Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ners Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018 Halaman 27 – 42

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http:// journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten


Kampar
Apriza¹, Neneng Fitria Ningsih²
Dosen Program Studi Ners
Dosen Program studi DIII Keperawatan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
apriza@universitaspahlawan.ac.id

Abstrak
Data sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Kampar dalam beberapa tahun terakhir di
dominasi oleh tingginya angka prevalensi penyakit Common Cold. Pada tahun 2016 angka
prevalensi mencapai 13.413 penderita. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini banyak
menyebar dikalangan anak-anak hingga dewasa. Penting untuk dilakukan penelitian terkait
faktor risiko yang berkontribusi terhadap tingginya kasus ini dimasyarakat. Dari teori yang
dikemukakan oleh Hendri L.Blum, Lingkungan merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan. Lingkungan ini erat kaitannya dengan peningkatan penyebaran virus
dimasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survey tentang sanitasi
lingkungan rumah penderita Common Cold meliputi : Ventilasi, pencahayaan,
kelembaban, jumlah hunian, sumber air bersih, sampah, dan SPAL di kabupaten Kampar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Common Cold di wilayah kerja
Puskesmas Kuok yang berjumlah 132 responden . Teknik pengambilan sampel yang
digunakan berupa purposive sampling. Sedangkan disain penelitian yang digunakan adalah
metode survey pendekatan cross sectional. Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa lembar checklist, observasi dan lembar wawancara kepada
responden. Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat 74 responden (56.06%) yang
memiliki Ventilasi rumah yang tidak baik. 70 responden (53.03%) yang memiliki
Kelembaban rumah yang tidak Memenuhi syarat. 70 responden (53.03%) yang memiliki
pencahayaan rumah yang tidak baik, 85 responden (64.39%) yang memiliki kepadatan
hunian yang baik, 70 responden (53.03%) yang memiliki SPAL memenuhi syarat. 74
responden (56.06%) yang memiliki Pembuangan sampah Memenuhi syarat. 112
responden (84.84%) yang memiliki ketersediaan air bersih sehat

Kata Kunci : Sanitasi Lingkungan, Common Cold

Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No 23 Bangkinang
Email : apriza@univeritaspahlawan.ac.id
Phone : 085211804568

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


28| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

Tingginya penyakit menular ini


PENDAHULUAN
menunjukkan bahwa tingkat kehidupan
Latar Belakang atau kesejahteraan masih rendah seperti

Common cold, atau nasofaringitis lingkungan pemukiman yang tidak sehat,

merupakan salah satu Infeksi saluran perilaku hidup yang tidak sehat, stamina

pernapasan atas (ISPA) yang termasuk tubuh yang rentan penyakit karena asupan

kategori non spesifik atau “flu biasa”. gizi yang kurang. Di Kabupaten Kampar

Penyakit ini disebabkan oleh virus dan penyakit menular yang tinggi merupakan

menyerang saluran pernapasan atas (hidung) penyakit-penyakit yang erat dengan

(Eka Riza Maula, 2016). Penyakit ISPA ini kondisi kesehatan lingkungan, air bersih,

tidak hanya menjadi permasalahan dinegara jamban keluarga dan rumah yang tidak

berkembang, namun juga menjadi masalah memenuhi syarat kesehatan dan jika

global dinegara lain. Di Rusia, ISPA dikenal dianalisis lebih lanjut berkaitan erat

dengan istilah Acute respiratory infections dengan perilaku hidup bersih dan sehat

(ARI) merupakan penyakit yang menyebabkan (Haris, 2016)

kematian dan penyakit yang sering di diagnosa Tingginya kasus ISPA (commpn cold)
pada anak-anak 2,5 – 4 kali lebih tinggi jika
dipengaruhi banyak faktor, salah satunya
dibandingkan dengan orang dewasa. 95% yaitu faktor Lingkungan. Faktor
penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan
lingkungan yang dapat menjadi penyebab
atas pada anak anak ini adalah virus. kejadian ISPA diantaranya kondisi fisik
(Akimova, 2015). Infeksi pernapasan atas
rumah, kepadatan hunian rumah, polusi
yang paling banyak ditemukan adalah udara seperti asap rokok, asap
nasopharyngitis/common cold. Penyebabnya
pembakaran di rumah tangga, pembakaran
antara lain : rhinovirus, influenza virus, sampah, gas buangan sarana transportasi,
adenovirus (ADV), enterovirus and
gas buangan industri, kebakaran hutan dan
parainfluenza viruses (PIV) (2-4). Lebih dari lain lain (Suryani dkk, 2015) (Irawan,
200 tipe rhinovirus ditemukan. Virus yang
2015).
menginfeksi terutama common pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun.(Emin onovar, ismail Faktor sanitasi lingkungan berupa sarana

