Anda di halaman 1dari 20

INFECTIOUS BRONCHITIS (IB)

Disusun Oleh :

AFRIDA YANTI HARAHAP, S.KH

NIM : 1902101020060

Kelompok : 9

Gelombang : 17

LABORATORIUM PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infectious Bronchitis (IB) terjadi hampir diseluruh dunia dan

mempunyai arti ekonomis yang sangat penting pada peternakan ayam, karena

dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan efisiensi ransum,

menurunkan kualitas karkas (pada ayam pedaging) serta penurunan produksi

telur (kualitas dan kuantitas telur). Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada

tahun 1931 di kawanan ayam muda di Amerika Serikat. Sejak saat itu,

penyakit ini telah diidentifikasi pada broiler, layer dan ayam breeder di

seluruh dunia. Vaksin untuk membantu mengurangi kerugian pada ayam

pertama kali digunakan pada tahun 1950 (Bande et al., 2017).

Penyebab penyakit ini adalah virus corona yang tergolong single

stranded (ss) RNA, family Coronaviridae dan genus Coronavirus. Virus ini

mempunyai envelope (Boursnell et al., 1987). Sejumlah serotipe IB

mempunyai struktur antigenik yang berbeda dapat dievaluasi dengan uji

netralisasi virus. Berbagai strain virus IB akan menimbulkan efek patologik

yang berbeda pada ayam.

Virulensi virus IB terhadap saluran reproduksi dan selanjutnya pada

produksi telur juga bervariasi, berkisar dari perubahan kerabang tanpa

penurunan produksi sampai penurunan produksi 10-50%. Virus IB pada

umumnya inaktif pada suhu 56oC selama 15 menit dan 45 oC selama 90 menit.
Virus lebih tahan lama pada Ph 11. Virus IB akan mati dengan capat di luar

tubuh ayam dan sensitif terhadap berbagai jenis desinfektan (Tabbu, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian penyakit Infectious Bronchitis ?

2. Bagaimana etiologi penyakit Infectious Bronchitis ?

3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit penyakit Infectious Bronchitis ?

4. Bagaimana patologi anatomi dan histopatologi dari Infectious Bronchitis ?

5. Bagaimana cara penularan penyakit Infectious Bronchitis ?

6. Bagaimana diagnosa laboratorium penyakit Infectious Bronchitis ?

7. Bagaimana diagnosa banding penyakit Infectious Bronchitis ?

8. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyakit Infectious

Bronchitis ?

1.3.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian penyakit Infectious Bronchitis.

2. Mengetahui etiologi penyakit Infectious Bronchitis.

3. Mengetahui tanda-tanda dan gejala Infectious Bronchitis.

4. Mengetahui patologi anatomi dan histopatologi dari Infectious Bronchitis.

5. Mengetahui cara penularan penyakit Infectious Bronchitis.

6. Mengetahui diagnosa banding penyakit Infectious Bronchitis

7. Mengetahui diagnosa laboratorium penyakit Infectious Bronchitis.

8. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan penyakit IB (Infectious

Bronchitis).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Infectious Bronchitis Avian

Infectious Bronchitis merupakan penyakit viral yang meyerang saluran

pernapasan dan sistem reproduksi ayam yang bersifat akut dan sangat mudah

menular dengan masa inkubasi yang singkat, antara 18-36 jam. Secara umum,

ada tiga manifestasi klinis dari infeksi IBV, yang meliputi masalah

pernapasan, gangguan reproduksi, dan nefritis (Retno et al., 2015).

Beberapa strain virus penyebab infeksi bronkitis virus (IBV), adalah

Penyakit Infectious bronchitis (IB) adalah penyakit pernapasan akut dan

sangat menular pada ayam. Penyakit ini ditandai oleh tanda-tanda pernapasan

termasuk terengah-engah, batuk, bersin, pilek trakea, dan cairan hidung. Pada

ayam muda, gangguan pernapasan parah dapat terjadi. Pada ayam petelur

(layer), terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi telur, dan

penurunan kualitas telur internal dan kualitas kulit dan bentuk telur

(Dharmayanti and Risa, 2016) dan terdapat beberapa strain virus yang

menyebabkan kerusakan pada ginjal yang parah dan mengakibatkan kematian

yang tinggi (Butcher et al. 1998; Cavanagh & Naqi, 2003).

