Anda di halaman 1dari 9

E’ship from A-Z

What is Innovation?
Ridlo Firmansyah (172520101013)
IDE (innovation driven entrepreneurship), merupakan kegiatan kewirausahaan yang
didorong oleh adanya suatu elemen fundamental berupa inovasi dalam perencanaan,
penerapan dan praktik kegiatan usaha yang akan dilakukan. Inovasi dapat dirumuskan
sebagai hasil penggabungan antara suatu ide atau penemuan dengan suatu usaha
komersialisasi. Inovasi akan menghasilkan sebuah nilai (value). Suatu bentuk ide, gagasan,
maupun teknologi baru tidak dapat berdiri sendiri dalam mengasilkan nilai yang dimaksud.
Dibutuhkan suatu usaha komersialisasi, promosi, pemasaran ataupun pengenalan suatu ide
dan gagasan tersebut agar dapat memiliki suatu nilai yang sangat bermakna. Tanpa suatu
ide, kita tidak dapat mengkomersialisasikan sesuatu, dan tanpa usaha komersialisasi ide kita
hanya akan duduk tenang di singgasana pikiran tanpa pernah menghasilkan manfaat dan
nilai nyata bagi diri sendiri dan secara lebih luas bagi pasar yang akan dituju.
Komersialisasi dinilai penting dalam menciptakan suatu inovasi. Komersialisasi akan
menentukan seberapa besar tingkat penerimaan dan kontinuitas suatu gagasan maupun ide.
Konsep komersialisasi dalam suatu kegiatan usaha mengisyaratkan bahwa sebenarnya tidak
ada barang yang tidak laku, melainkan barang yang dipasarkan secara salah.
Menurut Stephen Robbins, pengertian inovasi adalah gagasan baru yang di gunakan
untuk memperbaiki jenis sebuah jenis produk ataupun jasa. Stephen Robbin
mengkhususkan inovasi pada 3 (tiga) hal berikut :
1 Inovasi adalah gagasan baru dimana gagasan baru tersebut berasal dari cara
pemikiran sesorang untuk melihat fenomena yang terjadi. Kemudian gagasan atau
ide baru tersebut dapat jadikan sebagai penemuan baru.
2 Produk atau jasa adalah hasil yang berasal dari gagasan baru untuk yang
direalisasikan dengan berbagai kajian, penelitian dan percobaan yang dapat
menciptakan konsep baru dalam bentuk produk atau jasa.
3 Usaha yang sistematis dan dilakukan untuk melakukan penyempurnaan dan
perbaikan secara terus menerus agar inovasi dapat lebih bermanfaat.
Contoh nyata dari rumusan inovasi tersebut adalah terciptanya produk iPod oleh
perusahaan Apple pada tahun 2001. Gagasan utama dari terciptanya iPod sebenarnya
hanyalah teknologi mp3 yang telah banyak diproduksi oleh perusahaan seperti Sony
maupun Samsung. Akan tetapi revolusi dapat tercipta, di mana Apple secara hebat dapat
mengkomersialisasikan teknologi mp3 tersebut guna menciptakan inovasi perangkat
pemutar media digital yang mampu merubah cara masyarakat dalam menikmati konten
musik. Penambahan berbagai macam fitur seperti kemudahan mengakses musik di mana
saja kapan saja, integrasi musik dengan iTunes, user experience yang sederhana namun
mengasikkan dengan adanya scrollwheel serta desain ergonomis yang khas dan pas di
kantong. Melalui slogan “with iPod, listening to music will never be the same again”,
produk ini mampu mendominasi penjualan perangkat pemain musik di Amerika Serikat,
dengan menguasai 92% pasar perangkat hard drive, terjual dengan pesat melebihi sepuluh
juta unit dalam tiga tahun saja. Dominasi pasar tersebut berlanjut pula dengan transformasi
industri elektronik, dan gaya hidup masyarakat secara global dengan fenomena “demam
iPod”
Inovasi merupakan sebuah proses, tahapan-tahapan serius yang dimulai dari suatu
imajinasi, kreativitas untuk menjawab suatu permasalahan atau kebutuhan guna
mengasilkan suatu manfaat dan nilai bagi masyarakat. Inovasi merupakan proses
mengembangkan ide baru atau memasukkan ide baru dalam kegiatan praktis sehingga
terjadi konversi ide tersebut dalam aplikasi yang bermanfaat.Terdapat beberapa tahapan
awal yang harus dilakukan dan terpenuhi guna memastikan keberhasilan implementasi
suatu inovasi
1. Make meaning
Inovasi memang pada akhirnya akan membawa seorang entrepreneurship menuju
tujuan berupa keuntungan ataupun uang. Akan tetapi inovasi yang berlandaskan dengan
keinginan untuk meraup keuntungan semata akan memiliki kecenderungan kegagalan yang
lebih tinggi. Kegagalan tersebut terjadi karena kurangnya makna akan inovasi tersebut pada
praktik kehidupan yang sesungguhnya. Inovasi yang baik haruslah yang memiliki makna
dan nilai tersendiri yang dapat digunakan untuk merubah kehidupan sosial menjadi lebih
baik. Apabila suatu inovasi telah melekat pada masyarakat dengan baik, maka urusan
keuntungan ataupun uang akan sangat mudah unutk terpenuhi.
