Anda di halaman 1dari 31

TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK BIOLOGI MEMORI PADA GANGGUAN


CEMAS

PENULIS:

I PUTU BELLY SUTRISNA

PEMBIMBING:

Dr. I WAYAN WESTA, Sp.KJ(K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya

tinjauan pustaka ini dapat diselesaikan. Tinjauan pustaka ini disusun untuk

memenuhi salah satu tugas di poliklinik (tahap II) oleh residen Program Pendidikan

Dokter Spesialis I (PPDS-1) Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar dan

sebagai salah satu sarana untuk terus belajar serta menambah ilmu pengetahuan

yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. I Wayan Westa, Sp.KJ(K) sebagai dosen pembimbing sekaligus sebagai

Ketua Program Studi (KPS) Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah dalam

penyusunan tinjauan pustaka ini yang telah membimbing, memberikan

materi dengan penuh dedikasi dan juga memberikan motivasi dalam

penulisan tinjauan pustaka ini.

2. Dr. A.A. Sri Wahyuni, Sp.KJ selaku Kepala Bagian Lab/SMF Psikiatri FK

UNUD/RSUP Sanglah dan sekaligus dosen Pembimbing Akademis (PA)

saya yang telah memberi motivasi dalam setiap penyusunan tinjauan

pustaka selama studi PPDS.

3. Dr. Nyoman Hanati, Sp.KJ (K), Dr. Nyoman Ratep,Sp.KJ (K), Dr. IGA

Endah Ardjana, SpKJ (K) dan Dr. Lely Setyawati, Sp.KJ (K) selaku staff

pengajar senior yang telah memberikan dorongan moril dalam penulisan

tinjauan pustaka.

i

4. Seluruh Staf Pengajar Bagian/ SMF Psikiatri FK UNUD/ RSUP Sanglah

yang sudah memberikan dukungan baik berupa ide, bahan referensi, dan

dorongan semangat dalam penulisan tinjauan pustaka.

5. Rekan-rekan residen dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu atas bantuan dan dukungan dalam penyusunan tinjauan pustaka ini.

Akhir kata, penulis menyadari tinjauan pustaka ini jauh dari sempurna

sehingga diperlukan bimbingan, dan saran yang dapat membangun pembaca.

Penulis,

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Batasan Pembahasan ......................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan .......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Gangguan Cemas............................................................................................3
2.2 Otak manusia ..................................................................................................4
2.3 Memori manusia.............................................................................................5
2.4 Proses mengingat............................................................................................9
2.5 Biologi Cemas dan Gangguan Memori ........................................................14
2.6 Tatalaksana Gangguan Memori ...................................................................17
2.7 Nutrisi yang membantu meningkatkan memori ...........................................20
BAB III RINGKASAN ..........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Karakteristik Gangguan Cemas (Stahl, 2013).........................................3


Gambar 2 Otak Manusia Sebagai Tempat Fungsi Memori .....................................4
Gambar 3 Memori Model Atkinson-Shiffin (Amin & Malik, 2012) .....................14
Gambar 4 Neurotransmiter yang berperan pada gangguan cemas (Stahl, 2013) ...15
Gambar 5 Genetik COMT dan stres kehidupan Stahl, 2013) ................................16
Gambar 6 Keseimbangan dopamin dan asetilkolin (Stahl, 2013)..........................16

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Regio Otak Dan Proses Memori (Amin & Malik, 2013) ...........................7

v

DAFTAR SINGKATAN

2D : 2 Dimensi

5-HT : 5-Hydrotrypthamine

COMT : Catechol-O-Methyl-Transferase

DA : Dopamine

DHA : docosahexaenoic

EEG : Electro Enchepalogram

GABA : Gamma Amino Butiric Acid

Hz : Hertz

LTM : Long Term Memory

NE : NoreEphineprine

STM : Sort Term Memory

ACh : Acetylcholine

DSM : Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder

vi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya stres kehidupan pada zaman sekarang, mengakibatkan banyak

orang mengalami gangguan cemas. Salah satu dampak gangguan cemas yaitu

berkurangnya kemampuan daya ingat atau memori yang bisa mengakibatkan

berkurangnya fungsi dari pekerjaan sehari hari.

Gangguan cemas meliputi gejala psikologis (perasaan cemas atau takut), gejala

autonom (jantung berdebar, berkeringat) dan gejala fisik (kepala dan otot terasa

tegang, tensi dan denyut nadi meningkat). Sebagai tambahan efek motor dan viseral

pada gangguan cemas juga mempengaruhi kemampuan berpikir, persepsi dan

belajar. Gangguan ini diakibatkan karena konsentrasi yang rendah, adanya

gangguan memori (recall) dan terganggunya kemampuan untuk menghubungkan

sesuatu hal dengan hal lainnya (Sadock & Sadock, 2015).