Yildiz, 2009). air bersih, sarana pembuangan kotoran,


pembuangan air limbah dan pembuangan
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan
sampah juga berkontribusi terhadap
Kabupaten Kampar tahun 2016, penyakit
pencetus kejadian ISPA pada balita. Hasil
terbesar di Kabupaten Kampar adalah
penelitian menunjukkan persentase sarana
Nasofaringitis Akut (Common Cold).
sanitasi dengan kriteria sangat baik
Prevalensi penderita common cold tahun
variabel sarana pembuangan kotoran
2015 sejumlah 67.868 penderita dan
55,6%, sarana sanitasi dengan kriteria
13.413 penderita pada tahun 2016.
baik variabel sarana air limbah 36,7%,
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
29| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

sarana sanitasi dengan kriteria cukup pada sesuai dengan standar kesehatan. Hal ini
variabel sarana air limbah yaitu 52,2%. memungkinkan untuk meningkatkan
Persentase sarana sanitasi dengan kriteria terjadinya perkembangan penyakit infeksi
buruk pada variabel sarana pembuangan dikalangan masyarakat (Kesehatan &
sampah yaitu 25,6%, sarana sanitasi Indonesia, 2016)
dengan kriteria sangat buruk pada variabel
Berdasarkan penelitian yang telah
sarana pembuangan kotoran 40%.
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dapat
Berdasarkan sarana air bersih di rumah
diketahui bahwa sanitasi lingkungan
responden, sebagian besar responden
memiliki keterikatan yang kuat dengan
termasuk dalam kategori cukup yaitu
kejadian ISPA (common cold) dikalangan
sebesar 34,4% dimana ada sarana air
masyarakat Indonesia khususnya pada
bersih, milik sendiri tetapi tidak
rentang usia Balita. Beberapa penelitian
memenuhi syarat kesehatan (Aprinda Dwi
yang membuktikan bahwa sanitasi
Safitri, 2007)
lingkungan berhubungan dengan ISPA
Menurut (Hayati, 2014b), salah satu (commond cold) adalah sebagai berikut;
faktor penyebab ISPA yaitu keadaan penelitian yang dilakukan oleh Sri hayati
lingkungan fisik dan pemeliharaan tahun (2014) didapatkan hasil bahwa
lingkungan rumah yang tidak sesuai balita yang menderita ISPA sebagian
dengan standar kesehatan. Kondisi yang besar memiliki kepadatan tempat tinggal
tidak sesuai dengan standar kesehatan yang kurang sebesar 67,6%. Pada
diantaranya kurang bersih menjaga penelitian ini, hampir seluruh responden
kebersihan di dalam rumah, pertukaran memiliki ventilasi yang tidak baik
udara dalam rumah kurang, kurangnya (77,9%). Balita yang memiliki ventilasi
kebersihan lingkungan luar rumah serta tidak baik mempunyai resiko ISPA
minimya sinar matahari masuk ke dalam sebanyak 1,262 kali lebih besar daripada
rumah di siang hari, sehingga kuman balita yang memiliki ventilasi baik
mudah untuk memperbanyak diri dan (Hayati, 2014b).
menginfeksi penghuninya. Selain itu
Penelitian oleh Sri zein polumulo tahun
kepadatan penghuni didalam sebuah
(2012) tentang hubungan sanitasi rumah
rumah juga bisa meningkatkan risiko
dengan kejadian penyakit common cold
meningkatnya ISPA. Hasil Susenas Kor
pada Balita di wilayah kerja puskesmas
2015 mengenai persentase rumah tangga
Tamalate Kota Gorontalo. Hasil penelitian
yang memiliki akses terhadap sanitasi
menunjukkan bahwa Balita positif
layak, Provinsi Riau hanya memiliki akses
Common cold sebesar 86% dan yang tidak
51,30%. Hal ini menunjukkan bahwa
Common cold sebesar 14%. Empat
masih rendahnya persentase rumah tangga
variabel yang diteliti yaitu ventilasi
yang memiliki sanitasi lingkungan yang
rumah, rumah yang tidak memenuhi
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
30| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

syarat sebesar 37% dan memenuhi syarat responden dengan nilai p < 0,05 (p=0,04).
sebesar 63%. Kepadatan hunian yang Dengan nilai OR sebesar 0,295, dapat
padat sebesar 55.5% dan tidak padat dikatakan bahwa balita yang tinggal di
sebesar 44.5%. Pencahayaan alami rumah yang tidak memiliki jendela dapur
sebesar 66.5% dan buatan sebesar 33.5%. 0,295 kali lebih beresiko dibanding balita
Sedangkan adanya perokok sebesar 76.5 yang tinggal pada rumah yang memiliki
% dan yang tidak perokok sebesar 23.5%. jendela dapur (Raja Nindangi Lingga,
Jadi, dari ke empat variabel yang di teliti, Nurmaini, 2014). Penelitian lain yang
yang terdapat hubungan kejadian common dilakukan zulaikha dkk (2017) bahwa
cold adalah pencahayaan alami (Sri Zein faktor yang berhubungan dengan kejadian
Polumulo, 2012). ISPA adalah ventilasi, lubang asap dapur,
ruang tidur, dan kepadatan hunian.
Penelitian yang dilakukan oleh Felisia
Sedangkan faktor yang paling dominan
Ferra Ristanti tahun (2012) tentang
adalah kebiasaan anggota keluarga yang
pengaruh kondisi sanitasi rumah terhadap
merokok di Kelurahan Penggaron
kejadian ISPA di Kecamatan Wiyung
(Zulaikhah, Soegeng, & Sumarawati,
Kota Surabaya menunjukkan bahwa
2017)
kondisi sanitasi rumah yang berpengaruh
terhadap kejadian ISPA pada penduduk di Hasil observasi lingkungan pada bulan
kecamatan Wiyung kota Surabaya adalah Januari 2018 di Kecamatan Kuok ditemukan
kondisi kepadatan hunian (p = 0,000 < α = masalah diantaranya sampah masih
0,05) dengan Odd Ratio (OR) = 6. Hasil menumpuk dilahan terbuka dan penyelesaian
uji Regresi Logistik Ganda , variabel yang masalah sampah tersebut dengan cara dibakar.
paling berpengaruh sama dengan uji chi Pembuangan limbah rumah tangga dan
square yaitu variabel kepadatan hunian ( p industri rumah tangga masih dialirkan ke
= 0,000 < α = 0,05). Jadi dari hasil dua uji saluran pembuangan limbah terbuka, saluran
analisis tersebut dapat diketahui bahwa limbah tidak mengalir dengan lancar sehingga
faktor yang paling dominan pengaruhnya air limbah berwarna hitam keruh,dan
terhadap kejadian ISPA adalah faktor mengeluarkan aroma tidak sedap. Hal ini
kondisi kepadatan hunian (Ristanti, 2012) dapat mengakibatkan pencemaran udara dan
tanah yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Penelitian dengan hasil yang berbeda
Dari 10 penyakit terbanyak di Kabupaten
ditemukan oleh Raja Nindangi Lingga
Kampar tahun 2016, common cold menduduki
dkk (2014) mengemukakan bahwa
urutan pertama selama dua tahun terakhir.
karakteristik rumah tidak ada
Tingginya kasus common cold dikabupaten
hubungannya dengan kejadian ISPA pada
Kampar merupakan salah satu indikator bahwa
Balita. Dalam penelitian ini ditemukan
penyakit yang disebabkan virus ini sangat
adanya hubungan yang bermakna antara
mudah untuk menyebar dimasyarakat. Untuk
tersedianya jendela dapur pada rumah
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
31| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