2. Make mantra
Inovasi yang baik harus dipersenjatai dengan suatu mantra, yakni beberapa kata yang
menegaskan dan mendeskripsikan bagaimana makna yang kita inginkan dapat
tersampaikan dengan baik. Mantra tersebut akan secara efisien menyampaikan misi suatu
bentuk usaha kepada masyarakat dalam bentuk yang memiliki retensi lebih tinggi.
3. Jump to the next curve
Inovasi harus dapat membawa kita melewati posisi yang sekarang, bukan terus
menerus berkutat pada posisi yang telah ada sekarang. Inovasi yang hebat akan membawa
kehidupan menuju tahapan baru yang bahkan belum terbayangkan sebelumnya. Contoh
nyata terjadi dalam sejarah usaha perusahaan es di Amerika (1.0 ice harvest, 2.0 ice factory,
3.0 ice fridge). Melalui inovasi maka terciptalah sebuah transformasi usaha yang awalnya
hanya dilakukan ketika musim dingin dengan memotong blok-blok es di danau yang
membeku menjadi ice fridge yang membuat siapa saja dapat membuat dan menikmati es
kapanpun tanpa batasan iklim.
Kunci dari berinovasi pada era milenial sekarang adalah “sedikit lebih beda, lebih baik
daripada sedikit lebih baik”. Hal tersebut akan membuat suatu inovasi, gagasan, dan karya
yang kita cetuskan dapat muncul di permukaan di antara jutaan inovasi sejenis. Suatu
nilai beda dalam gagasan inovasi kita akan membuatnya lebih noticeable. Hal tersebut
dinilai perlu agar suatu bentuk produk, jasa, maupun ide yang kita hasilkan atau rintis dapat
muncul di permukaan di antara banyaknya pesaing dan kegiatan sejenis.
Seseorang yang inovatif biasanya akan memperbaiki terhadap hal-hal yang sudah
ada dan juga akan akan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kecenderungan
manusia yang ingin tampil beda akan membuat seseorang akan selalu berinovasi untuk
menciptakan dan menyajikan hal-hal yang berbeda. Indonesia membutuhkan Inovatif
entrepreneur, artinya entrepreneur yang mampu menciptakan nilai tambah (value added),
bukan sekedar entrepreneur yang bertipe “broker” atau “berdagang”. Bukan berarti
berdagang atau menjadi broker/perantara bisnis tidak termasuk kategori wirausaha. Akan
tetapi, dengan menjadi inovatif entrepreneur inilah nilai value added yang terengkuh lebih
maksimal, baik dari sisi daya tahan menghadapi persaingan karena barang dan jasa yang
diciptakan nilai tambahnya tinggi sehingga susah ditiru pesaing, maupun dalam hal
penyerapan tenaga kerja, biasanya tenaga kerja yang diserap lebih banyak ketimbang
menjadi entrepreneur pedagang (trading).
Mengembangkan suatu kegiatan wirausaha agar semakin berkembang bukan urusan
mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi selain faktor permodalan.