Adanya gangguan memori pada gangguan cemas ini, seringkali mengganggu

efektifitas seseorang, dimana seseorang akan menjadi sulit mengingat apa yang

akan dilakukannya sehingga menghambat pekerjaan sehari-hari. Harapan setiap

orang terutama orang dengan gangguan cemas tentunya bagaimana agar memori

bisa tetap normal sehingga bisa mengingat informasi penting yang diperlukan

dalam aktifitas sehari-hari mereka.

The National Comorbidity Study melaporkan satu dari empat orang masuk

kriteria diagnosis gangguan cemas dan angka prevalensi dalam 12 bulan mencapai

1

17,7 %. Perempuan prevalensinya untuk mengalami gangguan cemas sebesar

30,5% sepanjang hidupnya, lebih sering jika dibandingkan pria dengan prevalensi

19,2%. Prevalensi dari gangguan cemas menurun dengan meningkatnya status

sosial ekonomi (Sadock & Sadock, 2015).

Pada umumnya para ahli memandang memori sebagai hubungan antara

pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah diingat adalah apa yang telah

dialami, pernah dipersepsi, pernah dimasukkan kedalam jiwanya serta disimpan

kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran.

Memori merupakan kemampuan untuk menerima dan memasukkan (learning),

menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) (Halman, 2012).

Bagaimana hubungan gangguan cemas dengan kejadian gangguan memori yang

terjadi pada seseorang yang sering mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari?

1.2 Batasan Pembahasan

Tinjauan pustaka ini akan membahas bagaimana terjadinya gangguan memori

pada gangguan cemas dan bagaimana tatalaksananya.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas bagaimana terjadinya gangguan

memori pada gangguan cemas dan apa saja upaya untuk mengatasinya. Dengan

mengetahui biologi gangguan memori pada gangguan cemas diharapkan dapat

menjadi kajian pustaka untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien didalam

praktek sehari-hari.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Cemas

Gangguan cemas adalah salah satu kelompok gangguan jiwa yang paling

banyak dijumpai di masyarakat, maupun di pelayanan primer dan di rumah sakit

umum. Gejala cemas terdiri dari dua komponen yaitu komponen psikis dan

komponen fisik yang ditandai dengan takut, cemas dan tampak adanya gangguan

perilaku (DSM-5, 2013, Maramis, 2009).

Gejala psikis pada gangguan cemas misalnya khawatir atau was-was. Gejala

fisik merupakan manifestasi keterjagaan (hyperaurosal syndrome) : jantung

berdebar, nafas cepat sampai sesak, mulut kering, keluhan lambung (maag), tangan

dan kaki terasa dingin dan ketegangan otot. Gejala lainnya yang ditemukan adalah

rasa gelisah, kelelahan, sulit berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot

dan gangguan tidur. (Maramis, 2009).

Gambar 1 Karakteristik Gangguan Cemas (Stahl, 2013)

3

Cemas adalah emosi normal saat kita berusaha untuk bertahan dari situasi yang

tidak menyenangkan. Gejala inti dari gangguan cemas adalah takut dan khawatir

disertai dengan gangguan konsentrasi, gangguan tidur, iritabel, otot tegang,

kompulsi, menghindar, phobia, serangan panik, was-was, dan cepat lelah (Stahl,

2013). Salah satu karakteristik gangguan cemas yang akan dibahas dalam tinjauan

pustaka ini adalah gangguan konsentrasi yang dapat menyebabkan terjadinya

gangguan memori pada gangguan cemas.

2.2 Otak manusia

Otak adalah pusat dari sistem saraf manusia yang berfungsi untuk

mengumpulkan informasi (sensory system), bertindak atas informasi tersebut

(motor system) dan menyimpan hasil untuk referensi dimasa yang akan datang

(memory) secara efektif didalam kehidupan manusia.

Gambar 2 Otak Manusia Yang Sangat Komplek Sebagai Tempat Fungsi Memori
(dikutip dari http://www.human-memory.net/sources.html)

4

Otak manusia dewasa memiliki berat sekitar 1,5 kg dan berbertuk seperti bunga

kembang kol. Otak yang masih hidup berwarna merah muda dan berwarna putih

didalamnya. Bagian dalam yang berwarna putih ini terdiri dari sebagian besar

struktur otak yang saling berhubungan.

