Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA

“LIDAH BUAYA (ALOE VERA)”

Dosen Pengampu:

Apt. Ghani Nurfiana, M.Farm

Disusun oleh:

Sinta S S Pawala (23175213A)


Natalius Aldika D (23175224A)
Linda Yulianti (23175232A)
Efrim Marlinandy (24185573A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. RendemenEktrakDaunLidahBuaya (Aloe Vera)
a. Ekstrak Kental Daun Lidah Buaya
Tidak kurang dari 0,4%, dan menggunakan etanol P sebagai pelarut.
b. Ektrak Kering Getah Daun Lidah Buaya
Tidak kurang dari 0,03% dan Menggunakanetanol P sebagai pelarut.
(FHI Edisi II 2017)

2. IdentifikasiSenyawaPadaDaunLidahBuaya (Aloe Vera)


Ekstrak air daging daun Aloe vera mengandung saponindan flavonoid, di samping
itu juga mengandung tannin dan polifenol, serta senyawa utama yaitu Aloin A.
a. SkriningFitokimia
Dilakukan skrining fitokimia meliputi uji saponin, tanindan flavonoid.
Pembuatan Larutan Uji Skrining Fitokimia Sebanyak 100 mg ekstrak air Aloe
vera dilarutkan dalam 10 mL etanol 70% (Dewidkk., 2013).
b. Identifikasi Saponin
Dimasukan 10 mL larutan uji dalam tabung reaksi kemudian dikocok
vertical selama 10 detik lalu dibiarkan selama 10 detik. Terbentuknya busa
setinggi 1–10 cm yang stabil selama tidak lebih dari10 menit dan penambahan 1
tetes HCl 2N, busa tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Depkes RI,
1995b).
c. IdentifikasiTanin
Uji tannin dilakukan dengan melarutkan 5 mg ekstrak Aloe veradengan 10
mL akuades dan sibagi kedalam dua tabung reaksi. Tabung 1 ditambahkan
beberapa tetes larutan besi (III) klorida 5%, terbentuknya warna biru kehijauan
menunjukkan adanya tanin. Tabung 2 ditambahkan tiga tetes Timbal (II) asetat,
hasil positif menunjukkan terbentuk endapan purih (Vijayalakshmi and
Ravindhran, 2012).
d. Identifikasi Flavonoid
Sebanyak 1 ml larutan uji diuapkan, basahkan sisanya dengan aseton P,
ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P,
dipanaskan di atas penangas air dan hindari pemanasan berlebihan. Eter P
ditambahkan 10 mL. Larutan diamati di bawah sinar UV 366 nm; berfluoresensi
kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid (Depkes RI, 1995).
e. Identifikasi Dengan FT-IR
Identifikasi senyawa flavonoid ekstrak lidah buaya menggunakan FT-IR
untuk melihat gugus fungsi pada spectrum inframerah ekstrak lidah buaya:
Gambar 1. Spektrum inframerah ekstrak lidah buaya
Hasil identifikasi senyawa flavonoid ekstrak lidah buaya menunjukan
bahwa adanya serapan melebar pada gelombang 3397,45 cm-1 yang diduga
adalah serapan ulur dari guguh O-H. Gugus fungsi C=O ditunjukkan pada
bilangan gelombang 1701,84 cm-1. Serapan ulur C=C aromatic muncul pada
bilangan gelombang 1638,87 cm-1 didukung adanya serapan C-H pada
gelombang 1362,15 cm-1. Serapan lemah pada bilangan gelombang 1254,93 cm-1
yang diduga adalah serapan ulur dari gugus C-OH. Serapan tajam pada daerah
bilangan gelombang 1020,47 cm-1 dengan pita lemah menunjukkan gugus C-O.
Berdasarkan data tersebut diduga pada ekstrak lidah buaya menunjukan adanya
gugus fungsi O-H, C=O, C=C, C-H, C-OH dan C-O menandakan bahwa ekstrak
lidah buaya mengandung senyawa flavonoid.
f. Identifikasi Senyawa (Aloin A)
g. Pola Kromatografi
Fasegerak : Etil Asetat P-metanol P-air (9:1:0,5)
Fasediam : Silika gel 60 F245
Larutanuji : 40% dalametanol P
Larutanpembanding : Aloin A 0,02% dalam etanol P
Volume penotolan : 20 µL Larutanujidan 5 µL Larutan pembanding
Deteksi : UV366
(FHI Edisi II 2017)

3. Formulasi untuk dibuat sediaan dari sampel tersebut


Dalam formulasi sediaannya, kami mengambil formulasi sedian Masker Gel Peel Off.
Berikut prosesnya. Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan variasi kadar polivinil alkohol
10%, 12%, dan 14% sebagai gelling agent.
a. Timbang PVA, kemudian dikembangkan dengan menggunakan aquadest, untuk
menambah kelarutan dapat di lakukan diatas hot platesuhu 80°C.
b. Diaduk hingga mengembang sempurna dan terbentuk basis gel PVA yang
homogen.
c. Dalam wadah terpisah, HPMC dikembangkan menggunakan aquadest hingga
mengembang dan terbentuk massa yang homogen.
d. Setelah PVA dan HPMC mengembang sempurna, dimasukkan HPMC ke
dalamnya PVA, lalu aduk sampai homogen.
e. Larutkan metil paraben dan propil paraben ke dalam propilenglikol, aduk sampai
homogen.
f. Masukkan ke dalam PVA, aduk sampai homogen Masukkan ekstrak lidah buaya,
aduk sampai homogen.
g. Tambahkan dengan air suling ad 100 ml, aduk sampai homogen.Kemudian
masukkan ke dalam wadah.

4. Hasil Dari Formulasi

a. Uji homogenitas dan Organoleptis


b. Uji PH
Pada pengamatan terhadap nilai pH sediaan terlihat bahwa ketiga
formula cenderung berubah ubah, yakni terjadi penurunan dan kenaikan pH
secara bervariasi. Terjadi penurunan pH yang cukup besar pada formula 1 minggu
1, kemudian terjadi kenaikan yang cukup besar pada formula 2 minggu 1 dan
formula 3 minggu 2. Namun masing-masing formula memenuhi persyaratan
pH kulit yaitu 4,5 – 6,5. Hal ini disebabkan karena pengaruh suhu ruangan dan
pengadukan yang tidak konstan. Penurunan pH disebabkan masuknya CO2
kedalam wadah pada saat pengukuran dilakukan. Adanya CO2 yang bereaksi
dengan air menyebabkan pH menjadi asam (Handayani, 2013).
Data pH yang diperoleh dari uji normalitas menunjukkan bahwa nilai sig.
0,464 > 0,05, maka pH terdistribusi normal. Kemudian data pH diuji homogenitas
menunjukkan nilai sig 0,764 > 0,05, maka pH terdistribusi homogen. Pada uji
ANOVA satu arah, nilai sig 0,607 > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna pada pH masing-masing formula.
c. Uji Waktu Kering
Pengujian waktu kering bertujuan untuk mengetahui berapa lama masker
gel mengering pada permukaan kulit dan membentuk lapisan film. Waktu
sediaan kering pada masker gel peel-off biasa digunakan adalah 15-30 menit
dihitung mulai dari masker gel dioleskan hingga masker mengering.
Waktu kering formula 1 berkisar antara 29 – 33 menit, sedangkan formula
2 berkisar antara 23 – 28 menit dan formula 3berkisar 22 – 25 menit. Semakin
banyak kadar air dalam sediaan maka waktu kering semakin meningkat (Yulin,
2015). Data waktu kering yang diperoleh dari uji normalitas menunjukkan bahwa
nilai sig. 0,119 > 0,05, maka waktu kering terdistribusi normal. Kemudian data
waktu kering diuji homogenitas menunjukkan nilai sig 0,331 > 0,05, maka waktu
kering terdistribusi homogen. Pada uji ANOVA satu arah, nilai sig 0,000 > 0,05
hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada waktu kering
masing-masing formula.
DAFTAR PUSTAKA

Farm, C.I.S.A.S., 2020. FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTI LUKA BAKAR DARI
EKSTRAK AIR DAGING DAUN ALOE VERA. Jurnal Kimia (Journal Of Chemistry), 14(1).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.Jakarta
Santoso, I., Prayoga, T., Agustina, I. and Rahayu, W.S., 2020. FORMULASI MASKER GEL
PEEL-OFF PERASAN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DENGAN GELLING AGENT
POLIVINIL ALKOHOL. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 2(1), pp.17-25.

Anda mungkin juga menyukai