Menjalankan kegiatan wirausaha memang sulit. Selain ketekunan, kreativitas dan inovasi,
entrepreneur juga butuh keberanian. Mengembangkan bisnis itu artinya berteman dengan
ketidakpastian. Oleh karena itu, jika entrepreneur tidak memiliki keberanian, maka sulit
untuk membuat usahanya semakin besar. Harus ada rasa optimistis, itu sangat penting
untuk membuat kita bersemangat. Bersahabat dengan ketidakpastian ini adalah mempelajari
setiap langkah yang akan dijalankan. Ketidakpastian pada usaha-usaha yang tidak dikenal,
alangkah lebih baiknya jika bukan menjadi prioritas untuk dipikirkan. Entrepreneur harus
memperhatikan perkembangan pasar. Pergeseran pasar penting untuk melihat minat
konsumen. Sebab minat ada hubungannya dengan permintaan. Semakin tinggi minat dan
kesukaan, maka permintaan akan  semakin tinggi dan produksi akan terus meningkat.
Saat ini kondisi Indonesia selain kurang memiliki orang-orang berjiwa entrepreneur,
juga kurang memiliki inovasi. Kebanyakan ekspor kita adalah ekspor bahan baku, di mana
setelah berada di negeri orang, bahan baku itu akan diproses kembali menjadi bahan jadi,
dan di impor ke Indonesia lagi. Dengan memiliki inovasi, maka kita dapat menciptakan
sebuah produk, atau sebuah added value sehingga kita tidak hanya menjual bahan baku
dengan harga murah, namun kita bisa menciptakan suatu produk yang sudah jadi. Industri
di Indonesia memerlukan banyak inovasi. Kita masih mengandalkan produk-produk luar
yang notabene bukan produk bangsa sendiri. Jika jumlah inovatif entrepreneur tersebut bisa
ditingkatkan, maka produk-produk Indonesia akan membanjiri pasar dalam negeri sendiri.
Di sini peran pemerintah sangat vital, bagaimana menciptakan masyarakat yang cinta
produk dalam negeri. Saat ini pemerintah selalu mendorong investasi dari luar negeri,
padahal potensi dari dalam belum digenjot, jadi jangan heran di era globalisasi ini kita
hanya menjadi pemakai dan penonton saja.
Kita bisa memberi contoh di negara-negara maju, inovasi industri didorong oleh
pemerintahnya masing-masing. Bagaimana Malaysia, Jepang, Amerika Serikat, Tiongkok
dan lain sebagainya bisa maju karena mereka sangat inovatif dan pemerintah mereka
membantu serta mendorong para pengusaha-pengusaha yang inovatif tersebut. Produk-
produk dalam negeri mereka sangat dicintai oleh masyarakatnya, bukan karena lebih
murah, bukan karena lebih baik, namun karena milik bangsa sendiri. Indonesia tidak kurang
memiliki inovator-inovator. Bahkan banyak. Bangsa ini adalah bangsa kreatif. Bahkan
negara lain pun mencuri ide-ide kreatif dari anak bangsa kita. Kita bisa sebut batik,
pesawat, senjata, dan banyak industri-industri yang sangat inovatif, baik jasa maupun
produk. Bahkan tidak sedikit anak bangsa yang melahirkan suatu ciptaan namun dipakai
oleh negara lain.
Idealnya untuk dapat “melahirkan” entrepreneur yang inovatif setidaknya melekat 3
L (Lahir, Lingkungan, dan Latihan). Artinya kalo seseorang dilahirkan dari keluarga yang
berprofesi entrepreneur akan lebih mudah diarahkan menjadi entrepreneur. Kalau
lingkungannya mendukung pengkondisian menjadi entrepreneur yang handal akan lebih
baik. Apalagi kalau disamping 2L di atas, ditambah L yang ketiga atau latihan (proses dan
latihan), hal ini akan semakin mempercepat lahirnya entrepreneur. Di Indonesia, dua L
pertama (Lahir dan Lingkungan) kurang kondusif, mengingat tidak banyak anak yang
“dilahirkan” dari keluarga yang entrepreneur, dan dari sisi lingkungan pun yang masih
“mendewa-dewakan” bekerja kantoran dengan mengunakan kemeja “berdasi” dan bekerja
di kantor orang lain juga masih menjadi pola pikir (mind-set) yang mendominasi. Agaknya
L ketiga atau latihan (process) menjadi pintu masuk “mencipta” entrepreneur.
