocor dan ;;
nol. Hidrograf limpasan yang dihasilkan akan mempunyai yang rusak,
suatu cabang naik (selama hujan) dan suatu cabang 2. Pengambilan tanah uji di sekitar laboratorium.
menurun (setelah berhenti hujan). Jumlah selisih antaa 3. Menguji karakteristik tanah di Laboratorium
intensitas hujan dan limpasan setiap waktu antara 0 Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas
sampai t, menunjukkan kehilangan dan sama dengan Teknik Universitas Sriwijaya. Hal ini diperlukan
jumlah infiltrasi (Arfan, 2010). untuk mengatahui jenis tanah dan jumlah kadar air
Intensitas hujan buatan dihitung dengan yang terdapat pada tanah uji.
menggunakan persamaan sebagai berikut : 4. Mengatur intensitas hujan. Pada penelitian ini
variasi intensitas hujan adalah 30 mm/jam, 40
  (17)
=  mm/jam, dan 50 mm/jam.
 <.!  Tabel 1. Data intensitas hujan
dimana : &&3) & &&$ ) & -!%&
I = intensitas hujan (mm/jam) 30 0,000002 0,25 15
V = volume air dalam tampungan (mm3) 30 0,000002 1 60
A = luas permukaan bak uji (mm2)
40 0,000002 0,25 20
t = waktu (jam)
40 0,000002 1 80
( 50 0,000002 0,25 25
( %.* * % 50 0,000002 1 100
Studi literatur yaitu studi yang digunakan sebagai
acuan dalam mengumpulkan dan mempelajari materi 5. Masukkan tanah ke dalam bak uji pada alat
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. simulator hujan yang berukuran 2m x 1m dengan
Materi tersebut didapat dari tulisan ilmiah, diktat, jurnal tebal tanah 10 cm.
yang telah diseminarkan, buku, dan internet yang 6. Atur kemiringan lahan. Pada penelitian ini
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. digunakan kemiringan 0%, 3%, dan 5%.
7. Setelah semua komponen diatur (kondisi tanah uji,
($ ! . " ' " intensitas hujan, dan kemiringan lahan) , maka alat
1. Simulator hujan dapat dijalankan sebagai proses hujan limpasan.
2. ! ) !,' digunakan untuk mengukur waktu. 8. Setelah proses hujan limpasan selesai dilakukan,
3. Sarung tangan dipakai untuk membersihkan ganti kembali tanah uji dengan tanah yang baru
tanah yang basah. atau buang tanah setebal 5 cm dan ganti tanah uji

720
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

baru. Proses penggantian tanah tersebut dilakukan Gambar 1. Hidrograf observasi I = 30 mm/jam
setalah ±2 jam dari selesainya proses . Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin
9. Ulangi kembali proses diatas dengan prosedur meningkat kemiringan lahan maka debit puncak yang
yang sama (4) sampai (8) untuk intensitas hujan, dihasilkan semakin tinggi. Demikian pula dengan waktu
kemiringan lahan, dan kerapatan jaringan kuras puncak akan semakin pendek. Debit puncak tertinggi
yang berbeda beda. dihasilkan oleh kemiringan 5% sebesar 0,01758 L/det
10. Kerapatan jaringan kuras dibedakan berdasarkan pada jam ke 0,7 atau 42 menit.
tanah uji tanpa saluran, berbentuk saluran, dan
saluran bercabang. Tabel 3. Data hasil pengukuran I = 40 mm/jam
I = 40 mm/jam D = 0
(+ 0 "# *, -! '
S = 0% S = 3% S = 5%
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
selanjutnya di olah dan di analisis. Data yang diolah Wak Debi Debi Debi
adalah data eksisting yang relevan agar dapat mendukung tu t t t
(Jam Limpas (L/de Limpas (L/de Limpas (L/de
dalam menganalisis hasil penelitian, data tersebut antara
) an (L) t) an (L) t) an (L) t)
lain :
1. Data volume limpasan (L) 0 0 0 0 0 0 0
2. Data debit aliran (L/det) 0,01 0,01 0,01
3. Data waktu puncak (menit) 0,25 10,22 13 11,54 28 13,73 52
4. Data panjang saluran (m) 0,01 0,02 0,02
5. Data kerapatan jaringan kuras (m/m2) 0,5 16,6 84 18,72 08 19,76 19
0,02 0,02 0,02
+ 0,75 20,42 26 21,42 38 22,06 45
0,01 0,01 0,02
+ "#% % " *&, ", . 4 5 &3&$
1 17,71 96 17,79 97 18,36 04
Tabel 2. Data hasil pengukuran I = 30 mm/jam 0,00 0,00 0,00
1,25 5,85 65 3,87 43 2,09 23
I = 30 mm/jam D = 0
0,02 0,00 0,00
S = 0% S = 3% S = 5% 1,5 2,16 40 1,02 11 0,77 08
0,00 0,00 0,00
Wak Debi Debi Debi
1,75 0 00 0 00 0 00
tu t t t
(Jam Limpas (L/de Limpas (L/de Limpas (L/de
) an (L) t) an (L) t) an (L) t) 0.027
0 0 0 0 0 0 0 0.024
0,00 0,00 0,00 0.021 S = 0%
0,25 6,31 70 7,92 88 8,78 97 0.018 S = 3%
3.