Infectious Bronchitis sudah tersebar di seluruh dunia dan memiliki

banyak serotipe. Dua atau lebih serotipe dapat dilihat secara bersamaan dalam

satu wilayah geografis. Penyakit ini bervariasi dipengaruhi oleh: virulensi

virus, usia burung, vaksinasi sebelumnya; imunitas maternal (burung muda),


dan komplikasi infeksi (Mycoplasma, E. coli, penyakit Newcastle) (Garry,

2013).

2.2 Etiologi Penyakit Infectious Bronchitis

Infectious bronchitis disebabkan oleh virus yang masuk golongan

Coronavirus mempunyai struktur single stranded RNA dan merupakan virus

ber amplop. Virus ini memiliki 4 protein struktural, diantaranya protein

nucleocapsid (N), glycoprotein membrane (M), small membrane ((E), serta

glycoprotein spike (S) yang terletak pada permukaan virion dan memiliki dua

sub unit yaitu S1 dan S2. Pada sub unut S1 terdapat epitop yang spesifik dari

serotype sehingga protein ini berfungsi untuk menetralisasi antibodi serta

mengaglutinasi sel darah merah hospes. Darisinilah yang menyebabkan

protein S1 menjadi target utama dari antibody IB, baik setelah infeksi maupun

vaksinasi. Gen S1 dapat digunakan untuk mengklasifikasikan serotipe virus ,

yaitu apabila diantara virus yang dibandingkan mempunyai homologi lebih

dari 95% maka bisa dikatakan termasuk dalam satu serotype. Variasi gen S

dan N sangat berperan dalam memunculkan irus IB varian baru dan digunakan

sebagai standar analisis untuk melihat adanya varian virus IB (Oade et al.,

2019).

Virus IB bersifat labil, dapat dirusak dengan segala desinfektan yang

bersifat lipolitik karena virus ini beramplop. Amplop virus terdiri dari lemak,

dan lemak dapat hilang oleh detergen maupun desinfektan. Protein S dan N

menancap pada amplop virus, sehingga apabila amplop dirusak, maka protein
S dan N akan ikut rusak sehingga tidak bisa menempel pada sel hospes. Selain

itu virus dapat dirusak dengan paparan sinar matahari langsung dan panas.

Virus IB pada umumnya inaktif pada suhu 56 oC selama 15 menit dan

45oC selama 90 menit. Virus lebih tahan lama pada Ph 11. Selain itu virus

dapat bertahan pada organ yang terinfeksi virus IB dalam 50% gliserin NaCl

fisiologis. Virus IB memiliki kemampuan untuk bermutasi atau bertukar

genetic dengan mudah. Hal ini disebabkan virus IB merupakan virus RNA

yang tidak memiliki kemampuan proofreading atau kemampuan untuk

mengembalikan struktur apabila terdapat kesalahan replikasi. Selain itu

apabila terdapat dua strain virus IB menyerang di satu sel yang sama, ada

kemungkinan untuk terjadi pertukaran struktur gen di antara keduanya

sehingga dapat terjadi mutasi genetic. Akibatnya banyak varian yang

teridentifikasi dan sulit dikontrol dengan vaksin (Retno et al., 2015).

2.3 Gejala Klinis Penyakit Infectious Bronchitis

1. Gangguan yang dapat dilihat pada penyakit IB adalah keluarnya lendir dari

hidung, ayam sulit bernafas sehingga berusaha menarik nafas dengan

memanjangkan leher dan membuka paruh lebar-lebar, ngorok, bersin, dan

batuk. Mata terlihat selalu basah dan selaput niktitan (selaput kelopak

mata dalam) berwarna merah. Nafsu makan dan minum menurun.


Gambar 1. Ayam memanjangkan lehernya karena kesulitan bernapas .

2. Semua umur ayam peka terhadap IB, tetapi kematian paling banyak terjadi

pada anak ayam berkisar 0-40%. Ayam muda yang sembuh dari IB akan

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi. Alat dan saluran

reproduksi bisa mengalami kerusakan parah sehingga ayam petelur tidak

bisa menghasilkan telur. Pada ayam petelur dewasa akan terdengar suara

ngorok waktu bernafas dan kualitas dan kuantitas telur menurun.

Gambar 2. Penurunan kualitas telur.

3. Penyakit IB pada ayam pedaging menyebabkan standar berat badan tidak

tercapai dan menyebabkan peluang terserang penyakit saluran pernapasan

yang lain. Ayam pedaging yang terinfeksi virus IB yang bersifat

nefropatik dapat terlihat sembuh dari fase respiratorik, tetapi akan

menunjukkan gejala kelesuan, bulu berdiri, diare, dan peningkatan

konsumsi air.
4. Gejala patognomonik dari IB adalah Penguin Syndrome, dikarenakan

adanya cystic oviduk.

Gambar 3. Penguin Syndrome.

2.4 Patologi Anatomi

1. Jika dilakukan pembedahan bangkai akan tampak kelainan pada salura

pernapasan, kantung udara, ovarium, oviduk dan terkadang pada ginjal.

Perubahan saluran perapasan yaitu pada trakea, bronkus dan rongga

hidung ditemukan lendir yang bersifat serous. Selaput lendir trakea

menjadi kemerahan serta kantung udara menjadi keruh dan ada bagian

yang menebal.

a b c d

Gambar 4. a) IB bentuk pernapasan, trachea hyperemia dan ptechiae, b) IB bentuk


nephropathogenic, pembengkakan pada ginjal dan penimbunan asam urat, c) IB bentuk
reproduksi, kista dalam oviduk dan kuning telur dalam abdomen, d) IB bentuk
proventrikulus (penguin) cystic pada oviduk.
2. Pada ayam petelur masa produksi ovarium menjadi lembek dan lunak.

Gambar 5. Ovarium menjadi lembek dan lunak

3. Pada ginjal dapat ditemukan perubahan yang khas yaitu pembengkakan

disertai pengendapan asam urat (Gambar 4 b).

2.5 Histopatologi

a. Secara histopatologi terdapat eksudat yang bercampur dengan eritrosit

pada lumen trachea. Trachea mengalami penebalan mukosa, infiltrasi

seluler, infiltrasi sel radang mononuclear (limfosit), dan hemoragi pada

tunika mukosa serta kongesti pada tunika submukosa.

b a

Gambar 6. Lumen terdapat eksudat yang berisikan elemen seluler yang tersebar, a)
hemoragi pada tunika mucosa dan b) kongesti pada tunika submucosa trachea
b. Pada ayam yang menderita IB secara mikroskopik terlihat epitel

permukaan memendek, edema ekstensif, dan infiltrasi limfosit di daerah

mukosa pada oviduk.

a
b

Gambar 7. Gambaran mikroskopik oviduk ayam. a) epitel permukaan


memendek, b) edema ekstensif, dan c) infiltrasi limfosit di daerah
mukosa pada oviduk.

c. Ginjal memperlihatkan perubahan nephritis-nephrosis. Multifocal infiltrasi

limfosit pada interstitium ginjal, edema dan hemoragi. Dengan pewarnaan

Gamorii Methenamine Silver terdapat kristal urat pada tubulus ginjal

a
b

Gambar 8. a) hemoragi, b) infiltrasi limfosit pada tubulus ginjal


Gambar 9.

Kristal urat pada tubulus ginjal (tanda panah merah)

Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Telur yang Terinfeksi IB

Blood spot

Bagian internal telur ayam dengan albumin (luar dan dalam) yang sangat encer,

yolk pucat, dengan blood spot akibat infeksi IB


Bagian internal telur ayam dengan albumin (luar dan dalam) yang sangat encer,

membrane vitelin yang rupture (sobek) sehingga yolk terbebas kesekitarnya akibat

IB

Terdapat batas yang jelas antara putih telur kental dan encer pada telur normal

(kiri) sedagkan pada kasus IB putih telur menjadi encer sehingga tidak ada batas

jelas antara putih telur kental da encer (kanan). (Retno et al., 2015)

2.6 Penularan Penyakit

Gambar 10. Skema penularan IB


Penyakit IB menular dalam waktu yang sangat singkat. Masa inkubasi

18-36 jam. Penularan tidak terjadi secara vertikal (dari induk ke anaknya).

Penularan dapat terjadi melalui udara yang mengandung partikel virus yang

berasal dari hidung dan tenggorokan unggas yang terserang oleh penyakit ini.

Ayam yang sembuh masih mengandung virus dalam waktu satu bulan, dan

tetap tinggal kebal tetapi tidak sebagai pembawa sifat yang abadi (Akoso,

1993). Penularan dari peternakan ke peternakan terkait dari pergerakan orang

yang terkontaminasi, peralatan, dan kendaraan. Mengikuti infeksi, ayam

mungkin tetap karier dan mengeluarkan virus selama beberapa minggu.

Penularan dari telur tidak terjadi pada kejadian penyakit virus ini. Ventilasi

yang buruk dan kepadatan tinggi merupakan faktor predisposisi (Retno et al.,

2015).

2.7 . Diagnosa Banding

1. Newcastle Desease (ND)

ND juga menyerang sstem pernapasan yang menimbulkan

ptechi pada trachea sama dengan IB yang dapat meyebabka adanya

ptchi pada trachea, tetap dapat dilihat perbedaanya pada ND dapat

meginfeksi salura digesti dan terdapat ptechi pada nnodul-nodul

proven, sedangkan pada IB tidak menginfeksi saluran pencernaa

(Manual Penyakit Unggas, 2014).

2. Infectious Laryngotracheitis (ILT)

Pada ILT menunjukkan gejala klinis yang sama degan IB,

yaitu adanya leleran hiidung, suara mengorok, yang diikuti dengan


batuk dan tarik nafas. Tetapi tanda klinis dengan keluarnya cairan

mucus berdarah adalah khas untuk ILT, sedanngkan pada IB tidak

terjadi batuk atau keluarnya cairan mucus berdarah (Manual

Penyakit Unggas, 2014).

3. Snot (Coryza)

Coryza adalah penyakit meular pada unggas yang

menyerang sistem perapassan yang disebabkan oleh bakteri. dari

hidung keluar eksudat berwarna jernih sampai kuning dan

bernanah dengan bau khas/busuk. Sekitar lubang hidung terdapat

kerak eksudat yang berwarna kuning, sinus infraorbital mengalami

pembengkakan akibatnya lipatan sekitar mata membengkak dan

mata tertutup. Sedangkan pada IB cairan yang keluar tidak berbau

busuk dan tidak terjadi pembengkakak pada sus infraorbiital

(Manual Penyakit Unggas, 2014).

4. Chronnic Respiratory Desease (CRD)

CRD merupakan penyakit unggas yang dapat meyerang

sistem pernapasan pada ayam muda dan dapat menyebabkan

penurunan produksi telur, sedangkan pada IB juga dapat

menyebakan penurunan produki telur dan juga dapat mengganggu

pembentukan dari telur (Manual Penyakit Unggas, 2014).


2.8 Diagnosa Laboratorium

Diagnosis tidak dapat didasarkan pada gejala gejala klinis karena

kemiripan dengan bentuk pernapasan ringan dari gejala penyakit

pernapasan lain seperti penyakit Newcastle disease, Laringotrakeitis,

Mycoplasma (CRD), dan infeksius Coryza /Snot. Konfirmasi diagnosis

didasarkan pada isolasi virus, sering dibantu oleh serologi. Penggunaan

ekstensif dari vaksinasi vaksin live dan inaktif, dapat mempersulit

diagnosa dengan metode serologis seperti diketahui antibodi vaksinasi dan

infeksi lapangan tidak selalu dapat dibedakan.

Persistensi vaksin hidup juga dapat membingungkan upaya pemulihan

dan /atau mengidentifikasi strain lapangan penyebab IBV. Sampel Sampel

diagnostik harus dikumpulkan segera setelah gejala klinis teramati. Swab

trakea harus dikumpulkan dari 5-10 ekor unggas per kawanan terserang.

Selain itu, sampel serum berpasangan harus dikumpulkan (paired serum).

Sampel jaringan segar harus diambil dari paru-paru, ginjal, oviduct, dan

cecal tonsil secara aseptik.

