FX Hermawan-JSS-fin PDF
FX Hermawan-JSS-fin PDF
ABSTRACT
Proposed construction of infrastructure connecting the Sunda Strait that connects the
mainland island of Java and Sumatera islands along the 28-30 kilometers, has
pioneered a long time. However, the development planning of the Sunda Strait Bridge
is experiencing ups and downs. This infrastructure is necessary and in the near future
should be built soon along with the increasingly dense Bakauheni-Merak ferry, while
crossing Ferry fleet is relatively old. In the decade of the present government, Sunda
Strait Bridge development plans would be realized immediately and is scheduled to
begin in 2012. This study aims to identify the social, economic and development plan
policies in the region JSS. This study focuses on social aspects, economics and policy.
Research methods used are two methods that both qualitative and supporting
quantitative. This study is an exploratory type of study that explore the nature of
existing problems in society and has never been revealed clearly. From the research
result that economic development remains Sunda Strait Bridge will benefit Banten (and
Java in general) and less significant for the development of Lampung (and Sumatera in
general), so, Lampung and Sumatra should prepare and organize themselves.
ABSTRAK
1
Penulis adalah peneliti muda III/d bidang perencanaan dan kebijakan sosial/Kepala Sub Bidang Penelitian pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Budaya dan Peran Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pekerjaan Umum. E-mail: fxhermawan@yahoo.com
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas perekonomian Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Jika jembatan ini terwujud,
maka kegiatan perekonomian antara kedua pulau tersebut akan menjadi satu kesatuan
sistem perekonomian. Dengan kesatuan ekonomi seperti itu disinyalir pemerataan
ekonomi antara Jawa dan Sumatera perlahan akan terwujud. Dengan transportasi
yang semakin lancar peluang menarik minat investor untuk membuka usahanya di
beberapa daerah di Sumatera menjadi lebih terbuka. Selain itu, Jembatan Selat Sunda
akan dapat membantu pemerintah daerah untuk menggali potensi alam yang ada.
Salah satunya adalah potensi wisata. Pada akhirnya, pembangunan jembatan ini
diharapkan bisa digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan. Selain
dampak positif yang ada, terdapat juga berbagai potensi dampak negatif yang akan
muncul, seperti arus urbanisasi yang berpotensi semakin meningkat dari Sumatera ke
Jawa, khususnya Jakarta.
Untuk memastikan segenap potensi dampak dan kondisi sosial ekonomi
masyarakat di wilayah yang akan mengalami dampak langsung dari pembangunan
JSS tersebut, maka dibutuhkan sebuah kajian yang secara ilmiah mendeskripsikan
kondisi sosial ekonomi dan mengeksplorasi segenap potensi dampak sosial ekonomi
yang akan terjadi. Hal ini sangat relevan karena hingga saat ini belum teridentifikasi
potensi sosial ekonomi dan potensi dampak sosial ekonomi di wilayah pembangunan
JSS.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang ada, dapat dirumuskan permasalahan
yaitu bagaimana potensi dampak sosial ekonomi (negatif maupun positif) dari rencana
pembangunan Jembatan Selat Sunda.
Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada 3 aspek, yaitu : sosial, ekonomi, dan
kebijakan, dengan penjelasan variable sebagai berikut :
Lingkup Variabel
Ekonomi Kondisi dan Prospek Ekonomi Daerah (sektor andalan daerah)
Kondisi Ketenagakerjaan
Multiplier Effect pembangunan JSS
Sosial Pembebasan Lahan
Kecenderungan Migrasi
Kebijakan Kebijakan pemerintah daerah menyongsong pembangunan JSS,
meliputi
• Relasi dengan swasta,
• Perencanaan investasi,
• Rencana pengembangan wilayah dan Tata Ruang,
• Kebijakan sektor perhubungan,
• Pengurangan migrasi ke Jawa
• Good Governance dan Clean Governance
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak-dampak sosial dan
ekonomi di wilayah rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS).
KERANGKA TEORI
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa konsep yang relevan digunakan
sebagai kerangka berpikir (framework) penelitian ini. Konsep-konsep ini akan
membantu dalam operasionalisasi variabel-variabel yang diteliti yakni: 1) potensi sosial
dan ekonomi, serta 2) dampak sosial dan ekonomi. Oleh karena itu dalam penlitian ini
digunakan beberapa konsep kunci seperti konsep Statika dan dinamika sosial, konsep
dampak sosial (Social Impact), dan Sosial impact assesment (SIA), serta konsep
ekonomi regional.