Sebesar 80% dari otak terdiri dari air (sitoplasma sel) dan 10-12% nya terdiri

dari lemak dan 8% protein. Walaupun otak terhitung hanya 2% dari berat badan,

namun hamper 20-25% memerlukan suplai oksigen, makanan, dan glukosa yang

dialiskan melalui darah. Otak ini merupakan organ yang komplek yang terdiri dari

sekitar 100 juta sel saraf yang saling berkomunikasi satu sama lainnya melaui lebih

dari 1.000 milyar sinaps. Ia terus menerus menganalisis informasi untuk belajar dan

mengingat (memori) dan memberikan kekuatan untuk berpikir, berencana,

berbahasa, berimajinasi, bermimpi, beralasan dan mengekspresikan emosi.

2.3 Memori manusia

Memori atau daya ingat atau adalah sebuah fungsi dari kognisi yang

melibatkan otak dalam pengambilan informasi. Memori adalah hubungan antara

pengalaman dengan masa lampau. Apa yang diingat adalah apa yang pernah

dialami, pernah dipersepsi, dan hal tersebut pernah dimasukkan ke dalam jiwanya

dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam

kesadaran. Kemampuan memori adalah untuk menerima dan memasukkan

(learning/ encoding), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali apa yang

pernah dialami (remembering/ recall) (Amin & Malik, 2013, Halma, 2012).

5

Memori manusia merupakan suatu sistem yang komplek dan sulit untuk

dipisahkan menjadi komponen yang berbeda. Akan tetapi dalam jangka waktu

tertentu, kapasitas dan kinerjanya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu :

1. Sensory memory adalah kemampuan untuk merekam informasi melalui

panca indra yaitu mata, pendengaran, taktil, lidah, dan kulit. Durasi dari

sensor ini sangat pendek dan terjadi dalam beberapa detik. Memori sensor

ini bekerja sebagai penyaring stimulus melalui perasaan (seperti contoh

mata dan telinga). Informasi ini kemudian direkam melalui sensor ke STM

melalui atensi yang selektif.

2. Short-term memory (STM) adalah kemampuan untuk menyimpan kejadian,

data dan informasi beberapa saat sebelum menjadi long-term memory

(LTM), (Amin & Malik, 2013). Penyimpanan sementara materi dalam

jumlah kecil dan dalam waktu yang singkat, mencapai 15 detik untuk 7 item

(informasi yang dihasilkan STM memerlukan atensi pada sensory memory.

3. Long-term memory (LTM) adalah kompetensi untuk belajar materi

(kejadian, data, informasi) dan me-recall materi setelah terlewatkan. LTM

ini berupa proses pengumpulan materi dalam durasi yang panjang, yang

meliputi jumlah informasi yang tidak terbatas.

Beberapa studi telah dilaporkan tentang jenis-jenis memori ini pada

beberapa kondisi dan beberapa tipe dari stimulusnya, seperti contoh kata-

kata, gambar 2 dimensi, digits, obyek 3 dimensi, dan suara. Kortek manusia

bereaksi pada objek visuo-spatial 2D yang simpel untuk masuk menjadi

memori STM. Pada objek ini, stimulus bereaksi 3,5-5,5 detik. Pada EEG

6

menunjukkan selama periode ini gelombang theta (4-6 Hz) ditolak pada

region parietal bilateral dan region frontal kiri. Pada region frontal bilateral

dan region frontal kiri, gelombang alpha rendah (6-8 Hz) berkurang, tetapi

penurunan terjadi pada gelombang alpha tinggi (10-12 Hz) pada otak regio

frontal dan parietal kiri. Ini disimpulkan menjadi bahwa STM dihasilkan

melalui frekuensi theta dan alpha pada region frontal-parietal (Postle, 2015,

Amin & Malik, 2013). Pada studi EEG didapatkan untuk LTM region otak

yang berperan adalah bagian Hipokampus pada kondisi theta, alpha dan

gamma secara visual. Adapun peran region otak yang memiliki fungsi

memori akan dijelaskan didalam table dibawah ini :

Otak yang berperan Proses memori


Lobus Frontal Working dan STM
Lobus Temporal Rasa pendengaran
Lobus occipital (cortek visual) mengingat ruang
Talamus Atensi
Mamillary body Memori episodik
Nucleus caudatus Memori insting
Nucleus caudatus (region temporal) Insting kerja
Putamen Prosedur
Putamen (temporal, kanan) Belajar (naik sepeda motor)
Amigdala Memori emosi
Hipokampus Pengalaman STM sampai LTM
Cerebelum Memori kondisi seperti waktu
kejadian
Eksekutif central (frontal, kanan) Perencanaan, termasuk elemen visual

Tabel 1 Regio otak dan proses memori (Amin & Malik, 2013)

7

4. Memory retention dan recall prosses.

Retention adalah kemampuan untuk menyimpan memori dan

mengeluarkan kembali memori yang tersimpan sebagai respon dari stimulus

eksternal. Penelitian menyebutkan bahwa proses ini berhubungan dengan

faktor seperti belajar, test, dan batas kapasitas memori, atensi, dan kesulitan

materi. Konsep konvensional belajar dan retrieval adalah belajar

memerlukan tempat selama pembelajaran dan retrieval membantu untuk

mengakses konten dari pembelajaran. Studi psikologi mempelajari cara

belajar ini melalui belajar (study) dan melalui test. Pembelajaran ini terjadi

saat fase belajar dan retrieval (test) mengukur konten pembelajaran pada

pembelajaran sebelumnya. Teori yang sama terjadi pada sistem pendidikan,

bahwa belajar terjadi pada saat kuliah, membaca dan belajar kelompok. Test

dibuat untuk memastikan pelajaran diberikan sudah diserap. Test ini

mengevaluasi ilmu yang sudah dipelajari (Amin & Malik, 2013).

Karpicke dan Roediger melakukan penelitian retention memory belajar

yang duhubungkan dengan test pengulangan dan mereka menyimpulkan

bahwa pengulangan materi membantu mempertahankan daya ingat lebih

baik dibandingkan belajar. Pada satu percobaanya, partisipan diberikan

pembelajaran yang dibagi menjadi 2 grup. Satu grup belajar 15 kali dan

dilakukan test sebanyak 5 kali, dan grup yang kedua diberikan pembelajaran

5 kali dan test 15 kali. Fungsi retrieval setelah satu minggu pemantauan

menunjukkan hasil yang lebih baik pembelajaran dan hasil retensi memori

8

pada grup yang lebih banyak mendapatkan pengulangan test dibandingkan

dengan grup yang mendapat banyak pembelajaran.

Pada studi lainnya oleh Marois dan Ivanoff mendapatkan bahwa ada 3

hal utama yang membatasi otak dalam visual STM: (a) waktu yang

diperlukan untuk mengidentifikasi stimulus visual, (b) banyaknya stimulus

visual yang dapat ditangkap oleh STM, (c) respon yang cocok untuk

stimulus. Joiner & Smith mempelajari efek belajar yang cepat dan lambat

pada proses retensi memori, dimana mereka menemukan bahwa proses

belajar yang lambat sangat kuat untuk membentuk LTM dibandingkan

proses belajar cepat.

Efek konten dari memori manusia. Khairudin dkk menggunakan

stimulus kata-kata dan gambar untuk mengevaluasi efek pada memori.

Kata-kata dan gambar yang disiapkan dalam makna positif, negatif dan

netral dalam 2 grup yang berbeda. Hasil penelitian ini mendapatkan memori

yang lebih baik pada gambar dibandingkan kata-kata, dan perbandingan

stimulus yang positif dan negatif mengindikasikan bahwa stimulus positif

lebih baik untuk diingat dibandingkan dengan stimulus negatif. Mereka

menyimpulkan bahwa konten negative menekan memori secara tegas

(Amin & malik, 2013).

2.4 Proses mengingat

Dalam proses mengingat informasi ada 3 tahapan yaitu memasukkan informasi

(encoding), penyimpanan (storage), dan mengingat (retrival stage).

9

1. Proses memasukkan (encoding) yang berarti pengkodean terhadap apa yang

dipersepsi dengan cara mengubah menjadi simbol-simbol atau gelombang-

gelombang listrik tertentu. Proses ini mempengaruhi lamanya suatu

informasi disimpan dalam memori.

Proses encoding dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu : tidak sengaja,

apabila hal-hal yang diterima oleh inderanya dimasukkan dengan tidak

sengaja kedalam ingatannya. Contohnya dapat kita lihat pada anak-anak

yang pada umumnya menyimpan pengalaman yang tidak disengaja seperti

ia akan mendapat apa yang diinginkan jika ia menangis keras-keras sambil

berguling-guling.

Sengaja, yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman

dan pengetahuan kedalam ingatannya. Contohnya adalah mahasiswa

dengan sengaja memasukkan segala hal yang dipelajarinya di perguruan

tinggi.

