Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA EKSTREMITAS BAWAH,

GENITAL DAN ANUS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Disusun Oleh:

Rahayu Yuliani 88190011

Salma Fitrianingsih 88190009

Salsabila Firdaus 88190020

Shinta Puspitasari 88190010

Siti Jamilah 88190002

Suryani Kumis 88190017

Vani Monica 88190014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ARS UNIVERSITY

Jl. Sekolah Internasional No. 1-6 Antapani. Bandung

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

tugas makalah Kosenp Dasar Keperawatan II yang berjudul “Pemeriksaan Fisik Pada

Ekstremitas Bawah Dan Anus.”

Makalah ini dimaksudkan sebagai tuntutan belajar bagi mahasiswa pendidikan

kesehatan khususnya program studi S-1 Ilmu Keperawatan. Semoga dengan adanya makalah

ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya bagi tim penulis sendiri.

Makalah ini terselesaikan karena bantuan banyak pihak.

Tentunya penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh dari

kata kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dari

pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 7 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………

DAFTAR ISI ……………….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………….

B. Rumusan Masalah ………….

C. Tujuan Penelitian ………….

D. Manfaat Penelitian …………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ……………..

B. Tujuan Pemeriksaan Ekstremitas Bawah …………..

C. Urutan Dalam Melakukan Pemeriksaan Fisik …………..

D. Teknik Dalam Pemeriksaan Fisik ………….

E. Posisi Dalam Pemeriksaan Fisik ………..

F. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah ……….

G. Pemeriksaan Reflek Fisiologis ………….

H. Pemeriksaan Reflek Otot Biseps ………..

I. Pemeriksaan Reflek Otot Triseps ………….

J. Pemeriksaan Reflek Tendon Patela ……………

K. Pemeriksaan Reflek Tendon Achiles …………..

L. Pemeriksaan Reflek Kremaster …………

M. Pemeriksaan Reflek Plantar …………

N. Pemeriksaan Reflek Patologis ………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………….

B. Saran …………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorangahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik khususnya ada ektremitas bawah termasuk genitalia dan anus . Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
beberapa tes khusus mungkindiperlukan seperti test neurologi.Dengan petunjuk yang didapat
selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis
diferensial,yakni sebuah daftar penyebabyang mungkin menyebabkan gejala tersebut.
Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang
lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah
selalu dilakukan pertama kali dan padaberkremitas atas akan di lihat ke normalan baik secara
fungsionalnya serta menjadi acuan penyebab sebuah gejala penyakit di ektremitas atas .

B.Rumusan Masalah
!.Bagaimana konsep teori pada Pemeriksaan fisik.
2.Tujuan Pemeriksaan fisik. Pemeriksaani Fisik. etemitas bawah, genitalia dan anus
3.Apa manfaat dari Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaani Fisik. etemitas bawah, genitalia dan
anus
4.Apa indikasi Pemeriksaan Fisik etemitas bawah, genitalia dan anus . Pemeriksaani Fisik.
etemitas bawah, genitalia dan anus
5.Bagaimana prosedur Pemeriksaani Fisik. etemitas bawah, genitalia dan anus .

C.Tujuan Penulisan
(ujuan penulisan dari makalah ini yaitu mengetehui konsep teori, pemeriksaanfisik,
tujuannya, manfaatnya, indikasi serta prosedur pemeriksaan fisik etemitas bawah, genitalia
dan anus .
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Pemeriksaan fisik adalah suatu sistem untuk mengumpulkan data kesehatan klien
yang diatur berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki
(headtotoes) hal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan memperoleh hasil
pemeriksaan yang aktual.
Pemeriksan fisik ekstermitas bawah adalah suatu langkah untuk mengidentifikasi
adanya masalah pada bagian ekstermitas bawah.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN EKSTERMITAS BAWAH


