190 297 1 SM PDF
190 297 1 SM PDF
JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http:// journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
Abstrak
Data sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Kampar dalam beberapa tahun terakhir di
dominasi oleh tingginya angka prevalensi penyakit Common Cold. Pada tahun 2016 angka
prevalensi mencapai 13.413 penderita. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini banyak
menyebar dikalangan anak-anak hingga dewasa. Penting untuk dilakukan penelitian terkait
faktor risiko yang berkontribusi terhadap tingginya kasus ini dimasyarakat. Dari teori yang
dikemukakan oleh Hendri L.Blum, Lingkungan merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan. Lingkungan ini erat kaitannya dengan peningkatan penyebaran virus
dimasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survey tentang sanitasi
lingkungan rumah penderita Common Cold meliputi : Ventilasi, pencahayaan,
kelembaban, jumlah hunian, sumber air bersih, sampah, dan SPAL di kabupaten Kampar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Common Cold di wilayah kerja
Puskesmas Kuok yang berjumlah 132 responden . Teknik pengambilan sampel yang
digunakan berupa purposive sampling. Sedangkan disain penelitian yang digunakan adalah
metode survey pendekatan cross sectional. Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa lembar checklist, observasi dan lembar wawancara kepada
responden. Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat 74 responden (56.06%) yang
memiliki Ventilasi rumah yang tidak baik. 70 responden (53.03%) yang memiliki
Kelembaban rumah yang tidak Memenuhi syarat. 70 responden (53.03%) yang memiliki
pencahayaan rumah yang tidak baik, 85 responden (64.39%) yang memiliki kepadatan
hunian yang baik, 70 responden (53.03%) yang memiliki SPAL memenuhi syarat. 74
responden (56.06%) yang memiliki Pembuangan sampah Memenuhi syarat. 112
responden (84.84%) yang memiliki ketersediaan air bersih sehat
Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No 23 Bangkinang
Email : apriza@univeritaspahlawan.ac.id
Phone : 085211804568
merupakan salah satu Infeksi saluran perilaku hidup yang tidak sehat, stamina
pernapasan atas (ISPA) yang termasuk tubuh yang rentan penyakit karena asupan
kategori non spesifik atau “flu biasa”. gizi yang kurang. Di Kabupaten Kampar
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan penyakit menular yang tinggi merupakan
(Eka Riza Maula, 2016). Penyakit ISPA ini kondisi kesehatan lingkungan, air bersih,
tidak hanya menjadi permasalahan dinegara jamban keluarga dan rumah yang tidak
berkembang, namun juga menjadi masalah memenuhi syarat kesehatan dan jika
global dinegara lain. Di Rusia, ISPA dikenal dianalisis lebih lanjut berkaitan erat
dengan istilah Acute respiratory infections dengan perilaku hidup bersih dan sehat
kematian dan penyakit yang sering di diagnosa Tingginya kasus ISPA (commpn cold)
pada anak-anak 2,5 – 4 kali lebih tinggi jika
dipengaruhi banyak faktor, salah satunya
dibandingkan dengan orang dewasa. 95% yaitu faktor Lingkungan. Faktor
penyebab penyakit infeksi saluran pernapasan
lingkungan yang dapat menjadi penyebab
atas pada anak anak ini adalah virus. kejadian ISPA diantaranya kondisi fisik
(Akimova, 2015). Infeksi pernapasan atas
rumah, kepadatan hunian rumah, polusi
yang paling banyak ditemukan adalah udara seperti asap rokok, asap
nasopharyngitis/common cold. Penyebabnya
pembakaran di rumah tangga, pembakaran
antara lain : rhinovirus, influenza virus, sampah, gas buangan sarana transportasi,
adenovirus (ADV), enterovirus and
gas buangan industri, kebakaran hutan dan
parainfluenza viruses (PIV) (2-4). Lebih dari lain lain (Suryani dkk, 2015) (Irawan,
200 tipe rhinovirus ditemukan. Virus yang
2015).
menginfeksi terutama common pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun.(Emin onovar, ismail Faktor sanitasi lingkungan berupa sarana
sarana sanitasi dengan kriteria cukup pada sesuai dengan standar kesehatan. Hal ini
variabel sarana air limbah yaitu 52,2%. memungkinkan untuk meningkatkan
Persentase sarana sanitasi dengan kriteria terjadinya perkembangan penyakit infeksi
buruk pada variabel sarana pembuangan dikalangan masyarakat (Kesehatan &
sampah yaitu 25,6%, sarana sanitasi Indonesia, 2016)
dengan kriteria sangat buruk pada variabel
Berdasarkan penelitian yang telah
sarana pembuangan kotoran 40%.