2. Memasukkan (Storage) adalah mengenai penyimpanan terhadap apa yang

sudah diproses dalam encoding, apa yang dipelajari atau apa yang

dipersepsi. Sesuatu yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan dalam

bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak

tersebut biasa juga disebut dengan memori traces. Walaupun disimpan

namun jika tidak sering digunakan maka memori traces tersebut bisa sulit

untuk ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini disebut dengan

kelupaan. Sehubungan masalah retention dan kelupaan, ada suatu hal

penting yang dapat dicatat yaitu mengenai interval atau waktu antara

10

memasukkan dan menimbulkan kembali. Penyimpanan disini sesuai

penjelasan diatas dibagi menjadi STM dan LTM.

3. Menimbulkan Kembali (Retrieval)

Fungsi ketiga ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-

hal yang disimpan dalam ingatan. Proses mengingat kembali merupakan

suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam

memori untuk digunakan kembali jika dibutuhkan. Mekanisme dalam

proses mengingat kembali sangat membantu organisme dalam menghadapi

berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatan ‘Belajar dari pengalaman

karena ia mampu menggunakan informasi yang telah diterimanya dimasa

lalu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi saat ini.

Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan dapat menggunakan

cara :

1. Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang dipelajari

dimasa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme.

Contohnya mengingat nama seseorang tanpa kehadiran orang yang

dimaksud.

2. Recognize, yaitu proses mengenal kembali informasi yang sudah

dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.

Contohnya mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan

orang yang bersangkutan.

3. Reintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan

berbagai informasi menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup

11

kompleks. Proses mengingat reintegrative terjadi bila seseorang

ditanya sebuah nama, misalnya Siti Nurbaya (tokoh sinetron), maka

akan teringat banyak hal dari tokoh tersebut karena orang tersebut

telah menontonnya berkali-kali.

4. Kelupaan

Kelupaan terjadi karena materi yang disimpan dalam ingatan itu jarang

ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran yang akhirnya mengalami

kelupaan. Hal itu dikarenakan interval merupakan titik pijak dari teori-teori

tentang kelupaan. Ada 5 teori lupa yaitu :

1. Decay Theory (Atropi) : teori ini beranggapan bahwa memori

menjadi semakin menghilang dengan berlalunya waktu bila sudah

tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Informasi yang disimpan

dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (memori traces) yang

bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam

alam kesadaran, akan rusak atau menghilang.

2. Teori Inferensi : teori ini menitikbertkan pada isi interval. Teori ini

beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori

jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami

keausan), akan tetapi jejak-jejak ingatan saling bercampur aduk,

mengganggu proses mengingat yang lama, tetapi juga sebaliknya.

Bila memori baru yang kita terima sulit untuk diingat karena adanya

pengaruh ingatan yang sama, maka terjadilah proses inferensi

proaktif.

12

3. Teori Retrieval Failure : teori ini sepakat dengan teori inferensi

bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka

panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali lebih

disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan

demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang

tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat

kembali.

4. Motivated Forgetting Theory : mengatakan seseorang akan

cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini akan

cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam

kesadaran. Jadi teori ini beranggapan bahwa informasi yang telah

disimpan masih selalu ada.

5. Lupa karena sebab-sebab fisiologis : para peneliti sepakat bahwa

setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik

di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram

ini akan mengakibatkan lupa yang mengakibatkan amnesia. Bila

yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan

beberapa waktu lalu, yang bersangkutan disebut menderita amnesia

retrograde. Bila yang bersangkutan lupa mengenai informasi yang

baru saja diterimanya, maka orang tersebut menderita amnesia

anterograde (Halma, 2012).

13

Model Atkinson & Shiffrin memory dari memori manusia dan proses system

informasinya dijelaskan pada gambar berikut :

Gambar 3 Memori Model Atkinson-Shiffin (Amin & Malik, 2012)

2.5 Biologi Cemas dan Gangguan Memori

Jika seseorang mengalami gangguan cemas, maka ada 3 neurotransmiter yang

berperanan utama yang menyebabkan timbulnya gangguan ini, yaitu

norepinephrine (NE), serotonin, dan γ-aminobutyric acid (GABA) (Sadock &

Sadock, 2015).

Gejala yang kronis pada pasien gangguan cemas seperti serangan panik,

insomnia, ketakutan, dan keterjagaan otonom adalah karakteristik dari peningkatan

fungsi NE terutama dibagian lokus serolus yang berhubungan dengan kortek

serebri, sistem limbik, batang otak dan medulla spinalis (Sadock & Sadock, 2015).

Pada reaksi stres akut didapatkan hiperaktifitas reseptor serotonin di daerah

kortek frontal, nukleus akumbens, amigdala, dan hipotalamus bagian lateral yang

menandakan bahwa kadar serotonin rendah. GABA adalah neurotransmiter inhibisi

di otak manusia. GABA berperan sebagai modulasi dari ketakutan dan belajar.

14

Studi pada binatang bahwa GABA dan reseptor benzodiazepin pada gangguan

cemas menunjukkan bahwa pemberian benzodiazepin agonist menunjukkan

pengurangan gejala cemas dan meningkatkan fungsi belajar dan pekerjaan (Pine,

2009).

Selain itu ada juga peranan dopamin, glutamat dan voltage-gate kanal ion yang

terlibat dalam gangguan cemas (Stahl, 2013). Hiperaktifitas dopamin disebabkan

karena regulasi dari COMT (catechol-O-methyl-transferase) pada daerah

Prefrontal kortek akibat respon dari kehidupan yang stressful pada seseorang. Pada

seorang yang memiliki Met genotype dan COMT yang rendah serta kadar dopamin

yang tinggi, akan terjadi penurunan proses penangkapan informasi dan

menyebabkan munculnya gejala cemas.

Gambar 4 Neurotransmiter yang berperan pada gangguan cemas (Stahl, 2013)

15

Gambar 5 Genetik COMT dan stres kehidupan Stahl, 2013)

Gambar 6 Keseimbangan dopamin dan asetilkolin (Stahl, 2013)


Peningkatan dopamin pada otak khususnya di striatum akan diimbangi dengan

terjadinya penurunan asetilkolin. Asetilkolin adalah neurotransmiter yang berfungsi

16

untuk belajar, memori dan suasana hati dalam otak sehingga orang cemas dengan

asetilkolin yang menurun sering menyebabkan terjadinya gangguan memori,

perhatian dan belajar (Kaufman & Milstein, 2013, Aosaki dkk, 2010).

Asetilkolin dibentuk dari gabungan dari asetil koenzim A dengan Kolin. Asetil

kolin dibentuk melalui enzim choline acetyltransferase (ChAT). Tidak seperti

monoamin (Dopamin, norepineprin, epineprin, serotonin), asetilkolin tidak bias

diserap kembali kedalam sinaps sel saraf sehingga asetilkolin yang dikeluarkan di

dalam celah sinaps dihancurkan oleh cholinesterase.

Reseptor Achetylcholine (Ach) dibagi menjadi 2 kategori : yaitu nikotinik yang

banyak terdapat pada neuromuscular junction dan reseptor muskarinik yang banyak

terdapat pada kortek serebri (Koufman & Milstein, 2013).

2.6 Tatalaksana Gangguan Memori

Tatalaksana gangguan memori pada orang yang menderita gangguan cemas

dapat dibagi menjadi 2 komponen utama, yaitu :

1. Farmakoterapi

Farmakoterapi diberikan untuk memperbaiki gangguan

neurotransmiter yang terjadi di otak orang yang menderita gangguan cemas,

dimana terjadi ketidak seimbangan dopamin dan asetilkolin. Farmakoterapi

yang dapat diberikan berupa obat-obat golongan benzodiazepin yang

berfungsi untuk meningkatkan GABA, serotonin dan pemberian asetilkolin

atau penghambat pemecahan asetilkolin di celah sinaps (golongan

cholinesterase inhibitors donepezil) (Koufman & Milstein, 2013).

17

Indikasi pemberian farmakoterapi ini diberikan jika gangguan cemas

sangat berat dan tidak bisa diatasi dengan cara Nonarmakoterapi saja.

2. Non Farmakoterapi

a. Psikoterapi : terapi relaksasi, Cognitive Behaviour Therapy (CBT),

Hipnotherapi.

b. Pelatihan (Exercise) mengingat

Beberapa metode untuk mengingat yang digunakan dalam penelitian

memori dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Metode dengan melihat waktu atau usaha belajar (the learning

time method)

Metode ini melihat sejauh mana waktu yang diperlukan oleh

seseorang untuk dapat menguasai materi yang diperlukan oleh

seseorang untuk menguasai materi yang dipelajari seperti

mengingat materi tanpa kesalahan.

Misalnya seseorang yang disuruh mempelajari suatu syair

lagu dan orang tersebut harus menimbulkan kembali syair tanpa

ada kesalahan. Bila kriteria ini terpenuhi, maka dapat diukur

waktu yang diperlukan hingga mencapai kriteria tersebut. Waktu

yang dibutuhkan setiap individu berbeda-beda sesuai

kemampuan masing-masing.

2. Metode belajar kembali (the learning method)

Metode ini berbentuk dimana suatu individu disuruh

mempelajari materi yang telah dipelajari sampai pada suatu

18

kriteria tertentu. Dalam relearning, untuk mempelajari materi

yang sama untuk kedua kalinya membutuhkan waktu yang

relative singkat disbanding dengan pertemuan pertama. Semakin

sering dipelajari, semakin sering waktu yang dibutuhkan untuk

mempelajarinya, dan semakin banyak materi yang dapat diingat

dengan baik, dan semakin sedikit materi yang dilupakan.

3. Metode Rekonstruksi

Metode ini menugaskan individu untuk mengkontruksi

kembali materi yang telah diberikan kepadanya. Dalam

mengkontruksi kembali dapat diketahui waktu yang digunakan,

kesalahan-kesalahan yang diperbuat, sampai pada kriteria

tertentu, contohnya bermain puzzle.

4. Metode mengenali kembali (Recognition)

Metode ini berfokus pada pengenalan kembali materi yang

sudah diberikan, seperti contoh individu diminta untuk

mempelajari materi kemudian materi tadi disajikan ulang

dengan penyertaan materi lain. Adanya materi lain untuk

mengetes apakah subyek mengenal kembali materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

5. Metode mengingat kembali

Metode ini menekankan proses mengingat kembali (recall)

terhadap apa yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh metode

ini seperti tes yang berbentuk essai atau tugas –tugas mengarang

19

dimana individu diminta untuk mengingat kembali peristiwa

atau pengalaman sebelumnya.

6. Metode asosiasi berpasangan

Metode ini mengambil bentuk subyek disuruh mempelajari

materi secara berpasangan untuk mengtahui sejauh mana

kemampuan mengingat apa yang telah dipelajarinya. Dalam

evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan

subyek disuruh menampilkan kembali (recall maupun

recognition).

2.7 Nutrisi yang membantu meningkatkan memori

Memakan makanan yang sehat mengurangi risiko dari penyakit kencing

manis, hipertensi, penyakit jantung dan gangguan memori (penyakit Alzheimers).

Dibawah ini akan dijelaskan 9 makanan yang diteliti bisa menjaga badan tetap sehat

terutama otak yang sehat (Health, 2016) :

1. Minyak sayur yang mengandung tinggi vitamin E tetapi bukan suplemen.

Antioksidan poten ini bias membantu melindungi saraf atau sel saraf yang

rusak pada penyakit gangguan otak.

2. Ikan seperti ikan salmon, tuna dan ikan lainnya yang mengandung omega-

3 termasuk docosahexaenoic (DHA). Dalam otak DHA sangat penting

untuk fungsi normal sel saraf.

3. Sayuran daun hijau tua seperti bayam dan brokoli mengandung vitamin E

dan folat. Seperti contoh secangkir bayam mentah mengandung 15% dari

kebutuhan vitamin E sehari-hari dan ½ cangkir bayam yang direbus

20

mengandung 25% kebutuhan vitamin E sehari-hari. Asam folat tidak jelas

fungsinya bagaimana bisa melindungi otak, tetapi kemungkinan asam folat

menekan jumlah homosistein yang ada didalam darah yang mencegah

kematian sel saraf di otak.

4. Avokat yang mengandung antioksidan vitamin E yang tinggi yang

dihubungkan dengan menurunkan kejadian degenerasi sel otak (pada

penyakit Alzheimer).

5. Makanan biji bunga matahari adalah sumber vitamin E yang bagus. Satu

Ons bunga biji matahari yang kering mengandung 30% dari dosis harian

yang direkomendasi yang diasumsi mampu meningkatkan kinerja otak.

6. Kacang tanah atau selai kacang adalah sumber dari lemak yang sehat dan

juga kaya akan vitamin E. kedua makanan tersebut menjaga jantung dan

otak sehat dan berfungsi optimal. Pilihan lain seperti almond dan hazelnut

juga bisa berfungsi bagus seperti kacang dan selai kacang ini.

7. Anggur merah. Studi menunjukkan bahwa orang yang meminum anggur

merah dengan jumlah sedang mengurangi risiko penyakit otak degeneratif

(Penyakit Alzheimer).

8. Buah Beri. Penelitian terakhir dari National Meeting of the American

Chemical Society di Boston menemukan bahwa bluberi, strawberi dan acai

beri membantu mengerem faktor penuaan kognitif. Mekanisme ini

membantu membersihkan protein toksis yang menyebabkan kehilangan

memori.