0,01 0,01 0,01 0.015 S = 5%


0,5 11,93 32 13,25 47 14,47 60 0.012
*

0,01 0,01 0,01 0.009


0,75 13,91 54 14,73 63 15,82 75 0.006
0,01 0,01 0,01 0.003
1 12,82 42 13,16 46 13,41 49 0
0,00 0,00 0,00 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
1,25 4,98 55 4,17 46 2,58 28 6 % ) &
0,00 0,00 0,00
Gambar 2. Hidrograf observasi I = 40 mm/jam
1,5 2,15 23 1,94 21 1,02 11
0,00 0,00 0,00
1,75 0 00 0 00 0 00 Dari gambar 2 dapat dilihat hidrograf yang
terbentuk pada masing masing kemiringan lahan
0.021 memiliki nilai debit puncak yang berbeda. Peningkatan
0.018 kemiringan lahan ini mengakibatkan peningkatan debit
S = 0%
0.015
puncak dan penurunan waktu puncak..
3.

0.012 S= 3%
0.009
*

S = 5%
0.006
Tabel 4. Data hasil pengukuran I = 50 mm/jam
0.003 I = 50 mm/jam D = 0
0 S = 0% S = 3% S = 5%
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 Wak Limpa Debit Limpa Debit Limpa Debi
6 % ) & tu san (L) (L/det san (L) (L/det san (L) t

721
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

(Jam ) ) (L/d 0,00 0,00 0,00


) et) 1,25 4,4 48 3,12 34 2,18 24
0,00 0,00 0,00
0 0 0 0 0 0 0 1,5 2,41 26 0,89 09 0,51 05
0,016 0,016 0,01 0,00 0,00 0,00
0,25 14,76 4 15,18 8 15,91 76 1,75 0 00 0 00 00
0,024 0,025 0,02
0,5 21,92 3 22,75 2 24,96 77
0,026 0,028 0,02 0.021
0,75 23,66 2 25,79 6 26,77 97 0.018 S = 0%
0,021 0,023 0,02
0.015
1 19,47 6 20,82 1 22,73 52 S = 3%
0,007 0,006 0,00 0.012

3.
S = 5%
1,25 6,69 4 5,5 1 3,69 41 0.009
0,004 0,003 0,00 0.006

*
1,5 3,66 07 2,91 23 1,66 18 0.003
0,000 0,000 0,00
0
1,75 0 0 0 0 0
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
6 % &
0.033
0.03 Gambar 4. Hidrograf observasi I = 30 mm/jam
0.027 S = 0%
0.024
0.021 S = 3% Dari Gambar 4 dapat dilihat hidrograf limpasan
0.018 yang terbentuk pada variasi kemiringan lahan terjadi
3.