Konsep sosial adalah konsep yang sangat luas cakupannya, untuk itu tim
mencoba menggunakan konsep statika dan diamika sosial untuk membantu
memfokuskan studi mengenai aspek sosial. Konsep statika dan dinamika sosial
merupakan kerangka dasar yang holistik dalam mengkaji masyarakat. Masyarakat
terdiri dari bagian yang statis dan dinamis. Statika berkaitan dengan struktur-struktur
yang ada dalam suatu masyarakat, sedangkan dinamika berkaitan dengan interaksi
antara bagian-bagian dari struktur, mereka berinteraksi sebagai suatu sistem yang
bekerja terus menerus secara dinamis dalam masyarakat (Solaeman, 2006:8). Secara
historis konsep ini merupakan kerangka teoritik yang dibuat oleh Ahli sosiologi
(Auguste Comte) sebagai bingkai untuk memahami masyarakat, aspek-aspek dan
segala gejala yang menyertainya. Statika sosial berhubungan dengan bagian
masyarakat yang bersifat statis seperti struktur sosial, tatanan sosial, institusi sosial,
lapisan sosial, struktur okupasi (pekerjaan), penyebaran berdasarkan etnis, dan
sebgainya. Sedangkan dinamika sosial berkaitan dengan bagian dari masyarakat yang
dinamis seperti Interaksi antar lapisan masyarakat, dinamika interaksi keseharian
masyarakat, dan lain sebagainya. Kedua konsep di atas saling berhubungan erat satu
sama lain dan cukup sulit untuk dilihat secara terpisah. Melihat masyarakat secara
terpisah mengacu pada aspek statika ataupun dinamikanya semata hanya akan
menumbulkan pemahaman yang kurang holistik.
Konsep statika dan dinamika sosial sangat relevan dalam kegiatan ini sebagai
theoretical framework dalam melihat/menggambarkan peta sosial budaya masyarakat
sekitar lokasi yang direncanakan untuk pembangunan Jembatan Selat Malaka,
maupun masyarakat dalam level lainnya yang hanya akan terkena dampak tidak
langsung dari kegiatan tersebut. Namun, dalam studi ini konsep statika dan dinamika
sendiri tidak akan digunakan secara keseluruhan karena konsep ini juga cukup luas
dan holistik. Oleh karena itu tim akan memilah-milah konsep ini sesuai dengan
relevansinya dengan konsep dampak sosial dan dampak ekonomi, serta
mempertimbangkan realita yang ada di lapangan (lokasi penelitian).
Secara sederhana dalam pemahaman awam, dampak merupakan konsekuensi
dari suatu hal yang dilakukan. Dalam konteks akademis/ilmiah dampak didefinisikan
sebagai perubahan-perubahan pada manusia, masyarakat dan lingkungan yang terjadi
sebagai akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan. Konsep sosial sendiri merujuk
pada hal-hal yang berkaitan dengan prilaku masyarakat, kelompok, interpersonal, atau
yang berkaitan dengan proses sosial. Sedangkan konsep masalah sosial merujuk pada
permasalahan yang timbul karena perilaku interpersonal atau permasalahan yang
timbul dalam proses sosial.
Dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan
masyarakat diakibatkan oleh aktivitas pembangunan, rencana usaha atau kegiatan.
Dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas; proyek, program atau kebijaksanaan
yang akan diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini berpotensi
mempengaruhi keseimbangan pada suatu struktur dan sistem masyarakat.
Menurut Carley dan Bustelo (1984:5) ruang lingkup aspek dampak sosial paling
tidak mencakup aspek demografis, sosial ekonomi, psikologis, institusi dan sosial
budaya. Dampak demografis meliputi perubahan struktur penduduk, pemindahan dan
relokasi penduduk. Dampak sosial ekonomi terdiri dari perubahan pendapatan,
kesempatan berusaha, dan pola tenaga kerja. Dampak institusi meliputi naiknya
permintaan akan fasilitas seperti perumahan, sekolah dan sarana rekreasi. Dampak
psikologis dan sosial budaya meliputi integrasi sosial, kohesi sosial, keterikatan
dengan tempat tinggal. Untuk aspek dampak sosial pembangunan Jembatan Selat
Malaka, tim peneliti menggunakan konsep Social Impact Asessment (SIA) sebagai
kerangka konsep untuk membantu melihat potensi dampak sosial di wilayah studi. SIA
merupakan suatu cara untuk mengorganisasikan konsekuensi dari suatu perubahan
sosial yang berasal dari kegiatan atau kebijakan yang baru diusulkan atau yang sudah
berlangsung(Burdge, 1994:4). Hal ini digunakan untuk membantu pengambil
keputusan dalam menentukan keputusan terbaik berdasarkan informasi yang diperoleh
sebelumnya untuk meminimalisasi dampak atau melakukan rencana mitigasi dalam
sebuah kegiatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa infrastruktur yang baik akan menunjang
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kualitas dan efisiensi dari pelayanan
infrastruktur mempengaruhi keberlanjutan dari aktivitas bisnis dan ekonomi secara
umum. Permintaan pelayanan infrastruktur dan pelayanan publik lainnya akan
meningkat seiring dengan meningkatnya ekspektasi mayarakat dalam memperoleh
pelayanan publik sebagai bentuk dari peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat.