21

9. Biji gandum. Serat tinggi dari biji gandum adalah diet mediteranian.

Penelitian dari Universitas Columbia Medical Center di New York

menunjukkan bahwa diet ini berisiko rendah untuk terjadinya gangguan

kognitif ringan yang mungkin untuk menjadi penyakit Alzheimer. Diet ini

mampu mengurangi imflamasi, stress oksidatif, dan risiko vascular lainnya

seperti darah tinggi yang bisa meningkatkan penyakit jantung dan otak.

22

BAB III
RINGKASAN

Semakin meningkatnya stres kehidupan semakin meningkat pula gangguan

cemas di masyarakat. Gangguan memori adalah salah satu gejala dari gangguan

cemas yang mengganggu aktifitas kerja sehari-hari sehingga seseorang tidak bisa

mencapai kinerja yang baik.

Gangguan memori pada gangguan cemas terjadi karena tidak mampunya

seseorang untuk berkonsetrasi sehingga proses encoding dari stimulus eksternal

tidak optimal diserap sehingga menyebabkan proses storage (penyimpanan

memori) juga menjadi terganggu. Proses ini menyebabkan orang gangguan cemas

sulit untuk menagkap informasi baru dan mengeluarkan informasi yang ada.

Selain proses gangguan encoding dan storage, keseimbangan neurotransmiter

juga mengalami gangguan pada orang cemas. Meningkatnya dopamin didalam otak

khususnya didaerah striatum menyebabkan berkurangnya asetilkolin yang

memperberat gangguan fungsi belajar (learning).

Ada farmakoterapi dan nonfarmakoterapi yang bisa digunakan memperbaiki

proses memori pada otak. Farmakoterapi yang digunakan adalah golongan

benzodiasepin yang bekerja meningkatkan fungsi GABA. Untuk nonfarmakoterapi

bisa dilakukan psikoterapi relaksasi, nutrisi dan latihan (exercise) untuk

menguatkan memori. Banyak mengkonsumsi ikan tuna, salmon, sayuran warna

hijau tua, kacang tanah atau selai kacang, biji gandum, biji bunga matahari, avokat,

anggur merah dan buah beri mampu memperbaiki sel saraf diotak yang bisa

meningkatkan memori otak.

23

DAFTAR PUSTAKA

Amin H., Malik A.S. 2013. Human mamory retention and recall processes. A
review of EEG and fMRI studies. Neurosciencesjournal.org Vol. 18 (4): 330-
344.

Aosaki, T., Miura M. Suzuki T. Nishimura K. Masuda M. 2010. Acetylcholine–


dopamine balance hypothesis in the striatum: An update. Geriatric
gerontology international Medline Indexed. Suppl.1: S148-S157. Avalabel at
: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1447-0594.2010.00588.x /epdf
Diagnostic and statistical manual of mental disorders fifth edition (DSM-5). 2013.
American Psychiatris Assosiacion. Washington DC, USA

Halman S.U., 2012. Teori Ingatan (Memori) dalam Psikologi. Available at :


http://utamitamii.blogspot.co.id/ 2012/04/teori- ingatan-memori- dalam-
psikologi.htm.

Health. 9 Foods That May Help Save Your Memory. Available of


http://www.health.com/health/ gallery/ 0,,20434658,00.html/ view- all.
Diakses tanggal 17 Mei 2016.

Kaufman D.M. & Milstein M.J. 2013. Kaufman’s Clinical Neurology for
Psychiatrists seventh edition. Chapter 21 Neurotransmiter and drug abuse.
Hal 507-508.
Maramis, W.F. dan maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2.
.Airlangga University Press. Surabaya. Halaman 307-324

Pine D.S. 2009. Anxiety Disorders in Comprehensive Textbook of Psychiatry ninth


edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia, USA. Hal 1839.

Postle, B.R. 2015. The Cognitive neuroscience of visual short-term memory. Curr
Opin Behav Sci. ; 1:40-46. Doi: 10.1016/j.cobeha.2014.08.004

Sadock B.J. & Sadock V.A. 2015. Anxiety Disorder in Synopsis of Psychiatry.
Edisi 11. Wolters Kluwer. Philadephia, USA. Hal 832.

Stahl, S. M. 2013. Stahl’s Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis


and Practical Application fourth edition. New York. Cambrige Medicine
Press. Hal 389.

The Human Memory. Available at : http://www.human-memory.net /sources.html


(diakses tanggal 17 Mei 2016).

24

Anda mungkin juga menyukai