Selain itu juga adalah pengalaman. Pengalaman yang didapat kita akan
menimbulkan ide-ide kreatif. Jadi bagi sahabat yang ingin bagaimana ide inovatif itu
muncul, bersabarlah. Latihlah, dan tekunilah, serta banyak-banyaklah kita bersilahturahmi
serta menimba ilmu dari mana saja. Anak bangsa ini sudah inovatif sejak dari dulu, terlihat
dari banyaknya orang-orang yang memiliki ide gila dan dahsyat.
Inovasi dan kewirausahaan tidak hanya sebatas ide-ide bisnis yang cemerlang. Poin
terbesar dalam hal ini adalah bagaimana caranya untuk mengidentifikasi, menilai, dan
menyempurnakan ide tersebut, serta mengembangkannya ke dalam konsep bisnis yang
nyata. Fase awal penciptaan ide mungkin membutuhkan suatu proses kreatif yang
signifikan. Namun, pada fase pengembangan ide akan lebih banyak berkisar pada
kegiatan problem-findings dan problem-solving, dimana proses ini akan
membutuhkan input-input yang kreatif. Berbicara tentang kreativitas inovasi dan
kewirausahaan, menurut Isaksen dan Tidd, dalam buku Innovation and
Entrepreneurship (2011), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi proses kreatif dalam
suatu organisasi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah personality. Studi tentang
inovasi dan kewirausahaan cenderung berfokus pada peran individu, yaitu karakteristik
bawaan dari seorang inventor atau wirausaha. Tipikal karakteristik dari seorang wirausaha
antara lain adalah:
1 memiliki semangat, passion, untuk mencari dan mengidentifikasi peluang-peluang
baru;
2 fokus dan disiplin dalam mengejar peluang pada proyek tertentu, bukan mengejar
berbagai peluang secara oportunis;
3 fokus pada proses eksekusi sebuah ide, bukan pada proses analisis kelayakan bisnis
yang tak berujung;
4 terlibat dan membangun jejaring profesional, dan mampu menggali keahlian serta
sumber daya yang dimiliki oleh orang lain.
Selain karakteristik di atas, kesuksesan seorang wirausaha juga dipengaruhi oleh
variabel lain, seperti latar belakang etnis dan agama, profil psikologis, dan pendidikan serta
pengalaman. Berdasarkan riset yang pernah dilakukan, satu dari empat wirausaha memiliki
orang tua yang juga seorang wirausaha. Orang tua yang bekerja sebagai seorang wirausaha
akan menjadi role model bagi anak-anaknya yang pada akhirnya mungkin untuk
memberikan dukungan untuk menjadi seorang wirausaha pula. Kaitannya dengan latar
belakang etnis dan agama, beberapa populasi dari etnis dan agama tertentu memiliki
persentase wirausaha yang cukup tinggi. Di Eropa, sebagian besar umat Yahudi berkarier
sebagai wirausaha. Beberapa yang dikenal publik adalah Mark Zuckerberg (Facebook)
serta Larry Page dan Sergey Brin (Google). Di Asia, sebagian besar wirausaha merupakan
mereka yang beretnis China.
Kebanyakan riset tentang psikologi dan kewirausahaan yang telah dilakukan
didasarkan pada pengalaman dari perusahaan kecil di Amerika Serikat. Studi tersebut
menyebutkan bahwa seorang wirausaha cenderung untuk memiliki internal locus of
control, yakni sukses atau tidaknya suatu outcome ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan
dari faktor eksternal. Wirausaha yang sukses juga memiliki need for achievement yang
tinggi. Seorang wirausaha cenderung untuk termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan
prestasi tertentu ketimbang keinginan untuk sukses secara umum. Perilaku ini kemudian
diasosiasikan dengan sikap berani mengambil risiko secara realistis.
