Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM

Oleh:
Kelompok 3
Devia Lestari 1810912120006
Dimas Dwi Anggara 1810912210020
Farah Firda Azkia 1810912120005
Firda Anggreani 1810912120003
Fitria 1810912120004
Noorliana 1810912120008
Rahayu 1810912220014
Raudatul Jinan 1810912120007
Rizky Padillah 1810912310037
Rullya Azizah 1810912120009
Vinny Aziza 1810912120001

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa.
Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami berhasil menyusun makalah ini
dengan baik dan terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun
dengan tujuan agar pembaca dapat mempelajari dan memahami secara lebih
spesifik dan terperinci mengenai kebudayaan dan peradaban Islam. Dengan
demikian diharapkan, pembaca khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat,
mampu memahami lagi tentang kebudayaan dan peradaban Islam.
Tidak lupa pula kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
disusun dengan semaksimal mungkin dan memuat materi-materi penting yang
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Akhir kata, kami selaku penyusun menyadari akan berbagai kesalahan dan
kekhilafan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini, baik secara konseptual
maupun struktural. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami meminta saran
dan kritik yang membangun dari pembaca, agar dikemudian hari makalah yang
kami susun dapat menjadi makalah yang lebih baik.

Banjarbaru, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..........................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN........................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN.....................5
B. PROSES PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
ISLAM..................................................................................................6
C. DASAR-DASAR KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM....8
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADIKAN KEBUDAYAAN DAN
PERADABAN ISLAM........................................................................11
E. TUJUAN MEMPELAJARI KEBUDAYAAN DAN PERADABAN
ISLAM..................................................................................................14
F. PERIODISASI KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM........16
BAB III : PENUTUP
A. SIMPULAN .........................................................................................19
B. SARAN.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan atau Tsafaqah secara etimologi dari kata tsaqifa asy-syai
tsaqfan wa tsiqafan wa tsuqufatan yang berarti hadzaqahu ( pandai atau
cerdas). Sedangkan Kebudayaan secara terminologi berarti cara manusia di
dalam kehidupannya, serta kemampuannya hidup di dalam bayang-bayang
lingkungan dan kondisi yang dialaminya. Dengan demikian, setiap manusia
memiliki caranya (tsaqafah-Nya) sendiri. Akan tetapi cara ini berbeda-beda
dalam tingkat perkmbangnnya. Pekerja memiliki caranya sendiri demikian
juga para dokter yang mempunyai caranya masing-masing. Masing-masing
memiliki caranya di bidang keahliannya (1).
Sebagian ulama ada yang mengisyaratkan, bahwa tsaqafah berarti
pemurnian fitrah manusia, pembersihan dan pelurusan kebengkokannya,
kemudian mendorongnya supaya melahirkan ide-ide yang terpendam di
dalamnya, lalu melepaskan kekuatannya guna membangun pengetahuan-
pengetahuan yang dibutuhkan manusia, yaitu sebuah konsep yang membuka
akal manusia dalam menerima setiap pengetahuan dan ilmu yang bemanfaat
lagi ebrguna, serta tidak menerima pengetahuan, atau ilmu yang bisa merusak
eksistensi manusia an tidak selaras dengan tuntutan penddikan. Oleh sebagian
orang tsaqafah diartikan sebagai aturan terhadap model perilaku, ide dan rasa.
Namun definisi ini terlalu sempit, meskipun tidak diragukan lagi bahwa
belajar ikut berperan serta dalam menumbuhkan dan mengembangkan
tsaqafah (2).
Tsaqafah meliputi dua segi, yaitu :
1. Segi materi : meliputi segala sesuatu yang bisa di produksi dan dibuat oleh
manusia, seperti peralatan-peralatan, senjata, perabot memasak, pakaian,
bangunan dan lain-lain
2. Segi nonmateri : meliputi bahasa, adat, tradisi, nilai, dan akhlak.
Tsaqafah memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum yaitu
yang berkaitan dengan adat, tradisi, ide, bahasa, dan model perilaku bersama.