mengetahui faktor risiko yang menyebabkan A. Pertanyaan Penelitian


tingginya angka prevalensi di kabupaten 1. Bagaimanakah gambaran keadaan
Kampar, maka peneliti merasa tertarik untuk kondisi fisik rumah; ventilasi,
melakukan survey tentang kondisi perumahan kelembaban, pencahayaan dan
penderita. Peneliti ingin mengetahui apakah kepadatan hunian rumah penderita
kondisi perumahan penderita memenuhi common cold di kabupaten Kampar?
standar kesehatan atau tidak. Mengingat 2. Bagaimanakah gambaran Saluran
penyebab common cold adalah virus sehingga Pembuangan Air Limbah rumah
sehat dan tidak sehatnya lingkungan penderita common cold di kabupaten
perumahan merupakan salah satu faktor yang Kampar?
sangat menentukan seseorang bisa terinfeksi 3. Bagaimanakah gambaran tempat
oleh virus ini. Topik ini sepengetahuan pembuangan sampah rumah penderita
peneliti belum ada dilakukan dikabupaten common cold di kabuapten Kampar?
Kampar, sehingga sangat memungkinkan 4. Bagaimanakah gambaran ketersediaan
permasalahan ini untuk diteliti. air bersih pada rumah penderita
common cold di kabupaten Kampar?
Rumusan Masalah
5. Bagaimanakah gambaran sanitasi
Prevalensi Common cold/nasopharingitis lingkungan rumah penderita common
dan mortalitas yang berkaitan dengannya cold di kabupaten Kampar?
terus meningkat. Data menunjukkan B. Tujuan penelitian
beberapa tahun terakhir, common cold
Tujuan penelitian adalah untuk
menduduki peringkat pertama dari 10
mendapatkan gambaran tentang sanitasi
penyakit terbesar di Kabupaten Kampar.
lingkungan rumah penderita common cold
Penderita tahun 2016 mencapai 13.413
di kabupaten Kampar yang meliputi :
penderita. Berbagai studi yang
berbasiskan populasi telah dilakukan 1. Gambaran keadaan kondisi fisik
untuk mengidentifikasi faktor risiko rumah; ventilasi, kelembaban,
common cold. Penelitian untuk meneliti pencahayaan dan kepadatan hunian
faktor risiko yang berkaitan dengan rumah penderita common cold
sanitasi lingkungan perumahan penderita 2. Gambaran Saluran Pembuangan Air
belum ada, padahal pemahaman untuk Limbah rumah penderita common cold
mengetahui kondisi nyata tentang 3. Gambaran tempat pembuangan sampah
kesehatan lingkungan rumah pada rumah penderita common cold
penderita common cold sangatlah penting. 4. Gambaran ketersediaan air bersih pada
Dengan demikian, masalah penelitian ini rumah penderita common cold
adalah bagaimanakah sanitasi lingkungan
rumah penderita common cold di C. Manfaat penelitian
kabupaten Kampar.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


32| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

1. Penelitian bisa memberikan informasi Pembuangan Air Limbah (SPAL),


tentang kondisi sanitasi lingkungan pembuangan sampah, ketersediaan air
rumah penderita common cold di bersih. Peneliti melakukan pengamatan
kabupaten Kampar sehingga instansi langsung (observasi) dalam mengisi
terkait dapat melakukan berbagai lembar checklist yang digunakan. dan
intervensi untuk mengatasi masalah wawancara untuk mengetahui kondisi
ini. penderita tanpa memberikan perlakuan
2. Penelitian diharapkan dapat digunakan pada objek penelitian.
sebagai dasar untuk menyusun B. Tempat dan Waktu Penelitian
kebijakan agar prevalensi common cold
Penelitian akan dilakukan pada bulan
bisa di turunkan secara berangsur.
Mei-November 2018 di wilayah kerja
Puskesmas Kuok. Pemilihan lokasi