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dapat
Berdasarkan sarana air bersih di rumah
diketahui bahwa sanitasi lingkungan
responden, sebagian besar responden
memiliki keterikatan yang kuat dengan
termasuk dalam kategori cukup yaitu
kejadian ISPA (common cold) dikalangan
sebesar 34,4% dimana ada sarana air
masyarakat Indonesia khususnya pada
bersih, milik sendiri tetapi tidak
rentang usia Balita. Beberapa penelitian
memenuhi syarat kesehatan (Aprinda Dwi
yang membuktikan bahwa sanitasi
Safitri, 2007)
lingkungan berhubungan dengan ISPA
Menurut (Hayati, 2014b), salah satu (commond cold) adalah sebagai berikut;
faktor penyebab ISPA yaitu keadaan penelitian yang dilakukan oleh Sri hayati
lingkungan fisik dan pemeliharaan tahun (2014) didapatkan hasil bahwa
lingkungan rumah yang tidak sesuai balita yang menderita ISPA sebagian
dengan standar kesehatan. Kondisi yang besar memiliki kepadatan tempat tinggal
tidak sesuai dengan standar kesehatan yang kurang sebesar 67,6%. Pada
diantaranya kurang bersih menjaga penelitian ini, hampir seluruh responden
kebersihan di dalam rumah, pertukaran memiliki ventilasi yang tidak baik
udara dalam rumah kurang, kurangnya (77,9%). Balita yang memiliki ventilasi
kebersihan lingkungan luar rumah serta tidak baik mempunyai resiko ISPA
minimya sinar matahari masuk ke dalam sebanyak 1,262 kali lebih besar daripada
rumah di siang hari, sehingga kuman balita yang memiliki ventilasi baik
mudah untuk memperbanyak diri dan (Hayati, 2014b).
menginfeksi penghuninya. Selain itu
Penelitian oleh Sri zein polumulo tahun
kepadatan penghuni didalam sebuah
(2012) tentang hubungan sanitasi rumah
rumah juga bisa meningkatkan risiko
dengan kejadian penyakit common cold
meningkatnya ISPA. Hasil Susenas Kor
pada Balita di wilayah kerja puskesmas
2015 mengenai persentase rumah tangga
Tamalate Kota Gorontalo. Hasil penelitian
yang memiliki akses terhadap sanitasi
menunjukkan bahwa Balita positif
layak, Provinsi Riau hanya memiliki akses
Common cold sebesar 86% dan yang tidak
51,30%. Hal ini menunjukkan bahwa
Common cold sebesar 14%. Empat
masih rendahnya persentase rumah tangga
variabel yang diteliti yaitu ventilasi
yang memiliki sanitasi lingkungan yang
rumah, rumah yang tidak memenuhi
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
30| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar
syarat sebesar 37% dan memenuhi syarat responden dengan nilai p < 0,05 (p=0,04).
sebesar 63%. Kepadatan hunian yang Dengan nilai OR sebesar 0,295, dapat
padat sebesar 55.5% dan tidak padat dikatakan bahwa balita yang tinggal di
sebesar 44.5%. Pencahayaan alami rumah yang tidak memiliki jendela dapur
sebesar 66.5% dan buatan sebesar 33.5%. 0,295 kali lebih beresiko dibanding balita
Sedangkan adanya perokok sebesar 76.5 yang tinggal pada rumah yang memiliki
% dan yang tidak perokok sebesar 23.5%. jendela dapur (Raja Nindangi Lingga,
Jadi, dari ke empat variabel yang di teliti, Nurmaini, 2014). Penelitian lain yang
yang terdapat hubungan kejadian common dilakukan zulaikha dkk (2017) bahwa
cold adalah pencahayaan alami (Sri Zein faktor yang berhubungan dengan kejadian
Polumulo, 2012). ISPA adalah ventilasi, lubang asap dapur,
ruang tidur, dan kepadatan hunian.
Penelitian yang dilakukan oleh Felisia
Sedangkan faktor yang paling dominan
Ferra Ristanti tahun (2012) tentang
adalah kebiasaan anggota keluarga yang
pengaruh kondisi sanitasi rumah terhadap
merokok di Kelurahan Penggaron
kejadian ISPA di Kecamatan Wiyung
(Zulaikhah, Soegeng, & Sumarawati,
Kota Surabaya menunjukkan bahwa
2017)
kondisi sanitasi rumah yang berpengaruh
terhadap kejadian ISPA pada penduduk di Hasil observasi lingkungan pada bulan
kecamatan Wiyung kota Surabaya adalah Januari 2018 di Kecamatan Kuok ditemukan
kondisi kepadatan hunian (p = 0,000 < α = masalah diantaranya sampah masih
0,05) dengan Odd Ratio (OR) = 6. Hasil menumpuk dilahan terbuka dan penyelesaian
uji Regresi Logistik Ganda , variabel yang masalah sampah tersebut dengan cara dibakar.