1
2

Unsur-unsur khusus adalah yang berkaitan dengan kelompok profesi, strata


sosial dan etnis (1, 2).
Peradaban atau Hadharah (dalam bahasa Arab) secara etimologi berasal
dari kata hadhara (ada, daerah perkotaan). Kata hudhur (ada) lawan kata al-
maghib dan Ghaibah (tidak ada). Dikatakan hadhara, yahdhuru, hudhuran,
wa hadharatun. Kata kallimtuhu bi hadhrati fulan wa bimahdharin minhu
artinya aku telah berbicara kepadannya dengan disaksikan oleh si fulan. Kata
hadhar merupakan kebalikan dari kata al-badwu, sedangkan kata al-hadhir
adalah kebalikan dari kata al-badi. Al-hadir adalah sebutan bagi orang yang
bermukim di kota, sedangkan al-badi merupakan sebutan bagi orang yang
tinggal di pedalaman. Adapun kata al-hadharah berarti menetap di suatau
tempat secara permanen. Al-Qaththami berkata “Siapa saja yang dibuat
takjub oleh suatu peradaban, Maka siapapun orang-orang pedalaman pasti
akan melihat kami “ (1, 2).
Ibnu Khaldun menilai bahwa hadharah adalah puncak dari peradaban,
sedangkan badawah adalah asal muasal peradaban dan muncul lebih dahulu
daripada hadharah. Banyak Ulama yang membincang tentang hadharah . Ibnu
Khaldun misalnya, medefinisikannya dengan, “suatu kondisi yang merupakan
hasil dari suatu adat dan melebihi batas dari kondisi yang dibutuhkan atas
suatu peradaban. Seberapa jauh batasan ini, berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan-perbedaan yang tak terbatas dalam kemakmuran serta banyak
sedikitnya bangsa-bangsa. Sebuah peradaban di mulai sejak berakhirnya
segala bentuk kekacauan dan ketakutan. Sebab, jika seseorang telah merasa
aman dari segala bentuk ketakutan, maka keluarlah dalam dirinya motivasi
untuk maju dan faktor-faktor kreatifitas dan inovasi. Sebuah peradaban
memiliki tiga unsur pokok, yaitu manusia, kehidupan, dan alam. Manusia
adalah unsur pertama, sedangkan pusat utamanya adalah akal, berpikir dan
intuisi (1, 2).
Kajian peradaban Islam tidak lagi menganut pendapat bahwa Islam adalah
satu, namun terdapat pendapat ia sudah terbagi dalam beberapa “Peradaban
3

Islam”. Saat ini peradaban Islam sudah terbagi dalam empat kelompok
dominan yaitu :
1. Kawasan pengaruh kebudayaan Arab yakni : Timur Tengah, Afrika Utara,
termasuk Spanyol Islam.
2. Kawasan pengaruh kebudayaan Persia yaitu : Iran dan negara-negara Islam
Asia Tengah.
3. Kawasan pengaruh Kebudayaan Turki
4. Kawasan pengaruh kebudayaan India Islam
Jika pada periode Klasik, peran Arab sangat dominan di karenakan Islam
lahir di sana, maka pada periode pertengahan muncul tiga kerjaan besar Islam
yang mewakili tiga kawasan budaya, yaitu kerajaan Usmani di Turki,
kerajaan Safawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India (1).
Hubungan antara tsaqafah dan hadharah sangat erat. Bahkan, kata
tsaqafah digunakan untuk menunjukan arti hadharah dan madaniyyah dalam
bahasa asing. George Haddah berpendapat, hadharah memiliki pemahaman
yang lebih luas, sebab ia mencakup sistem politik, sosial, ekonomi, pemikiran
dan seni. Sedangkan tsaqafah berarti sekumpulan adat, informasi, dan gaya
hidup. Sementara hadharah berisikan sistem sosial yang mendorong produk
budaya. Tsaqafah dan hadharah bisa berubah dengan perubahan konep dan
hal-hal yang menjadi terminologi. Tsaqafah tidaklah lahir bersamaan dengan
manusia, akan tetapi ia dipelajari oleh manusia. Oleh karena itu, seseorang
yang dilahirkan dan tumbuh berkembang di negara yang bukan negara nenek
moyangya maka ia tumbuh asing terhadap budaya (tsaqafah) negara asalnya,
kecuali jika ia belajar sunguh-sunguh mengetahui budaya negarannya (1, 2).
Peradaban Islam adalah peradaban yang lahir dari Islam, agama yang
diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Telah membawa
bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan
oleh bangsa-bangsa lain menjadi bangsa yang maju pada masa itu.
Kekaguman dari kalangan Barat pun muncul, mengapa demikian, karena
yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya kebudayaan adalah
Agama Islam. Ungkapan-ungkapan dalam budaya Islam menggunakanbahasa
4

Arab, sebagai bahasa administrasi, namun selanjutnya pada pemerintahan


Islam semakin berkembang dan menggunakan bahasa lain seperti Persia,
Turki, Urdu di India, Melayu di Asia Tenggara (2).

B. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan tentang kebudayaan dan peradaban Islam.
b. Menjelaskan proses perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.
c. Menjelaskan dasar-dasar kebudayaan dan peradaban Islam.
d. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadikan kebudayaan dan
peradaban Islam.
e. Menjelaskan periodisasi kebudayaan dan peradaban Islam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebudayaan dan Peradaban

Kata Kebudayaan kerap kali disejajarkan, dari segi asal katanya dengan
kata-kata: cultuur (bahasa Belanda), kultur (bahasa Jerman), culture (bahasa
Inggris dan Perancis) atau cultura (bahasa Latin), bahkan ada sederetan kata
lain yang tumpang tindih dengan kata kebudayaan yaitu: civilization (bahasa
Inggris dan Perancis), civilta (bahasa Italia) dan bildung (bahasa
Jerman).Padahal arti kata tersebut berbeda satu sama lain. Seperti culture
(bahasa Perancis) searti dengan kata bildung (bahasa Jerman) dan education
(bahasa Inggris) yang mengandung arti budi halus, keadaban, lalu disamakan
dengan kata kebudayaan (3).

Kata Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhaya , yaitu bentuk


jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal . Dengan demikian kebudayaan
dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada sarjana lain yang
mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-
daya yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan budaya dan
kebudayaan. Demikian lah budaya adalah daya dan budi yang berupa cipta,
karsa,dan ras. Sedangkan kebudayaan hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Dalam istilah antropologi-budaya perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya di
sini hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan dengan arti
yang sama (4).