METODE PENELITIAN karena pada wilayah kerja tersebut


jumlah penderita penyakit Common
A. Metode penelitian
cold paling tinggi di Kabupaten
Metode penelitian yang digunakan Kampar pada tahun .
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survey dengan pendekatan C. Populasi dan sampel

cross sectional. Pada umumnya survey 1. Populasi

bertujuan untuk membuat penilaian Populasi merupakan keseluruhan

terhadap suatu kondisi kemudian objek penelitian atau objek yang

hasilnya dgunakan untuk menyusun diteliti (Soekidjo Notoadmodjo,

perencanaan dimasa yang akan datang. 2015). Populasi dalam penelitian

Survey yang dilakukan pada penelitian ini adalah seluruh Balita penderita

ini termasuk ke dalam survey rumah Common cold pada Januari – April

tangga (household survey), yaitu 2018 yang bertempat tinggal di

survey yang ditujukan kepada rumah wilayah kerja Puskesmas Kuok

tangga yang digunakan untuk dengan total sebanyak 198

memperoleh informasi tidak hanya penderita

mengenai keluarga namun dapat juga 2. Sampel

berupa informasi tentang lingkungan Sebagian populasi yang diteliti,

dan rumah (Soekidjo Notoadmodjo, diambil dari populasi dan dinilai

2015). Penelitian ini menggunakan mewakili seluruh populasi (Prof.

lembar checklist untuk menilai; DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro,

Kondisi fisik rumah meliputi; ventilasi 2002). Sampel pada penelitian ini

rumah, kelembaban, pencahayaan, adalah orang tua Balita penderita

kepadatan hunian, Saluran Common cold pada Januari – April


2018 yang bertempat tinggal di
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
33| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

wilayah kerja Puskesmas Kuok. N


Pada penelitian ini digunakan Keterangan:
teknik pengambilan sampel secara n1= Sampel untuk masing masing
purposive sampling dengan kriteria desa
sebagai berikut: n = Sampel Keseluruhan
a. Kriteria inklusi : N1= Populasi dari satu desa
1) Balita dengan diagnosa N= Populasi dari 6 desa
common cold D. Instrumen Pengumpulan Data
2) Berdomisili diwilayah kerja
Penelitian ini menggunakan instrument
puskesmas kuok
yang digunakan oleh pemegang
3) Penderita pernah berobat
program kesehatan lingkungan di
jalan ke puskesmas kuok
puskesmas Kuok berupa lembar
b. Kriteria ekslusi:
checklist untuk menilai; Kondisi fisik
1) Menolak menjadi
rumah meliputi; ventilasi rumah,
responden
kelembaban, pencahayaan, kepadatan
2) Responden tidak berada di
hunian, Saluran Pembuangan Air
tempat pada saat penelitian
Limbah (SPAL), pembuangan sampah,
dilakukan
ketersediaan air bersih. Peneliti
3. Jumlah sampel
melakukan pengamatan langsung
Untuk menentukan besarnya
(observasi) dalam mengisi lembar
sampel dapat menggunakan rumus
checklist yang digunakan. Wawancara
Slovin :
untuk mengetahui data demografi
n = N/N(d)2 + 1
berupa; umur, jenis kelamin, pekerjaan,
n = sampel; N = populasi; d = nilai
dan kondisi penderita tanpa
presisi 95% atau sig. = 0,05
memberikan perlakuan pada objek
4. Jadi jumlah populasi adalah 198,
penelitian. Data primer diperoleh
dan tingkat kesalahan yang
ketika peneliti turun langsung untuk
dikehendaki adalah 5%, maka
melakukan observasi ke rumah
jumlah sampel yang digunakan
penderita dengan mengisi lembar
adalah : N = 198 / 198 (0,05)2 + 1 =
checklist yang telah disiapkan. Data
132
sekunder diperoleh dari puskesmas
5. Setelah didapatkan sampel
kuok berdasarakan medical record
sebanyak 132 orang , maka langkah
penderita.
berikutnya adalah penghitungan
untuk masing masing desa yang E. Bahan dan prosedur pengumpulan
ada di kecamatan kuok, dengan data:
penghitungan sebagai berikut: 1) Bahan dan Alat
n1= n x N1.
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
34| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