Dalam tataran praktis, aksesibilitas dan ketersediaan infrastruktur dapat
mendukung perekonomian suatu daerah. Kesenjangan ketersediaan infrastruktur
dapat juga menyebabkan kesenjangan pembangunan antar daerah. Infrastruktur fisik
seperti transportasi darat memiliki peranan penting dalam membuka akses bagi
wilayah-wilayah yang masih terisolasi dan membuka wilayah-wilayah terpencil dan
terisolasi dengan menyediakan pelayanan transportasi yang aman, nyaman, cepat,
efisien dan terjangkau oleh masyarakat dan manfaat lain yaitu:
METODE PENELITIAN
Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda terdiri dari dua alternatif pilihan rute
yakni:
PEMBAHASAN
ASPEK EKONOMI
• Perkiraan kondisi tahun 2008 sepertinya belum akan banyak terjadi pergeseran
kontribusi sektoral yang sangat mencolok dari sisi sumbangan terhadap PDRB.
Struktur perekonomian Banten yang mengandalkan sektor industri pengolahan,
perdagangan dan pengangkutan masih akan tetap dominan pada pembentukan
PDRB Propinsi Banten sekarang dan tahun-tahun berikutnya.
Tabel. 2 Sektor unggulan dan non unggulan di propinsi Banten 2003 – 2006
Pertanian, Kelautan
• Dengan peruntukan Kab Serang, Kota Serang dan Cilegon sebagai pelabuhan,
industri, kawasan Pariwisata dan jasa perdagangan, maka akan lebih visible
dari aspek ekonomi apabila JSSS dibangun di rute Balitbang yang akan
memberikan pengembangan baru bagi banten Selatan yang selama ini jauh
tertingal dibandingkan banten Utara.
• Dalam jangka panjang, investasi dalam pembangunan JSS ini akan mampu
memberikan multiplier effect bagi wilayah Banten dan Lampung serta wilayah-
wilayah lain yang berada di sekitarnya.
• Nilai investasi sebesar Rp 210 triliun diperoleh berdasarkan hasil studi usulan
proyek Wiratman & Associates (1997) yang pada waktu itu memperkirakan total
biaya investasi sebesar Rp 92 triliun. Dengan memperkirakan laju inflasi dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir maka biaya proyek tersebut meningkat sebesar
125% menjadi Rp 210 triliun.
Multiplier Effect
Dengan dibangunnya JSS akan memberikan multiplier effect terhadap
pembentukan PDRB dalam jangka waktu 25 tahun sejak proyek direalisasikan
serta penyerapan tenaga kerja untuk provinsi Banten dan Lampung, sebagai
berikut :
ASPEK SOSIAL
a. Pembebasan lahan
Lebih sulit pembebasan lahan di Provinsi Banten dibandingkan lampung
• Tidak terdapat perbedaan signifikan kesulitan pembebasan lahan untuk kedua rute
di Provinsi Lampung. Minimnya perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor berikut
ini:
1. Letaknya yang berdekatan satu sama lain dan masih berada dalam wilayah
kecamatan yang sama yakni Kecamatan Ketapang.
2. Karakteristik penggunaan lahan dan kepadatan penduduk sama-sama
didominasi pertanian
3. Secara sosio-demografis juga dihuni oleh etnis-etnis yang sama yakni dari etnis
Lampung, Jawa dan Sunda.
• Namun, dari kedua rute tersebut, rute pilihan Balitbang memiliki nilai lebih
dibandingkan rute Wiratman. Hal tersebut disebabkan:
2. Pola Migrasi
• Keadaan selama ini, trend migrasi penduduk dari Sumatera ke Jawa masih
cukup tinggi atau jauh lebih tinggi dari migrasi masuk ke Sumatera. Pada grafik
terlihat bahwa migrasi masuk ke Jawa mencapai 12,2% berbanding 8,9%
migrasi masuk ke Sumatera.
• Dari aspek ekonomi, saat ini migrasi lebih tinggi ke Jawa (Banten, Jawa barat)
oleh karena struktur ekonomi Jawa mengandalkan sektor manufaktur yang
akan lebih menyerap banyak tenaga kerja dibandingkan sektor pertanian yang
menjadi andalan perekonomian Lampung dan Sumatera pada umumnya.
• Apabila ingin meningkatkan trend migrasi dari Jawa ke Sumatera, berikut ini
beberapa prasyarat yang harus diperhatikan:
25
• Kecenderungan pilihan daerah tujuan migrasi di Sumatera dan Jawa saat ini
lebih pada propinsi terdekat dengan tingkat ekonomi lebih baik (PDRB, upah
minimum dan angka pengangguran). Daerah Tujuan migrasi utama di
Sumatera adalah Riau dan Sumatera Selatan (daerah yang relatif lebih maju
industrinya).