paling berpengaruh sama dengan uji chi Pembuangan limbah rumah tangga dan
square yaitu variabel kepadatan hunian ( p industri rumah tangga masih dialirkan ke
= 0,000 < α = 0,05). Jadi dari hasil dua uji saluran pembuangan limbah terbuka, saluran
analisis tersebut dapat diketahui bahwa limbah tidak mengalir dengan lancar sehingga
faktor yang paling dominan pengaruhnya air limbah berwarna hitam keruh,dan
terhadap kejadian ISPA adalah faktor mengeluarkan aroma tidak sedap. Hal ini
kondisi kepadatan hunian (Ristanti, 2012) dapat mengakibatkan pencemaran udara dan
tanah yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Penelitian dengan hasil yang berbeda
Dari 10 penyakit terbanyak di Kabupaten
ditemukan oleh Raja Nindangi Lingga
Kampar tahun 2016, common cold menduduki
dkk (2014) mengemukakan bahwa
urutan pertama selama dua tahun terakhir.
karakteristik rumah tidak ada
Tingginya kasus common cold dikabupaten
hubungannya dengan kejadian ISPA pada
Kampar merupakan salah satu indikator bahwa
Balita. Dalam penelitian ini ditemukan
penyakit yang disebabkan virus ini sangat
adanya hubungan yang bermakna antara
mudah untuk menyebar dimasyarakat. Untuk
tersedianya jendela dapur pada rumah
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
31| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar
Survey yang dilakukan pada penelitian ini adalah seluruh Balita penderita
ini termasuk ke dalam survey rumah Common cold pada Januari – April
Kondisi fisik rumah meliputi; ventilasi 2002). Sampel pada penelitian ini
N pencahayaa n Persentase(%
1 Baik 58 43.93
o n )
2 Tidak 74 56.06
baik 1 Baik 62 46.96
Jumla 13 100
h 2
Dari tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa dari 132 responden, terdapat
Dari tabel 4.3 dapat dilihat Dari tabel 4.5 dapat dilihat
bahwa dari 132 responden, terdapat bahwa dari 132 responden, terdapat
70 responden (53.03%) yang memiliki 70 responden (53.03%) yang
pencahayaan rumah yang tidak baik memiliki SPAL memenuhi syarat
N Pembuangan n Persentase(
2 Tidak 47 35.60
o sampah %)
baik
2 Tidak 58 43.93
Memenu
Dari tabel 4.4 dapat dilihat hi syarat
1 Memenu 70 53.03
hi syarat Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
2 Tidak 20 15.15
Jumla 13 100
menyebabkan kelembaban udara dalam
h 2 rumah naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan.untuk sirkulasi yang baik
Dari tabel 4.7 dapat dilihat diperlukan paling sedikit luas lubang
bahwa dari 132 responden, terdapat ventilasi ≥ 10 % dari luas lantai.
112 responden (84.84%) yang Kondisi ventilasi yang tidak baik ini
memiliki ketersediaan air bersih sehat menjadi salah satu faktor risiko untuk
mencetuskan penyakit common cold di
daerah kuok.
BAB V PEMBAHASAN
Salah satu upaya pencegahan
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
penularan ISPA kepada anggota
dari 132 responden, terdapat 70
keluarga yang lain, dapat dilakukan
responden (53.03%) yang memiliki
melalui rumah sehat. Syarat rumah
Kelembaban rumah yang tidak
sehat secara sederhana
Memenuhi syarat. Ruang yang lembab
menurutmeliputi ventilasi, penerangan
dengan dinding yang basah akan
alami dan suhu. Ventilasi rumah
sangat tidak nyaman dan dapat
mempunyai banyak fungsi, fungsi
mengganggu kesehatan manusia.
pertama adalah untuk menjaga agar
Banyaknya rumah dengan kondisi
aliran udara di dalam rumah tersebut
kelembaban yang tidak memenuhi
tetap segar. Hal ini berarti
syarat dikarenakan kebiasaan
keseimbangan oksigen yang diperlukan
responden yang tidak membuka
oleh penghuni rumah tetap terjaga
jendela terutama pada pagi hari serta
(Hayati, 2014a).
lubang ventilasi yang terlalu kecil
Pada penelitian ini, sebagian besar
menyebabkan aliran udara di dalam
responden memiliki ventilasi yang
ruangan tidak mengalir dengan lancar.
tidak baik 74 responden (56.06%).
Selain itu juga dapat disebabkan sinar
Ventilasi merupakan lubang angin
matahari tidak dapat langsung masuk
tempat udara keluar masuk secara
ke dalam rumah karena jarak antar
bebas, ventilasi mempunyai banyak
rumah yang terlalu dekat sehingga
fungsi, pertama untuk menjaga aliran
cahaya yang masuk kerumah terhalang
udara didalam tersebur tetap segar. Hal
bangunan lainnya. Kelembaban
ini berarti keseimbangan oksigen yang
ruangan yang tinggi akan menjadi
diperlukan oleh penghuni rumah
media yang baik untuk tumbuh dan
tersebut terjaga. Kurangnya ventilasi
berkembang biaknya bakteribakteri
akan menyebabkan kurangnya oksigen
Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)
39| Survey Sanitasi Lingkungan Penderita Common cold di Kabupaten Kampar