Anda di halaman 1dari 7

Analisis Fishbone

1. Faktor genetik
Keturunan/Riwayat Keluarga
1
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh
keturunan karena hipertensi merupakan penyakit poligenik dan
multifaktorial. Menurut Black and Hawks (2005) menyatakan bahwa
terdapat faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yang mempengaruhi
kejadian hipertensi adalah riwayat keluarga. i Seseorang dengan riwayat
keluarga hipertensi, beberapa gennya akan berinteraksi satu sama lain
dengan lingkungan, yang akan meningkatkan tekanan darah. Seseorang
yang orang tuanya menderita Hipertensi akan mempunyai risiko lebih
besar mengalami Hipertensi pada usia muda.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Henuhili, Victoria dkk. (2011)
dengan lima keluarga yang dilacak riwayat penyakit hipertensinya sampai
tiga generasi, ditemukan adanya kemungkinan mempunyai keturunan
hipertensi apabila seseorang yang normal kawin dengan pasangan yang
ii
hipertensi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dkk
menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi sekitar 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
tidak memiliki riwayat keluarga yang tidak hipertensi. Menurut hasil
penelitian Hasurungan menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi beresiko sebesar 2,035 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan hipertensi. iii
2. Faktor Perilaku
a. Aktifitas Fisik yang Kurang
Berdasarkan Notoatmojo, aktifitas fisik merupakan salah satu
perilaku sehat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan.iv Kurangnya aktivitas fisik banyak dihubungkan dengan
pengelolaan penyakit tidak menular. Hal ini disebabkan karena
olahraga maupun aktivitas fisik secara teratur dapat mempengaruhi
tahanan perifer yang dimungkinkan menurunkan tekanan darah.
Apabila aktivitas fisik kurang maka dapat meningkatkan risiko tekanan
darah tinggi karena berisiko juga untuk gemuk. Orang-orang yang
tidak aktif atau kurang beraktivitas akan cenderung memiliki detak
jantung yang lebih cepat dan otot jantung pun harus bekerja lebih
1
ekstra pada setiap kontraksinya. Semakin keras dan seringnya
jantung memompa maka semakin besar pula kekuatan yang
mendesak arteri.
b. Merokok,
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko terkena
hipertensi baik dari jumlah rokok ataupun frekuensi merokoknya. Zat
kimia dalam rokok dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
salah satunya nikotin yang dapat meningkatkan adrenalin yang
membuat jantung berdebar lebih cepat dan bekerja lebih keras,
frekuensi denyut jantung juga meningkat sehingga menimbulkan
kenaikan tekanan darah.
c. Mengonsumsi kopi
Frekuensi mengkonsumsi kopi dapat mempengaruhi tekanan
darah yang disebabkan oleh kandungan polifenol, kalium, dan kafein.
Polifenol dan kalium akan menurunkan tekanan darah namun kafein
akan menaikan tekanan darah dan bersifat antagonis kompetitif
terhadap reseptor adenosine, yang mengakibatkan meningkatnya
resistensi parifer yang menyebabkan tekanan darah naik.
d. Konsumsi garam berlebih
Garam merupakan faktor penting dalam proses timbulnya
hipertensi. Pengaruh garam dalam hipertensi yaitu melalui
peningkatkan volume plasma dan tekanan darah. Garam
menyebabkan penumpukan cairan tubuh karena menarik cairan di
luar sel agar tidak keluar, sehingga dampaknya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah dalam sel. Pada responden yang
mengonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan
darahnya rata-rata rendah, sedangkan orang dengan konsumsi garam
sekitar 7-8 gram per hari tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
e. Pola makan yang tidak sehat
Semakin tidak sehat pola makan seseorang maka peluang
terjadinya hipertensi juga semakin tinggi. Terbukti dengan banyaknya
responden yang menyatakan bahwa mengonsumsi banyak makanan
yang mengandung lemak tinggi, makanan dan minuman kaleng atau
makanan instan serta minuman yang banyak mengandung alkohol
dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Berdasarkan hasil
penelitian Frilyan pada tahun 2010, terdapat hubungan antara
konsumsi sayur dan buah dengan risiko terjadinya hipertensi, bahwa
responden yang mengonsumsi sayur dan buah yang dengan jumlah
yang kurang per harinya, 69% terdiagnosis hipertensi.
f. Kurangnya waktu istirahat (stress)
Beraktivitas atau berfikir terlalu keras sehingga tubuh merasa
lelah dan stress dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu-waktu.
Di dalam tubuh hormon adrenalin akan meningkat saat kita stress.
Akibat dari ini adalah jantung akan memompa darah lebih cepat
sehingga tekanan darah pun meningkat.
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan kerja
Kerja lembur / overtime berkontribusi besar terhadap berbagai
gangguan kardiovaskuler seperti penyakit jantung, serangan jantung
serta tekanan darah tinggi ). Seseorang yang bekerja 10 jam atau
lebih per harinya beresiko terkena penyakit kardiovaskuler sebesar
60 persen.
b. Lingkungan ekonomi
Masyarakat yang lebih dari 10 jam per harinya digunakan
untuk bekerja guna memenuhi kebutuhannya. Dikarenakan status
ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan
harga barang pokok. Sehingga jika harga barang pokok naik, maka
tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhan gizi standar, seperti
terlalu sedikit kandungan kalium dalam makanan. Jika asupan kalium
sedikit, artinya natrium relatif meningkat akibatnya terjadi
penumpukan cairan dalam tubuh yang akan membuat tensi darah
naik. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat yang cukup, juga
dapat mencegah terjadinya hipertensi.
c. Lingkungan sosial
Masyarakat yang cenderung mengikuti gaya hidup seperti
kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu, diet, merokok, konsumsi
alkohol, obesitas dan kurang aktifitas fisik pada wanita dapat
mengakibatkan hipertensi. Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia
yang cukup berbahaya yang terdapat pada rokok juga memberikan
peluang besar seseorang menderita hipertensi terutama pada
mereka yang termasuk dalam perokok aktif. Tak hanya
mengkibatkan hipertensi, zat rokok yang terhirup dan masuk ke
dalam tubuh akan meningkatkan resiko pada penyakit diabetes
mellitus, serangan jantung dan stroke.
d. Lingkungan fisik (panas dan kebisingan)
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka
dari itu kebisingan sering mengganggu walaupun terhadap variasi
dalam besarnya gangguan atas jenis dan kekerasan suatu
kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat
mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya
secara tiba-tiba dan tidak terduga. Kebisingan mengganggu
perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun.
Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan
darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit,
bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat
pencernaan. Kebisingan menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa
ingin marah, hipertensi dan menambah stress.
Lingkungan yang panas akan menyebabkan heat strain.
Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima
tubuh atas beban iklim kerja tersebut. Indikator heat strain adalah
peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran
keringat dan penurunan berat badan. Paparan tekanan panas
terhadap individu sehat menyebabkan berbagai reaksi fisiologis yang
penting untuk termoregulasi. Salah satunya adalah peningkatan
aliran darah melalui kulit.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Pelayanan masih kurang optimal
Di daerah Sendangmulyo terdapat satu puskesmas pembantu
yang terletak disamping kantor kelurahan. Berdasarkan hasil
kunjungan kami dapat terlihat bahwa dipuskesmas pembantu
tersebut masih kurang memadai dari segi pelayanan dan fasilitasnya.
Kelurahan Sendangmulyo yang merupakan kelurahan terbesar di
Kecamatan Tembalang dan mempunyai 32 RW, maka untuk
pelayanan yang dimiliki oleh Pustu sangatlah kurang. Petugas
kesehatan yang ada disana hanya berjumlah 3 orang dan 1 orang
dokter namun sangat jarang ada ketika di pustu tersebut. Dari
petugas kesehatan yang ada, mereka sudah merangkup mulai dari
pendaftaran pasien, diagnosis penyakit, pengambilan obat, hingga ke
bagian pembayaran.
Untuk fasilitas yang disediakan disana pun hanya terbatas untuk
mengidentifikasi beberapa penyakit seperti ISPA, diare, hipertensi,
dan beberapa penyakit ringan lainnya.
b. Jam operasional terbatas
Waktu operasional puskesmas pembantu di Kelurahan
Sendangmulyo yaitu pada hari Senin hingga Sabtu dari jam 07.00-
10.00 WIB. Maka pasien yang datang selain waktu tersebut tidak
dapat melakukan kunjungan ke pustu. Hal ini menjadi penghambat
bagi warga Kelurahan Sendangmulyo karena beberapa warga
memiliki kesibukan yang berbeda-beda seperti pekerjaan, urusan
keluarga, dll.
c. Akses susah dijangkau
Posisi puskesmas pembantu kelurahan Sendangmulyo sangat
tidak strategis karena berada di pinggir kelurahan. Kelurahan
Sendangmulyo memiliki luas wilayah yang sangat luas membuat
warga didaerah lain sangat sulit untuk mengaksesnya, terlebih lagi
pada warga yang tidak memiliki kendaraan karena di pustu tidak ada
angkutan umum yang lewat didaerah sana. Begitu juga pada
Puskesmas Kedungmundu yang terletak jauh dari Kelurahan
Sendangmulyo sehingga sulit diakses oleh warga dengan tempat
tinggal yang jauh.
5. Faktor Demografi
a. Umur/ usia
Usia dewasa merupakan rentang waktu yang harus dilalui oleh
seseorang hingga mencapai batas kekuatan fisik, kesempurnaan
akal, maupun puncak ketabahan dan kematangan serta merupakan
rentang waktu paling lama alam kehidupan.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan perilaku
yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Dalam hal menjaga kesehatan, biasanya kaum perempuan lebih
memperhatikan kesehatannya dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
dikarenakan sifat-sifat dari perempuan yang lebih memperhatikan
kesehatan dari dirinya dibanding laki-laki.
c. Pendidikan
Dimana seseorang yang berpendidikan tinggi lebih patuh
menjalani diet dibandingkan seseorang yang berpendidikan rendah.
Dikatakan berpendidikan tinggi apabila seseorang memperoleh ijazah
SMA atau pendidikan setara ke atas sedangkan berpendidikan
rendah apabila seseorang hanya mencukupi pendidikan dasar 9
tahun. Dikarenakan seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki
pengetahuanyang tinggi tentang bagaimana menjaga kesehatannya.
Sedangkan responden yang berpendidikan rendah kurang mengerti
cara menjaga kesehatan dengan baik.
i
Black, J.M & Hawks, J.H. 2005. Medical surgical nursing: clinical magament for positive
outcomes. 7th Edition. St. Louis: Elsevier Saunders

Henulili, V., Yuliati, R. T., & Nurkhasanah, L. (2011). Pola pewarisan penyakit hipertensi dalam
ii

keluarga sebagai sumber belajar genetika. In Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penera
iii
Hasurungan, Jefri., 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di
Kota Depok tahun 2012. Tesis. Program Pasca Sarjana Kesehatan Mayarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia

iv
Notoadjmojo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta; 20

Anda mungkin juga menyukai