Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT KURIKULUM DAN SEJARAH KURIKULUM

DI INDONESIA

Di Susun Oleh:
Ikd. Indra Purnomo (180320199)
Nur Ainnul Mardiah (180330213)
Nur Ikrawat (180330216)
St. Maryam (180320199)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Ucapan puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-
Nya lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta
ampunan dan kami meminta pertolongan.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hakikat Kurikulum dan Sejarah
Kurikulum di Indonesia” dengan lancar.
Penulis pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap terdapat kekurangan
pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat menantikan kritik dan saran yang
membangun dari setiap pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan
makalah berikutnya. Penulis juga berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk
untuk penulis supaya dapat lebih mengutamakan kualitas makalah di masa yang
selanjutnya.
Atas perhatiannya, Sekian dan terima kasih.

Konawe, 01 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................................2


A. Hakikat Kurikulum..................................................................................................2
B. Sejarah Kurikulum..................................................................................................7

BAB III. PENUTUP...................................................................................................13


A. Kesimpulan............................................................................................................13
B. Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kurikulum dapat diukur melalui pencapaian pelajar dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Sesuai dengan lembaran sejarah kurikulum di
Indonesia, diharapkan pemerintah segenap komponen bangsa yang terkait langsung
menangani pendidikan di Indonesia, mencari formulasi-formulasi dan format-format
yang tepat dalam pengembangan kurikulum yang bernuansa global, kuat dalam visi
dan tidak kehilangan nuansa kepribadian bangsa Indonesia. Harapan ini tentu dengan
tujuan agar anak-anak bangsa ini dapat bangkit dan mengangkat harkat dan martabat
bangsa di dunia internasional, yang tentu saja bisa dilahirkan dari proses pendidikan
yang kuat dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam lembaga
pendidikan. Karena, salah satu penentu keberhasilan pendidikan terdapat pada
kurikulum. Kurikulum diharapkan dapat menjadi sarana terciptanya tujuan pendidikan
nasional, sebagaimana pasal 3 dan penjelasan atas UU RI No. 20 tahun 2003.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakekat dari kurikulum?
2. Bagaimana peranan dan fungsi kurikulum dalam dunia pendidikan?
3. Bagamana sejarah kurikulum di indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kurikulum
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam keberhasilan suatu
pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat maka akan sulit dalam
mencapai tujuan dan sasaran tujuan yang dicita-citakan. Kurikulum membicarakan
tentang apa yang harus diajarkan dan mengombinasikan pemikiran, tindakan, serta
tujuan.
Kurikulum adalah program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan serta dirancang secara
sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku yang telah dijadikan pedoman dalam
proses pembelajar bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani currere yang berarti jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari garis start hingga garis finish. Kemudian
pada tahun 1955 kurikulum dipahami dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah
mata kuliah di suatu perguruan. Kurikulum berhubungan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai apa yang seharusnya guru lakukan dalam
pembelajaran.
Berbeda dengan pandangan tradisonal tersebut, Nunan (1987:1) mengemukakan
bahwa kurikulum sebagai sesuatu yang dilakukan guru, bukan hanya rencana yang
seharusnya dilakukan dalam pembelajaran. Selain itu, Null (1973:1) mengemukakan
bahwa kurikulum merupakan jantung dari pendidikan karena kurikulum ialah
kombinasi pemikiran, tindakan dan tujuan yang kemudian akan diajarkan dalam
berbagai institusi, baik sekolah ataupun yang lain.
Kurikulum memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Menurut Sanjaya
(2010: 12) terdapat tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yaitu: peranan
konservatif, peranan kreatif, peranan kritis dan evaluatif. Ketiga peranan ini sama
penting dan harus dilaksanakan secara seimbang.
1. Peran konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentrans-
misikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan
dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan

2
demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum,
yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar,
disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan
proses sosial. Salah satu tugas pendidikan yaitu memengaruhi dan membina
perilaku siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan
masyarakatnya
2. Peranan kreatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
3. Peranan kritis dan evaluatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan
budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga
pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang
terjadi pada masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa
yang dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai
dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya
serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum
harus turut aktif berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial
yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan
diadakan modifikasi atau penyempurnaan.
Selain peran, kurikulum juga memiliki beberapa fungsi yang vital dalam
pendidikan. Kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi Pendidikan Umum
Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab , menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Karena itu kurikulum harus memberikan pengalaman belajar
kepada anak didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam masyarakat,

3
memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan makhluk
sosial, Fungsi ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua jenis dan jenjang
pendidikan
b. Fungsi Suplementasi
Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai
dengan perbedaan kemampuan, minat, maupun bakat yang ada pada diri masing-
masing siswa. Setiap siswa berhak menambah wawasan yang lebih baik sesuai
dengan minat dan bakatnya. Siswa yang meiliki kemapuan di atas rata-rata haraus
terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal,
sebaliknya siswa berkemampuan di bawah rata-rata juga harus terlayani sesuai
dengan kemampuannya.
c. Fungsi Eksplorasi
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat
masing-masing anak didik, sehingga diharapkan anak didik dapat belajar sesuai
dengan minat dan bakatnya tanpa ada paksaan. Fungsi ini merupakan pekerjaan
yang tidak mudah, karena terkadang berlawanan dengan kenyataan, bahwa sering
ada pemaksaan dari pihak-pihak tertentu, seperti orangtua, untuk memilih suatu
pilihan yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para
pengembang kurikulum harus dapat menggali bakat dan minat anak didik yang
terkadang tersembunyi.
d. Fungsi Keahlian
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak didik dengan
keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat anak didik. Kurikulum harus
dapat memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, seperti perdagangan,
pertanian, industri atau disiplin akademik. Dengan bidang-bidang pilihan tersebut
anak didik diharapkan memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya. Untuk itu
dalam pengembangan kurikulum perlu melibatkan para ahli atau spesialis untuk
menentukan kemampuan yang harus dimiliki anak didik yang sesuai dengan
bidang keahliannya.
Dari segi perspektif, kurikulum dapat berfungsi untuk berbagai pihak dalam
lingkungan sekolah. Di antaranya:
1) Kurikulum bagi kepala sekolah

4
Bagi kepala sekolah kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur
dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler,
ekstrakurikuler, maupun kokurikuler.
2) Fungsi Kurikulum bagi Guru
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan
kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum. Guru juga sebagai faktor
kunci (key factor) dalam keberhasilan kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu
kurikulum disusun, pada akhirnya akan sangat bergantung pada kemampuan guru
di lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat
memahami dan melaksankan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran.
3) Fungsi Kurikulum bagi Siswa
Bagi siswa sendiri, kurikulum berfunsi sebagai pedoman belajar, melalui
kurikulum siswa dapat memahami apa tujuan yang hendak di capai, isi atau bahan
pelajaran apa yang harus dikuasai dan pengalaman belaajr apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Alexander Inglis (Sanjaya: 2010: 14 )
mengemukakan enam fungsi kurikulum untuk siswa, yaitu kurikulum berfungsi
sebagai fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi
persiapan, fungsi pemilihan dan fungsi diagnostik.
 Fungsi Penyesuaian, Kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan
menuju individu yang well adjusted, yang membekali anak didik dengan
kemampuan-kemampuan sehingga setelah selesai pendidikan,
diharapkan dapat membawa dirinya untuk berperilaku sesuai dengan hak
dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan
lingkungan yang lain.
 Fungsi Pengintegrasian, Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi
yang terintegrasi. Individu merupakan bagian integral dari masyarakat,
maka dengan pembentukan pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan
memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
 Fungsi Diferensiasi, Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap
perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya

5
deferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini
akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
 Fungsi Persiapan, Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar
mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh
atau terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan semua
apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi
melalui kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang diperlukan
anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun mencari pekerjaan.
 Fungsi Pemilihan, antara perbedaan dan pemilihan mempunyai
hubungan yang erat. Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan
kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas
sesuatu yang menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat
ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu
diprogram secara fleksibel, memberikan kesempatan pada semua anak
didik untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat
dan bakatnya.
 Fungsi Diagnostik, Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah
membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami
dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi
yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa.
Di sini Fungsi kurikulum adalah mendiagnosa dan membimbing anak
didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
4) Fungsi Kurikulum bagi Pengawas
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebgai pedoman,
patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum
juga dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang
memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan
kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
5) Fungsi Kurikulum bagi Orangtua/Masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan
wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kurikulum,
masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum sekolah.

6
Orangtua juga perlu memahami kurikulum dengan baik, sehingga dapat dijadikan
bahan untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya agar anak
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
B. Sejarah Kurikulum di Indonesia
Sejarah mencatat sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah banyak
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006 kurikulum KTSP dan terbaru adalah kurikulum 2013 yang telah
dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2013 (Kartono, 2009: 127).
Kurikulum tersebut, mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti perkembangan
dunia pendidikan yang semakin modern dan tentunya perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi,
dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular
dibanding istilah “curriculum” (bahasa Inggris).
Kurikulum tahun 1947 s.d. 1964 dilandasi oleh pendekatan behaviorisme karena
menekankan pembentukan watak perjuangan. Kurikulum 1975 s.d. 1994 dilandasi
oleh pendekatan komunikatif dan keterampilan proses karena melibatkan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Lalu kurikulum 2004 s.d. 2013 dilandasi oleh pendekatan
kompetensi dan kontekstual-komunikatif karena siswa diarahkan pada pencapaian
kompetensi secara holistis dan memiliki kompetensi komunikatif.
1) Rentjana pelajaran 1947
Kurikulum 1947 atau yang dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran
1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2) garis-
garis besar pengajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Orientasi
Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.

7
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian seharihari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani (Alhamuddin, 2014: 3).
2) Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”
Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran
yang kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran (Alhamuddin, 2014: 4).
3) Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964”
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani. Ada yang
menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis (Alhamuddin, 2014: 4).
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
ini merupakan perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi

8
pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok
saja," . Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan
pada kegiatan mempertinggi kecerdasan (Alhamuddin, 2014: 4).
5) Kurikulum 1975
Kurikulum 19745 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien. Salah satu bentuk khas dalam Kurikulum 1975 yang berlaku untuk semua
bidang studi adalah PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Dalam
realisasinya pola ini menghasilkan penerapan satuan pelajaran (Satpel, Unit
lesson), Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK),
proses kegiatan belajar mengajar, metode mengajar, alat (sumber) dan evaluasi
(Assegaf, 2005: 142-143).
6) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum 1984 juga sudah
mulai memperkenalkan sistem semester untuk tingkat SMP dan SMA, sementara
ditingkat SD masih tetap menggunakan sistem Catur Wulan (Cawu). Kurikulum
ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Salah satu bentuk khas dalam kurikulum
1984 adalah adanya CBSA (cara belajar siswa aktif) dan penggunaan pendekatan
keterampilan proses. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya
di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi
saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran
siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan
(Alhamuddin, 2014: 5).
7) Kurikulum 1994

9
Kurikulum 1994 ini merupakan revisi terhadap kurikulum 1984 tetapi pada
dasarnya keduanya tidak memiliki perbedaan yang prinsipil. Orientasi pendidikan
pada pengajaran disiplin ilmu menempatkan kurikulum sebagai instrumen untuk
”transfer of knowledge”. Penyempurnaan kurikulum 1984 dilaksanakan sesuai
dengan UU no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan (Syahril, 2016: 8). Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurikulum 2004 ini merupakan pengganti kurikulum 1994, yang disebut
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu program pendidikan
berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu: pemilihan
kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan
pembelajaran.
Menurut Alhamuddin (2014: 5-6) KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
 Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini
dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
 Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
 Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada
setiap level.

10
9) Kurikulum KTSP (2006)
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji
terbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24
tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang
standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar
kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya sama dengan kurikulum
2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan dalam
penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. (Alhamuddin, 2014: 4).
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan
bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB,
dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Pada kurikulum
2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar,
sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan
daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi
sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan
dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah
dan para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya
beragam kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai
awal tahun 2013 KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan
kurikulum yang baru.

11
10) Kurikulum Periode 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan pemutakhiran
dari kurikulum sebelumnya. Berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran
2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan
secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai
perbedaan dengan yang lama.
Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam
implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional merancang
pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih
pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan (Alhamuddin, 2014: 7).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani currere yang berarti jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari garis start hingga garis finish. Kemudian
pada tahun 1955 kurikulum dipahami dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah
mata kuliah di suatu perguruan.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam keberhasilan suatu
pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat maka akan sulit dalam
mencapai tujuan dan sasaran tujuan yang dicita-citakan.
Kurikulum memiliki peranan penting untuk membentuk karakater individu yang
berpengaruh pada perubahan dunia. Dari rancangan-rancangan yang sudah tersusun
dalam kurikulum, sekolah dapat mengimplementasikan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Untuk mencapai peranan tersebut perlu ada pendekatan, sehingga
pembelajaran dapat dengan baik memaksimalkan peranan kurikulum.
Sejarah mencatat sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah banyak
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006 kurikulum KTSP dan terbaru adalah kurikulum 2013 yang telah
dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2013
B. Saran
Kurikulum dapat diartikan sebagai rencana atau program yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kita sebagai calon pendidik
harus mengetahui hakikat dan fungsi kurikilum, karena kurikulum mempunyai peran
penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan berhasil jika kurikulum yang
disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik guna mencapai tujuan
nasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin.2014.Sejarah Kurikulum di Indonesia (Studi Analisis kebijakan


Pengembangan Kurikulum). Bandung : Universitas Islam Bandung
Assegaf. Abd.Rahman.2005. Politik Pendidikan Nasional, Pergerseran Kebijakan
Pendidikan Agama Islam dari Proklamasi Ke Reformasi, Yogyakarta:
Kurnia Kalam.
Kartono,ST.2009 Sekolah Bukan Pasar, Catatan otokritik seorang guru Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara.
Null, Wesley.2011.Curriculum: From Theory to Practice, Lanham UK: Rowman &
Littlefield Publishers, INC.
Nunan, David.1988.The Learner-Centered Curriculum Cambridge: Cambridge
University Press.
Sanjaya, Wina.2008. Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
S,Nasution.1980.Azas-Azas Kurikulum Bandung: Jenmars.
Subandiyah.1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Jakarta: Gravindo Persada.
Syahril.2016.Sejarah dan Dinamika Perkembangan Kurikuum di Indonesia.
https://www.academia.edu/9195382 pada 20 september 2016

14

Anda mungkin juga menyukai