Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Agama dan Negara dalam Bingkai Pancasila” ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas materi kuliah
Kewarganegaraan dengan judul “Agama dan Negara dalam Bingkai Pancasila”. Disamping itu,
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.
Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Banjarmasin, Oktober 2019 

Penyusun

Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 1

● A. Latar Belakang ………………………………………….. 2


● B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2
● C. Tujuan Penulisan ……………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. 4

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 26

● A. Simpulan …………………………………………………… 30
● B. Saran ………………………………………………………… 31

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 32

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehidupan beragama di Indonesia secara yuridis mempunyai landasan yang kuat sebagaimana
termaktub dalam dasar negara maupun Undang-Undang Dasar 1945. Negara berdasar Ketuhanan Yang
Maha Esa mengandung prinsip bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama atau bukan negara
yang berdasarkan agama tertentu dan bukan pula suatu negara sekuler yang memisahkan agama dengan
urusan negara.

Indonesia memiliki falsafah negara Pancasila mengakui tentang ketuhanan. Oleh karena itu
pancasila sebagai dasar Negara dan merupakan sumber hukum, maka apapun aturan atau hukum ysng
terbentuk harus mengacu pada nilai-nilai pancasila. Pengakuan agama atau kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, serta jaminan terhadap penduduk yang beragama dan menjalankan ibadahnya
berdasarkan atas agama atau kepercayaan itu, merupakan cirri Negara berketuhanan Yang Maha Esa,
dengan demikian bahwa Indonesia bukan Negara agama, karena tidak berdasarkan agama tertentu, juga
bukan Negara sekuler karena tidak memisahkan antara urusan Negara dan agama. Tetapi Negara
membeikan perlindungan pada semua agama da aliran kepercayaan. Ini berarti bahwa setiap orang berhak
atas kebebasan agama atau kepercayaan. Tidak seorang pun bolehdikenakan pemaksaan yang menganggu
kebebasannya untuk menganut atau memeluk suatu agama atau kepercayaan pilihannya sendiri, dan
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaannya.

Berdasarkan pada pasal 29 UUD 1945 beserta tafsirannya tersebut, pemerintah berkewajiban
mengatur kehidupan beragama di Indonesia. Sebagai pelaksanaan pasal 29 (2) UUD 1945 pemerintah
mengeluarkan UU No. 1/PNPS/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama yang
dikukuhkan oleh UU No. 5 Tahun 1969 tetang pernyataan berbagai Penetapan Presiden sebagai Undang-
Undang.

Pemerintah juga membentuk dan mengakui lembaga-lembaga Negara seperti MUI, WALUBI,PGI,
KWI, dan HINDU DHARMA. Kelompok- kelompok inilah yang diberi wewenang mengontrol bentuk-
bentuk kegiatan dan tafsir keagamaan di masyarakat. Kemurnian dan keshahihan tafsir yang benar pada
gilirannya akan dijadikan dalih untuk mengontrol dan mengendalikan sejauh mana praktek-praktek
keagamaan yang dijalankan seorang individu dan kelompok masyarakat menyimpang atau tidak dari
garis-garis pokok ajaran keagamaan atau dikatakan sebagai induk agama. Dalam APBN maupun APBD
tersedia anggaran untuk urusan agama.

Mengingatkan kebebasan beragama adalah bagian dari hak asasi, apakah keikutsertaan negara
dalam urusan agama sudah sesuai dengan UUD 1945 dan apakah keikutsertaan Negara dalam urusan
agama hanya sekedar member jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan memelik agama dan
kepercayaan serta menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing atau
Negara juga melakukan pembinaan terhadap agama dan kepercayaan. Namun, masih ada saja
permasalahan yang terjadinya dalam kehidupan masyarakat terkait dengan agama dalam ideology
pancasila. Salah satu contohnya peristiwa Bom Bali di tahun 2002 yang menewaskan banyak penduduk
maupun wisatawan.
Rumusan Masalah

1) Bagaimana konsep sila ke-1 dalam kehidupan bernegara ?


2) Bagaimana contoh bentuk pelangaran ideologi pada sila ke-1 ?
3) Apa saja upaya pencegahan terhadap pelanggaran sila ke-1 dalam ideologi pancasila ?

