Anda di halaman 1dari 4

MATERI INISIASI 3

VOKOID

Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa.
Fonetik memiliki tiga cabang, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Ketiga cabang fonetik tersebut telah Anda pelajari pada Modul 2. Selanjutnya pada Modul 3 ini
Anda akan mempelajari berbagai uraian, contoh, dan perihal tulisan fonetis secara mendalam
yang mencakup vokoid, kontoid, dan semivokoid.
Pertemuan kali ini akan mempelajari tentang vokoid, sedang kontoid dan semivokoid
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa
penyempitan dan penutupan apapun dan di tempat artikulasi manapun. Vokal merupakan bunyi
bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu: (1) tinggi–rendahnya posisi lidah (dimensi vertikal), (2) bagian lidah yang
dinaikkan (dimensi horizontal), dan (3) bentuk bibir pada pembentukan vokal itu. Pada saat
vokal diucapkan, lidah dapat dinaikkan atau diturunkan bersama dengan rahang. Bagian lidah
yang diturunkan itu terdapat di bagian depan, tengah atau belakangnya.
Menurut kualitas dan kuantitasnya, vokal digolongkan menjadi enam bagian, yaitu: vokal
tinggi, vokal rendah, dan vokal tengah; vokal depan, vokal belakang, dan vokal madya; vokal
bundar dan vokal tak bundar; vokal panjang dan vokal pendek; vokal nasal dan vokal oral; serta
vokal tunggal dan diftong (Marsono, 1986).
a) Vokal tinggi, Vokal Rendah, dan Vokal Tengah
Penggolongan vokal di sini adalah penggolongan menurut tinggi rendah vokal, yaitu
menurut tinggi rendahnya posisi lidah terhadap langit-langit. Misalnya, untuk
mengucapkan [a] seperti dalam kata (asing), lidah pada posisi rendah terhadap langit-
langit. Pada waktu mengucapkan [i] pada kata (hirup) lidah berada pada posisi tinggi ,
dekat dengan langit-langit, sedangkan pada waktu mengucapkan [ə] pada kata (lebih),
posisi lidah sekitar di tengah tinggi dan posisi rendah.
b) Vokal Depan, Vokal Belakang, dan Vokal Madya
Vokal dapat dibedakan menurut dimensi horizontal depan-belakangnya. Posisi depan-
belakang vokal bergantung pada posisi lidah. Apabila lidah itu datar permukaannya maka
vokal tersebut adalah vokal depan, misalnya [a] dan [i]. Sebaliknya jika lidah lebih rendah
di belakang maka merupakan vokal belakang, seperti pada [o] pada kata (obat) dan dengan
[o] pada kata (pokok)
c) Vokal Bundar dan Vokal Tak Bundar
Perbedaan bentuk mulut adalah perbedaan menurut bundar tidaknya dari kedua bibir.
Contohnya adalah vokal [i] merupakan vokal tak bundar. Jika posisi lidah menurut tinggi-
rendahnya atau dimensi horizontal dipertahankan tetapi dengan memperbundar kedua bibir
maka vokal yang dihasilkan adalah vokal [ ü ], seperti pada kata Jerman grun ‘hijau’ atau
pada kata Belanda duwen ‘mendorong’
d) Vokal Panjang dan Vokal Pendek
Perbedaan vokal atas panjang dan pendek, menyangkut lama atau kuantitas dari pelafalan
vokal. Lamanya pelafalan adalah relatif. Misalnya [u] dalam kata Inggris full adalah
pendek sedangkan [u] dalam kata Inggris fool adalah panjang.
e) Vokal Nasal (Sengau) dan Vokal Oral
Vokal nasal dan oral memiliki perbedaan. Dalam pengucapan vokal nasal (sengau)
sebagian arus udara yang keluar melalui rongga mulut, sebagian lagi yang lain melalui
rongga hidung. Vokal nasal banyak ditemui dalam bahasa Prancis, misalnya [a] dalm un
‘satu’ dan [o] dalam oncle ‘paman’.
f) Vokal Tunggal dan Vokal Rangkap (Diftong)
Semua vokal yang telah dibahas di atas adalah vokal yang pelafalannya tidak melibatkan
perubahan bentuk mulut selama pelafalan vokal tersebut. Contohnya di dalam pelafalan [a]
bentuk mulut sama dari permulaan sampai akhir. Vokal seperti itu disebut vokal tunggal.
Bahasa Indonesia memiliki enam fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /ə/, dan /o/. Meskipun
bentuk bibir mempengaruhi kualitas vokal, dalam bahasa Indonesia bentuk ini tidak
memegang peranan penting. Silakan Anda lihat bagan 1 pada BMP PBIN 4102 halaman 3.4,
akan terlihat vokal bahasa Indonesia berdasarkan parameter tinggi-rendah dan depan-
belakang lidah pada waktu pembentukannya, bentuk bibir beserta alofonnya.

Berikut ini akan diuraikan dan diberikan contoh alofon dari fonem vokal bahasa
Indonesia.
Fonem /i/ adalah vokal tinggi-depan dengan kedua bibir agak terentang ke samping.
Contoh: /imam/, /tina/, /pinta/, /pagi/. Fonem /u/ juga merupakan vokal tinggi, tetapi yang
meninggi adalah belakang lidah (vokal tinggi belakang). Vokal itu diucapkan dengan kedua
bibir agak ke depan dan sedikit membundar. Contoh: /upah/, /juga/, /jumpa/, /maju/.
Fonem /e/ dibentuk dengan daun lidah dinaikkan tetapi agak lebih rendah dari vocal /i/.
Vokal sedang-depan itu diiringi dengan bentuk bibir yang netral. Artinya, tidak terentang
dan juga tidak membundar. Perbedaan antara /e/ dan /i/ dalam hal tingginya kenaikan lidah
mirip dengan perbedaan antara /u/ dan /o/. Bedanya /o/ dan /u/ adalah vokal belakang,
bentuk bibir waktu mengucapkan /o/ kurang bundar dibandingkan pada waktu mengucapkan
/u/. Berbeda halnya dengan /e/ dan /o/, fonem /ə/ adalah vokal sedang-tengah. Bagian lidah
yang agak dinaikkan adalah bagian tengah dan bentuk bibir juga netral. Contoh dari ketiga
vokal itu adalah: /ejaan/, /perak/, /sore/, /remeh/, /əntah/, /bəsar/, /ləmpər/, /sərta/.
Satu-satunya vokal rendah dalam bahasa Indonesia adalah /a/ dan yang sekaligus
merupakan vokal tengah (vokal rendah-tengah). Vokal itu diucapkan dengan cara bagian
tengah lidah agak merata dan mulut pun terbuka lebar. Contoh: /aku/, /batu/, dan /pita/.
Sistem realisasi fonem vokal bahasa Indonesia yang tidak termasuk alofon, fonem yang
bersangkutan akan menimbulkan kejanggalan dalam pendengaran penutur lain. Dengan
demikian jika fonem /a/ direalisasi sebagai [e], [o], atau sebagai [ö] (e bundar), bunyi
demikian akan terasa janggal bagi kebanyakan penutur bahasa Indonesia.
Masing-masing vokal di atas memiliki alofon. Meskipun dalam bahasa Indonesia terdapat
berbagai kemungkinan, pada umumnya alofon setiap fonem mengikuti pola: lidah yang
berada pada posisi tertentu bergerak ke atas atau ke bawah sehingga posisinya hampitan
dengan posisi untuk vokal yang ada di atas atau di bawahnya.
Fonem /i/ mempunyai dua alofon, yaitu [i] dan [I]. Fonem [i] dilafalkan [i] jika terdapat
pada: (1) suku kata terbuka, (2) suku kata tertutup yang berakhir dengan fonem /m/, /n/, atau
/ŋ/ dan juga mendapat tekanan yang lebih berat dari pada suku kata yang lain. Contoh: gi-gi
[gigi], i-ni [ini], sim-pang [simpaŋ], min-ta [minta].
Fonem /i/ dilafalkan [I] jika terdapat pada suku kata tertutup dan suku itu tidak mendapat
tekanan yang lebih keras daripada suku lain, contohnya:
ban-ting [bantIŋ] bandingkan dengan sik-sa [sIksa]
ki-rim [kirIm] pe-rik-sa [pərIksa]

Fonem /e/ mempunyai dua alofon, yaitu [e] dan [ε ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika terdapat
pada: (1) suku kata terbuka, (2) suku kata itu tidak diikuti oleh suku yang mengandung [ε].
Fonem /e/ dilafalkan [ε ] jika terdapat pada suku kata akhir tertutup. Contoh:
so-re [sore] bandingkan dengan be-bek [b ε b ε ?]
be-sok [besə?] to-kek [t o k ε ?]

Fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan [U]. Fonem /u/ dilafalkan [u] jika
terdapat pada: (1) suku kata terbuka, (2) suku kata tertutup yang berakhir dengan /m/, /n/,
atau /ŋ/ dan suku ini mendapat tekanan yang keras. Jika /u/ terdapat pada suku kata tertutup
dan suku itu tidak mendapat tekanan yang keras maka fonem /u/ dilafalkan [U]. Contohnya:
u-pah [upah] bung-su [búŋsu]
tu-kang [tukaŋ] wa-rung [warUŋ]
ban-tu [bantu] rum-put [rumpUt]
pun-cak [púñca?] su-dut [sudUt]

Jika tekanan kata berpindah pada /U/ , maka /u/ yang semula dilafalkan sebagai [U] akan
menjadi [u], misalnya:
[ampUn] [peŋampúnan]
[kumpUl] [kumpúlan]

Fonem /a/ hanya mempunyai satu alofon yaitu [a], misalnya:


du-a [dua]
ma-kan [makan]
je-las [jəlas]

Fonem /o/ mempunyai dua alofon, yaitu [o] dan [ ]. Fonem /o/ dilafalkan [o] jika
terdapat pada: (1) suku kata terbuka, dan (2) suku kata itu tidak diikuti oleh suku lain yang
mengandung alofon [ ]. Fonem /o/ dilafalkan [ ] jika terdapat pada suku tertutp atau
terbuka yang diikuti oleh suku yang mengandung [ ]. Contoh:
to-ko [toko] bandingkan dengan ro-kok [r k ?]
ro-da [roda] po-jok [p j ?]

Anda mungkin juga menyukai