Sebagian orang memiliki pandangan bahwa wirausaha yang sukses cenderung untuk
memiliki latar belakang pendidikan yang kurang cemerlang. Salah satu alasan logis dari
fenomena ini adalah karena adanya keterbatasan kemampuan dan peluang kerja dari
mereka yang under-educated. Hal ini sering kali disebut sebagai necessity-drive
entrepreneurship, sesuatu yang bertolak belakang dengan opportunity-driven
entrepreneurship.
Mereka yang terkategori sebagai opportunity-driven entrepreneurs cenderung untuk
memiliki latar belakang pendidikan yang lebih baik daripada necessity-drive
entrepreneurs dan cenderung untuk menjadi wirausaha yang lebih sukses. Sebelum
menjadi seorang wirausaha, secara rata-rata seseorang akan bekerja selama 13 tahun
sebelum akhirnya membuat perusahaan sendiri. Sebenarnya, tidak ada pola yang spesifik
dari seorang wirausaha yang sukses. Namun demikian, pengalaman terlibat dalam
pekerjaan yang bersifat developmental work nampaknya lebih memberikan arti daripada
pengalaman terlibat dalam pekerjaan riset. Seperti halnya para wirausaha dari Silicon
Valley yang telah terlebih dahulu mendapatkan berbagai macam pengalaman praktis dari
banyak perusahaan sebelum akhirnya membangun perusahannya sendiri.
Pada akhirnya, kewirausahaan tidak akan terlepas dari inovasi. Penemuan produk, proses
atau paradigma baru itulah yang akan menggerakkan roda kapitalisme. Hal-hal baru
tersebut sangat dipengaruhi proses kreatif yang dilalui oleh seorang individu, termasuk di
dalamnya adalah personality dan latar belakang individu tersebut.
Salah satu karakter yang sangat penting dari wirausahawan adalah kemampuannya
berinovasi. Tanpa adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. Hal ini
disebabkan kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berbah-ubah. Pelanggan tidak
selamanya akan mengkonsumsi produk yang sama. Pelanggan akan mencari produk lain
dari perusahaan lain yang dirasakan dapat memuaskan kebutuha mereka. Untuk itulah
diperlukan adanya inovasi terus menerus jika perusahaan akan berlangsung lebih lanjut dan
tetap berdiri dengan usahanya. Inovasi adalah sesuatu yang berkenaan dengan barang, jasa
atau ide yang dirasakan baru oleh seseorang. Meskipun ide tersebut telah lama ada tetapi ini
dapat dikatakan suatu inovasi bagi orang yang baru melihat atau merasakannya.
Menemukan ide lalu menjadikannya sebagai peluang usaha dan akhirnya sukses
menciptakan sumber penghasilan baru buat penemunya memang sebuah cerita yang tak
akan habis dibahas. Selalu saja ada jalan bagi orang yang berjiwa pengusaha, mereka
memikirkan inovasi-inovasi baru yang bisa diciptakan dengan memanfaatkan produk yang
telah ada, produk yang telah ada dikemas dalam bentuk dan sajian yang berbeda maka akan
muncul produk baru yang berbeda dari produk awalnya.
Wirausaha merupakan kegiatan yang istimewa karena dengan berwirausaha berarti
anda telah membebaskan diri anda sendiri untuk berekspresi dan mencurahkan segala
kemampuan yang dimiliki. Ketika anda menjalani wirausaha maka segala hal tentang bisnis
anda semuanya adalah bergantung kepada anda. Sehingga disadari sebenarnya anda
sendirilah yang akan menentukan kesuksesan dari bisnis anda. Ada sebuah hal kecil yang
membuat usaha anda menjadi berbeda dibandingkan dengan usaha milik orang lain,
perbedaan ini bila anda bisa mengolahnya dengan baik maka akan menjadikan usaha anda
menjadi sukses. Perbedaan itu adalah inovasi dan kreasi anda sebagai seorang
wirausahawan.
Ketika anda mulai berwirausaha maka semestinya sudah disadari bahwa produk
anda yang baru ini haruslah memiliki perbedaan dibandingkan dengan produk lain yang
sudah ada sebelumnya. Untuk membuat produk anda berbeda dan terasa istimewa
dibandingkan produk lain inilah anda harus memutar otak menggali ide kreatif untuk
berkreasi dan berinovasi terhadap produk anda.
