Makalah Hukum Waris Kel 13
Makalah Hukum Waris Kel 13
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
terwujud makalah kami yang bertemakan ‘’Hibah Wajib” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Waris. Terimah kasih kepada Bapak H. MOH. Murtadlo ,
Drs, M Yang telah membimbing kami dalam proses pemahaman mata kuliah ini.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Hibah.....................................................................................................3
2. Rukun dan Syarat Hibah.........................................................................................5
3. Macam-Macam Hibah.............................................................................................7
4. Penarikan Hibah......................................................................................................9
BAB III.......................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT dan sebagai rahmat
bagi seluruh alam semesta melalui nabi Muhammad SAW. Semasa hidup, beliau
selalu berbuat baik dengan amalan sholeh seperti puasa, sholat, zakat, menolong
sesama umat muslim maupun nonmuslim. Bentuk tolong menolong itu
bermacam-macam, bisa berupa benda, jasa, jual beli, dan lain sebagainya. Salah
satu diantaranya adalah hibah. Begitupun juga dengan Zakat adalah sebuah
kewajiban yang harus dilaksanakan karena bagian dari rukun Islam, demikian pula
shodaqoh karena islam menganjurkan untuk bershodaqoh dengan tujuan
menolong saudara muslim yang sedang kesusahan dan untuk mendapat ridho
Allah SWT. Shodaqoh bisa berupa uang, makanan, pakaian dan benda-benda lain
yang bermanfaat. Dalam pengertian luas, shodaqoh bisa berbentuk sumbangan
pemikiran, pengorbanan tenaga dan jasa lainnya bahkan senyuman sekalipun.
Beberapa hal diatas adalah bagian dari tolong menolong dalam kebaikan
yang diperintahkan agama Islam seperti pemberian zakat, hadiah, hibah dan
shodaqoh. Maka dalam makalah singkat in akan dibahas mengenai apa saja yang
berkenaan dengan hibah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian hibah secara bahasa maupun istilah
3. Macam-macam hibah
4. Penarikan Hibah
1
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian hibah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hibah
Kata hibah berasal dari akar kata wahaba - yahabu - hibatan, berarti
memberi atau pemberian.1 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
pemberian dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang
lain. Kata wahaba digunakan dalam al-Qur‟an beserta kata derivatnya sebanyak
25 kali dalam 13 surat.
Menurut istilah ulama‟ fiqh, kata hibah dirumuskan dalam redaksi yang
berbeda-beda, menurut madzhab Hanafi, hibah adalah memberikan sesuatu benda
dengan tanpa menjanjikan imbalan seketika, sedangkan menurut madzhab Maliki
yaitu memberikan milik sesuatu zat dengan tanpa imbalan kepada orang yang
diberi, dan juga bisa disebut hadiah. Madzhab Syafi‟i dengan singkat menyatakan
bahwa hibah menurut pengertian umum adalah memberikan milik secara sadar
sewaktu hidup.
3
2) Shadaqah, yaitu menghibahkan harta dengan harapan mendapatkan suatu
pahala di akherat kelak
3) Hadiah, yaitu pemberian yang menurut orang yang di beri untuk
memberikan suatu imbalan atau balas jasa.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam, pasal 210 ayat (1) menyatakan
bahwa:
َ َّال َربِّ ه َۡب لِي ِمن لَّ ُدنكَ ُذرِّ ي َّٗة طَيِّبَ ۖةً إِن
٣٨ ك َس ِمي ُع ٱل ُّدعَٓا ِء َ َك َدعَا َز َك ِريَّا َربَّ ۖۥهُ ق
َ ِهُنَال
Artinya:
4
b) QS. Al Munafiqun 10:
Artinya:
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
"Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-
orang yang saleh?"
1) Wahib (pemberi)
Wahib adalah pemberi hibah, yang menghibahkan barang miliknya.
Jumhur ulama berpendapat, jika orang yang sakit memberikan hibah, kemudian ia
meninggal, maka hibah yang di keluarkan adalah sepertiga dari harta peninggalan.
2) Mauhub lah (penerima)
5
Penerima hibah adalah seluruh manusia. Ulama sepakat bahwa seseorang
dibolehkan menghibahkan seluruh harta.
3) Mauhub
Mauhub adalah barang yang dihibahkan.
6
Barang tersebut dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa barang yang
dihibahkan adalah sesuatu yang dimiliki, diterima peredarannya,
dan kepemilikannya dapat berpindah tangan.
Tidak berhubungan dengan tempat milik pemberi hibah secara
tetap, seperti menghibahkan tanaman, pohon, atau bangunan tanpa
tanahnya.
Dikhususkan, yakni barang yang dihibahkan bukan milik umum,
sebab kepemilikan tidak sah kecuali apabila ditentukan seperti
halnya jaminan.
