Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dengan dikeluarkannya peraturan baru tahun 1990 mengenai keharusan memasang Gobal
Maritime Distress and Safety Systems (GMDSS), maka penerapan semua peraturan yang
berhubungan dengan komunikasi radiotelegraphy dan radio telephony dianggap merupakan suatu
kemajuan terbesar dalam dunia komunikasi Maritim sekarang ini. GMDSS adalah hasil
pengembangan sistim pemberitahuan keadaan bahaya (distress call) dengan sistim otomatis,
dapat dikirimkan hanya dengan menekan tombol (press button), menggantikan fungsi telegraphy
station dan perwira radio sehingga dapat menghemat biaya operasi kapal.
Konsep dasar dari GMDSS adalah petugas penyelamat di darat, dan kapal yang berada disekitar
kapal yang dalam keadaan bahaya ( ship distress) mendapat peringatan lebih awal, sehingga
dapat segera melakukan koordinasi dengan SAR. Sistim ini juga menyediakan komunikasi yang
sifatnya segera dengan aman, menyediakan informasi keselamatan maritim, informasi navigasi,
perkiraan cuaca, peringatan akan cuaca buruk dan informasi keselamatan lainnya untuk kapal.
Menjamin setiap kapal dapat melakukan fungsi komunikasi yang vital untuk keselamatan kapal
itu sendiri dan kapal yang berada disekitarnya Peraturan ini sebagai tambahan (amandement)
SOLAS 1974 untuk komunikasi radio, yang ditetapkan di London (IMO) tanggal, 11 Nopember
1988, dan diberlakukan pada semua kapal penumpang dan kapal jenis lain ukuran 300 GRT atau
lebih.
Pelaksanaan pemasangannya ditetapkan dari tahun 1992 s/d 1999. Namun demikian sejak tahun
1992 sudah ada peraturan tambahan baru untuk memasang alat keselamatan komunikasi yakni
Emergency Position Indicating Radio Beacons Syctem (EPIRBS) dengan maksud agar
komunikasi berlangsung cepat untuk melakukan pertolongan bila terjadi kecelakaan di kapal
Keselamatan Navigasi
Chapter V SOLAS 74/78 membahas mengenai peraturan dan kelengkapan navigasi untuk semua
kapal Bab tersebut mengatur tentang penyampaian berita bahaya dan informasi yang dibutuhkan
dalam menyampaikan berita yang membahayakan kapal. Meminta pada semua negara anggota
untuk mendorong setiap kapal mengumpulkan data meteorologi yang dialami dan diuji, disebar
luaskan untuk kepentingan keselamatan pelayaran. Pemerintah harus mendorong perusahaan
pelayaran untuk menggunakan peralatan dengan akurasi yang tinggi, dan menyediakan sarana
untuk mekalibrasi serta mengecek peralatan dimaksud.
Pemerintah diharapkan pula untuk menginstruksikan pada kapalkapalnya agar mengikuti route
yang sudah ditetapkan oleh IMO seperti antara lain “ separation on traffic” di Selat Malaka dan
menghindari route yang sudah ditentukan untuk kapal yang meminta bantuan atau pertolongan.
Regulation 12, mengatur mengenai kelengkapan alat navigasi yang diharuskan di kapal sesuai
ukuran atau gros ton setiapal. Sesuai peraturan dimaksud, kapal dengan ukuran 150 gros ton ke
atas sudah harus dilengkapi dengan alat navigasi Peralatan penting dimaksud antara lain seperti
gyro compass, gyro repeater, echo sounding device radar installation, automatic eadar plotting
aid untuk kapal ukuran 10.000 gros ton atau lebih dan sebagainya.
Sertifikasi
Di dalam Solas 74/78 Chapter 1 Part B-Surveys and Certificates diatur juga sistim pelaksanaan
survey dan sertifikasi yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan peraturan tersebut.
Semua kapal harus melalui pemeriksaan yang meliputi inspeksi terhadap struktur dari konstruksi,
permesinan dan semua peralatan agar bisa mendapatkan sertifikat sebagai berikut :
Tugasnya mengkoordinir bantuan teknik dari IMO di bidang maritim terutama untuk negara
berkembang. Komite teknik ini merupakan komite pertama dalam organisasi PBB yang diakui
sebagai bagian dari konvensi. Badan ini dibentuk tahun 1975 dan merupakan agen pertama PBB
yang membentuk technical cooperation dalam bentuk struktur organisasi. Tujuannya adalah
menyediakan program bantuan untuk setiap negara terutama negara berkembang untuk
meratifikasi dan kemudian melaksanakan peraturan yang dikeluarkan oleh IMO. IMO
menyediakan tenaga bantuan konsultan di lapangan dan petunjuk dari Headquarters kepada
pemerintah yang memintanya untuk melakukan training keselamatan kerja maritim dan
pencegahan pencemaran terhadap ABK bagian deck, mesin dan personil darat. Melalui Komite
ini IMO melakukan seminar dan workshop dibeberapa negara setiap tahun dan sudah
mengerjakan banyak proyek bantuan teknik di seluruh dunia. Proyek ambisius yang dilakukan
Komite ini adalah mendirikan “The World Maritime University” di Malmo Swedia pada tahun
1983, dengan tujuan untuk mendidik dan menyediakan tenaga trampil dalam bidang keselamatan
dan lingkungan maritim, dari negara berkembang yang sudah mempunyai latar belakang
pendidikan yang mencukupi di negara masing-masing.
Sekretariat IMO
Sekretariat IMO dipimpin oleh Secretary General yang dibantu oleh ± 300 tenaga dari berbagai
negara termasuk para penterjemah ke dalam 6 bahasa yang diakui dapat digunakan
berkomunikasi dalam sidang komite, yakni bahasa inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, Arab,
China dan 3 bahasa teknis 13.6. Tugas dan Pekerjaan IMO Tugas Utama IMO adalah membuat
peraturan-peraturan keselamatan kerja dilaut termasuk keselamatan pelayaran dan pencegahan
serta penanggulangan pencemaran lingkungan perairan. Seperti halnya SOLAS 74/78
diberlakukan oleh pemerintah Indonesia dengan Keputusan Presiden No. 65 tahun 1980 dan
MARPOL 73/78 dengan Keputusan Presiden No. 46 tahun 1986. Kedua Keputusan Presiden
tersebut sudah tercakup dalam UU No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran.
Konvensi-konvensi IMO paling penting yang sudah dikeluarkan adalah sebagai berikut :