Bahan yang digunakan dalam Tahapan orientasi yaitu


penelitian berupa lembar observasi perkenalan, penyampaian
checklist dan lembar wawancara tujuan, manfaat dan bentuk
tentang data demografi, kegiatan penelitian yang akan
karakteristik responden. Alat dilakukan kepada responden.
untuk menilai kelembaban udara, Selanjutnya meminta
meteran, dan alat pengukur Ph air, persetujuan untuk menjadi
hygrometer, alat mengukur zat responden bagi terpilih untuk
kimia air menjadi sampel.
2) Prosedur pengumpulan data yaitu: h. Melakukan pengamatan dan
a. Peneliti mengurus surat wawancara sesuai dengan
permohonan izin pengambilan instrument yang telah disusun
data ke Lembaga Penelitian i. Mengolah data yang telah
Universitas Pahlawan Tuanku diperoleh.
Tambusai
b. Surat izin pengambilan data F. Izin Penelitian
diteruskan kepada kepala
Diawali dengan memasukkan surat
Puskesmas Kuok
permohonan untuk melakukan
c. Eksplorasi informasi tentang
penelitian ke Lembaga Penelitian
data penderita common cold di
Universitas Pahlawan Tuanku
wilayah kerja puskesmas
Tambusai. Selanjutnya surat yang telah
Kuok
dikeluarkan oleh LP diteruskan ke
d. Permohonan izin melakukan
Puskesmas Kuok guna mendapatkan
penelitian di Puskesmas Kuok
izin melakukan penelitian diwilayah
ke lembaga penelitian
kerja puskesmas Kuok.
Universitas pahlawan Tuanku
Tambusai
e. Meneruskan surat izin
G. Pengolahan data
melakukan penelitian kepada
kepala Puskesmas Kuok Pengolahan data yang telah diperoleh
f. Melakukan teknik sebagai berikut: a) Editing, Berfungsi
pengambilan sample secara untuk meneliti kelengkapan data
purposive sampling dari data diantaranya kelengkapan identitas
yang telah didapatkan serta responden, kelengkapan lembar
menentukan kriteria inklusi observasi dan wawancara yang
dan ekslusi sampel. dilakukan ditempat pengambilan data
g. Turun kelapangan untuk sehingga bila terdapat ketidaksesuaian
melakukan penelitian. dapat dilengkapi dengan segera. b)
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
35| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

Coding, Mengklasifikasikan data yang Keterangan:


diperoleh dengan cara menandai P = Besar presentase alternatif
masing-masing jawaban dengan kode jawaban
berupa angka, kemudian dimasukkan f = frekuensi
kedalam lembar tabel kerja guna N = seluruh observasi
mempermudah membacanya dan
pengolahan data. 3) Skoring (penilaian) BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada tahap ini peneliti memberi nilai
Bab ini menyajikan mengenai hasil penelitian
pada data sesuai dengan skor yang
tentang survey common cold di Kuok
telah ditentukan . 4) Data entry
Kabupaten Kampar. Penelitian mulai
(memasukkan data) tahap terakhir
dilaksanakan pada bulan Juni 2018 dengan
dalam penelitian ini yaitu pemprosesan
populasi adalah seluruh Balita penderita
data, yang dilakukan oleh peneliti
Common cold pada Januari – April 2018 yang
adalah memasukkan data dari lembar
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
observasi dan wawancara kedalam
Kuok dengan total sebanyak 198 penderita.
paket program komputer. 5)
Sampel pada penelitian ini adalah orang tua
Tabulating, memasukkan data hasil
Balita penderita Common cold pada Januari –
penilitian kedalam tabel sesuai kriteria
April 2018 yang bertempat tinggal di wilayah
untuk bisa mendapatkan hasil
kerja Puskesmas Kuok. Pada penelitian ini
gambaran sanitasi lingkungan rumah
digunakan teknik pengambilan sampel secara
responden dengan menggunakan
purposive sampling dengan jumlah sampel
komputerisasi SPSS
sejumlah 132 orang yang tersebar di 6 desa

H. Analisa data kuok.

Dalam pelaksanaan penelitian ini


Rencana analisa data yang akan
menggunakan instrument lembar checklist
digunakan dalam penelitian ini yaitu
untuk menilai; Kondisi fisik rumah meliputi;
analisa data univariat. Untuk
ventilasi rumah, kelembaban, pencahayaan,
mendapatkan gambaran tentang
kepadatan hunian, Saluran Pembuangan Air
persentase kondisi sanitasi lingkungan
Limbah (SPAL), pembuangan sampah,
rumah penderita common cold yang
ketersediaan air bersih. Peneliti melakukan
memenuhi standar kesehatan dan yang
pengamatan langsung (observasi) dalam
tidak memenuhi standar kesehatan.
mengisi lembar checklist yang digunakan.
Untuk mendapatkan persentase dari Wawancara untuk mengetahui data demografi
tiap variabel menggunakan rumus berupa; umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
distribusi frekuensi sebagai berikut: kondisi penderita tanpa memberikan perlakuan
pada objek penelitian. Data primer diperoleh
×100%
ketika peneliti turun langsung untuk
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
36| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

melakukan observasi ke rumah penderita 74 responden (56.06%) yang memiliki


dengan mengisi lembar checklist yang telah Ventilasi rumah yang tidak baik

disiapkan. Data sekunder diperoleh dari


puskesmas kuok berdasarakan medical record
penderita. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
kondisi Kelembaban rumah responden
Dalam pelaksanaan penelitian sampai bulan
N Kelembaban n Persentase(
November 2018, peneliti sedang melakukan
o %)
pengumpulan data dengan melakukan
observasi langsung dengan menggunakan 1 Memenu 62 46.96
hi syarat
lembar checklist untuk menilai kondisi fisik
rumah responden yang meliputi; ventilasi 2 Tidak 70 53.03

rumah, kelembaban, pencahayaan, kepadatan Memenu


hi syarat
hunian, Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL), pembuangan sampah, ketersediaan air Jumlah 13 100

bersih. Peneliti juga melakukan wawancara 2

untuk mengetahui data demografi berupa;


umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan kondisi
Dari tabel 4.2 dapat dilihat
penderita tanpa memberikan perlakuan pada
bahwa dari 132 responden, terdapat
objek penelitian. Data yang terkumpul 132
70 responden (53.03%) yang memiliki
responden. . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Kelembaban rumah yang tidak
dalam bentuk analisis univariat
Memenuhi syarat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
kondisi Ventilasi rumah
responden Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
kondisi pencahayaan
N Ventilasi n Persentase(%
rumah responden
o )