Mengenai ijab qabul yaitu adanya pernyataan, dapat saja berbentuk lisan
atau tulisan. Sedangkan menurut ulama Hanafi, berpendapat bahwa ijab saja
sudah cukup tanpa harus diikuti dengan qabul, dengan perkataan lain hanya
berbentuk pernyataan sepihak.
3. Macam-Macam Hibah
Adapun macam-macam hibah sebagai berikut:
7
barang sepenuhnya menjadi milik mauhub lah. Sehingga dia mampu melakukan
tindakan hukum pada barang tersebut tanpa ada batasan waktu.
8
Hadiah, yang dimaksud dengan hadiah ialah pemberian dari seseorang
kepada orang lain tanpa adanya penggantian dengan maksud
mengagungkan atau karena rasa cinta.
Wasiat, adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau
lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia.
Pada umumnya orang sukar membedakan antara kata hibah, sedekah dan
hadiah pengertian hibah menurut bahasa hampir sama dengan pengertian sedekah
dan hadiah, perbedaannya sebagai berikut:
a. Jika pemberian kepada orang lain dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, dan diberikan kepada orang yang sangat
membutuhkan tanpa mengharapkan pengganti pemberian tersebut
dinamakan sedekah.
b. Jika pemberian tersebut dimaksudkan untuk mengagungkan atau karena
rasa cinta, dinamakan hadiah.
c. Jika diberikan tanpa maksud yang ada pada sedekah dan hadiah
dinamakan hibah.
4. Penarikan Hibah
Pada dasarnya hibah tidak boleh ditarik kembali, kecuali hibah atau
pemberian orang tua kepada anaknya. Pasal 212 Kompilasi Hukum Islam secara
tegas menyatakan bahwa hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang
tua kepada anaknya. Hadits-hadits yang menjelaskan tercelanya menarik kembali
hibah dan pemberian lainnya menunjukkan akan keharaman hal
tersebut.Sebagaimana hadits berikut ini:
9
Artinya:
Kemudian dalam hadits yang lain, Nabi Saw menyuruh salah satu dari
sahabatnya untuk menarik kembali pemberian (hamba) kepada salah satu dari
beberapa anaknya. Sebagaimana dalam hadits berikut:
ْيث الَى النَّبِ ِّي قَال الَ يَ ِح ُّل لِل َّر ُج ِل أَن
َ س َوا ْب ِن ُع َم َر يَ ْر فَ َعا ِن ا ْل َح ِد ٍ َب َّ عَنْ ت ْب ِن ع
ير ِخ َع فِي َها إِالَّ ا ْل َو ا ِل َد فِي َما يُ ْع ِطي َولَدَه ُ َ
ْ يُ ْع ِط َي ا ْل َع ِطيَّة ث َّم
Artinya :
Dari Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, keduanya menaikkan hadis kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Tidaklah halal jika
seseorang memberikan pemberian kemudian dia menarik lagi pemberiannya,
kecuali orang tua (yang menarik lagi) sesuatu yang telah dia berikan kepada
anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa-i, dan Ibnu Majah; no. 2377;
dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Hibah berarti pemberian
dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada
orang lain.
Menurut istilah, hibah adalah kepemilikan sesuatu benda melalui
transaksi akad tanpa mengharap imbalan yang telah diketahui
dengan jelas ketika pemberi masih hidup.
Menurut Jumhur ulama, rukun hibah ada empat, yaitu: Wahib
(pemberi), Mauhub lah (penerima), Mauhub (barang yang
dihibahkan), dan Shighat (ijab dan qabul)
Macam-macam hibah ada dua yaitu, mu’abbad dan mu’aqqad.
Al-Hibah, adalah akad yang dilakukan dengan maksud
memindahkan milik seseorang kepada orang lain ketika masih
hidup dan tanpa imbalan.
Shadaqah, pemberian kepada orang lain dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. dan diberikan kepada orang
yang sangat membutuhkan tanpa mengharapkan pengganti
pemberian tersebut.
Hadiah, yang dimaksud dengan hadiah ialah pemberian dari
seseorang kepada orang lain tanpa adanya penggantian dengan
maksud mengagungkan atau karena rasa cinta.
Wasiat, adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang
lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal
dunia.
11
B. Saran
Penulis menyadari terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan
tugas ini, namun penulis telah berupaya dan berusaha atas terselesainya tugas
ini. Suatu yang sangat di harapkan adalah saran dan kritikan yang membangun
demi memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurang-kekurangan yang ada.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://kerinci.kemenag.go.id/2014/09/06/artikel-hukum
keluarga-wasiat-wajibah-dalam-khi-dan-perspektiffiqh/
diakses pada 29 Desember 2015
13