• Jakarta dan Jawa Barat juga masih menjadi tujuan migrasi dari segenap
propinsi di Sumatera
• Migrasi penduduk masuk ke Lampung dan Sumatera Selatan sedikit meningkat
pada tahun 2000 dan 2005
• Migrasi penduduk keluar dari Jawa Barat dan Jakarta sedikit meningkat mulai
tahun 90-an hingga saat ini.
• Namun masih jauh lebih besar migrasi penduduk ke Jawa Barat dan Jakarta
• Mengapa? Industri dan lapangan kerja di Sumatera, khususnya Lampung
masih belum berkembang dibandingkan Jawa (pertanian centris).
• Butuh peran pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat, melalui
pengembangan wilayah, Good Governance dan Clean Governance di
Sumatera.
• Pungutan liar yang marak terjadi baik oleh oknum polisi maupun calo pelabuhan
• Kendala Prasarana Penyeberangan (kapal tua, fasilitas cenderung buruk)
• Pemerintah belum mengkaji secara benar masalah utama dari kemacetan
penyeberangan yang ada.
• Hubungan pemerintah daerah dengan sektor swasta kurang harmonis.
• Arah pengembangan ke pariwisata tidak ditunjang dengan perbaikan prasarana
penyeberangan yang notabene menjadi faktor utama dalam menarik wisatawan
dari Jawa.
• Kabupaten/Kota belum memiliki instrumen pelayanan perijinan terpadu sebagai
salah satu “gula utama” investasi (saat ini sudah 98 Kabupaten/Kota di Indonesia
yang menerapkan, namun tidak satupun kabupaten/kota di Lampung yang
menerapkan.
a. Kesimpulan
1. Dari sisi sosial, ekonomi dan kebijakan pembangunan Jembatan Selat Sunda
perlu dilaksanakan karena beberapa alasan:
Arus orang dan barang antara Pulau Jawa dan Sumatera sudah tergolong
tinggi, dan berpotensi semakin tinggi pada tahun-tahun yang akan datang
sehingga harus diantisipasi dengan pelayanan perhubungan yang semakin
baik dan memenuhi unsur kepastian waktu serta biaya.
Secara kebijakan, isu desentralisasi atau otonomi harus diikuti dengan
inisiatif kebijakan pembangunan infrastruktur yang urgensinya tinggi untuk
perhubungan agar pergerakan daerah dalam pengembangan ekonomi
menarik investasi lebih lebar.
Pembangunan JSS merupakan kunci pemerataan ekonomi dan penyebaran
penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatera.
5. Kecenderungan pola migrasi saat ini masih didominasi migrasi masuk dari
Sumatera ke Jawa dibandingkan dari Jawa ke Sumatera. Apabila JSS
dibangun maka kecenderungan migrasi dari Jawa ke Sumatera akan lebih
meningkat jika propinsi-propinsi yang ada di Pulau Sumatera tidak
mengembangkan industri berskala nasional yang banyak menyerap tenaga
kerja (menciptakan gula-gula baru sesuai dengan potensi daerahnya).
6. Dari aspek ekonomi, Banten dominan dengan industri manufaktur, sedangkan
Lampung dominan dengan pertanian. Pembangunan JSS secara ekonomi tetap
saja akan menguntungkan Banten (dan Jawa secara umum) ketimbang
Lampung (dan Sumatera pada umumnya). Fungsi Lampung dan Sumatera
selama ini lebih pada penopang ekonomi di Jawa. Pembangunan JSS dalam
kondisi saat ini secara ekonomi justru akan semakin mengalirkan ekonomi ke
Jawa. Oleh karena itu pihak propinsi yang ada di Sumatera harus bekerja
keras agar terjadi sebaliknya.
10. Penetapan lokasi awal pembangunan JSS akan mempengaruhi struktur tata
ruang wilayah yang ada di sekitar JSS. Hasil kajian sosek menempatkan
starting point dari pembangunan jembatan di propinsi Banten terletak di daerah
Kecamatan Pulomerak yang berdekatan dengan lokasi pelabuhan Merak akan
memberikan manfaat lebih besar bagi perekonomian Banten karena
meningkatkan daya dukung kawasan industri di Propinsi Banten yang akan
diarahkan ke wilayah Bojanegara dan sekitarnya, serta memperkuat daya
dukung infrastruktur pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
b. Rekomendasi
1. Dari kedua rute Rute, rute Balitbang lebih banyak banyak memberikan
kemudahan dari sisi dampak yang ada (sosial, ekonomi dan kebijakan).
DAFTAR PUSTAKA