1. Untuk memperoleh data dasar mengenai kemampuan fisiologis ekstermitas bawah
2. Untuk mengetahui faktor resiko yang mungkin timbul karena disfungsi organ
ekstermitas bawah
3. Untuk mengetahui perubahan actual pada fungsi normal ekstermitas bawah
4. Menggambarkan status kesehatan klien
5. 5. Mengidentifikasi masalah kesehatan
6. Mengetahui hasil dari pengobatan/therapy

C. URUTAN DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK


 Secara umum: keadaan umum, TB,BB dan TTV Kepala (rambut.kulit kepala, mata
telinga, mulut)
 Leher
 Ekstremitas atas
 Dada
 AbdomeN
 Genital dan pelvis
 Ekstremitas bawah
D. TEKNIK DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi

INSPEKSI
Adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga indra pendengaran dan penghidu
 Penglihatan : mengobservasi kulit terhadap warna,laserasi,lesi.pola pernafasan
danSimetrisitas, bahasa tubuh pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
ekspresi wajah, keterbatasan fisik, dsb
 Pendengaran mendengarkan sifat batuk, integrasi sendi, nada suara, atau isi interaksi
dengan orang lain, dsb
 Penghidu mendeteksi adanya bau

PALPASI
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari Jenis
palpasi
 Sentuhan : merasakan suatu pembekalan,mencatat suhu, kelembaban dan tekstur
kulit
 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, mengetahui posisi
janin, pembesaran organ dalam dan batas batas organ dalam mencubut kulit untuk
mengetahui turgor.
 Pemeriksaan dalam mengetahui respon nyeri abnormal, mengetahui pembukaan
jalan lahir dan adanya masa pada anus.

PERKUSI
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan
yang ada di bawahnya. Ada 2 jenis
1. Menggunakan ujung jari ketuk dada dengarkan bunyi yang menunjukan ada atau
tidaknya cairan atau masa
2. Menggunakan palu Refleks Hammer ) ketuk lutut dan amati ada/tidaknya
reflex/gerakan pada kaki bawah.

AUSKULTASI
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop
untuk menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang didengar Contoh : bunyi
jantung, paru, bising usus, denyut jantung janin, dsb.
E. POSISI DALAM PEMERIKSAAN FISIK
 Duduk : kepala & leher. Punggung, thorax posterior dan paru, thorax anterior dan
paru, payudara, ketiak, jantung, TTV, ekstremitas atas
 Terlentang : kepala & leher, thorax anterior dan paru, payudara, ketiak, jantung,
abdomen, ekstremitas, denyut nadi: Dorsal recumbent : abdomen dan genitalia
 Litotomi : genetalia wanita dan traktus genitalia
 Tengkurap : otot rangka
 Posisi lutut-dada (knee-chest) rectumRekumben lateral kiri jantung.

PEMERIKSAAN NORMAL DEVIASI DARI NORMAL


EKSTREMITAS BAWAH
Evaluasi Range Bergerak bebas tanpa nyeri/spasme Bergerak terbatas bisa karena nyeri ,
of Motion otot/sendi bengkak/konfraktur spasme otot
(ROM)
Kekuatan otot  Terdapat kontraksi otot  Tidak ada gerakan tubuh
 Rentang gerak penuh dengan  Tidak ada kontraksi otot
melawan gaya gravitasi  Tidak dapat melawan gaya
 Kekuatan otot secara bilateral gravitasi
simestris terhadap tahanan tenaga
dorongan
Test refleks  Gerakanrespon singkat(tidak  Tidak ada respon refleks
platela dan berlebihan /sangat lambat)  Gerakan hypoaktif (minimal
plantar  Refleks berupa ekstensi dari tungkai activity) atau hiperaktiv ( sangat
bawah ( refleks patella) cepat)
 Refleks berupa penekukan ibu jari
kaki kebawah (refleks plantar)
DADA ( depan & belakang)
Inspeksi &  Simetris , tidak ada  Asimetris terdapat lekukan /
palpasi lesi/restraksi/lekukan,kulit utuh , retraksi ( akibat tumor) ,
payudara warna kulit sama dengan daerah hyperpigmentasi , ada edema
sekitarnya , tidak ada edema  Putting : inverse / masuk kedalam
 Aerola : normal berbentuk ( karena danya pertumbuhan
bundar/oval, warna merah muda tubuh dibawah kulit)
sampai coklat
 Putting : keluar , tidak ada drainase (  Terdapat lesi kanker ( keras ,
kecuali ibu hamil) , berwarna sama terikat kuat , tidak nyeri
dengan aerola berbentuk tidak teratur)
Inspeksi & Tidak ada pembesaran nodus limfe/massa Terdapat pembesaran nodus limfatik ,
palpasi aksila ada massa , terasa nyeri
Inspeksi ,  Dada simetris , kulit utuh , tidak ada  Dada asimetris terdapat nyeri
palpasi & nyeri  Penggunaan otot bantu
auskultasi paru  Ekspansi dada simetris secara pernafasan secara maksimal
bilateral  Frekuensi sangat cepat atau
 Penggunaan otot aksesoris minimal lambat
 Pernafasan normal tenang  Irama ireguler
 Frekuensi nafas dalam batas normal  Bunyi nafas tambahan (ronchi ,
(12-20x/menit) wheezing)
 Irama nafas regular  Tidak ada vocal fremintus
 Vocal fremintus simetris secara (pneumotorak)
bilateral  Gangguan dalam pengembangan
 Bunyi nafas vesikuler dan dada
bronkovesikuler
 Pengembangan dada 3-5 cm
 Gerakan dada simetris
Palpasi &  Tidak ada vibrasi /pulsasi pada iga  Teraba pulsasi pada iga kedua ,
auskultasi kedua , ketiga dan keempat ketiga , keempat ( akibat mur
jantung  Terdengar suara jantung 1&2 mur)
 Irama jantung regular  Terjadi pergeseran letak PMI
 Frekuensi 60-100 denyut/menit  Bunyi jantung tambahan ( mur
( dewasa) mur , gallop)
 Irama irregular
 Frekuensi datanga meningkat /
menurun
Abdomen
Inspeksi ,  Warna kulit sama dengan bagian  Kulit terlihat tipis ( memegang)
auskultasi , tubuh yang lain pada edema atau asites
palpasi &  Kadang terdapar strie /scar  Bentuk abdomen ditensi
perkusi  Bentuk abdomen simetris : flat , ( pembengkakan)
abdomen convek ( rounded) , convace  Umbilicus : keluar cairam ,
(scapoid) menonjol
 Umbilicus : datar/cekung tidak ada  Gerakan permukaan abdomen
keluar cairan tidak simetris
 Gerakan permukaan abdomen  Bunyi bising usus
simetris ( pada saat bernafas) ( hypoactive/hyperactive)
 Bising usus terdengar (5-35x/menit)  Kadung kemh teraba ( retensi
 Hati : tidak ada pembesaran , tidak urine)
nyeri tekan , bunyi pekak/dullness,  Hati : ada pembesaran , nyeri
batas diantara celah interkostal ke 5- tekan
7  Ginjal : nyeri saat perkusi
 Kandung kemih : tidak teraba
 Ginjal : tidak mengalami nyeri saat
perkusi
Genetalia
Inspeksi ,  Pertumbuhan rambut membentuk  Tidak ada atau sedikit sekali
palpasi organ segitiga diatas perineum dan rambut ( gangguan hormone )
genetalia sepanjang permukaan medial paha  Kulit perineal terdapa lesi
wanita  Kulit perineal sedikit lebih gelap , /inflamasi
halus , dan bersih  Membran terlihat sangat merah ,
 Membran tampak merah muda dan klitoris mengalami inflamasi
lembab ( tumor)
 Labia mayora kering , lembab ,  Orifisum uretra & introitus
simetris vagina : nyeri, inflamasi , lesi
 Labia minora lebih tipis dan salah  Kelenjar bartholin : teraba
satunya berukuran lebih besar  Kelenjar skene : mengeluarkan
 Jaringan lunak tanpa nyeri cairan / rabas atau nyeri
 Klitoris : lebar <1cm dan panjang 2  Serviks : mal posisi ke lateral
cm tidak ada inflamasi , nyeri (dapat mengindentifikasi tumor) ,
 Orifisium uretra : utuh tanpa ada laserasi , massa
inflamasi  Sekresi secret : berbau , keruh
 Meatus uretra : berwarna merah
muda , terletak dianterior orifisium
 Introitus vagina : tidak ada nyeri ,
inflasi , edema/lesi
 Kelenjar bartholin : tidak teraba
 Kelenjar skene: tidak ada
pengeluaran ( rabas dan nyeri)
 Serviks : berwarna merah muda
halus bulat , berada pada garis
tengah tanpa lesi
 Sekresi normal biasanya encer ,
jernih tidak bau
Inspeksi ,  Pertumbuhan rambut di daerah  Tidak ada atau sedikit sekali
palpasi organ pubis sampai simpisi pubis rambut ( gangguan hormone )
genetal pria  Kulit penis utuh & bersih  Kulit penis : lesi , ulkus
 Meartus uretra : ujung gland penis  Meatus : hypospadia / epispadia
 Gland penis : tidak ada lesi & nyeri  Glan penis : nyeri tekan ,
 Skrotum : tidak ada lesi & edema ulkus/lesi
 Testis : tidak nyeri tekan , lembut &  Pembesaran salah satu testis
kenyal , bebas nodul ( karena kanker) ada benjolan
keras terdapat di palpasi di bagian
depan atua samping testis

Inspeksi  Kulit perianal utuh tidak ada  Terdapat luka / inflamasi


rectum benjolan , ruam /inflamasi  Springter anus melemah
 Warna lebih gelap dari jaringan ( masalah neurology)
sekitar  Dinding rectum nyeri tekan ,
 Springter anus memiliki tonus otot terdapat polip /massa/nodul
yang baik  Palpasi prostate : membesar ,
 Dinding rectum licin & tidak nyeri nyeri
 Kelenjar prostate ( pria) tidak nyeri ,  Palpasi serviks : membesar ,
ukuran 2,5-4 cm terasa nyeri , terdapat massa /
 Serviks ( wanita) nodul
 Tidak nyeri licin , ukuran 2-3 cm

F. .PEMERIKSAAN EKSTREMITAS BAWAH


 Inspeksi ; bagaimana pergerakan kaki,dan kekuatan otot
 Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa benjolan
 Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan pemeriksaan
tonus kekuatan otot dan tes keseimbangan
 Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
 Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan temperature rasa
gerak dan tekanan

G. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS

Refleks biasanya tidak terlalu singkat terjadinya pada klien yang lebih dewasa.
Respon refleks pada ekstremitas bawah berkurang sebelum ekstremitas-ekstremitas atas
terpengaruh (Seidel et al., 1991). Menimbulkan reaksi refleks memungkinkan perawat untuk
mengkaji integritas jalur-jalur sensori dan gerak dari lengkung refleks dan segmen batang
spinal spesifik Pengujian refleks tidak berarti menentukan fungsi saraf pusat, Saat otot dan
tendon di regangkan selama pengujian refleks, implus-implus saraf merambat sepanjang jalur
saraf aferen ke bagian dorsal segmen batang spinal. Impuls-impuls bergerak ke saraf motor
eferen dalam batang spinal Kemudian sebuah saraf motor mengirim implus kembali ke otot
dan menyebabkan respon refleks terjadi.