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan


kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.Sedangkan
Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan

5
dan karya manusia yang harus dibiasakan denganbelajar dari hasil budi pekerti
(5).

Menurut M. Abdul Karim mengatakan peradaban adalah bagian-bagian


dari kebudayaan yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa,
sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang luas. Dan ditegaskan lagi

6
6

bahwa pengertian umum yang dipakai adalah peradaban merupakan bagian


dari kebudayaan yang bertujuan untuk memudahkan dan mensejahterakan
hidup (2).

De Haan mengatakan peradaban adalah lawan dari kebudayaan. Peradaban


adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknologi. Sedilot
mengatakan bahwa peradaban merupakan khazanah pengetahuan dan
kecakapan teknis yang meningkat dari angkatan ke angkatan dan sanggup
berlangsung terus-menerus. Beals dan Hoiyer mengatakan bahwa peradaban
sama dengan kebudayaan apabila dipandang dari segi kualitasnya, tetapi
berbeda dalam kuantitas, isi dan kompleks pola-polanya (2).

B. Proses Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban Islam

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa agama dan kehidupan


beragama telah tumbuh dan berkembang sejak pertama manusia berbudaya di
muka bumi. Agama dan kehidupan beragama adalah dua unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sosial-budaya tahap pertama. Bisa dikatakan
bahwa agama dan kehidupan beragama adalah fitrah bagi manusia atau
pembawaan dari manusia tersebut. Yang berarti bahwa, dalam diri setiap
manusia, baik sendiri mapun kelompok termuat kecenderungan dan dorongan
dalam kehidupan bersama suatu kelompok atau masyarakat yang hidup dalam
suatu lingkungan tertentu dan membentuk suatu sistem budaya tertentu.
Sistem budaya yang terbentuk berangsur-angsur adalah hasil dari upaya atau
budi daya manusia untuk merealisasikan kecenderungan dan dorongan serta
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan secara bersama sesuai dan
serasi dengan lingkungan alam sekitar (6).
7

Agama dan kebudayaan saling mempengaruhi karena keduanya adalah


nilai dan simbol. Agama merupakan simbol ketaatan kepada Tuhan.
Sedangkan kebudayaan untuk manusia hidup di lingkungannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan agama adalah simbol yang mewakili nilai
agama (6).

Dalam perkembangan kebudayaan islam, yaitu sebelum islam masuk,


budaya-budaya lokal di sekitar semenanjung arab lebih dahulu berkembang,
yang mengakibatkan budaya islam sendiri banyak yang berasal dari kulturasi
kebudayaaan lokal tersebut. Kebudayaan yang cukup berpengaruh pada
masyarakat Hijaz adalah Abissinia. Populasi rumpun semit yang menghuni
pesisir daya Laut Merah masuk kesana secara tertahap dari arah Barat daya
Arab dan kebudayaan Persia turut mewarnai keadaan penduduk Hijaz dan
perkembangannya pada masa berikutnya. Budaya masuki tanah arab pada saat
kedatangan islam. Sedikit demi sedikit orang Arab berasimilasi dengan milliu
Persia. Orang Arab berbahasa menggunakan bahasa Persia, merayakan hari-
hari besar bangsa Persia dan menikahi perempuan Persia (6).

Setelah kurun Nabi, dengan perubahan sosial budaya di negeri-negeri luar


jazirah Arab, yang sosial-budayanya berbeda, utama. Nabi memberikan
teladan bagaimana mewujudkannya pola cita Al-Qur’an dalam kehidupan
yang riil. Dalam ruang dan waktu beliau. Dengan mengasaskan unsur-unsur
kebudayaan Arab kepada prinsip-prinsip Al-Qur’an disamping menumbuhkan
unsur-unsur baru untuk terbentuknya kebudayaan islam yang pertama. Setelah
masa Rasul, kelompok-kelompok Muslim mengijtihadkan pola cita
(berpegangan pada Al-Qur’an dan Hadist) pada negeri dan masa masing-
masing yang bertujuan untuk membentuk kebudayaan masing-masing.
Perubahan sosial budaya dan ijtihad yang berbeda-beda berpengaruh pada
perubahan kebudayaan, namun tetap berpredikat sama yaitu islam.
Pembentukan kebudayaan islam pada waktu dan tempat tertentu, mengambil
unsur kebudayaan yang telah ada, menjadikan bahan-bahan kebudayaan islam
8

dengan cara mengalihkan atau mengubah unsur-unsur sesuai dengan pola cita
islam (6).

Perubahan ini disebut Islamisasi (proses pembentukan kebudayaan islam


di atas kebudayaan yang telah ada). Dalam dilakukan dengan cara sosialisasi
dan enkulturasi, namun tetap mengacu pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan
Hadist.

Secara umum perkembangan budaya dilakukan denagn dua cara yaitu


invantion dan acomodation. Invantion adalah menggali budaya dari luar
sedangkan acomodation adalah menerima budaya luar, dalam hal penerimaan
budaya ada 3 cara yaitu :

1. Absorption (penyreapan), yaitu penyerapan budaya dan pemikiran dari


luar seperti pemikiran Yunani dan Romawi.
2. Modification (modifikasi), yaitu penyesuaian budaya luar sehingga
diterima oleh islam, seperti pembuatan mesjid dengan kubah dan menara
3. Elimination (penyaringan) penyaringan budaya yang dilakukan antara
diterima atau ditolak apabila bertentangan dengan islam (6).