0.015 S = 5%
waktu puncak yang sama, namun debit puncak yang
0.012
berbeda. Hal ini dikarenakan pengamatan yang dilakukan
*

0.009
0.006 secara manual, kemungkinan terjadinya kesalahan pada
0.003 pengukuran volume limpasan yang keluar dari ! ! dan
0
pembacaan interval waktu yang tidak tepat.
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
6 % ) &
Tabel 6. Data hasil pengukuran I = 40 mm/jam
Gambar 3. Hidrograf observasi I = 50 mm/jam
I = 40 mm/jam Dd = 1,0315
Dari gambar 3 dapat dilihat hidrograf limpasan yang
S = 0% S = 3%
terbentuk pada masing masing kemiringan memiliki debit S = 5%
puncak yang berbeda. Semakin besar kemiringan lahan, Wakt Debit Debit Debit
u Limpasa (L/det Limpasa (L/det Limpasa (L/det
maka nilai debit puncak pada tiap kemiringan semakin (Jam) n (L) ) n (L) ) n (L) )
tinggi pada waktu yang lebih singkat. Terlihat bahwa
kemiringan lahan 5% dapat mencapai debit puncak 0 0 0 0 0 0 0
tertinggi dalam waktu 39 menit atau 0,65 jam dengan 0,013 0,014 0,015
debit puncak sebesar 0,03 L/det. Sedangkan kemiringan 0,25 12,1 4 13,4 8 13,93 4
0,019 0,021 0,023
lahan 0% dan 5% mengalami waktu puncak selama satu 0,5 17,85 8 19,45 6 21,19 5
jam. 0,023 0,023 0,025
0,75 21,12 4 21,57 9 22,56 0
+$ "#% % " *&, " , . 4 75( 1 &3&$ 0,020 0,020 0,020
Tabel 5. Data hasil pengukuran I = 30 mm/jam 1 18,01 0 18,33 3 18,68 7
0,004 0,002 0,001
I = 30 mm/jam Dd = 1,0315 1,25 3,98 4 2,36 6 1,61 7
0,002 0,000 0,007
S = 0% S = 3% 1,5 1,8 0 0,97 8 0,68 6
S = 5% 0,000 0,000 0,000
Wak Debi Debi Debi 1,75 0 0 0 0 0 0
tu t t t
(Jam Limpas (L/de Limpas (L/de Limpas (L/de
) an (L) t) an (L) t) an (L) t) 0.027
0.024
0 0 0 0 0 0 0 0.021 S=
0,00 0,00 0,01 0.018
0.015 0%
3.

0,25 7,64 84 8,77 97 9,47 05 0.012


0,01 0,01 0,01 0.009
0.006
*

0,5 12,43 38 13,2 46 14,96 66 0.003


0,01 0,01 0,01 0
0,75 15,27 69 16,19 79 17,02 89
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
0,01 0,01 0,01 6 % &
1 13,12 45 13,9 54 14,8 64 Gambar 5. Hidrograf observasi I = 40 mm/jam

722
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

(Jam) n (L) (L/det) n (L) (L/det) n (L) (L/det)


Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa hidrograf 0 0 0 0 0 0 0
limpasan yang terbentuk akibat variasi kemiringan lahan 0,25 8,7 0,00967 9,81 0,01090 10,3 0,01144
memiliki bentuk yang berbeda. Seiring meningkatnya 0,5 13,63 0,01514 15,29 0,01699 16,1 0,01789
kemiringan lahan, diikuti dengan meningkatnya debit 0,75 15,57 0,01730 16,15 0,01794 16,95 0,01883
puncak dan memendeknya waktu puncak. Debit puncak 1 12,96 0,01440 13,83 0,01537 14,67 0,01630
maksimum terjadi pada kemiringan lahan 5% yaitu 1,25 4,01 0,00446 3,02 0,00336 2,28 0,00253
sebesar 0,02507 L/det dalam waktu 42 menit.
1,5 1,22 0,00136 0,89 0,00099 0,51 0,00057
1,75 0 0,00000 0 0,00000 0 0,00000
Tabel 7. Data hasil pengukuran I = 50 mm/jam
I = 50 mm/jam Dd = 1,0315
0.021
S = 0% S = 3%
S = 5% 0.018 S = 0%
Wak Debi Debi Debi
tu t t t 0.015 S = 3%
0.012

3.
(Jam Limpas (L/de Limpas (L/de Limpas (L/de S = 5%
) an (L) t) an (L) t) an (L) t) 0.009