H. PEMERIKSAAN REFLEK OTOT BISEPS


1. Posisi pasien tidur terlentang dan siku kanan yang akan diperiksa, diletakan
diatas perut dalam posisi fleksi 60 derajat dan rileks.
2. Pemeriksa berdiri dan menghadap pada sisi kanan pasien
3. Carilah tendon biseps dengan meraba fossa cubiti, maka akan teraba keras bila
siku difleksikan
4. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot biseps
5. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan, diatas
jari telunjuk kiri pemeriksa
6. Terlihat gerakan fleksi pada siku akibat kontraksi otot biseps dan terasa
tarikan tendon otot biseps dibawah telunjuk pemeriksa
7.
I. PEMERIKSAAN REFLEK OTOT TRISEPS
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Bila siku tangan kanan yang akan diperiksa, maka diletakan diatas perut dalam
posisi fleksi 90 derajat dan rileks
3. Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
4. Carilah tendon triseps 5 em diatas siku (proksimal ujung olecranon
5. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot triseps
6. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas
jari telunjuk kiri pemeriksa
7. Terlihat gerakan ekstensi pada siku akibat kontraksi otot triseps dan terasa
tarikan tendon otot triseps di bawah telunjuk pemeriksa

J. PEMERIKSAAN REFLEK TENDON PATELLA


1. Posisi pasien tidur terlentang atau duduk
2. Pemeriksa bendiri pada sisi kanan pasien
3. Bila posisi pasien tidur terlentang. lutut pasien, fleksi 60 derajat dan bila
duduk lutut fleksi 90 derajat
4. Tangan kiri pemeriksa menahan pada fossa poplitea
5. Carilah 2 cekungan pada lutut dibawah patella inferolateral inferomedial
6. Diantara 2 cekungan tersebut terdapat tendon patela yang terasa keras dan
tegang
7. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas
tendon patella
8. Terlihat gerakan ektensi pada lutut akibat kontraksi otot quadriceps femoris

K. PEMERIKSAAN REFLEK TENDON ACHILES


1. Pasien tidur terlentang atau duduk
2. Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa
jongkok disisi kiri pasien
3. Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki
berlawanan. Bila pasien duduk kaki menggelantung bebas
4. Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegungy
menahan kaki pasien
5. Carilah tendon achilles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan
makin tegang bila posisi kaki dorsofleksi
6. Ayunkan reflek hammer diatas tendon achilles
7. Terasa gerakan plantar fleksi kaki yang mendorong tangan kiri pemeriksa dan
tampak kontraksi otot gastrocnemius

L. PEMERIKSAAN REFLEK KREMASTER


a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial
b. Respon : elevasi testis ipsilateral

M. PEMERIKSAAN REFLEK PLANTAR

Telapak kaki pasien di gores dengan ujung tumpul palu refleks. Respon: plantar
fleksi kaki dan feksi semua jari kaki

N. PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS


 Hoffmann trommer

Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa Kemudian ujung jari tangan
pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita, Reflek positif jika
terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
 Rasping

Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibu jari dan
telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa.
Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari peneriksa. Normal masih
terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area
premotorik cortex
 Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi musculus mentalis
ipsilateral Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII
kontralateral
 Reflek Snouting

Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan
reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu.
Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
 Mayer reflek

Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akun


timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menunjukan lesi di tractus
pyramidalis
 Reflek babinski

Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi
UMN muka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain
akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
 Reflek oppenheim

Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah,
dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski
 Reflek gordon

Lakukan goresan memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul
reflek seperti babinski
 Reflek schaefer

Lakukan pemencetan pada tendon achilles. Jika positif maka akan timbul refflek
seperti babinski
 Reflek caddock

Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari
tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski
 Reflek rossolimo
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi
Meksi jari jari kaki.
 Reflek mendel-bacctrerew

Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.

Table Skala Kekuatan Otot


SKAL GAMBARAN PRESENTASI KLASIFIKASI
A NORMAL
5 Gerakan aktif , dapat melawan 100 Normal
tahanan penuh
4 Gerakan aktif , hanya dalam 75 Kelemahan ringan
menahan sebagai tahanan
3 Gerak aktif , dapat melawan 50 Cukup/kelemahan sedang
gravitasi
2 Rentang gerak (ROM) pasif 25 Buruk
1 Hanya terdapat kontraksi otot 10 Sangat buruk
( kelemahan berat)
0 Tidak dapat kontraksi otot 0 Paraliasis

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang
di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting
dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak
sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
menegakan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus memahami ilmu
pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus dilakukan secara
berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

Anda mungkin juga menyukai