Menciptakan kreasi dan inovasi memang bukanlah hal mudah terkadang sebuah
perubahan yang awalnya diprediksi akan membuat sukses ternyata justru tidak memberikan
peningkatan hasil yang signifikan. Apalagi anda baru memulai berwirausaha sehingga
merasa belum cukup pengalaman untuk membuat sesuatu yang baru dan berani sedikit
berbeda dibandingkan pesaing lainnya. Sebuah inovasi yang berkualitas akan selalu
memperhatikan hal-hal berikut :
Jangan Terjebak Mitos Inovasi
Hal yang seringkali terjadi pada tim inovasi atau tim kreativitas adalah terjebak
konsep atau mitos bahwa mereka harus menghasilkan sesuatu yang baru. Inilah hal yang
sebenarnya konsep yang kurang tepat dan harus diubah. Inovasi dalam bisnis bukan berarti
harus menghasilkan sesuatu yang baru. Berinovasi bisa juga dilakukan dengan melakukan
hal sama yang pernah dilakukan sebelumnya asal dilakukan dengan tepat dan terarah.
Namun jika bisa berikan sentuhan dan hal yang unik pada sesuatu yang sedang inovasikan.
Sesuatu yang unik ini akan membuat inovasi tersebut dinilai sebagai sesuatu yang bernilai
dan menarik pasar.
Dengarkan Semua Pendapat
Pemilik bisnis (owner), harus mau mendengarkan pendapat dari siapapun, termasuk
karyawan sebelum mengeksekusi sebuah inovasi. Seorang inovator harus memiliki sikap
terbuka pada semua saran dan kritik. Bila perlu sebelum memutuskan sebuah inovasi yang
akan digunakan, terlebih dahulu diiringi dengan melakukan survei pasar. Dengarkan semua
hal yang diinginkan oleh pasar dan konsumen. Dengan banyaknya data dan informasi yang
ada, akan bisa ditetapkan inovasi yang pas dan tepat untuk kemajuan bisnis dan kegiatan
usaha yang dirintis
Rencanakan Dengan Cermat
Setelah memiliki sebuah inovasi untuk dieksekusi, maka langkah berikutnya harus
adanya perencanaan yang cermat. Jangan terburu-buru untuk mengeksekusi ide inovasi
tersebut. Tentukan waktu dan momentum yang tepat untuk mengeksekusi inovasi itu.
Inovasi memang sangat penting karena inovasi akan berpengaruh besar dalam perjalanan
bisnis kedepan. Maka dari itulah suatu kecermatan dalam mengeksekusi ide inovasi ini
amatlah krusial. Pilih tim eksekutor yang handal dan memiliki keahlian pada bidangnya.
Selain itu, juga harus disiapkan rencana perhitungan pengeluaran dan penghasilan yang
didapat serta agenda untuk mengevaluasi hasil inovasi tersebut.
Awasi Dan Terlibatlah
Saat inovasi sudah memasuki tahap eksekusi, harus dilakukan pengawasan terhadap
proses berjalannya implementasi dan aktualisasi inovasi tersebut. Dengan ikut terjun ke
lapangan menjalankan eksekusi inovasi yang ada, disertai pengawasan dan keterlibatan
maka akan terekam dengan detail dan secara langsung perjalanan eksekusi inovasi tersebut
dengan segala kendala dan tantangan-tantangannya.
Evaluasi Dan Tindaklanjuti
Setelah tahapan demi tahapan proses eksekusi inovasi di lapangan telah dijalankan,
tahapan lain yang perlu dilalukan adalah evaluasi.  Agendakan kegiatan evaluasi ini secara
rutin, jangan terlalu lama jarak waktu untuk agenda evaluasi ini. Kegiatan evaluasi ini
sangat bermanfaat dan berguna, karena dengan evaluasi, akan diperoleh hal-hal yang perlu
diperbaiki agar inovasi semakin tepat sasaran dan efektif. Setelah evaluasi dilakukan jangan
lupa untuk memberikan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi yang ada. Ini akan membuat
konsep inovasi yang diciptakan terarah dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai