KTI Kebidanan: Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem Panca Indera
KTI Kebidanan: Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan Sistem Panca Indera
Beranda · Daftar Isi ·
Beranda » asuhan keperawatan » ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN SISTEM
PANCA INDERA
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang berada di
sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan
hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan
terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran
pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang
berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang
berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman
banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin
jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang
kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam berbagai
tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 %
(11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati
jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di
Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas tentang proses penuaan pada
penurun fungsi sensori.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap lansia dengan gangguan sensori.
2. Tujuan Khusus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sensori Normal
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ saraf
sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi
respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau informasi
tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus
sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah menginterpretasi makna
sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik yang
diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan burung,
otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input
yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah
tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input
ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang
berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata,
telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan semua informasi
visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan informasi
suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila sistem
auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi
mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa (manis,
asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru
lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
B. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal setelah itu tubuh
mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya, tubuh juga
akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides 1994).
Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap,
penciuman, dan peraba.
1. Indra pengelihatan
Sistem pengelihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight). Lensa kehilangan elastisitas dan
kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman pengelihatan dan daya akomodasi dari
jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan sistem penerangan yang baik dapat digunakan
untuk mengompensasi hal tersebut.
2. Indra pendengaran
Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau tumor
seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel – sel rambut koklear,
reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain stem trucks dikenal
dengan sensoric neurel hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat kompleks dan umumnya tidak dapat
disembuhkan. penyebab gangguan pendengaran lainnya seperti sindrom meniere dengan ggejala seperti
vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan aquostik
neuroma.. Hal yang sering terjadi pada lansia adalah hilangnya high pitch terutama konsonan. Apabila
berbicara dengan lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga
lansia dapat melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara.
3. Indra peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi glandula
sebasea dan glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya, tetapi pada
dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta jaringan elastisnya. Bagian kecil pada
kulit menjadi muda retak dan menyebabkan cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit,
dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain angin
dan sinar matahari, terutama sinar ultraviolet.
Mutasi somatis
Pengurangan lemak
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan mengakibatkan
ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungan. Disamping itu harus dicegah faktor resiko terjadinya
ceder ketika melakukan aktivitas.
4. Indra pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai sensasi rasa ( manis,
asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang, sehingga
lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak jumlah gula atau garam
untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya
Pengecap
Peningkatan nilai ambang untuk
Penurunan kemampuan pengecapan identitas benda
Penciuman
Penurunan sensitivitas nilai ambang
Degenerasi sel sensorik mukosa hidung terhadapa bau
Peraba
1. Penurunan respon terhadap stimulus
taktil
2. Penyimpangan persepsi nyeri
3. Resiko terhadap bahaya termal yang
Penurunan kecepatan hantaran saraf berlebihan
Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan hidup
sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dan telinga dapat menurunkan kemampuan
beraktifitas. Para lansia yang memilih masalh mata dan telinga menyebabkan orang tersebut mengalami
isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.
Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera, koroid dan retina. Sklera
merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang
berbentuk transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata
tersebutsedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah.
Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh retina dengan
bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang melapisi bagian
luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis yang berfungsi untuk akomodasi.
Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan / penurunan
sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan
tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum.
Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi
kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut
meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses akomodasi merupakan
kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil
koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial sesorang mengalami penurunan daya akomodasi
makaorang tersebut disebut presbiopi. 5 masalah yang muncul ada lansia :
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan pupil
kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai
masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia
yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau
jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada
dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna,
kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-kadang menyebabkan
pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil
maka akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada
dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas
terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang
parah dia akan kehilangan penglihatan secara total. Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan
bantuan berupa test intravena fluorerensi
ngiography.treatment Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila
akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya,
membantu perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
c. Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas,
kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu
mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan
intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat
adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi),
selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan
srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula pada suhu
Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab
pertama kebutuhan di Asia.
d. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing terganggu (retina) katarak
terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa :
Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang
lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganannya yang tepat adalah pembedahan
untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas
namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan gangguan penglihatan namun
menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalh kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan
mata memerah entropi terjadikarena adanya kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah penyempitan
konjungtiva
Telinga berfungsi untuk mendengarkan suara dan alat keseimbangan tubuh, telinga dibagi 3 bagian :
telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Bagian luar terdiri dari telinga luar sampai dengan membran
tympani, telinga tengah terdiri dari kavum tympani (Maleus, innkus, stapes) antrum tympani, tuba auditiva
eustachi sedang telinga dalam terdiri dari labirintus osseous, labiririntus membranous.
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai suatu
penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat terutama
memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai
faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama
berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana timpani atau
tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada
usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan
membersihkan lobang telinga dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.
b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural
Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis, obat yang oto-
toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis.
c. Prebiakusis
1) Presbiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah
kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan
atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Presbiakusis neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel
neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan frekuensi pembicaraan atau
pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan pusat pendengaran).
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea. Prebiakusis jenis
ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea sebagai akibat proses
dari sensitivitas diseluruh daerah tes.
d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau
intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang sunyi. Apabila bising itu
begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.
Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa suatu peningkatan
sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada orang normal terdengar biasa,
pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.
3. Pengecapan
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang, rasa manis dan
asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal lidah. Fungsi pengecap
akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap akan menyebabkan makan kurang
bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya
kurang asin (padahal sudah asin).
4. Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk didalam hidung
sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi progresif pada tonjolan
olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra penciuman. Masalah yang
sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman terhadap bau-bauan. Kenikmatan makan akan
didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar
impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap
keinginan pemenuhan nutrisi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Umur : 94 thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Suku : Sunda
2. Riwayat Kesehatan
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit yang parah, klien hanya sering merasa panas-dingin atau
masuk angin.
Klien sedang tidak merasa sakit, hanya klien sudah kesulitan dalam pendengaran dan penglihatan juga
sudah menurun.
3. Riwayat Kesehatan
NO KEGIATAN DIRUMAH
1 NUTRISI
BB : 43 Kg
TB : 150Cm
IMT 19,11
2 ELIMINASI
BAB
Frekuensi 1x 1 sehari
BAK
jumlah ± 150ml
Bau Normal
4 PERSONAL HYGIENE
Mandi Mandiri
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk Simetris
Mata
Bentuk Simetris
Hidung
Bentuk Normal
Tidak ada
Telinga / pendengaran
Bentuk Normal
- Test rine -
- Test swabach -
- Test bisik -
Leher
Sirkulasi
Pernapasan
Irama pernapasan
Tidak ada
Muskuluskeletal
Tonus otot 4 4
3 3
Kulit
Turgor Elastic
Texture Normal
Bentuk Simetris
Massa -
Orientasi terhadap waktu, tempat dan ruang Mulai pikun ( lupa orang,tempat )
Reflek Baik
Tidak ada
Reproduksi Keterangan
Kehamilan -
Buah dada -
Nipple -
Keputihan
Usia menarche
Fungsi seksual
Endokrin Keterangan
Imunologi Keterangan
Suhu 36,8 ºC
Perkemihan Keterangan
a. Factor Stress
Klien merasa takut kalau melihat cucu nya yang masih kecil bermain-main sendirian, karna kedua orang
tuanya kerja dan nenek masih mengasuh cicit nya.
c. Masalah-masalah Financial
Klien takut menyusahkan cucu dan cucu menantunya karna hidup nya di topang oleh cucu menantu nya
sedangkan cucu nya sendiri tidak bekerja.
Klien hanya bisa berdoa kepada allah agar anak dan menantunya selalu di beri rezky.
e. Factor-faktor budaya
Klien berasal dari suku sunda dan dia tinggal di daerah orang2 sunda.
g. Gaya hidup
Klien hanya berdiam diri di rumah sambil bermain dengan cicitnya yang masih kecil.
h. Perasaan-perasaan ketidakberdayaan
Klien merasa tidak berdaya karna kondisi fisik nya tidak sebaik dulu. Sudah mulai tidak mendengar dan
penglihatan mulai menurun
i. Status emosional
Terkadang klien suka merasa tersinggung dan cepat marah karna salah persepsi karna fungsi pendengaran
nya sudah menurun.
6. Interaksi Sosial
b. Lama ; -
g. Perubahan bicara, penggunaan alat bantu komunikasi : klien sudah sulit mendengar tetapi tidak
menggunakan alat bantu
i. Komunikasi verbal/ non verbal dengan keluarga/ orang terdekat : Klien tampak lancer berkomunikasi
dengan cucu,cucu menantu maupun cicit nya.
7. Data Spritual
B. Analisa Data
Ds : Klien mengatakan :
DS : Klien Mengatakan :
Konjungtiva pucat
Kulit kering
DS : Klien Mengatakan
Sulit dalam berjalan
Cepat lelah
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori ) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori,
transmisi dan integrasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan untuk memasukan atau
mencernaa nutrisi oleh karena factor ekonomi
3. Gangguan mobilitas fisik bd indeks masa tubuh di atas 75 tahun percentile sesuai dengan usia.
D. Intervensi
DX NOC NIC
Pasien dapat mengidentifikasikan diri, Pastikan akses dan penggunaan alat bantu
orang, tempat, dan waktu. sensori.
DX NOC : NIC
DX NOC NIC
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses
menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit
degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap,
penciuman, dan peraba.
DAFTAR PUSTAKA
Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.