Tujuan

1) Untuk mahasiswa mengetahui hubungan antara negara dengan agama dalam konsep ideologi
pancasila
2) Untuk mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran ideology sila ke-1 yang terjadi di
Indonesia
3) Untuk mahasiswa mengetahui cara mencegah terjadinya pelanggaran sila ke-1

Budiyono.2013.Hubungan Negara dan Agama dalam Negara Pancasila.https://www.google.com/url?


sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/download/305/265&ved=
2ahUKEwjpwO-
t8_rkAhXDIbcAHbOcB7QQFjADegQIAxAB&usg=AOvVaw0rf1Thq_0JAxSqSvkxHkem(diakses
tanggal 30 September 2019)
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Penjabaran Sila Pertama Pancasila

Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah salah satu contoh konkret hasil
gemilang yang bisa dicapai oleh sebuah proses negosiasi dan kompromi antara kalangan yang
beragam latar belakang agama dan suku bangsa lewat mekanisme demokrasi. Namun demikian
bahwa Pancasila pun tidak menghendaki perwujudan negara agama apalagi merepresentasikan
salah satu aspirasi keagamaan yang dapat mematikan pluralitas kebangsaan. Sebaliknya juga
bahwa Pancasila tidak menghendaki perwujudan negara dengan beraliran sekuler yang hampa
agama dan tidak mau peduli dengan urusan agama. Dari itu, sila ke satu “Ketuhanan Yang Maha
Esa” dalam kerangka Pancasila merupakan usaha pencarian titik temu dalam mengamalkan
komitmen etis Ketuhanan dalam semangat gotong royong untuk menyediakan landasan moral
yang kuat bagi peran publik dan politik berdasarkan moralitas Ketuhanan.

Pengakuan terhadap kemajemukan agama di Indonesia adalah menerima dan meyakini


bahwa agama yang kita peluk merupakan jalan keselamatan yang paling benar, tetapi bagi
penganut agama lain sesuai dengan keyakinan mereka agama mereka pulalah yang paling benar.
Dari kesadaran inilah akan lahir sikap toleran, inklusif, saling menghormati dan menghargai,
serta memberi kesempatan kepada orang lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-
masing. Hal ini sesuai dengan sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa”, dan UUD’45
Pasal 29 ayat (2) yang menjamin kebebasan beragama dan beribadah sesuai menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.

Setiap agama tidak terpisah dari yang lainnya dalam kemanusiaan. Keterpisahan mereka dalam
kemanusiaan bertentangan dengan prinsip pluralisme yang merupakan watak dasar masyarakat
manusia yang tidak bisa dihindari. Dilihat dari segi etnis, bahasa, agama, budaya, dan sebagainya,
Indonesia termasuk satu negara yang paling majemuk di dunia. Indonesia juga merupakan salah satu
negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini disadari oleh para founding father kita, sehingga mereka
merumuskan konsep pluralisme ini dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Untuk era sekarang, Indonesia yang pluralis dan multikulturalis, menghormati hak asasi
manusia adalah merupakan agenda bersama umat manusia tanpa pandangan “bulu”
keagamaannya. Lewat “Ketuhanan Yang maha Esa” ini, seluruh penganut agama-agama dapat
tersentuh “religiusitas”nya, untuk tidak hanya menonjolkan “having a religion”nya. Lewat
“Ketuhanan Yang maha Esa” juga, dimensi spiritualitas keberagamaan lebih terasa promising
and challenging dan bukannya hanya terfokus pada dimensi formalitas lahiriyah kelembagaan
agama.”1 Dari itu, sila “Ketuhanan Yang maha Esa” menjadi sangat relaevan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia, karena sila ke satu tersebut telah mengakomodir
kepentingan semua golongan yang melibatkan ratusan etnis, ratusan budaya dan beberapa
Agama. Berdasarkan pembacaan kembali secara kritis terhadap Pancasila sila “Ketuhanan Yang
Maha Esa” tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan sesuai dengan nilai ke-
Islaman.

2. Kasus Bom Bali (peristiwa teroris terburuk sepanjang sejarah di Indonesia)

1. Latar Belakang

Sebagian gerakan Islam mengklaim bahwa kesempurnaan adalah milik dirinya.


Hanya dirinya yang benar, merepresentasikan jama’atul muslimin, dan memandang
bahwa kelompok lain menyimpang dari jalan yang lurus. Pemahaman dan implementasi
doktrin Islam secara demikian dapat berakibat fatal, yakni merusak kehidupan
kemanusiaan dengan cara-cara anarkis seperti melakukan aksi terorisme dan peledakan
bom, termasuk bom bunuh diri, dengan dalih jihad membela agama dan mengakhiri
kezaliman dunia barat terhadap umat Islam dibanyak Negara

2. Rumusan Masalah

Terorisme yang terjadi di dunia umumnya dan di Indonesia khususnya telah


banyak membuat atau menimbulkan kerugian yang sangat besar baik secara materil
maupun non materil. Berdasarkan uraian, mengenai antara terorisme dan jihad dan
lahirnya fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2004. Rumusan masalah yang kali ini diangkat
adalah bagaimana kedudukan Terorisme menurut Hukum Pidana Islam selaku umat
beragama?

3. Tujuan

Untuk mengetahui kedudukan terorisme menurut Hukum Pidana Islam selaku


umat beragama.

4. Kerangka Pemikiran
1http://ejournal.uin-suka.ac.id/syariah/inright/article/download/1258/1086
Indonesia merupakan salah satu negara yang di justice sebagai sarangnya teroris,
hal ini dikarenakan masih banyak terjadinya salah faham mengenai pengertian jihad,
bagi sebagian orang baik muslim ataupun non muslim jihad diartikan sebagai
perjuangan dalam bentuk perang atau perjuangan dengan mengangkat pedang senjata.
Dalam pemahaman yang sebenarnya Jihad Fisabilillah tidaklah identik dengan
kekerasan, anarkisme, perang ataupun pengeboman dan teror yang dapat merugikan
orang lain. akan tetapi jihad juga dapat diartikan memerangi orang-orang kafir. Adapun
makna-makna lain seperti jihad melawan hawa nafsu, amar maruf nahi mungkar,
menolak bahaya dan mengambil manfaat serta yang lainnya maka itu adalah macam-
macam jihad yang mengikuti makna aslinya.

3. Upaya Pencegahan

Upaya negara dalam mencegah peristiwa seperti Bom Bali terulang kembali adalah dengan
mencegah berkembangnya faham radikalisme .Faham radikalisme merupakan salah satu faktor
seseorang dapat melakukan aksi -aksi teror sehingga negara harus waspada dan berusaha mencegah
faham ini berkembang dalam kalangan umat beragama. Selain itu, rasa toleransi terhadap orang yang
berbeda agama perlu ditingkatkan agar kita yang hidup sebangsa setanah air Indonesia dapat hidup
damai, tentram, serta tanpa pertikaian yang mengatasnamakan agama tertentu . Senantiasa
menghormati dan mengasihi, bukan merugikan atau bahkan menghancurkan satu golongan agama
tertentu.

Kesimpulan

Negara Indonesia adalah negara berdasarkan ideologi Pancasila dan menjunjung tinggi
keberagaman atau pluralisme, termasuk dalam hal keagamaan. Terbukti dalam sila pertama
Pancasila yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang berarti negara mengakui adanya
agama-agama yang dianut rakyatnya dan memberi hak untuk menjalankannya dengan bebas.
Tentu saja tidak lepas dari sikap toleransi dan kekeluargaan yang harus dibangun setiap individu.
Agama bukanlah penyebab masalah di Indonesia, dalam bingkai Pancasila, agama adalah salah
satu wadah untuk menghasilkan putra-putri bangsa yang berdedikasi dan mempunyai
kompetensi. Permasalahan datang oleh adanya oknum-oknum yang fanatik dan tidak
bertanggung jawab. Tapi solusinya bukan dibasmi habis hingga ke akar-akarnya, melainkan
dengan jalan damai yang dapat diterima berbagai pihak. Seperti menggunakan nilai-nilai agamis
tanpa mengabaikan nilai toleransi, mendengarkan dan menampung aspirasi, mencari jalan tengah
terbaik. Selama 74 tahun perjalanan Indonesia, agama berperan banyak bagi negara. Termasuk
mengajarkan arti penting kebhinnekaan serta merajut persatuan dan kesatuan seluruh warga
negara.

Anda mungkin juga menyukai