Di laboratorium, swab tube broth atau tissue homogenates digunakan

untuk menginokulasi telur berembrio berumur 9 sampai 11 hari. Setelah

beberapa hari, cairan chorioallantoic dipanen dan dapat menghasilkan

reaksi negatif hemaglutinasi dengan sel darah merah ayam. Bila embrio

positip IBV, embrio menjadi Curling /keriting, kerdil dan mati. Konfirmasi

terhadap IBV, dan serotipe, dapat dilakukan dengan berbagai metode

deteksi antibodi termasuk: virus netralisasi (VN), uji antibodi


immunoflourescent /immunoflourescent antibody assay (IFA), antigen-

capture enzymelinked immunosorbent assay (AC-ELISA), dan antibodi

monoklonal. Namun, hanya tes VN dan beberapa antibodi monoklonal

dapat membedakan antara serotipe yang berbeda. Reverse transcriptase-

polymerase chain reaction (RT-PCR), diikuti oleh restriction fragment

length polymorphism (RFLP), dan /atau gen S1 sequencing biasanya

digunakan untuk mengidentifikasi tipe IBV. Uji antibodi

immunoflourescent /immunoflourescent antibody assay (IFA) atau

mikroskop elektron dapat digunakan pada sampel trakea untuk diagnosa

cepat (rapid diagnosis) tetapi uji-uji ini tidak membedakan diantara

perbedaan tipe IBV.

2.9 Pengendalian Penyakit

Pencegahan

1. Vaksinasi IB pada ayam pedaging diberikan pada umur 4 hari dan

diulangi pada umur 18-21 hari menggunakan Medivac IB H-120 atau

Medivac ND-IB

2. Pada ayam petelur vaksinasi diberikan 4-5 kali sebelummemasuki

periode bertelur

3. Monitoring/pemantauan titer antibody IB secara rutin khususnya untuk

ayam petelur dan pedaging

4. Melakukan sanitasi kandang


Pengobatan

Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan IB.

Ketidakefektifan vaksin IB disebabkan oleh perbedaan di antara kedua

serotipe vaksin virus dan virus IB yang menyebabkan wabah di lapangan

(Darminto 1992). Mutasi dalam genom akan menghasilkan varian virus IB

baru (Moore et al., 1998). Isolasi dan identifikasi Isolat IBV penting untuk

dilakukan sejak vaksin isolat serotipe dipilih berdasarkan lokasi di mana

vaksin diberikan untuk memberikan kekebalan yang lebih baik. Varian

virus IB yang cukup tinggi menyebabkan banyaknya virus di lapangan

sehingga tindakan vaksinasi tidak lagi efektif. Isolasi dan identifikasi isolat

virus IB penting dilakukan berdasarkan serotipe yang ada pada wilayah

tertentu agar program vaksinasi efektif dilakukan (Aziz et al., 2019).

Usaha yang dapat dilakuka apabila hewan sudah terserang adalah

membuat kodisi tubuh ayam cepat membaik dengan merangsang nafsu

makannya (pemberian Vita Stress) dan mencegah infeksi sekunder dengan

Theraphy Doxyvet atau Neo Meditril (Reto et al., 2015)

.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infectious Bronchitis merupakan penyakit viral yang meyerang

saluran pernapasan dan sistem reproduksi ayam yang bersifat akut dan

sangat mudah menular dengan masa inkubasi yang singkat, antara 18-36

jam. Secara umum, ada tiga manifestasi klinis dari infeksi IBV, yang

meliputi masalah pernapasan, gangguan reproduksi, dan nefritis.

Gejala penyakit yang ditimbulkan adalah bervariasi tergantung

pada umur ayam. Penyakit ini ditandai dengan gejala ngorok basah akibat

adanya cairan dalam trakea, batuk dan bersin. Pada anak ayam, penyakit

ini akan Nampak dengan gejala kesulitan bernafas (bernafas melalui

mulut) dan pada ayam petelur ditandai dengan adanya penurunan produksi

telur yang mendadak.

Penyakit IB umumya dapat dideteksi dengan adanya gejala klinis

yang nampak serta terjadi perubahan patologi anatomi pada saluran

pernapasan khusunya bronkus dan pada saluran reproduksi khusunya

oviduk. Perubahan pada oviduk tersebut menyebabkan penurunan

produksi maupun kualitas telur, bahkan dapat pula ditemukan cystic.