C. Dasar-Dasar Kebudayaan dan Peradaban Islam

Dasar-dasar kebudayaan dan peradaban Islam pertama kali dibawa oleh


Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk memperkokoh masyarakat
dan negara . Beliau meletakkan dasar-dasar tersebut pada saat Beliau berada di
Yastrib atau sekarang lebih dikenal dengan nama Madinah. Tidak seperti pada
saat di Mekah, di Madinah Allah SWT banyak menurunkan wahyu yang
berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Nabi Muhammad mempunyai
kedudukan sebagai kepala agama sekaligus kepala negara. Pada diri Nabi
9

terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekusaan sekuler. Beliau


menjadi kepala negara bukanlah atas penunjukan dan bukan pula berdasarkan
keturunan tetapi berdasarkan wahyu. Rasulullah menjadi rasul sekaligus
kepala negara. Misi kerasulan Beliau adalah untuk memberikan bimbingan
kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan tidak terlepas
dari nilai-nilai ketuhanan. Hal tersebut sesuai dengan sabdanya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Artinya
Nabi Muhammad SAW, mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia
agar mengembangkan kebudayaan sesuai dengan petunjuk Allah (7).

Dasar-dasar kebudayaan dan peradaban Islam tersebut, antara lain:

a. Pembangunan Masjid
Masjid merupakan hal yang paling fundamental dan yang pertama kali
dibangun Nabi Muhammad SAW. Masjid tidak hanya di gunakan oeh
masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat bagi umat muslim,
tetapi juga berguna sebagai sarana untuk mempersatukan kaum muslimin.
Masjid disamping sebagai tempat merundingkan masalah-masalah yang
sedang dihadapi, masjid pada masa Nabi juga berfungsi sebagai tempat
pemerintahan. Bahkan masjid menjadi pusat komando militer dan gerakan-
gerakan pembebasan dari penghambaan dan penindasan. Rasulullah SAW
menyusun strategi militer di masjid. Masjid merupakan pusat pembinaan,
memakmurkan umat, membimbing umat agar taat beribadah, serta menuntut
umat untuk memperbaiki lingkungan. Berbagai permasalahan umat Islam
dibahas dan di musyawarahkan melalui masjid (7).
Rasulullah SAW telah memberikan tauladan dalam upaya menciptakan
kemampuan umat Islam untuk menjadi kholifah di muka bumi dan hamba
Allah Swt. dengan melakukan pendidikan Islam kepada para sahbat di masjid-
masjid. Rasulullah menggunakan masjid untuk mengajarkan agama Islam
kepada para sahabat, membina mental,dan akhlak mereka, biasanya di masjid
dilakukan sholat berjamaah. Pada zaman nabi, masjid digunakan untuk
10

mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan Al-Quran dan Al Hikmah,


bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai macam masalah kaum
muslimin, membina sikap dasar kaum muslimin terhadap perang yang berbeda
agama, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat dimulai
melalui masjid. Hal ini berjalan hingga 700 tahun, sejak nabi mendirikan
masjid pertama, masjid Quba, fungsi masjid dijadikan simbol persatuan umat
dan masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Masjid Quba merupakan
tempat peribadatan umat Islam pertama yang kemudian menjadi model atau
pola dasar bagi umat Islam dalam membangun masjid. Masjid Qub disamping
sebagai tempat peribadatan, juga berfungsi sebagai tempt pendidikan dan
pengajaran agama Islam (7, 8).
Masjid pada waktu itu mempunyai fungsi sebagai sekolah seperti pada
zaman sekarang, gurunya adalah Rasulullah dan murid-muridnya adalah para
sahabat yang haus akan ilmu dan mempelajari Islam lebih dalam. Tradisi
tersebut kemudian diikuti oleh para sahabat dn penguasa Islm selanjutnya.
Sekolah-sekolah dan universitas kemudian bermunculan justru berawal dari
masjid. Masjid Al-Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang sudah di
kenal di seluruh dunia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa pelajar dan
mahasiswa sebagai upaya memberantas kemiskinan (8).
b. Uhuwah Islamiyah

Kata ukhuwah berasal dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha
fulamun shalihan” (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara. Makna
ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah
keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Nabi
mempersaudarakan antar golongan Muhajirin, yaitu orang-orang yang hijrah
dari Mekah ke Madinah, dan kaum Anshar, yaitu penduduk Madinah yang
sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin. Dengan demikian
diharapkan umat muslim merasa terikat dalam ikatan persaudaraan dan
kekeluargaan. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah tersebut berarti
11

menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan


berdasarkan agama yang menggantikan persaudaraan berdasarkan darah (7).

Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta


yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan hati yang bersih
dari perasaan hasad., benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan.
Al-Quran menganggap permusuhan dan saling membenci sebagai siksaan
yang dijatuhkan Allah atau orang-orang yang kufur terhadap risalah-Nya dan
menyimpang dari ayat-ayat Nya (7).

c. Hubungan dengan Non-Islam


Saat menjadi kepala negara di kota Madinah, selain orang-orang Arab
Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih menganut agama nenek moyang mereka. Stabilitas warga sangatlah
penting di situasi seperti ini. Rsulullah mengadakan ikatan perjanjian dengan
mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang
Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat
memiliki hak-hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan
setiap pun terjamin dan mereka sama-sama berkewajiban menjaga negeri
Madinah dari ancaman dan serangan dari luar (7).
Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala
kepemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum,
otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social, Beliau juga
meletakkan dasar persamaan antara sesama manusia. Perjanjian ini dalam
pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi
Madinah (7).
12

D. Faktor-Faktor yang Menjadikan Kebudayaan dan Peradaban Islam

Kedatangan Islam mempunyai makna kemanusiaan yang tinggi, cita-cita


dan semangat Islam adalah peneguhan kemanusiaan, memperteguh kesetiaan
manusia terhadap tugas dan kewajibannya sebagai wakil Allah di muka bumi.
Menurut H.A.R. Gibb, bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar agama,
Ia adalah peradaban yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan
dan sebab timbulnya kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang
ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam (9).

Perkembangan Sejarah Peradaban Islam sebagai suatu ilmu pengetahuan


tidak dapat dipisahkan dari perkembangan budaya secara umum yang
berlangsung sangat cepat. Dalam waktu kurang dari dua abad, Islam sudah
menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestine,Semenanjung Arabia, Irak,
Sebagian Asia Kecil, Afghani-stan, Uzbekistan dan Kirgis di Asia Tengah.
Kebangkitan Islam itu telah melahirkan sebuah imperium, mengalahkan dua
imperium besar yang sudah ada umumnya; Persia dan Bizantium. Sejalan
dengan menanjaknya imperium besar ini,Islam juga menggalakkan
pengembangan ilmu pengetahuan,baik dalam bidang agama maupun umum
(10).

Kebudayaan Islam dari abad ketujuh sampai ketiga belas adalah


kebudayaan dan agama yang berasal pada bangsa Arab di gurun pasir yang
miskin dan terpencil dengan pimpinan Nabi Muhammad Saw dan khalifah-
khalifah Rasyidin dan khalifah raja-raja, dan yang disebut pertama kali dari
kebudayaan saat itu adalah ilmu. Sedangkan landasan dari pembahasan ini
yakni “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama wujud idealnya,
sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama Islam. Jadi dalam
Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi,
agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau
13

kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam
adalah wahyu dari Tuhan (9).
Perkembangan ilmu pengetahuan itu semakin dipercepat akibat terjadinya
kontak pemikiran dan budaya antara orang-orang Arab Islam dengan bangsa-
bangsa yang telah ditaklukannya di samping semakin meningkatnya
pengalaman umat Islam itu sendiri. Puncak dari perkembangan budaya dan
peradaban Islam itu terjadi pada abad ke 9 dan ke 10 M. Ketika itu
cendikiawan-cendikiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan
dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, tetapi juga
menambahkan ke dalam hasil-hasil penelitian yang mereka lakukan sendiri
dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam bidang
filsafat. Pada masa ini pula ilmu-ilmu kenegaraan dalam Islam disusun seiring
dengan perkembangan budaya dan peradaban Islam itulah Ilmu Sejarah
Peradaban Islam lahir dan berkembang. Ketika umat Islam sudah sampai
mencapai kemajuan dalam penulisan sejarah, tidak ada bangsa lain pada waktu
itu yang menulis sejarah seperti halnya kaum muslimin. Mereka memandang
sejarah sebagai ilmu yang bermanfaat.
Tokoh-tokoh sejarawan menulis ribuan buku dengan judul yang berbeda-
beda yang menggambarkan isinya. Pertama-tama, karya sejarah yang paling
banyak dikarang adalah dengan tujuan mengambil manfaat dan teladan,
karena mereka mendapatkan hal yang sama di dalam al-Qur’an tentang kisah-
kisah umat-umat yang telah lalu. Oleh karenaitu, karya sejarah pertama berisi
penciptaan bumi, turunnya nabi Adam, kisah para nabi, riwayat hidup nabi
Muhammad dan lain-lain. Karya-karya seperti itu sebagian besar sangat
panjang dan isinya berulang-ulang. Sejarawan muslim juga mengaitkan
sejarah dengan berbagai disiplin ilmu seperti sastra, politik, sosial, fiqih,
geografi dan rihlah (kisah-kisah perjalanan). Posisi Sejarah Peradaban Islam
sebagai suatu ilmu didalam jajaran ilmu-ilmu lainnya, baik agama maupun
umum, dalam prakteknya di lembaga-lembaga pendidikan Islam, pendapat
yang menyebutkan sebagai ilmu yang bersifat elementer, mungkin lebih
dominan. Hal ini terbukti SPI hanya masuk dalam bagian pendidikan dasar
14

dan menengah Islam pada zaman klasik dan pertengahan, tidak di perguruan
tinggi. Meskipun demikian, hal itu juga tidak berarti kemudian dalam
perkembangannya SPI menjadi ilmu yang tidak penting karena ternyata karya-
karya sejarah terus bermunculan dan secara sistematis tetap dibaca oleh
sarjana-sarjana yang mempunyai minat terhadap SPI.
Ada dua faktor pendukung utama berkembangnya penulisan sejarah dalam
arah Islam; pertama, Al-Qur’an, kitab suci umat Islam memerintahkan
umatnya untuk memperhatikan sejarah. Kedua, Ilmu Hadits, ajaran Islam
yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang berkenaan dengan muamalat
bersifat umum hanya dalam garis besarnya saja. Penulisan hadits inilah yang
merupakan perintis jalan menuju perkembangan Ilmu Sejarah Peradaban
Islam. Di samping dua faktor utama tersebut, perkembanganpenulisan sejarah
Islam dan Hadits itu menurut HuseinNashar, terdapat faktor-faktor yang
kebangkitan gerakan sejarah dengan lebih cepat lagi. Faktor-faktor tersebut
adalah:
1. Khalifah membutuhkan suatu pengetahuan yang dapatmembimbing
mereka menjalankan roda pemerintahan,sementara hal itu tidak mereka
dapatkan satu warisan budaya mereka.
2. Orang-orang asing yang berada dalam wilayah kekuasaanIslam
membanggakan diri mereka (merasa lebih super)terhadap orang-orang
Arab dengan mengungkapkansejarah dan peradaban mereka di masa lalu.
Hal yangdemikian itu membuat orang-orang Arab menulis sejarahmereka
agar dapat mempertahankan diri dari sikapsuperioritas bangsa-bangsa
asing.
3. Sistem pemerintahan, terutama sistem keuangan dalampemerintahan
Islam, termasuk salah satu pendorongberkembang dan tersebarnya
penulisan sejarah.
4. Gerakan menulis ilmu-ilmu yang lain yang sudah dikenaloleh bangsa
Arab, seperti Kimia, Fiqih, Kedokteran danlain-lain

Berkembangnya apa yang sudah ada pada kebudayaan Arab sebelumnya,


15

yaitu penulisan silsilah dan al-Ayyam (10).

E. Tujuan Mempelajari Kebudayaan dan Peradaban Islam

Kata kebudayaan dan peradaban merupakan dua buah kata yang


pengertiannya senantiasa menjadi pembicaraan para ahli, hal ini dikarenakan
manusia senantiasa semakin berkembang dan maju cara berpikirnya. Berbicara
mengenai kebudayaan dan peradaban dalam islam itu seolah-olah tidak pernah
ada habisnya, karena kebudayaan dan peradaban islam selalu menjadi kajian
yang menarik ketika diajak menelusuri peninggalan-peninggalan yang
bersejarah dalam islam (11).

Adapun tujuan yang diharapkan dalam mempelajari kebudayaan dan


peradaban islam, di antaranya sebagai berikut.

1. Dapat menjelaskan pengertian kebudayaan dan peradaban islam.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Kroeber dan Clyde Kluckhohn


dalam Mudji Sutrisno bahwa untuk kata kebudayaan tidak kurang dari 160
definisi. Untuk memahami kata kebudayaan dan peradaban tidak dapat
diberikan pengertian atau definisi yang memadai dan dapat disepakati oleh
semua pihak, akan tetapi hanya dengan menunjukkan aspek mana yang
akan ditekankan dalam tiap definisi mengenai kebudayaan dan peradaban
tersebut. Atas dasar pemikiran tersebut, kita dituntut untuk mengetahui
beberapa pengertian menurut para ahli tentang kebudayaan dan peradaban
khususnya islam dan ditambah dengan sesuatu yang relevansinya dengan
kedua kata tersebut untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita dalam
memahami kebudayaan dan peradaban islam (12).
16

2. Dapat membedakan kebudayaan dan peradaban islam dengan kebudayaan


dengan kebudayaan dan peradaban pada umumnya.
3. Dapat menjelaskan sejarah intelektual islam dan pusat-pusat peradaban
islam.
4. Berperilaku arif dan bijaksana dalam menyikapi perkembangan budaya
dan peradaban modern.

Dalam kaitannya dengan islam dan pemikiran islam, peradaba modern


menjadi sebuah tantangan dan sekaligus ancaman terhadap umat islam.
Dalam banyak hal umat islam merasa terikat tehadap tradisi yang
dikembangkan atas dasar ajaran universal dari agama yang dianutnya.
Akan tetapi, peradaban modern terasa begitu kuat mendesakkan nilai-nilai
baru terhadap perubahan sikap dan perilaku umat. globalisasi bukan hanya
sebuah slogan, tetapi suatu rancangan strategi dunia Barat untuk
menjadikan masyarakat non Barat, khususnya orang-orang islam sebagai
sasaran penjajahan bentuk baru. Barat mengatur langkah yang sangat
agresif agar konsep dunia dapat dicapai dan akhirnya proses pembaratan
dapat terjadi di dalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu penting
sekali kita untuk mepelajari tentang kebudayaan dan peradaban islam
untuk upaya kita dalam bersikap dalam menghadapi tantangan peradaban
modern (13).

5. Memiliki prinsip dan kebanggaan terhadap kebudayaan dan peradaban


islam dan kebudayaan sendiri
6. Mengetahui lintas peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan
dengan kebudayaan islam.
7. Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam
perkembangan islam.
8. Memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan islam dari
satu periode ke periode berikutnya (7).
17

Selain kedelapan tujuan di atas, adapun tujuan lain dari mempelajari


kebudayaan dan peradaban islam dikarenakan berkembangnya pemikir ke
islaman menyebabkan munculnya berbagai macam persoalan yang dihadapi,
oleh karena itu pluralitas ke islaman patut pula direspon karena itu merupakan
kekayaan yang penting bagi kebaikan umat. Munculnya islam sebagai satu
peradaban, bukanlah islam adalah agama yang terbuka terhadap pemikiran di
luarnya. Melalui kebudayaan dan peradaban islam dapat kita ketahui betapa
kaya kebudayaan dan peradaban islam yang kita miliki, tanpa banyak
membuang waktu, mengadaptasi dan menjadikannya seperti milik sendiri.
Dengan mempelajari kebudayaan dan peradaban islam, akan memunculkan
pemikiran-pemikiran islam baik pada bidang teologi, fiqih, filsafat maupun
tasawuf. Hal ini merupakan refleksi intelektual yang sistimatis dalam
merespon permasalahan pada berbagai aspek kehidupan dan perspektif ajaran
islam (14).

F. Periodisasi Kebudayaan dan Peradaban Islam

Sejarah islam biasanya diklarifikasikan menjadi periode klasik, periode


pertengahan, dan periode modern. Periode klasik identik dengan masa
kejayaan islam, periode pertengahan cenderung didominasi kemunduran
islam, sedangkan periode modern ditandai dengan kebangkitan islam.
peradaban Islam masuk di Eropa dengan empat cara yaitu saluran
peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa melalui Spanyol, Sisilia,
perang Salib maupun pertukaran perniagaan, akan tetapi saluran yang
terpenting dalam hal ini adalah Spanyol Islam. Sejarah perjalanan umat
Islam mengalami pasang surut, baik dalam bidang politik maupun dalam
bidang ilmu pengetahuan maupun peradaban Islam. Hal ini menyebabkan
umat Islam mengalami masa kemundururan. Kebesaran yang dialami pada
masa lalu menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dan
kehancuran, sementara dunia Barat mengalami kemajuan (15, 16).
18

Zaman klasik di eropa dipandang sebagai zaman keemasan ketika


masyarakat memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya.
Saat itu muncul pemikir dan ilmuan yang meoptimalkan daya nalarnya secara
kritis, seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, Leucippus, Phytagoras,
Socrates, Democritus, Hippocrates, Plato, Aristoteles, Thcophrastus,
Archimedes, Eratosthenes, Ptolemi, dan Galen. Periode klasik berlangsung
sejak masa Nabi Muhammad SAW hingga kehancuran Dinasti Abbasiyyah
ditandai dengan wilayah penyebaran islam yang luas dan kemajuan ilmu
pengetahuan (16).

Pada masa pertengahan yang ditandai dengan kemunculan para teolog di


lapangan ilmu pengetahuan. Hampir semua ilmuan pada masa itu adalah
teolog sehingga aktivitas keilmuan selalu terkait dengan aktivitas keagamaan
atau kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Diantara
ilmuan pada masa itu adalah Nicolaus Copernicus dengan teori Heliosentris.
Periode pertengahan setelah invansi Mongol ke Baghdad ditandai dengan
kemunduran umat islam dalam bidang ilmu pengetahuan. Walaupun pada
periode pertengahan terdapat tiga dinasti besar (Usmaniyyah, Safawiyyah, dan
Mughal), namun tingkat perluasan wilayah islam dan kemajuan ilmu
pengetahuan saat itu lebih sedikit dibandingkan pada periode klasik (16).

Pada masa modern merupakan zaman kebangkitan umat islam. Setelah


muncul kesadaran mengenai ketinggalan umat islam di hadapan peradaban
Barat, maka umat islam berupaya maksimal untuk membenahi kelemahan
mereka dalam rangka menggapai kembali kejayaan islam (16).

Pendapat para ahli tentang periodisasi peradaban dan kebudayaan islam,


Nourouzzaman Shiddiqie membagi perjalanan sejarah Islam ke dalam 3
bagian beserta ciri-cirinya sebagai berikut (6) :
19

a. Periode Klasik, yang dimulai sejak Rasulullah saw menyampaikan


seruannya sampai masa runtuhnya Dinasti Abbasiyyah pada tahun 656H-
1258M. Ciri-cirinya ialah tanpa menutup mata terhadap adanya dinasti-
dinasti kecil. Dinasti Umayyah Barat yang berkedudukan di Andalusia dan
interegnum (masa peralihan dari pemerintah). Dinasti Fatimah di Mesir,
terdapat satu kekuasaan politik yang masih kuat dan disegani. Dalam
periode klasik inilah umat Islam mncapai prestasi-prestasi puncak
dibidang peradaban.
b. Periode Pertengahan, dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyyah sampai
abad ke 11 H-17M. Ciri-cirinya ialah kekuasaan politik terpecah dan
saling memusuhi Usmaniyah, Mamluk Mesir, Umayyah Barat
(Andalusia), Mamluk India dan berdirinya kerajaan-kerajaan muslim yang
berdaulat sendiri-sendiri.
c. Periode Modern, yaitu sejak abad ke 12H-18M sampai sekarang. Dalam
periode ini umat islam sudah tidak lagi memiliki kekuasaan politik yang
disegani. Dinasti Turki Osmani yang pernah menggedor pintu kota Wina
sudah mendapat julukan The Sick Man of Europe. Bukan saja Turki sudah
tidak mampu memperluas wilayah kekuasaan politiknya, bahkan wilayah
yang telah dikuasainya dibagi-bagi antara Inggris, Prancis, dan Rusia.
Wilayah Turki Osmani ibarat sepotong kue yang menjadi rebutan antara
kekuasaan-kekuasaan besar Barat. Bekas jajahan setiap negara inilah yang
kemudian melahirkan Negara-negara baru setelah Perang Dunia ke-2.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Kata Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhaya , yaitu bentuk


jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
2. Pengertian umum peradaban yang dipakai adalah peradaban merupakan
bagian dari kebudayaan yang bertujuan untuk memudahkan dan
mensejahterakan hidup  
3. Yang mengakibatkan budaya islam sendiri banyak yang berasal dari
kulturasi kebudayaaan lokal arab yaitu karena budaya-budaya lokal di
sekitar semenanjung arab lebih dahulu berkembang.
4. Setelah kurun Nabi, adanya perubahan sosial budaya di negeri-negeri luar
jazirah Arab, yang sosial-budayanya berbeda. Nabi memberikan teladan
bagaimana mewujudkannya pola cita Al-Qur’an dalam kehidupan yang
riil.
5. Pada masa Rasul lah terjadi proses pembentukan kebudayaan islam di atas
kebudayaan yang telah ada yang disebut sebagai perubahan islamisasi
6. Dasar kebudayaan dan peradaban islam ditandai dengan adanya
pembangunan Masjid, ukhwah islamiyah dan hubungan dengan non-islam.
7. Faktor yang menjadikan kebudayaan dan peradaban islam yaitu adalah
agama islam, karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya
kebudayaan adalah agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya
dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam.
8. Tujuan mempelajari kebudayaan dan peradaban islam yaitu untuk
menjelaskan pengertiannya, dapat membedakan antara yang mana
khususnya di islam dan mana yang umum, menjelaskan sejarahnya, dapat

19
berperilaku arif dan bijaksana dalam menyikapi perkembangan budaya dan
peradaban modern, bangga akan kebudayaan dan peradaban, mengetahui

20
20

lintas waktu, mengetahui tempat-tempat bersejarah dan paham dengan


bentuk peninggalan atau sejarah.

B. Saran

Karena keterbatasan pengetahuan dan halaman, maka makalah ini tidak


dapat dikatakan sempurna, saran kami bagi yang ingin lebih memahami
tentang kebudayaan dan peradaban Islam sebaiknya mencari referensi
tambahan baik itu berupa buku ataupun dari artikel di internet.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mahasanah MH. Pengantar Studi Sejarah Perdaban Islam. Jakarta. Pustaka Al-
Kautsar; 2016.
2. Karim MA. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta. Pustaka
Book Publisher; 2009.
3. Sutrisno M. Filsafat Kebudayaan- Ikhtiar Sebuah Teks. Jakarta. Hujan
Kabisat; 2008.
4. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta; 2009.
5. Hermanto, Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta. Bayumedia
Publishing; 2011.
6. Husin GI, Muhammad IA, Nur H, dkk. Pendidikan agama Islam untuk
perguruan tinggi umum. Yoyakarta. Aswaja Pressindo; 2018
7. Nuryadin. Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta.
Penerbit Aswaja Pressindo; 2016.
8. Mulyono. Rekonstruksi Peran Dan Fungsi Masjid Sebagai Pusat Kegiatan
Pendidikan Islam. Jurnal Muaddib 2017; 7(1): 13-32.
9. Zubaidah S. Sejarah Peradaban Islam. Medan. Perdana Publishing; 2016.
10. Rianawati. Sejarah & Peradaban Islam. Pontianak. STAIN Pontianak Press; 2010.
11. Sahputra D, Napitupulu, Solihah TS. Lembaga pendidikan tinggi Al-Azhar:
mengenang peradaban islam masa fatimiyah (297-567H/909-1171M). Jurnal
Sejarah Peradaban Islam 2017. 2(1): 244-256.
12. Inrevolzon. Kebudayaan dan peradaban. TAMADDUN: Jurnal Kebudayaan
dan Sastra Islam 2013. 2(13).
13. Baharuddin, Muhammad N. Islam dan Kebudayaan melayu di era globalisasi
di Malaysia. Jurnal Sosial Budaya Media Komunikasi Ilmu-ilmu Sosial dan
Budaya 2014. 1(10): 115-123.
14. Rahmawati. Perkembangan pemikiran dan peradaban islam. Jurnal Rihlal
2016. 2(5): 108-122.
15. Dahlan M. Kontribusi peradaban islam terhadap peradaban Barat; suatu
tinjauan historis. Jurnal Rihlah 2018. 1(6): 1-14.
16. Rofiq AC. Sejarah islam periode klasik. Malang. Gunung Samudera; 2017

Anda mungkin juga menyukai