N pencahayaa n Persentase(%
1 Baik 58 43.93
o n )
2 Tidak 74 56.06
baik 1 Baik 62 46.96

Jumla 13 100 2 Tidak 70 53.03


h 2 baik

Jumla 13 100
h 2
Dari tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa dari 132 responden, terdapat

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


37| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

Dari tabel 4.3 dapat dilihat Dari tabel 4.5 dapat dilihat
bahwa dari 132 responden, terdapat bahwa dari 132 responden, terdapat
70 responden (53.03%) yang memiliki 70 responden (53.03%) yang
pencahayaan rumah yang tidak baik memiliki SPAL memenuhi syarat

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi


kondisi kepadatan hunian rumah responden
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
N kepadatan n Persentase(% kondisi Pembuangan
o hunian )
sampah rumah
responden
1 Baik 85 64.39

N Pembuangan n Persentase(
2 Tidak 47 35.60
o sampah %)
baik

Jumla 13 100 1 Memenu 74 56.06


h 2 hi syarat

2 Tidak 58 43.93
Memenu
Dari tabel 4.4 dapat dilihat hi syarat

bahwa dari 132 responden, terdapat


Jumlah 13 100
85 responden (64.39%) yang memiliki 2
kepadatan hunian yang baik

Dari tabel 4.6 dapat dilihat


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi bahwa dari 132 responden, terdapat
kondisi SPAL rumah
74 responden (56.06%) yang memiliki
responden
Pembuangan sampah Memenuhi syarat
N SPAL n Persentase(
o %)

1 Memenu 70 53.03
hi syarat Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi

2 Tidak 62 46.96 kondisi ketersediaan air


Memenu bersih rumah responden
hi syarat
N ketersediaa n Persentase(%
Jumlah 13 100 o n air bersih )
2
1 Sehat 11 84.84
2

2 Tidak 20 15.15

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


38| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

sehat didalam rumah. Selain itu juga dapat

Jumla 13 100
menyebabkan kelembaban udara dalam
h 2 rumah naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan.untuk sirkulasi yang baik
Dari tabel 4.7 dapat dilihat diperlukan paling sedikit luas lubang
bahwa dari 132 responden, terdapat ventilasi ≥ 10 % dari luas lantai.
112 responden (84.84%) yang Kondisi ventilasi yang tidak baik ini
memiliki ketersediaan air bersih sehat menjadi salah satu faktor risiko untuk
mencetuskan penyakit common cold di
daerah kuok.
BAB V PEMBAHASAN
Salah satu upaya pencegahan
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
penularan ISPA kepada anggota
dari 132 responden, terdapat 70
keluarga yang lain, dapat dilakukan
responden (53.03%) yang memiliki
melalui rumah sehat. Syarat rumah
Kelembaban rumah yang tidak
sehat secara sederhana
Memenuhi syarat. Ruang yang lembab
menurutmeliputi ventilasi, penerangan
dengan dinding yang basah akan
alami dan suhu. Ventilasi rumah
sangat tidak nyaman dan dapat
mempunyai banyak fungsi, fungsi
mengganggu kesehatan manusia.
pertama adalah untuk menjaga agar
Banyaknya rumah dengan kondisi
aliran udara di dalam rumah tersebut
kelembaban yang tidak memenuhi
tetap segar. Hal ini berarti
syarat dikarenakan kebiasaan
keseimbangan oksigen yang diperlukan
responden yang tidak membuka
oleh penghuni rumah tetap terjaga
jendela terutama pada pagi hari serta
(Hayati, 2014a).
lubang ventilasi yang terlalu kecil
Pada penelitian ini, sebagian besar
menyebabkan aliran udara di dalam
responden memiliki ventilasi yang
ruangan tidak mengalir dengan lancar.
tidak baik 74 responden (56.06%).
Selain itu juga dapat disebabkan sinar
Ventilasi merupakan lubang angin
matahari tidak dapat langsung masuk
tempat udara keluar masuk secara
ke dalam rumah karena jarak antar
bebas, ventilasi mempunyai banyak
rumah yang terlalu dekat sehingga
fungsi, pertama untuk menjaga aliran
cahaya yang masuk kerumah terhalang
udara didalam tersebur tetap segar. Hal
bangunan lainnya. Kelembaban
ini berarti keseimbangan oksigen yang
ruangan yang tinggi akan menjadi
diperlukan oleh penghuni rumah
media yang baik untuk tumbuh dan
tersebut terjaga. Kurangnya ventilasi
berkembang biaknya bakteribakteri
akan menyebabkan kurangnya oksigen
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
39| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

