Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PERENCANAAN KOTA

RESUME PERMEN ATR TENTANG PENYUSUNAN RDTR

Oleh :

Rafdi Nurwahid Zikri 1231800008

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SETU
2020
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONALREPUBLIK INDONESIANOMOR 16 TAHUN
2018TENTANGPEDOMAN PENYUSUNANRENCANA DETAIL TATA RUANGDAN
PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA:

Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam penyusunan RDTR dan PZ kabupaten/kota dan bertujuan untuk mewujudkan
operasionalisasi RTRW kabupaten/kota melalui penyusunan RDTR kabupaten/kota yang
merupakan dasar penerbitan perizinan pemanfaatan ruang. Ruang lingkup peraturan ini meliputi:
muatan RDTR, muatan PZ, dan tata cara penyusunan RDTR dan PZ. Dalam peraturan ini
dijelaskan bahwa RTDR berlaku selama 20 tahun dan ditinjau kembali setiap 5 tahun.
Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa muatan RDTR meliputi tujuan penataan BWP, rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, dan
ketentuan pemanfaatan ruang. Muatan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan kualitas terukur yang akan dicapai sesuai
dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota dan
merupakan alasan disusunnya RDTR yang apabila diperlukan dapat dilengkapi konsep
pencapaian.
2. Rencana struktur ruang:
 rencana pengembangan pusat pelayanan;
 rencana jaringan transportasi; dan
 rencana jaringan prasarana.
3. Rencana polaruang:
 Zona lindung; dan
 Zona budu daya.
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya memuat:
 lokasi; dan
 tema penanganan.
5. Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk
program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 tahunan sampai akhir
tahun masa perencanaan.
Dan dalam peraturan ini juga menyebutkan bahwa muatan PZ meliputi aturan dasar, dan teknik
pengaturan zonasi. Aturan dasar yang dimaksud meliputi:
a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
c. ketentuan tata bangunan;
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. ketentuan khusus;
f. standar teknis; dan
g. ketentuan pelaksanaan.
Teknik pengaturan zonasi ketentuan lain dari aturan dasar yang disediakan atau dikembangkan
untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan dasar dan ditujukan untuk mengatasi
berbagai permasalahan dengan mempertimbangkan karakteristik blok/zona.
Tata cara penyusuna RDTR dan PZ Kbupaten/kota meliputi prosedur penyusunan dan prosedur
penetapan. Prosedur penetapan itu terdiri dari beberapa proses yaitu:
a. persiapan, meiputi:
 pembentukan tim penyusun;
 kajian awal data sekunder;
 penetapan delineasi awal BWP;
 persiapan teknis pelaksanaan; dan
 pemberitaan kepada publik.
b. pengumpulan data dan informasi meliputi data primer dan data sekunder;
c. pengolahan dan analisis data, meliputi:
 pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR; dan
 pengolahan dan analisis data untuk penyusunan PZ kabupaten/kota.
d. perumusan konsep RDTR dan muatan PZ kabupaten/kota.
Perumusan konsep RDTR meliputi:
 alternatif konsep rencana;
 pemilihan konsep rencana; dan
 perumusan rencana terpilih menjadi muatan RDTR.
Dan perumusan muatan PZ menghasilkan:
peta rencana pola ruang dalam RDTR yang di dalamnya dapat memuat kode
pengaturan zonasi; dan
 aturan dasar dan/atau teknik pengaturan zonasi yang berlaku untuk setiap zona/sub
zona/blok dalam peta.
e. penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerahtentang RDTR dan PZ
kabupaten/kota, meliputi:
 penyusunan naskah akademik;
 penyusunan rancangan peraturan daerah tentang RDTR dan PZ kabupaten/kota;
dan
 pembahasan rancangan peraturan daerah tentang RDTR dan PZ kabupaten/kota.
Lalu ada juga proseddur penyusunan yang terdiri dari dua proses, yaitu:
a. validasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis oleh Kementerian/Lembaga yang
membidangi urusan lingkungan hidup; dan
b. verifikasi peta dasar oleh Kementerian/Lembaga yang membidangi urusan informasi
geospasial.
Keseluruhan prosedur ini diselessikan dalam jangka waktu 24 bulan meliputi prosedur
penyusunan RDTR dan PZ kabupaten/kota dalam waktu paling lama 12 bulan dan prosedur
penetapan peraturan daerah tentang RDTR dan PZ kabupaten/kota dalam waktu paling lama 12
bulan dan menghasilkan peta format digital yang memiliki ketellitian geometris dan ketelitian
detail informasi dengan skala 1:5.000.
RDTR ini dijadikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menyuusun keterangan rencana daerah
sesuai denngan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai