Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN PENYAKIT KRONIK

DIABETES MELLITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga

PEMBIMBING:

Roly Marwan, Ns., M. Kep


Evy Noorhasanah., M. Imun

Disusun oleh:

Annisa Hafizah, S. Kep

1914901210098

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS


TAHUN 2020/2021
KONSEP DASAR

A. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus


1. Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta
berkembangnya komplikasi mikrovaskuler, makrovaskuler dan neurologist.
( Long, 1996 : 4 )
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
( Smeltzer,2002 : 1220 )
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara
normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk
dihati dari makanan yang dikonsumsi. (Brunner dan Suddarth, 2002).

2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus ( Sjaifoellah, 1996 : 692 )
yaitu :
1. Faktor keturunan
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel – sel betha pancreas yang
bersifat genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga
mempengaruhi sel betha serta mengubah kemampuannya dalam mengenali
dan menyebarkan rangsang yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
2. Fungsi sel pancreas dan sekresi insulin berkurang
Jumlah glukosa yang diambul dan dilepaskan oleh hati dan yang
digunakan oleh jarinagan perifer tergantung keseimbangan fisiologis
beberapa hormon. Hormon yang menurunkan glukosa darah yaitu insulin
yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
3. Kegemukan atau obesitas
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan
intoleransi glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes
mellitus dan insulin insufisiensi relative.
4. Perubahan pada usia lanjut berkaitan dengan resistensi insulin
Pada usia lanjut terjadi penurunan maupun kemampuan insulin
terutama pada poct reseptor.

3. Manifestasi Klinik
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba – tiba pada usia anak –
anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi
insulin dengan baik. Gejala – gejalanya antara lain adalah sering buang air
kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan
kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah
dan air seni, cenderung terjadi pada mereka yang berusiadibawah 20 tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan – lahan sampai
menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti
gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan
merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus,
kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang
berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun
tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak – anak dan
remaja.
Gejala – gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai
keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine
sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah
tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur,
luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran
reproduksi wanita, impotensi pada pria.

4. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. ( Carpenito, 2001 )
Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang
penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam
jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
1. Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
2. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
3. Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer,
2002 : 1256)

Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua


pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati
Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu : (Long 1996) :

1. Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa
darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami
stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
(Smeltzer, 2002 : 1272)
b. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalui disebabkan retinopati
(Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia
yang berkepanjanganyang menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa (Long, 1996 : !6)
c. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital
dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau funsi
myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf ( Long, 1996 : 17)
2. Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit
jantung koroner atau stroke
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan
ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah
kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam
pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian
juga pada daerah – daerah yang tekena trauma (Long, 1996 : 17)
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah keotak menurun (Long, 1996 : 17)

5. Pathofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa/produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen
dalam sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah
hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/dl). Pada pasien DM, kadar
glukosa dalam darah meningkat/tidak terkontrol, akibat rendahnya produk
insulin/tubuh tidak dapat menggunakannya, sebagai sel-sel akan starvasi. Bila
kadar meningkat akan dibuang melalui ginjal yang akan menimbulkan diuresi
sehingga pasien banyak minum (polidipsi). Glukosa terbuang melalui urin
maka tubuh kehilangan banyak kalori sehingga nafsu makan meningkat
(poliphagi). Akibat sel-sel starvasi karena glukosa tidak dapat melewati
membran sel, maka pasien akan cepat lewat.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara
lain:
1. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar
gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan
makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan
serta pada waktu tidur.
2. Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb
minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah
untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara
pemeriksaan darah.

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga. Definisi ini memasukkan juga
keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan
yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri, keluarga-keluarga
tanpa anak, keluarga lesbian dan homoseks, keluarga-keluarga dengan
orang tua tunggal.
2. Tipe keluarga

Tipe / bentuk keluarga menurut Sudiharto dalam buku Asuhan


keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural,
adalah sebagai berikut:
a. Keluarga Inti ( Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar ( Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Singel Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi ( Composite Family) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation Family) adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur keluarga

Struktur keluarga menurut Drs. Nasrul Effendy dalam buku Dasar-dasar


Keperawatan Kesehatan Masyarakat, edisi 2, adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Peran keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
a. Peran Formal
Adalah peran yang nampak jelas dan bersifat eksplisit
yaitu peran berdasarkan posisi setiap kandungan struktur
peran keluarga, yaitu :
1) Peranan Ayah : Sebagai suami dan ayah dari anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung
dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-
anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3) Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-
sosial sesuai dengan tingkatan perkembangannya baik
fisik, mental, social dan spiritual
b. Peran Informal
Adalah peran yang tertutup dan bersifat implisit, biasanya tidak tampak
kepermukaan dan hanya dimainkan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan emosional individual dan atau untuk menjaga keseimbangan
dalam keluarga, yaitu : Pendorong, Pengharmonis, Inisiator-
kontributor, Pendamai, Keras hati, Sahabat, Kambing hitam keluarga,
Penghibur, Penghalang, Perawat keluarga, Dominator, Koordinator,
Penghubung keluarga, Saksi.
c. Fungsi Keluarga
Fungsi-fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil
atau konsekuensi dari struktur keluarga. Lima fungsi
keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji
dan mengintervensi keluarga menurut Friedman ( 1998 )
adalah sebagai berikut :
1) Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan
memberikan cintakasih, serta saling menerima dan
mendukung.
2) Fungsi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga
berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan
sosial.
3) Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4) Fungsi Ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan dan papan.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan adalah kemampuan
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.

5. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga


atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi
keluarga menurut Friedman adalah antara lain :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi
pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,
dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga
serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.
e. Fungsi Biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan
generasi selanjutnya.
f. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman/memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
penge-tahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan telfon
3. Pekerjaan kepala keluarga
4. Pendidikan kepala keluarga
5. Komposisi keluarga

Hub
Umu
No Nama JK dng Pendidikan Status Imunisasi Ket
r
KK

Hepa Campa
BCG Polio DPT
titis k

6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut .
7. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut berkait dengan kesehatan.
8. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
9. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lain. Kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga, barang yang dimiliki keluarga.
10. Aktifitas rekreasi keluarga
 Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi.
 Nonton TV.

Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
13. Riwayat keluarga inti (tinggal dalam satu rumah)
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber Yankes yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman terhadap Yankes.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.

Pengkajian Lingkungan
15. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan
perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW menjelaskan mengenai
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi
kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
17. Mobilisasi geografis keluarga
Mobilisasi geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya
dengan masyarakat.
19. Sistem penduduk keluarga
 Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan.
 Fisik, psikis atau dukungan dari anggota keluarga.
 Sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
21. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk merubah perilaku.
22. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
23. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.

Fungsi Keluarga
24. Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
25. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi / hubungan dalam keluarga
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
26. Fungsi perawatan kesehatan
 Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
 Kesanggupan keluarga melaksakan 5 tugas kesehatan.

Hal-Hal Yang Dikaji Sejauh Man Keluarga Melakukan Pemenuhan Tugas


Perawatan Keluarga adalah :
a. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga mengenal masyarakat
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui
mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi
keluarga terhadap masyarakat.
b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah.
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masyarakat yang
dialami.
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
 Apakah keluarga kurang mempercayai terhadap tenaga kesehatan.
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan
dalam mengatasi masalah.
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat,
penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatannya).
 Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sumber-sumber yang
ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
sumber keuangan / finansial, fasilitas fisik, psiko sosial).
 Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang
dimiliki.
 Sejauh mana keluarga melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan
lingkungan.
 Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.
 Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.
 Sejauh mana sikap / pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
 Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga.
e. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas /
pelayanan kesehatan dimasyarakat yang perlu dikaji adalah :
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan.
 Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang
diperoleh fasilitas kesehatan.
 Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan
fasilitas kesehatan.
 Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan.
 Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
27. Fungsi reproduksi
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga.
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
28. Fungsi ekonomi
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan.
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