*
0.006
0 0 0 0 0 0 0
0,01 0,01 0,01 0.003
0,25 15,86 76 17,09 89 17,65 96 0
0,02 0,02 0,02 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
0,5 23,39 59 25,43 82 26,35 92 6 % ) &
0,02 0,02 0,03 Gambar 7. Hidrograf observasi I = 30 mm/jam
0,75 25,36 81 26,89 98 27,37 04
0,02 0,02 0,02
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa kenaikan
1 21,28 36 21,5 38 22,54 50
kemiringan lahan berbanding lurus dengan debit puncak.
0,00 0,00 0,00
1,25 5,05 56 3,58 39 2,15 23 Kemudian untuk waktu puncak sendiri semakin
0,00 0,00 0,00 memendek seiring meningkatnya kemiringan lahan.
1,5 2,11 23 1,2 13 0,57 06
0,00 0,00 0,00 Tabel 9. Data hasil pengukuran I = 40 mm/jam
1,75 0 00 00 0 00 I = 40 mm/jam Dd = 1,663

S = 0% S = 5% S = 3%
Waktu Limpasan Debit Limpasan Debit Limpas Debit
0.033
0.03 (Jam) (L) (L/det) (L) (L/det) an (L) (L/det)
0.027 S = 0%
0.024 0 0 0 0 0 0 0
0.021 S = 3%
3.

0,0165
0.018 0,25 13,7 0,01522 14,61 0,01623 14,88 3
0.015 S = 5%
*

0.012 0,0246
0.009 0,5 18,89 0,02099 20,46 0,02273 22,17 3
0.006 0,0255
0.003 0,75 21,94 0,02438 22,15 0,02461 23,02 8
0
0,0191
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 1 17,22 0,01913 17,72 0,01969 17,27 9
6 % & 0,0018
Gambar 6. Hidrograf observasi I = 50 mm/jam 1,25 4,14 0,00460 3,13 0,00348 1,66 4
0,0005
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa hidrograf 1,5 1,03 0,00114 0,77 0,00086 0,49 4
limpasan yang terbentuk akibat variasi kemiringan lahan 0,0000
1,75 0 0,00000 0 0,00000 0 0
pada intensitas hujan 50 mm/jam dan D = 1,0315 m/m2
memiliki nilai debit puncak yang berbeda. Semakin
meningkatnya kemiringan lahan, maka debit puncak akan 0.03
0.027
meningkat dan waktu puncak terjadi lebih cepat. 0.024
0.021
S=
0%
0.018
0.015 S=
3.

+( "#% % " *&, " , . 4 722( &3&$ 0.012 3%


0.009
Tabel 8. Data hasil pengukuran I = 30 mm/jam
*

0.006
I = 30 mm/jam Dd = 1,663 0.003
0
S = 0% S = 3% S = 5% 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
6 % &
Waktu Limpasa Debit Limpasa Debit Limpasa Debit
Gambar 8. Hidrograf observasi I = 40 mm/jam

723
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

1. Perbandingan HSS Gama 1 dan Observasi


Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa hidrograf yang 0.07 Observasi S = 5%
terbentuk pada masing masing kemiringan lahan 0.06
memiliki nilai debit puncak yang berbeda. Peningkatan 0.05 Gama 1 S = 5 %
kemiringan lahan ini mengakibatkan peningkatan debit 0.04

3.
puncak dan penurunan waktu puncak. 0.03
0.02

*
Tabel 10. Data hasil pengukuran I = 50 mm/jam 0.01
I = 50 mm/jam Dd = 1,663 0
0 0.250.50.75 1 1.251.51.75 2 2.252.52.75 3
S = 0% S = 3% 6 % &
S = 5%
Waktu Limpasa Debit Limpasa Debit Limpasa Debit Gambar 10. Hidrograf HSS Gama I dan Observasi
(Jam) n (L) (L/det) n (L) (L/det) n (L) (L/det)
Dari gambar 10 dapat dilihat pada metode HSS
0 0 0 0 0 0 0 Gama I waktu puncak terjadi pada jam ke 2,344 dengan
debit puncak sebesar 0,0577 L/det.
0,25 16,54 0,01838 17,45 0,01939 18,22 0,02024
2. Perbandingan HSS Nakayasu dan Observasi
0,5 24,79 0,02754 25,91 0,02879 27,18 0,03020

0,75 26,1 0,02900 27,67 0,03074 28,29 0,03143 1.8


1.6
1 22,89 0,02543 22,78 0,02531 22,94 0,02549 1.4 Observasi S =
5%
1.2
3.
1,25 4,01 0,00446 2,62 0,00291 1,97 0,00219 1 Nakayasu
0.8
1,5 1,93 0,00214 0,73 0,00081 0,32 0,00036
*

0.6
1,75 0 0,00000 0 0 0 0,00000 0.4
0.2
0
0.036 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2
0.033
0.03 S = 0% 6 % &
0.027 Gambar 11. Hidrograf HSS Nakayasu dan Observasi
0.024 S = 3%
0.021
3.

0.018 Dari gambar 11 dapat dilihat pada metode HSS


0.015 S = 5%
0.012 Nakayasu waktu puncak terjadi pada menit ke 0,234
*

0.009 dengan debit puncak sebesar 1,6953 L/det.


0.006
0.003
0 3. Perbandingan Metode Rasional Modifikasi dan
0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 Observasi
6 % ) &
Gambar 9. Hidrograf observasi I = 50 mm/jam 0.03
0.025 Rasional
Dari gambar IV.10 dapat dilihat bahwa pada 0.02 Modifikas
3.

kemiringan lahan 5% memiliki waktu puncak yang i


0.015
paling pendek yaitu pada jam ke 0,6 atau menit ke 36
*

0.01
dengan debit puncak sebesar 0,03143 L/det.
0.005
++ )* % " * */ -. *" ' . , 0
*. -# / 8 * 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75
Perbandingan metode lain dengan hidrograf 6 % ) &
observasi dilakukan pada salah satu variasi intensitas Gambar 12. Hidrograf asional modifikasi dan Observasi
hujan, kemiringan lahan, dan kerapatan jaringan kuras.
Pada perhitungan ini dipilih intensitas hujan 50 mm/jam, Dari gambar 11 dapat dilihat pada metode HSS
kemiringan lahan 5%, dan kerapatan jaringan kuras (D) Nakayasu waktu puncak terjadi pada jam ke 0,148
1,663 m/m2. dengan debit puncak sebesar 0,0239 L/det.
Hasil uji kuantitatif masing masing metode
diberikan pada tabel 11 berikut.

724
! "
- ! 1 < **# $ % * < ( ! * ! *! *# + 4 % ' 64 +
( ! % % ! # + 9

seperti kepadatan tanah dan ketebalan tanah.,


Tabel 11. Rekapitulasi uji kuantitatif agar dapat mendakati kondisi lapangan yang
Rasional sebenarnya.
N Nakayas Modifika 2. Perlu dilakukan penambahan total waktu
o Parameter Gama I u si simulasi yang lebih lama dan interval waktu
pengukuran yang lebih pendek agar terbentuk
7 $$ , ! $ 15,517 hidrogaf limpasan yang lebih baik hingga
1 8$$ , ,. (CE) 6 2,16 0,81433 terjadinya penurunan debit sampai mendekati
1 !& dari 370,03 7,05984 nilai nol.
2 volume total (EV) 3% 100 % % 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di
<(* ! dari laboratorium untuk mendapatkan faktor koreksi
3 debit puncak (AEQp) 0,0365 0,01892 0,00507 yang sesuai, sehingga metode metode hidrograf
1 !& dari 224,03 7,53785 satuan sintetik dapat menghasilkan nilai
4 debit puncak (EQp) 4% 100 % % yang lebih kecil dan dapat diterapkan pada skala
<(* ! dari laboratorium.
5 waktu puncak (ETp) 1,5 0,5 0
1
Dari data hasil penelitian serta analisis dan 1) Asdak, Chay, # / 2 '<
pembahasan mengenai hidrograf limpasan akibat variasi . Cetakan ke 5, Gadjah Mada University Press,
intensitas hujan dan kemiringan lahan maka dapat Yogyakarta, 2010.
diambil kesimpulan sebagai berikut : 2) Br, Sri Harto, < ** # . Gramedia Pustaka
1. Berdasarkan hasil pengamatan, seiring Utama, Jakarta, 1993.
3) C, D., Soemarto, # . Penerbit Erlangga,
terjadinya peningkatan intensitas hujan dan
Jakarta, 1999.
kemiringan lahan maka akan terjadi pula 4) Chakravarti, Ankit, dan M.K. Jain, 8= % !
peningkatan debit puncak dan waktu puncak & *! ! $ 1 $ 1 $$ / , **.
yang lebih pendek. Hal ini tergambar pada Department of Hydrology Indian Institute of Technology
masing masing hidrograf observasi bahwa pada Roorkee, India, 2014.
intensitas hujan 50 mm/jam dan kemiringan 5) Chou, C.M, and R.Y. Wang. - 8*! % ! $ > !
lahan 5% menghasilkan debit puncak tebesar #. ' >* ' ? & !( * < !'%.
dalam waktu singkat dibandingkan dengan Hydrol Sci 47 (5) 721 738, 2002.
intensitas hujan dan kemiringan lainnya. 6) Chow, V.T., Maidment, D.R., and Mays, L.W, <
2. Adanya perbedaan kerapatan jaringan kuras #. .. McGraw Hill, New York, 1988.
7) Eripin, I., 2 % / ( ' ! 0 '
yaitu D = 0, D = 1,0315 m/m2, dan D =1,663 ' 2 (! 2 ' /
m/m2 menghasilkan debit puncak yang berbeda 7 2005.
pula. Semakin besar nilai D, maka debit puncak 8) Koyari, Elroy, Dwi Priyantoro, dan Dian Sisinggih, /
akan semakin besar. Begitu pula pada waktu / @ + 4 ) * @ %( 4 4 !
puncak, akan terjadi lebih cepat pada kerapatan . . Jurnal Teknik Pengairan Universitas
jaringan kuras yang lebih besar. Brawijaya, Malang, 2012.
3. Hasil analisis uji kuantitatif menunjukkan bahwa 9) Laoh, OSH, 4 ! ! A ! A* A ! *
hidrograf satuan sintetik metode Gama I dan 8 % ! 0 ' 2 ' <
8 * % ! * 6 ! 4 * * 2
Nakayasu tidak cocok jika diterapkan pada skala
) * >! 9. Program Pasca Sarjana Institut
laboratorium karena nilai yang dihasilkan Pertanian Bogor, Bogor, 2002.
lebih dari 100%. Metode yang paling mendekati 10) Linsley, Ray K., & Fransini, Joseph B., # > !
hasil hidrograf observasi berdasarkan penelitian * . . Erlangga, Jakarta, 1989.
di laboratorium adalah metode Rasional 11) Siby, Elza Patricia, L. Kawet, dan F. Halim, !
Modifikasi, dimana hasil yang didapat / ( # $ ! ! ! / 2 '
mendekati nilai nol yaitu sebesar 7,5378 %. < 1 . . Jurusan Teknik Sipil
Walaupun demikian, masih ada perbedaan yang Universitas Sam Ratulangi, Manado, 2013.
cukup jauh pada gambar bentuk hidrogaf 12) Suripin, *! % 2 * / ! . @ + ! .
limpasan dari segi debit puncak, waktu puncak, ANDI Offset, Yogyakarta, 2004.
13) Ramahani, Ahmad Tanzil, < * # $ 2 '
dan waktu selesai. Oleh karena itu, perlu < <+ ) % / . Laporan Tugas
dilakukan peninjauan ulang untuk mencari nilai Akhir Jurusan Teknik Sipil Universitas Sriwijaya,
atau faktor koreksi yang lebih mendekati Inderalaya, 2011.
hidrograf observasi. 14) Triatmodjo, Bambang, # Cetakan ke 3,
Beta Offset, Yogyakarta, 2013.
Adapun saran yang diberikan untuk penelitian
selanjutnya yaitu :
1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, perlu
dilakukan dengan variasi yang lebih banyak
pada intensitas hujan, kemiringan lahan, dan
kerapatan jaringan kuras. Serta kondisi tanah uji

725
! "

Anda mungkin juga menyukai