Perubahan patologi anatomi juga bisa ditemukan pada ginjal, yaitu adanya

pembengkakan pada ginjal serta ditemukannya timbunan asam urat di

ureter.
Strain yang terakhir menyebabkan nefritis interstitial yang

mengakibatkan kematian yang signifikan. Infectious bronchitis adalah

penyakit virus menular akut ayam dari segala usia. Penyakit ini dapat

menyebabkan kerugian ekonomi yang parah pada sektor industri

peternakan ayam broiler, ayam indukan dan ayam petelur.

Pencegahan bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan yang

baik dan praktek desinfeksi, selama periode kandang kosong, dapat

membantu mencegah masalah infeksi berulang di peternakan. Dan juga

dilakukan vaksinasi secara teratur.

3.2 Saran

Adapun saran dari penulis dengan adanya makalah ini, para

pembaca dapat mengetahui penyakit infectious bronchitis dan dapat

mencegah penyakit tersebut. Dan terhadap pembaca khususnya yang

memiliki peternakan unggas khususnya ayam, bisa mengetahui cara

pencegahan yang baik untuk penyakit infectious bronchitis ini.


DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Panduan bagi petugas teknis,


Penyuluh dan Peternak. Kanisius. Yogyakarta.
Aziz, G.N. Suwarno, Praja, R..Rahmani, J. Wibawati, P.A. dan Fikri, F. 2019.
Identifikasi Perkembangan Virus Infectious Bronchitis Isolat Lokal Dan
Massachusetts Pada Cairan Allantois TAB Dengan Indirect Fluorescence
Antibody Technique. Jurnal Medik Veteriner. 2(1): 18-23.
Bande, F. Arshad, S.S. Omar, A.R. Bejo M.H. Mahmuda, A. and Nair, V. 2017.
Global Distribution and strain diversity of Avian Infectious Bronchiitis
Virus. Cambridge University. Animal Health and Research.
Boursnell, ME., TD. Brown, IJ. Foulds, PF. Green, FM. Tomley, & MM. Binns.
1987. Completion of the sequence of the genome of the coronavirus avian
infectious bronchitis virus. Journal of General Virology. 68 : 57–77.
Cavanagh, D., & S. Naqi 1997. Infectious Bronchitis. Diseases of Poultry. 10th ed
(ed B.W. Calnek, H.J. Barnes, Charles, W. Beard, Larry R, Mc Dougald,
Y.M. Saif). P. 511-526.
Darminto. 1992. Serotype of IB viral isolates. Penyakit Hewan. 24 : 76–81.
Dharmayanti, N.L.P.I dan Indriani, R. 2017. Identification and Characterization of
Infectious Bronchitis Virus (IBV) in Indonesia. Jurnal Biologi Indonesia.
13(1):53-59.
Irawaty, C.D. Budiantono, Kamal, M. Emelia, Ramlah dan Nuryani, N. STUDI
KASUS: INFECTIOUS BRONCHITIS ET NEPHRITIS-NEPHROSIS PADA
AYAM SPECIFIC PATHOGENIC FREE (SPF). Balai Besar Pengujian Mutu
dan Sertifikasi Obat Hewan, Gunungsindur – Bogor, 16430.
Manual Penyakit Unggas, 2014. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Moore, KM., JD. Bennett, BS. Seal, & MW. Jackwood. 1998. Sequence
comparison of avian infectious bronchitis virus S1 glycoproteins of the
Florida serotype and five variant isolates from Georgia and California.
Virus Genes. 17: 63–83.
Oade, M.S. Keep, S. Freimanis, G. L. Orton, R. J. Britton ,P. Hammond J. A. and
Bickerton, E. 2019. Attenuation of Infectious Bronchitis Virus in Eggs
Results in Different Patterns of Genomic Variation across Multiple
Replicates. Journal of Virology. 93(14).
Retno, D., Lestariningsih, L., Purwanto, B. dan Hartono, S. 2015. Penyakit-
Penyakit Penting pada Ayam. Medion, Bandung.
Tabbu, R.C. 2019. Atlas Berwarna Penyakit Unggas. Gadjah Mada Uiversity
Press, Yogyakarrta.

Anda mungkin juga menyukai