Stres Dan Koping Keluarga

29. Stressor jangka pendek dan panjang


a. Stressor jangka pendenk adalah stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
b. Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor hal yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi / stressor.
31. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila mengalami
permasalahan.
32. Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi masalah.
33. Pemeriksaan Fisik
 Memeriksa fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
 Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
34. Harapan Keluarga
Pada akhirnya pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin timbul pada pasien DM:
1. Ketidakmampuan keluarga menganal masalah kesehatan keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetus
mellitus seperti pengertian, penyebab, tanda dan gejala.
2. Resiko terjadi komplikasi lebih lanjut pada klien berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan berhubungan dengan kurang mengatur
keuntungan dan pemeliharaan rumah yang sehat.
C. Intervensi

DP Tujuan Intervensi Rasional


Ketidak mampuan Setelah dilakuakan tindakan       Kaji pengetahuan       Menetahui tingkat
keluarga mengenal keperawatan selama I keluarga tentang pengetahuan keluarga
masalah kesehatan Minggu keluarga mampu pengertian DM, tentang DM.
keluarga berhubungan mengenal masalah penyebab DM, tanda
dengan kurangnya kesehatan yang terjadi pada dan gejala DM.
pengetahuan tentang klien dan keluarga mampu :       Jelaskan pada keluarga
penyakit diabetus 1. Menyebutkan tentang pengartian DM,
mellitus seperti pengertian DM. penyebab DM, tanda
pengertian, penyebab, 2. Menyebutkan dan gejala DM.
tanda dan gejala. penyebab DM.       Beri kesempatan pada
keluarga untuk
3. Menyebutkan tanda
mengungkapkan.
dan gejala DM.

Setelah dilakukan tindakan


      Kaji pengetahuan       Agar keluarga
keperawatan selama I
Resiko terjadi keluarga tentang mengetahui
Minggu keluarga mampu
komplikasi lebih lanjut koplikasi DM, komplikasi DM.
merawat anggota keluarga
pada klien penanganan DM,       Keluarga mampu
yang sakit untuk mencegah
berhubungan dengan komplikasi, keluarga juga makanan yang tidak melakukan perawatan
ketidakmampuan mampu : boleh dimakan/bebas mandiri pada DM.
keluarga merawat 1. Menyebutkan dimakan dan boleh tapi
anggota keluarga yang komplikasi DM. dibatasi.
sakit. 2. Menyebutkan cara       Jelaskan pada keluarga
penanganan DM. tentang komplikasi DM,
penanganan DM dan
3. Menyebutkan
makanan yang tidak
makanan yang tidak boleh
boleh dimakan/bebas
di makan/bebas dimakan,
dimakan dan boleh tapi
boleh dimakan tapi dibatasi.
dibatasi.
      Berikesempatan pada
keluarga untuk
mengungkapkan.
      Beri reiforcement
positif pada keluarga
atas jawaban yang
benar.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama I
      Kaji pengetahuan       Agar Keluarga dapat
Minggu keluarga mampu
keluarga tentang arti hidup dilingkungan
memelihara lingkungan
rumah sehat dan ciri yang sehat
yang dapat meningkatkan
Ketidakmampuan rumah sehat.
kesehatan, keluarga juga
keluarga dalam
mampu :
memelihara       Suport keluarga untuk
1.      Menyebutkan arti rumah
lingkungan yang dapat menjaga kebersihan
sehat.
meningkatkan lingkungan rumah.
2.      Menyebutkan ciri rumah
kesehatan berhubungan
sehat.
dengan kurang       Jelaskan pada keluarga
3.      Memodifikasi dan
mengetahui tentang pentingnya
memelihara lingkungan
keuntungan dan lingkungan yang sehat
yang sehat.
pemeliharaan rumah bagi peningkatan derajat
yang sehat. kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. dkk, (2002), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III, Media
Aesculapius FKUI, Jakarta

Askandar Tjokroprawiro, dr. DR. Prof. (2002), Hidup Sehat Dan Bahagia
Bersama Diabetes, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Brunner & Suddarth (2002), Keperawatan Mediakl Bedah Vol.2, EGC, Jakarta

M. Syaifullah (2002), Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid Edisi III, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta

Sarwono Waspadji (2002), Pedoman Diit Diabetes Melitus, Balai penerbit FKUI,
Jakarta

Banjarmasin, Oktober 2020

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Roly Marwan, Ns., M. Kep) (Evy Noorhasanah., M. Imun)

Anda mungkin juga menyukai