pathogen. Untuk menjaga kualitas manusia. Penerangan ini dapat


udara di dalam ruang kelembaban yang diperoleh dengan pengaturan cahaya
berasal dari dinding yang basah atau buatan dan cahaya alam.
lantai yang lembab, harus
dihindarkan10. Kelembaban dalam
Hasil penelitian ini juga
rumah, juga dapat dipengaruhi oleh
menunjukkan bahwa dari 132
jenis dan kondisi atap, karena pada saat
responden, terdapat 85 responden
turun hujan, titik-titik air hujan yang
(64.39%) yang memiliki kepadatan
jatuh ke atap, sebagian kecil akan
hunian yang baik. Kepadatan
merembes melalui celah-celah atap.
penghuni adalah perbandingan
Air hujan tersebut akan meresap
antara luas lantai rumah dengan
melalui dinding rumah sehingga
jumlah anggota keluarga dalam satu
menyebabkan dinding menjadi basah
rumah tinggal (Lubis, 1989).
dan ruangan menjadi lembab.
Persyaratan kepadatan hunian untuk
Kelembaban udara yang dianjurkan
seluruh perumahan biasa dinyatakan
agar kualitas udara dalam ruang
dalam m² per orang. Secara umum
menjadi nyaman berkisar antara 40-
menurut Kepmenkes RI No.
70% sesuai dengan Kepmenkes RI
829/Menkes/SK/VII/1999 luas
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak
tentang Persyaratan Kesehatan
dianjurkan digunakan lebih dari 2
Perumaha(Sukarto et al., 2016)
orang tidur dalam satu ruang tidur,
kecuali anak dibawah umur 5 tahun,
Dari hasil penelitian ini terdapat 70
berarti kepadatan penghuni kamar
responden (53.03%) yang memiliki
tidur yang tidak memenuhi syarat
pencahayaan rumah yang tidak baik.
(0,04%) sehingga daya tahan tubuh
Cahaya alami sangat penting masuk
penghuninya menurun, ruangan
kedalam rumah karena dapat
yang sempit 19 An-Nadaa, Juni
membunuh bakteri-bakteri pathogen
2014, hal 14-20 akan membuat
dalam rumah misalnya basil
nafas sesak dan mudah tertular
Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis
penyakit dari anggota keluarga lain
cepat mati dengan sinar matahari pagi
(Suyono, 1985) (Genchi, Sinicropi,
karena banyak mengandung sinar
Carocci, Lauria, & Catalano, 2017)
ultraviolet, tetapi bakteri ini dapat
hidup beberapa jam di tempat yang Penelitian ini juga mendapatkan
gelap dan lembab. Menurut Mukono hasil bahwa dari 132 responden,
dalam Deli (2009) bahwa cahaya terdapat 70 responden (53.03%)
yang cukup kuat untuk penerangan yang memiliki SPAL Memenuhi
didalam rumah merupakan kebutuhan syarat. Air limbah yang dihasilkan
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
40| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

dari proses pengolahan makanan menimbulkan masalah apabila tidak


dan pencucian piring dialirkan dikelola dengan baik. Apabila
kesaluran pembuangan air limbah. sampah dibuang dengan cara
Pembuangan air kotor harus ditumpuk saja maka akan
memenuhi syarat-syarat kesehatan menimbulkan bau dan gas yang
sehingga lalat dan serangga lain berbahaya bagi kesehatan manusia.
tidak dapat hidup dan Apabila dibakar akan menimbulkan
berkembangbiak, ini untuk pencemaran udara yang dapat
menghindari tersebarnya berbagai menjadi penyebab kejadian ISPA.
macam penyakit. Syarat-syarat Dengan demikian sampah yang
pembuangan air kotor: Tidak tidak dikelola dengan baik dapat
mengotori sumber air minum, menjadi sumber pencemar pada
Sistem pembuangan air limbah tanah, badan air dan udara (Sukarto
harus baik, saluran terbuat dari et al., 2016)
bahan kedap air, tidak merupakan
Penelitian ini mmemberikan data
sumber pencemaran, misalnya
bahwa dari 132 responden, terdapat
mempunyai saluran tertutup, septik
112 responden (84.84%) yang
tank dan roil, Tidak mengganggu
memiliki ketersediaan air bersih
masyarakat karena baunya yang
sehat. Standar kualitas air adalah
busuk atau mengganggu pandangan
baku mutu yang ditetapkan
yang baik, Tidak mengotori perairan
berdasarkan sifatsifat fisik, kimia,
yang digunakan untuk tempat
radioaktif maupun bakteriologis
rekreasi atau untuk tempat
yang menunjukkan persyaratan
memelihara ikan, Tidak melanggar
kualitas air tersebut. Peraturan
peraturan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia No.
dinas kesehatan setempat. SPAL
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
yang tidak baik bisa menjadi resiko
Kualitas Air Dan Pengendalian
untuk mudah berkembangnya
Pencemaran Air (Genchi et al.,
kuman penyakit. Salah satunya yaitu
2017)
common cold.

Penelitian ini menunjukkan bahwa


dari 132 responden, terdapat 74 BAB VI Simpulan dan saran
responden (56.06%) yang memiliki
1. Simpulan
Pembuangan sampah Memenuhi
Dari hasil penelitian diperoleh data
syarat. Sampah merupakan sisa hasil
yang bisa menjadi pencetus
kegiatan manusia, yang
perkembangan common cold di Kuok
keberadaannya banyak
adalah Ventilasi rumah yang tidak
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
41| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

baik, Kelembaban rumah yang tidak https://doi.org/10.3906/sag-0805-73


Memenuhi syarat. pencahayaan rumah Genchi, G., Sinicropi, M. S., Carocci, A.,
yang tidak baik Lauria, G., & Catalano, A. (2017).
Response to comment on giuseppe genchi
et al. mercury exposure and heart
2. Saran diseases. int. j. environ. res. public health
2017, 14, 74. International Journal of
Diharapkan kepada instansi pelayanan Environmental Research and Public
kesehatan dan kesehatan lingkungan Health, 14(7).
https://doi.org/10.3390/ijerph14070761
bekerjasama dalam memberikan
Gitawati, R. (2014). BAHAN AKTIF
edukasi kepada masyarakat untuk DALAM KOMBINASI OBAT FLU
memodifikasi kondisi rumah yang DAN BATUK-PILEK , DAN
PEMILIHAN OBAT FLU YANG
kurang baik dan tidak memenuhi ACTIVE INGREDIENTS IN COMMON
standar syarat kesehatan COLD FIXED-DOSE COMBINATION
PRODUCTS AND, 24(1), 10–18.
Haris, D. M. (2016). Profil Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Kampar, (22).

Akimova, L. S. (2015). The Frequency of Hayati, S. (2014a). Gambaran Faktor


Using Antibiotic Therapy for Acute Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan
Nasopharyngitis ( J00 ) Among Preschool Akut ( Ispa ) pada Balita di Puskesmas
Children in Outpatient Conditions in Pasirkaliki Kota Bandung. Jurnal Imu
Yakutsk. Keperawatan, II(1), 62–67.
https://doi.org/10.15690/pf.v12i3.1362
Hayati, S. (2014b). Gambaran faktor penyebab
Alrasyid, H. H. (2005). PERDA Kabupaten infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
Musi Banyuasin Nomor 25 Tahun 2005 pada balita di Puskesmas Pasirkaliki
(.).pdf. Kota. Jurnal Ilmu Keperawatan, 11(1),
62–67.
Aprinda Dwi Safitri, S. K. (2007). Hubungan
tingkat kesehatan rumah dengan kejadian Irawan, T. (2015). Kajian kualitas lingkungan
ispa pada anak balita di desa labuhan terkait kejadian ispa di kelurahan
kecamatan labuhan badas kabupaten simbang kulon kecamatan buaran
sumbawa. Jurnal Kesehatan Lingkungan, kabupaten pekalongan. Jurnal Pena
3 No.2, 139–150. Medika, 5, 84–95.

Arvianti, K. (2009). Hubungan pengetahuan Keman, S. (2005). Kesehatan Perumahan dan


dengan hidup sehat. FKM UI. Lingkungan Pemukiman. Kesehatan
Lingkungan, 2, 29–43.
Digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6674.
(n.d.). TINJAUAN PUSTAKA, 7–26. Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2016). Profil
Kesehatan Indonesia 2015.
dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, D. P.
(2010). PMK No. 492 ttg Persyaratan Prof. DR.Dr. Sudigdo Sastroasmoro, S. A.
Kualitas Air Minum.pdf. (2002). Dasar - Dasar Metodologi
Penelitian Klinis edisi ke-2 (2nd ed.).
Eka Riza Maula, T. R. (2016). Terapi Herbal
dan Alternatif pada Flu Ringan atau ISPA Raja Nindangi Lingga, Nurmaini, D. N. S.
non-spesifik, 1(2), 7–10. (2014). Hubungan karakteristik rumah
dengan kejadian ISPA pada Balita dalam
Emin onovar, ismail Yildiz, A. K. dkk. (2009). keluarga perokok di Kelurahan
Viral Etiology and Symptoms of Acute Gundaling Kecamatan Barastagi
Upper Respiratory Tract Infections in Kabuapten Karo tahun 2014.
Children, 39(1), 29–35.

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


42| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar

Repository.usu. (2007a). Rumah sehat.


Repository.usu. (2007b). Universitas Sumatera
Utara, (2000).
Ristanti, F. F. (2012). Pengaruh Kondisi
Sanitasi Rumah Terhadap Kejadian ISPA
Di Kecamatan Wiyung Kota Surabaya,
20–31.
Soekidjo Notoadmodjo. (2015). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rhineka Cipta.
Sri Zein Polumulo. (2012). Hubungan sanitasi
rumah dengan kejadian penyakit common
cold pada Balita di wilayah kerja
puskesmas tamalate kota Gorontalo tahun
2012.
Sukarto, R. C. W., Ismanto, A. Y., Karundeng,
M. Y., Utiliza, V., Murid, P., Dasar, S.,
… Sipil, T. (2016). Suhu, Kelembaban
dan Pencahayaan sebagai Faktor Risiko
Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di
Kecamatan Balaesang Kabupaten
Donggala. Jurnal Berkala Epidemiologi,
3(1), 1–10.
https://doi.org/10.1111/ijlh.12426
Utara, U. S. (1999). Lampiran 1. Kepmenkes
RI No 829/Menkes/SK/VII/1999, (829).
Zulaikhah, S. T., Soegeng, P., & Sumarawati,
T. (2017). Risk Factors of Acute
Respiratory Infections in Practice Area
for Community of Medical Students in
Semarang. Kesmas : National Public
Health Journal, 11(4), 192–197.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v11i4.12
81

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai