Anda di halaman 1dari 91

Panduan Sederhana

Mengelola Bisnis
WARNET di Indonesia
Buku Panduan Sederhana

Memulai Bisnis WARNET Legal

|
||
--|||--
||
|

Diterbitkan oleh
Departemen Komunikasi dan Informatika
Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika
Bekerjasama dengan
Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI)
PENGANTAR

~ Pengantar ~

Pemerintah bersama asosiasi perlu membuat


pedoman tentang standar tata ruang warnet di
seluruh Indonesia. Walaupun rumit pada
permulaannya, standardisasi tersebut dalam
jangka panjang akan menguntungkan bagi
semua pihak.

Opini atau aspirasi yang berkembang di


seputar Warnet dan Wartel ini muncul, ketika
persoalan merebak dan merugikan citra bisnis
warnet. Padahal, telah disepakati antara
Pemerintah dan Asosiasi, ada garis pembeda
antara keduanya. Wartel adalah bisnis regulatif,
sedangkan Warnet, diserahkan mekanisme swa
regulasi dari Asosiasi.

Namun untuk mewujudkan regulasi


mandiri, perlu kematangan dan kesadaran
pelaku bisnis yang memadai. Oleh karena itu,
ditempuh solusi jalan tengah. Sambil
menunggu kedua hal tersebut, Pemerintah
dalam hal ini Departemen Komunikasi dan
Informatika, bekerjasama dengan Asosiasi
Warung Internet Indonesia (AWARI)
menyajikan Panduan Sederhana Mengelola
Bisnis Warnet di Indonesia, sebagai sarana
bimbingan teknis, administratif dan bisnis.
Panduan ini semoga bermanfaat sehingga
pelaku bisnis Warnet Pemula tidak terjebak
dalam kekeliruan dengan resiko tak kecil.

Jakarta, Juni 2007.


Tim Penyunting.

Tim Penyunting Panduan Warnet 2007

Pengarah Cahyana Ahmadjayadi


Dirjen. Aplikasi Telematika

PenJab Bambang Soeprijanto


Dir. Pemberdayaan Telematika
Ketua Azkar Badri
Kasubdit. PT Perkotaan

Sekretaris Edy Mufti


Kasie. Program PT Perkotaan

Redaktur Muhammad Irwin Day


M. Yamin
M. Salahuddien
Nizar G. Bunyamin

Design/Layout Sri Cahaya Khoironi

Editor Taufiq A. Rachman

Staff Set Ifnaldy


Theresia Luciana M.
Syamsul Bahri
Osty Kurniaty

Tipografi Verdana 12 pt.

Dicetak 5.000 expl/ Juni 2007

Berkenalan dengan
WARNET . . .
~ Tentang WARNET ~

I. Istilah Warung Internet.

Warung Internet, sebuah istilah yang


berkembang di kalangan penggiat Internet
sekitar tahun 1997-1998 di Indonesia. Sebutan
bagi kios yang menyewakan jasa komputer
kepada pengguna untuk mengakses Internet.
Sejak itu, muncul lomba popularitas akronim
Warung Internet, antara pilihan WARIN atau
WARNET.

Secara gramatika, jika konsisten dengan


kaidah singkatan; Warung Tegal disingkat
WARTEG dan Warung Telekomunikasi menjadi
WARTEL, maka Warung Internet seharusnya
WARIN. Namun, karena Internet lazim
dituliskan .NET (baca dot Net), maka pilihan
kedua dianggap lebih menarik.

Demikian, kisah komunitas jaringan


Internet, lebih memilih istilah WARNET. Sampai
kini, Warnet sudah diadopsi masyarakat
Indonesia.

Untuk lebih mengenal, ada beberapa


pertanyaan yang muncul:

 Bagaimana membuat warnet ?


 Perijinan usaha apa saja yang harus
saya persiapkan ?
 ISP apa yang akan saya gunakan?
 Berapa besar daya listrik yang saya
butuhkan?
 Spesifikasi komputer yang bagaimana
akan saya gunakan ?
 Jaringan komputer lokal seperti apa
yang akan saya gunakan ?
 Bagaimana cara saya memblok situs
tertentu ?
 Perangkat lunak (software) apa saja
yang saya perlukan ?

II. Sejarah Warnet.

Sejak kapan Internet masuk ke


Indonesia, masih menjadi silang pendapat,
bahkan belum selesai diperdebatkan. Namun
bukan berarti sejarahnya gelap dan Warnet
tidak membawa harapan. Sebaliknya, berbagai
usaha di bidang pemanfaatan internet bagi
berbagai keperluan hidup masyarakat, sudah
berkembang dan masih terus berlangsung.

Kegiatan Warnet bermunculan sekitar


tahun 1996-1998. Mungkin sulit menentukan
siapa pengelola Warnet pertama di Indonesia.
PT Wasantara anak perusahaan PT. POS
Indonesia dan POINTER yang merupakan spin-
off dari CNRG - ITG di Kampus ITB Bandung
yang dipelopori oleh Onno W. Purbo, itu
merupakan segelintir dari pionir Warnet.
POINTER bahkan sempat bereksperimen
dengan mobil VW Combi sebagai prototipe
Warnet keliling.
Informasi yang terpampang di jendela
depan situs web Jawa Barat menyebutkan
bahwa Bogor Internet diprakarsai oleh Dipl.
Ing. Dipl. Kfm Sudjaja Wira dan Ir. Michael
S. Sunggiardi pada pertengahan tahun 1995.
Dimulai dengan bicara-bicara santai, keduanya
sepakat membentuk suatu wadah untuk
mengakses Internet bagi warga kota Bogor.

Kesepakatan ini segera dilaksanakan


dengan menghubungi PT Indo Internet di
Jakarta yang sudah beroperasi selama satu
tahun, dan setelah berembuk dengan Ir.
Sandjaja dari Indonet, maka pada 1 Juli 1996
interkoneksi Bogor dari Indonet yang diberi
nama BoNet beroperasi dengan menggunakan
8 saluran telepon dan satu saluran leased line
ke Rawamangun, Jakarta, dengan menempati
kantor di CafeBotanicus yang berada di dalam
Kebun Raya Bogor 1.
Sumber lain menyebutkan bahwa di jawa
Tengah, juga hadir usaha sejenis.

“ Jika anda berkesempatan singgah di kota


Salatiga, kota kecil nan sejuk di Jawa Tengah
mampirlah di tempat kami `Warung - Internet
Beringin` yang diresmikan oleh Walikota
Salatiga pada tanggal 26 April 1997”

Kalimat ini masih terpampang di situs web


sebagai suatu cara mempromosikan diri.2

1
http://www.bogor.net
2
http://www.beringin.co.id/warnet/brinet.html
Beberapa WARNET pelopor di Indonesia antara
lain adalah :

– CCF - Surabaya
– Cyber Corner - Jakarta
– Warnet Maga – Jogjakarta
– Warnet Losari - Makassar

Ditempat lain, BrazzNET, berdiri 6


Desember 2000 yang berawal dengan 4
komputer, dan ruangan hanya cukup diisi 6
komputer. BraszzNet pertama kali di kelola oleh
Tedy, Jardhin dan Bismy. Bisnis ini mulai
dirintis dari 0 hingga berkembang sampai
sekarang. Tanpa diduga, sejak bulan pertama
warnet buka, peminatnya cukup banyak.
Dengan pengguna dan komputer yang semakin
banyak, serta kondisi ruangan yang sempit,
menyebabkan pengguna menunggu antrian
untuk ber Internet 3.
Jelas, fenomena diatas tadi bukanlah
yang pertama, namun setidaknya menjadi
salah satu penanda bahwa Warnet sudah hadir
sebelum krisis ekonomi menghantam bangsa
ini.

III. Internet merambah Nusantara.

Penyebaran Internet di Indonesia dimulai


3
http://www.geocities.com/brazznet/sejarah.htm
tahun 1994, sejak perusahaan jasa internet
(Internet Service Provider - ISP) pertama, PT
Indo Internet (IndoNet) beroperasi di Jakarta.
Mulai saat itu, Internet dikenal sebagai media
bisnis, dan terus dimanfaatkan dalam
paradigma baru cara berniaga (e-commerce).
Tahun 2000, Internet dikenalkan ke dunia
pendidikan, melalui program Sekolah 2000,
sebuah prakarsa Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) bekerjasama dengan
komunitas pendidikan.

Dalam kurun waktu 1994 sampai 2000,


masyarakat kurang mendapatkan informasi
komprehensif mengenai seluk-beluk Internet.
Data peningkatan penetrasi Internet, baik
melalui rumah-tangga, kantor maupun warnet,
mengacu kepada pola-pola kuantitatif. Contoh:
Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI),
bulan Juli 2001 bersama dengan Kadin dan
Asosiasi Warnet Indonesia (AWARI) dan
Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI)
meluncurkan Program dengan target "500 ribu
Warnet/Wartel" di seluruh Indonesia.

Program yang bermotif bisnis dan target


kuantitatif, beruntung tidak terlaksana karena
ketiadaan bantuan dari Jepang. Sementara itu,
pendekatan program sejenis berlanjut hingga
kini. Dengan minimnya pendekatan kualitatif,
maka aspek non teknologi, seperti sosio
kultural kurang mendapat perhatian. Walhasil,
penetrasi Internet tidak dibarengi peningkatan
mutu dan pemahaman yang benar.

Situasi ini ibarat memberikan suatu "alat" tanpa


disertakan "buku petunjuk penggunaan"

IV. Asosiasi Pengusaha Warnet.

Sementara itu, keperluan wadah


berhimpun para pengusaha Warnet, dirasakan
makin mendesak. Awalnya, semua kegiatan
seputar Warnet dilakukan di mailing list
asosiasi-warnet@itb.ac.id melalui di server ITB.
Karena pertimbangan bandwidth ITB yang
terbatas, maka pada tanggal 14 April 2000,
hasil diskusi komunitas, forum Warnet pindah
ke asosiasi-warnet@egroups.com. Namun
karena beberapa alasan seiring makin di
kenalnya mailing list umum, maka berubah lagi
menjadi asosiasi-warnet @yahoogroups.com.

Tanggal 25 Mei 2000 adalah momen


bersejarah bagi perkembangan Internet, karena
telah lahir Asosiasi Warnet Indonesia, hasil
mufakat dalam sebuah pertemuan di kantor
Direktorat Menengah Kejuruan. Rapat semula
mengkaji kemungkinan kerjasama Warnet
dengan SMK dipimpin DR. Gatot Hardjo Prakoso
Direktur Menengah Kejuruan DEPDIKNAS.
Perbincangan berkembang hingga menyepakati
kelahiran Asosiasi Warnet Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan singkatan AWARI.
Pengurus AWARI Periode Pertama,
dengan Ketua Rudy Rusdiah, Bendahara
Adlinsyah dan Sekretaris Abdullah Koro.
Kemudian karena kegiatan Ketua saat itu tidak
transparan terhadap komunitas, maka pada
akhir 2001, dilakukan pertemuan khusus
komunitas Warnet yang berakhir dengan
diberhentikan dan dikeluarkannya Ketua saat
itu dan kemudian diusulkan untuk mengganti
format Pengurus menjadi Presidium. Presidium
AWARI Pertama dipimpin Judith MS, Michael
Sunggiardi dan Abdullah Koro. Presidium ini
berakhir masa jabatannya pada April 2007, dan
digantikan oleh Muhammad Irwin Day, bersama
teman-teman sebagai hasil Munas AWARI
2007.

Kepengurusan hasil Munas AWARI 2007


sekaligus mengesahkan AD/ART AWARI yang
dikukuhkan dalam Akta Notaris Nomor 02
tahun 2007 tertanggal 16 Maret 2007 oleh
Nurul Larasati, S.H.

V. Harapan terhadap Warnet.

Ibarat sesendok sirup merah yang


dituangkan ke segelas air, tidak akan
menghasilkan “segelas air bening” dengan
“sesendok sirup merah”. Hasilnya, tentu
“segelas air manis berwarna kemerah-
merahan”. Demikian halnya Warnet yang
berada di tengah masyarakat, tidak akan
menghasilkan "sebuah budaya masyarakat" dan
"sebuah warnet" secara sendiri-sendiri, tetapi
"sebuah budaya baru dalam masyarakat”. Oleh
karena itu, bukan hal mustahil, jika warnet
disikapi secara "salah-kaprah" oleh para
penegak hukum dan aparat pemerintah4.

Dari Laporan penelitian terhadap Dampak


Internet bagi masyarakat5, menunjukan
kecenderungan yang terjadi, para pengguna
Internet mengurangi waktu menonton TV
berganti untuk mengakses Internet. Dari kajian
itu juga diketahui, bahwa mereka tidak
mengurangi waktu bersama keluarga.
Sementara di Amerika Serikat, TV bukan
merupakan barang mewah dan pemilikannya
hampir merata disetiap rumah tangga. Jika kita
tarik padanan masyarakat Indonesia,
khususnya kelompok menengah ke bawah,
maka TV masih termasuk dalam kategori
barang mewah.
Karena mereka tidak punya " TV dan
waktu nonton TV”, maka ketika Internet
diperkenalkan dan dihimbau penggunaannya
bagi warga perdesaan, mungkin akan
memunculkan persoalan. Internet diharap
berperan untuk mengurangi digital divide,
meningkatkan taraf hidup, atau mencerdaskan

4
Donny BU, ICT WaTCH Indonesia, 2005.
5
Bahan Laporan terbitan UCLA, - USA, November 2001
kehidupan bangsa. Namun akankah secepat itu
berhasil seperti yang diidam-idamkan?

Ketiadaan waktu menonton TV dikalangan


warga perdesaan, apakah akan digantikan oleh
"waktu beribadah", "waktu belajar" atau "waktu
bekerja tambahan" ketika internet hadir?

"Waktu" mana yang akan disisihkan? Menonton


TV memang tidak sebaik belajar, beribadah
atau bekerja. Apakah Internet akan sebaik
kegiatan belajar, beribadah atau bekerja?

Waktu jugalah yang akan membuktikan,


berapa besar kontribusi Internet melalui
Warnet mampu memberikan peningkatan
kesejahteraan dan kecerdasan bagi bangsa
Indonesia.

Konsep dan Manajemen


( Management and Concept )

~ Management and Concept ~

I. Konsep Warnet.

Konsep dasar warnet adalah “penggunaan


bersama koneksi internet”. Sebuah warnet
adalah tempat para pengguna berbagi
pemakaian koneksi internet dan menggunakan
fasilitas komputer pengakses secara bersama,
sehingga menekan biaya internet dan diperoleh
harga terjangkau.

Di saat awal era demam warnet, koneksi


Dial-up merupakan pilihan karena masih sedikit
jumlah peminat dan kebutuhan bandwidth
rendah. Namun kini, dengan bisnis Warnet
yang marak, maka akses internet identik
dengan penggunaan koneksi tetap (ADSL, Fiber
Optik, Leased Line dan Wifi). Akibat hal ini,
warnet-warnet terhubung ke internet selama 24
jam, sehingga muncul fenomena ”cyber life
style” dengan rentang layanan 24 jam, 7 hari,
48 pekan dan 360 hari setahun tanpa jeda di
tengah masyarakat.

II. Ekologi Warnet.

Sumber kerancuan pemahaman jaringan,


terkait soal komponen yang menjadi bagian
utama. Kebanyakan orang, akan menjawab
bahwa aspek teknologi atau piranti keras, dari
komputerlah inti sebuah jaringan. Padahal,
pengertian yang tepat adalah teknologi saja
tidak cukup. Pemahaman bahwa teknologi
sebagai faktor utama dalam membangun
jaringan, telah mengalami perubahan bertahap.

Tanpa kita sadari, sudah sejak berabad-


abad silam, jaringan informasi bagi sebagian
ummat manusia, terbangun oleh rangkaian
penyampaian ucapan lisan. Kemudian dengan
datangnya era industri digunakan media cetak
dan elektronika. Karena itu, minimal kita
memahami bahwa sebuah jaringan, menurut
Andrew, setidaknya terdiri empat komponen
yakni warga, konten, layanan dan infrastruktur
6
.

Warga

Infrastruktur Konten

Layanan

Gambar Ekologi Warnet.

Warga.

Jaringan bermula dari keberadaan warga,


mereka yang menciptakan informasi dan
pengetahuan serta berbagi pengalaman
diantara sesama. Wargalah yang
merupakan komponen kunci jaringan.
Sebab bila warga tidak aktif
memanfaatkan jaringan untuk memenuhi
6
Andrew Michael Cohill, Ph.D; Sustaining Civic Networks: A Blueprint for
Community Use of Technology, USA,1999.
keperluan hidup, maka tidak akan
berguna membangun jaringan.
Jaringan Akses Informasi Masyarakat7
atau Warnet diharapkan berfungsi
menghubungkan warga dengan berbagai
pihak, baik lokal maupun keseluruh
dunia. Itulah alasan hadirnya jaringan
akses informasi masyarakat.

Konten.

Konten berupa informasi dalam bentuk


apapun, e-mail, situs web, telekonferensi,
panggilan telepon, bahkan hingga proses
pembelajaran jarak jauh. Konten dapat
berbentuk apa saja, audio, teks, video,
grafis bahkan bentuk visual lain. Pesan
singkat melalui telpon genggam adalah
salah satu bentuk konten yang cukup
populer.
Begitu pula e-mail serta informasi yang
dapat diakses melalui sebuah situs web
atau laman.

Konten terdiri dari data dan informasi


yang memiliki nilai tambah. Ia diciptakan
oleh sekelompok warga dan kemudian
dimanfaatkan oleh warga lain melalui
7
Jaringan Akses Informasi Masyarakat disingkat JAIM, adalah
nama kegiatan implementasi program Community Access
Point (CAP) Ditjen Aplikasi Telematika – Depkominfo, sejak
2006.
akses informasi jaringan.

Layanan.

Sebuah server situs web, berfungsi


sebagai penyimpan bahan dalam
komputer pribadi, sampai seseorang
memakai aplikasi web untuk melakukan
penelusuran dan melihat tampilan
halaman. Setelah dipanggil, barulah
server meminta melalui jaringan
infrastruktur untuk dikirim ke komputer
pribadi pengakses.

Aplikasi Layanan yang memungkinkan


sebuah konten dapat mengalir, terkirim
mengikuti alur satu atau banyak jaringan.
Server untuk e-mail dan server untuk
situs web adalah contoh layanan yang
dapat disiapkan oleh pengelola, dan
kemudian dimanfaatkan untuk akses
informasi oleh pengguna.

Untuk memungkinkan layanan jasa


telematika berkembang, maka perlu
didukung penyediaan dan pengoperasian
piranti keras dan piranti lunak legal atau
berbasis ”open standard, open system &
open sources”.
Infrastruktur.

Infrastrukur adalah apa yang orang


awam bayangkan sebagai bagian pokok
jaringan. Bentuknya beranekaragam,
sejak pemasangan kabel dalam
bangunan, jaringan dan sirkuit antar
gedung hingga sebuah komunitas
pengguna yang memanfaatkan jaringan.

Infrastruktur terdiri dari kabel, nirkabel,


satelit serta jaringan elektronika yang
terbangun secara utuh dan lengkap agar
memungkinkan layanan telematika
diakses oleh warga masyarakat. Karena
itu, kabel dan elektronikalah yang sering
dirujuk sebagai jaringan.

Sistemlah yang menggabungkan keempat


elemen yang semula terpisah, menjadi sebuah
jaringan untuk mengelola lalu lintas data dan
informasi agar bernilai tambah, bermanfaat
sebagai pengetahuan. Keempatnya merupakan
unsur wajib dalam jaringan, dengan
infrastruktur sebagai komponen utama.
Faktor yang tidak kalah penting adalah
keberlangsungan kehidupan sebuah
Jaringan, meliputi aspek-aspek: legal, sosial,
ekonomi atau bisnis, teknologi dan kultural.
Secara simbiosis, Jaringan Warnet perlu
membangun kolaborasi dan kerjasama dengan
berbagai institusi sosial yang ada dimasyarakat,
agar memanfaatkan sumberdaya yang ada
secara efisien.

Sementara, pemanfaatan teknologi


informasi dan komunikasi serta sosialisasinya
sebagai upaya difusi inovasi, lazim menghadapi
hambatan budaya dalam pengadopsian di
masyarakat. Karena itu, diperlukan kerjasama
dan dukungan tokoh masyarakat informal guna
mengenalkan pemanfaatan telematika serta
mencegah terjadinya gegar budaya.

III. Manajemen Warnet.

Mengingat kondisi bisnis Warnet yang


rumit, serta tidak hanya aspek teknis, tetapi
menuntut asas legalitas dan kelangsungan
bisnis, maka hal berikut perlu diperhatikan
dalam Manajemen Warnet:

1. Membuat Rencana Bisnis.


2. Memperhatikan Legal Issue yang ada.
3. Memilih Sistem Manajemen.
4. Mempersiapkan Rencana Teknis.
Rencana Bisnis
( Bussiness Plan )
~ Bussiness Plan ~

Perencanaan Bisnis Warnet hendaklah


dilakukan sematang mungkin. Kita banyak
melihat bahwa dalam kurun waktu 8 tahun
sejak pasca krisis, 1998 hingga 2006, banyak
berkembang usaha Warnet. Namun demikian,
tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa tidak
sedikit pula usaha Warnet yang tutup karena
berbagai alasan, seperti bangkrut secara
financial, terkena dampak bencana atau oleh
akibat lain semisal salah kelola dalam
manajemen.

Oleh karenanya dalam mempersiapkan


Rencana Bisnis Warnet, perlu diperhatikan dan
diantisipasi kondisi 5 atau bahkan 10 tahun ke
depan.

Mengapa pandangan jauh kedepan masih


diperlukan, untuk kategori usaha kecil dan
menengah dari Warnet ?

Hal ini tidak lain karena bisnis warnet


merupakan bisnis jangka panjang, karena
Return of Investment (ROI) atau Balik
Modal (BEP) dari bisnis ini cukup lama
yaitu antara 2 hingga 5 tahun dan
membutuhkan modal awal yang sangat
tinggi.
Belum lagi pengadaan barang teknologi
informasi baik yang bersifat perangkat
keras atau yang bersifat perangkat lunak
dengan lisensi dan membutuhkan biaya
cukup tinggi. Sedangkan operasional
Warnet lebih banyak akan mengalami
kendala teknis dan pembaharuan alat-
alat seiring dan sejalan dengan
perkembangan teknologi yang ada.

Dipastikan, setiap 2 – 3 tahun Warnet


akan mengalami rekonstruksi ulang
dalam struktur jaringan maupun
pembaharuan alat teknologi terbaru yang
sesuai dengan permintaan pengguna dan
pengguna warnet.

Berikut ini adalah penjabaran dan hal-hal


penting yang sangat diperlukan dalam
perencanaan membangun Warnet.
I. Skala WARNET yang akan dibangun.

Pemilihan skala ini bergantung dari


jumlah dana awal yang dimiliki. Sedangkan
parameter skala warnet ini berdasarkan pada :

Skala
Aspek
Kecil Menegah Besar

Kapasitas 5 – 10 unit PC 10 – 30 unit PC Lebih dari 30 PC

Modal 50-150 juta 150-400 juta Diatas 400 juta

Komunikasi
Layanan Layanan
dasar seperti
publik dan privat dan
suara, fax,
sejenisnya sejenisnya
e-mail dan
seperti tele- misalnya
akses
medicine, pemberitaan,
internet
distance training,
Fasilitas
education, akses
dan layanan informasi
e-gov pasar, hasil
pemda. bumi dan
cuaca dan
lain-lain.

II. Kelas WARNET yang akan dibangun.

Pengelompokan Warnet berdasarkan


kriteria yang meliputi berbagai aspek:
kenyamanan, kecepatan akses, kemudahan
pelayanan dengan Klasifikasi :
WARNET Kelas 1 (Warnet Berlian).

Ini adalah klasifikasi yang tertinggi,


dimana untuk membangun warnet
dibutuhkan biaya yang besar hanya untuk
desain ruangan dan fasilitas penunjang.
Tujuan utama penyediaan fasilitas ekstra
adalah memberikan kenyamanan dan
kepuasan para pengguna dalam
menikmati berselancar di internet.
Klasifikasi Warnet Berlian biasanya
terdapat di tengah keramaian kota, di
pusat perbelanjaan, mall atau cafe.
Variasi tarif sewa diatas Rp. 7.000,- per
jam, bahkan hingga Rp 10.000,- karena
segmentasi pengguna biasanya golongan
masyarakat menengah keatas.

Fasilitas tidak sekedar akses internet,


melainkan juga untuk keperluan
penyelesaian bisnis, aplikasi transaksi
online, bahkan seminar, workshop dan
pendidikan jarak jauh online. Warnet
Berlian seperti ini dijumpai di Gedung Pos
Ibukota, sebagai kerjasama hibah dari
Pemerintah Republik Korea.

WARNET kelas 2 (Warnet Emas).

Klasifikasi Warnet Emas merupakan jalan


tengah antara model Warnet kelas 1 dan
Warnet kelas 3. Biasanya Warnet Emas,
mengalokasikan ruangan berdasarkan
pemisahan pengguna, misalkan:
Smooking Room, VIP Room, Gamers
Room dan alokasi ruangan khusus yang
lain.

Warnet Emas dijumpai di wilayah pusat


kota (namun bukan di pusat
perbelanjaan), tempat keramaian,
wilayah kompleks perumahan atau ada
pula yang berada di area pendidikan
seperti sekolah dan kampus. Fasilitas
yang disediakan dalam Warnet Emas
lazimnya khusus ditujukan untuk
menjaring pengguna potensial dari
pengguna tetap. Dengan demikian, walau
sekilas dikenakan tarif relatif murah,
namun karena pengguna secara
konsisten menggunakannya, maka secara
keseluruhan akan mampu memberi
dukungan keberlangsungan usaha.

Warnet Kelas 3 (Warnet Perak).

Klasifikasi Warnet Perak sebagai model


yang paling umum, yang sifatnya adalah
penyediaan layanan dasar. Oleh karena
itu, pembangunan Warnet Perak tidak
membutuhkan dana yang besar untuk
desain dan fasilitas pendukung lain.
Bahkan, dengan model sederhana,
kursipun dapat digantikan dengan model
Warnet Lesehan, yang menggunakan
hamparan karpet untuk pengguna.
Warnet Perak sangat banyak ditemukan
di berbagai kota. Pemilik dari bisnis
Warnet Perak adalah pengusaha kecil,
menengah dan warga koperasi yang
mengawali bisnis dengan modal awal
terbatas. Biasanya Warnet Perak
ditemukan di pinggiran kota, kompleks
perumahan, wilayah kos-kosan
dipemukiman penduduk dekat kampus
dan bahkan di gang kecil sekalipun.
Layanan yang diberikan biasanya
hanyalah akses internet dilengkapi
dengan fasilitas pencetakan serta jasa
pemanfaatan komputer.

III. Pola Manajemen.

Mengelola bisnis Warnet, dapat dilakukan


dalam berbagai format pengelolaan, baik
sebagai usaha sambilan dalam keluarga, atau
menjadi sebuah lahan bisnis khusus yang
ditangani secara profesional.

Untuk keperluan dukungan keterampilan


ataupun pertimbangan membagi resiko usaha,
maka secara sederhana daapt dilakukan
perbedaan model pengelolaan manajemen
warnet menjadi:
Manajemen warung.

Pola pengelolaan warnet secara pribadi,


informal dan dilakukan sekaligus oleh
pemilik atau anggota keluarga.
Sedangkan Administrasi pengelolaanpun
sangat sederhana, sekedar melakukan
pencatatan transaksi dan menjurnalkan
pada setiap periode untuk mengetahui
perkembangan usaha dan untung rugi.
Sebagai sebuah usaha keluarga, model
manajemen warung tidak
memperhitungkan secara ketat persoalan
penghapusan inventaris dan nilai mutasi
setiap barang sebagai bagian dari
investasi. Tidak jarang, manajemen
warung dilakukan tanpa membedakan
urusan bisnis warnet dengan keperluan
pengeluaran keluarga sehari-hari,
sehingga sulit dilakukan audit secara
benar dan proporsional.

Dalam skala usaha kecil, Warnet Perak


masih mungkin dikelola demikian. Namun
jika berkembang dan berusaha untuk
menganekaragamkan layanan, maka
pengelolaan manajemen warung dinilai
tidak memadai.
Manajemen standar.

Pola pengelolaan warnet dengan


menerapkan sistem administarsi,
pembukuan dan penataan keuangan
secara terstruktur, sistematis dan teratur
dengan tertib.

Pedoman administrasi dan manajemen


keuangan digunakan sesuai ketentuan
yang ada, atau panduan bisnis yang
tersedia. Bahkan berbagai aplikasi
tersedia untuk memudahkan penanganan
manajemen, dan walaupun dilakukans
ecara perorangan atau individual, namun
memudahkan untuk dilakukan audit atau
pengawasan karena diterapkan standar
baku dalam penanganannya.

Manajemen perusahaan.

Pola pengelolaan warnet dengan model


ini dapat diterapkan, jika bisnis Warnet
sudah mencapai skala Warnet Berlian
yang ditunjang dengan berbagai
dukungan fasilitas layanan
beranekaragam. Selain itu, juga dengan
diterapkannya model usaha berjenjang
atau dengan cara waralaba, sehingga
memerlukan perekrutan staf secara
tersendiri.

Keuntungan dari penerapan manajemen


perusahaan modern, adalah
memungkinkan disertakan dana publik
yang mensyaratkan audit dan
transparansi keuangan.
LEGALITAS
( Legal Issue )
~ Legal Issue ~

Sebagaimana layaknya kegiatan yang


diakui sah, dalam menjalankan usaha Warnet
perlu mentaati berbagai ketentuan peraturan
perundangan. Merupakan kewajiban setiap
orang atau badan hukum untuk melengkapi
persyaratan administrasi dan teknis perizinan,
kewajiban pajak serta retribusi daerah dan lain-
lainnya.

I. Perijinan yang harus dibuat.

Sama seperti Biro Perjalanan Wisata,


Warung Tegal atau Kios di Pasar, maka untuk
mendirikan Warnet memerlukan izin sebelum
dioperasikan. Berbagai ketentuan hukum wajib
difahami dan dilaksanakan. Untuk itu hendaklah
perizinan diproses lebih dahulu dan sebaiknya
dilakukan langsung tanpa perantara. Kecuali
jika keberadaan biro jasa resmi diakui, dan
secara transparan mencantumkan tarif yang
dilegalisir oleh instansi teknis terkait.

Beberapa diantara perizinan adalah:

– Surat Domisili Usaha (Kecamatan).


– Surat Izin Gangguan Lingkungan / HO
(Kepolisian).
– Surat TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
– Surat Izin Usaha Perdagangan dan
Perusahaan (SIUPP).

Jenis, ragam dan besarnya biaya untuk


mengurus izin tersebut bervariasi, berbeda dari
satu tempat dengan tempat lain. Sesuai dengan
tuntutan Reformasi, Otonomi daerah dan
Desentralisasi, maka masing-masing daerah
berwenang menentukan sumber pendapatan
daerah sesuai dengan landasan hukum yang
ada.

II. Perpajakan yang harus dipenuhi.

Selain membayar biaya perizinan, maka


kewajiban seorang pengusaha, termasuk
pengelola Warnet adalah memenuhi kewajiban
pajak, retribusi dan iuran daerah secara
berkala, sesuai dengan ketentuan yang ada.
Retribusi listrik, kebersihan, keamanan dan
bahkan iuran kampung, RT/RW secara bulanan
adalah kewajiban yang harus ditunaikan,
apabila pengelola berharap akan menjalankan
bisnis secara langgeng dan aman.

Sementara secara tetap, pengelola juga


harus menunaikan pembayaran pajak
penghasilan, pajak penjualan, dengan
menggunakan formulir dan prosedur yang
sudah diatur, seperti:
– NPWP pribadi / NPWP perusahaan (Dirjen
Pajak).
– Pengisian SPT untuk membayar Ppn/Pph.

III. Lisensi Perangkat Lunak Komputer.

Komputer adalah perangkat keras yang


sangat vital dalam bisnis warnet, karena
perangkat ini yang akan digunakan oleh
pengguna dan pengakses internet di warnet.

Setiap komputer (PC) memiliki sistem


didalamnya agar dapat dioperasikan. Sistem ini
berupa sebuah perangkat lunak (software)
yang dasarnya terdiri atas perhitungan coding 0
dan 1, namun berkat kemajuan teknologi dan
visual, angka 0 dan 1 tadi dapat dilihat dalam
bentuk lain sehingga mampu membuat sebuah
PC menjadi sangat berharga dan dapat
digunakan.

Software ini dibuat dan dikembangkan


oleh berbagai macam disiplin ilmu, mulai dari
perusahaan hingga personal. Pencipta software
ini tentunya menjadi pemilik walaupun ada
sebagian yang hanya pengembang saja.
Pencipta software ini juga tentunya akan
menjaga ciptaannya dan memiliki hak atas
intelektualitasnya. Atas dasar hak intelktual
itulah akhirnya tercipta apa yang dinamakan
Lisensi.
Lisensi software pada dasarnya tidak
berbeda jauh dengan lisensi intektualitas lain
seperti lisensi penulis buku, lisensi penulis
novel, lisensi pencipta lagu, lisensi penyanyi
lagu, lisensi pengarang cerita, lisensi pembuat
film dan jenis-jenis lisensi yang bersifat
intelektualitas lainnya.

Lisensi intelektualitas yang mana


software termasuk didalamnya adalah lisensi
dimana kita hanya diberikan hak pakai, bukan
sebagai pemilik. Jadi yang harus dipahami dari
lisensi software adalah :

Lisensi yang kita bayarkan (beli) untuk


software hanyalah sebagai hak guna pakai,
bukan sebagai lisensi kepemilikan. Karena
kepemilikan sesungguhnya masih melekat pada
pembuat, perancang dan pencipta sofware itu
sendiri. Oleh karenanya terdapat batasan-
batasan dan aturan dalam penggunaan lisensi
intelektualitas(software) ini.

Dalam dunia software, lisensi ini ada


beberapa macam. Ada lisensi yang mengklaim
sebagai hak milik pembuat, ada yang
memberikan bebas kepada siapa saja untuk
dikembangkan dengan basis yang tetap sama,
ada pula yang memberikannya terbatas sesuai
keinginan pemilik software. Dan dengan alasan
apapun, pembeli dalam hal ini harus tetap
menjunjung tinggi dan patuh pada aturan
tentang lisensi ini.
Yang umum dan yang banyak digunakan
pada saat ini , jenis lisensi ini terbagi menjadi 4
(empat) yaitu :

1. Lisensi Tertutup (propriatery).

Jenis lisensi ini biasanya dimiliki oleh


perusahaan pembuat software. Dengan
ditutupnya lisensi ini, artinya seseorang
yang akan menggunakan software
perusahaan tersebut harus mengikuti
peraturan yang dibuat oleh perusahaan
tersebut. Seperti halnya transaksi
pembelian barang, pengguna software
tersebut juga harus menebus dengan nilai
harga yang ditentukan. Karena lisensi ini
tertutup maka software yang sudah dibeli
tidak bisa dimodifikasi atau
dikembangkan oleh orang, perusahaan,
lembaga atau organisasi yang berada
diluar perusahaan pemilik tanpa seijin
pemiliknya sehingga dapat dikenakan
tuntutan hukum oleh pemilik software
tersebut.

Contoh software yang menggunakan jenis


lisensi ini diantaranya adalah Microsoft
WINDOWS, OSX Tiger, Adobe
PHOTOSHOP, CorelDRAW, Autodesk
AUTOCAD, Symantec NORTON Anti-Virus
dan Microsoft OFFICE.
2. Lisensi Terbuka (open-source).

Jenis lisensi ini sangat diminati oleh


banyak kalangan, dari mulai kalangan
pendidikan, personal, perusahaan hingga
kenegaraan dengan segala macam
maksud dan tujuannya. Lisensi ini
membebaskan pengguna dari biaya,
karenanya banyak komunitas yang
sangat mendukung untuk meperbaiki dan
mengembangkan, bahkan banyak yang
memodifikasinya dengan tetap
menggunakan basis yang asli dan
menggunakannya untuk keperluan
pribadi, pendidikan, kenegaraan ataupun
komersil. Lisensi ini yang umum dikenal
dengan GNU/GPL (GNU General Public
License).

Salah satu contoh lisensi ini yang terkenal


adalah Operating System LINUX,
OpenOffice dan The GIMP.

3. Lisensi Terbatas (limited).

Jenis lisensi ini banyak ditemui di


internet, biasanya lisensi ini banyak
berupa software aplikasi seperti
multimedia, pengolah gambar, pengolah
suara dan banyak macam yang lainnya.
Biasanya pula lisensi ini bebas digunakan
tanpa membayar oleh kalangan terbatas
saja misalnya hanya boleh digunakan
oleh perorangan dan software-nya pun
dikurangi kelengkapan fitur-nya atau
dapat pula merupakan software DEMO,
sedangkan jika akan digunakan untuk
perusahaan, komersial atau organisasi
maka diharuskan membayar dengan
harga tertentu ke pemilik dan pembuat
software untuk kemudian bisa menikmati
semua kelengkapan fitur software
tersebut.

Contoh software yang memakai lisensi ini


salah satunya adalah NullSoft WINAMP
dan IrfanView. Software tersebut boleh
digunakan oleh siapapun yang bersifat
perorangan, namun software tersebut
tidak boleh digunakan untuk komersial
dan perusahaan, termasuk untuk Warnet.

4. Lisensi Bebas (free).

Lisensi ini memperbolehkan siapa saja


menggunakan, baik itu personal maupun
komersial. Walaupun biasanya terbatas
sekali dengan fiturnya, namun
perusahaan atau organisasi komersial
yang membutuhkan software alternatif
dapat menggunakan software ini daripada
harus membayar sejumlah uang untuk
lisensi. Bahkan biasanya pengembang
dan pemilik software yang menggunakan
lisensi ini membebaskan untuk
menyebarluaskan, memperbanyak dalam
bentuk media apapun dan
memperkenalkan dari mulut ke mulut.
Hanya saja pemiliknya melarang software
untuk dimodifikasi dan dikembangkan
oleh perorangan, organisasi ataupun
perusahaan.

IZarc, FoxitReader dan FreePDF adalah


salah satu contoh dari software ini.

Selain kewajiban publik yang harus


ditunaikan oleh pengusaha Warnet, maka untuk
mentaati ketentuan hukum juga harus dipenuhi
adanya praktek usaha legal secara benar dan
tertib.

Tidak seperti pengusaha atau pekerja


bidang lain yang cukup menyediakan piranti
keras untuk menjalankan bisnisnya, maka
pengelola Warnet berkewajiban memiliki lisensi
piranti lunak.

Persoalan yang relatif rumit adalah


pemakaian piranti lunak legal. Kenyataan
dalam masyarakat, terutama dikalangan
pengusaha warnet, pemakaian piranti lunak
bajakan atau illegal software masih terdapat.
Semula, fenomena ini sekedar kelatahan atau
karena ketidaktahuan. Namun karena
dampaknya merugikan pihak lain dan
menjadikan salah satu penyebab rendahnya
kesadaran dan penghargaan terhadap karya
cipta, maka dilakukan langkah penegakan
hukum.

Pemerintah melakukan dua pendekatan


sekaligus; pencegahan dengan penyuluhan
peningkatan kesadaran HaKI dan penggunaan
software legal, serta penegakan hukum untuk
memberantas pembajakan piranti lunak.
Strategi Bisnis
dan
Keamanan Investasi
~ Strategy & Security ~

I. Pangsa Pasar.

Pengguna Internet identik dengan kaum


muda, pelajar dan mahasiswa direntang usia
15-25 tahun. Walau semula dominasi pengguna
internet kaum pria, dengan makin terbuka
wawasan jender, maka keseimbangan kini
sudah semakin terjaga. Perlu di cermati pula
kalangan kaum pekerja di rentang umur 25-40
tahun, sebagai pasar potensial. Kini, kebutuhan
pemakaian internet, tidak hanya bisnis, tetapi
berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat.

Warnet mentargetkan pangsa pasar pada


kaum pelajar atau mahasiswa, perlu
memperhatikan karakteristik mereka. Pangsa
pasar ini umumnya sensitif terhadap harga,
sesuai dengan kondisi kemampuan kantong.
Karena itu, keterjangkauan layanan, perlu
menjadi pertimbangan pertama.

Pangsa pasar ini juga unik, karena jumlah


yang besar dan sebaran merata baik di kota
atau desa. Beda dengan kaum pekerja,
umumnya tidak terlalu sensitif pada harga tapi
memiliki tuntutan kenyamanan, serta sebaran
yang terkonsentrasi di kota atau pusat kawasan
industri.
II. Pemilihan Lokasi.

Pilihan Lokasi kegiatan Warnet, tentu


pertama dan terutama, harus dilihat dari segi
lalu lintas orang, pemenuhan keperluan akan
informasi, maupun jenis layanan jasa lain.
Penentuan lokasi, perlu memerhitungkan juga
faktor negatif dari kegiatan yang bertentangan
dengan karakter bisnis Warnet. Misal, tempat
keramaian dan permainan yang
membahayakan, pusat kegiatan yang
berpotensi mencemari udara dan mengganggu
kenyamanan pengguna. Bahkan usaha yang
mengeluarkan aroma menyengat, berdampak
ketidaknyamanan bagi pengguna warnet perlu
dijauhi.

Target pasar memang perlu dicermati,


sebab akan mempengaruhi pemilihan lokasi
warnet. Bagi Warnet Perak, maka lokasi yang
tepat di daerah konsentrasi pelajar dan
mahasiswa, sekitar sekolah atau kampus. Perlu
diketahui, bahwa penetapan pangsa pasar,
lokasi usaha yang terkonsentrasikan,
menyebabkan persaingan warnet makin ketat.
Sehingga, bagi pebisnis pendatang baru, perlu
berfikir ulang untuk menjadikan daerah kampus
sebagai target lokasi untuk membuka warnet.

Selain lokasi terkonsentrasi di kampus,


pemukiman padat penduduk, maka kompleks
perumahan juga merupakan pilihan lain.
Apalagi jika penghuninya tergolong masyarakat
kelas menengah, dimana koneksi internet
menjadi kebutuhan. Disisi lain, kepemilikan
akses internet pribadi dinilai masih mahal,
sehingga belum tumbuh minat internet pribadi.
Selain itu, di lokasi padat penduduk
memberikan peluang untuk memasarkan
langsung koneksi internet ke rumah secara
sewa. Konsep RT/RW-Net dapat di
implementasikan, sebagai model pemanfaatan
akses internet secara bersama diantara Kepala
keluarga, dengan pengelolaan diserahkan
kepada pebisnis Warnet.

Ringkasnya, Lokasi penting untuk


keberhasilan bisnis warnet, walau bukan satu-
satunya. Masih ada faktor lain, misal:
kenyamanan ruangan, harga yang terjangkau,
variasi produk, dan promosi dll. Kesemua hal
itu dibundel dalam strategi produk layanan
warnet.

III. Strategi Pelayanan Warnet.

Kenyamanan pengguna menjadi faktor


penting lain bagi keberhasilan bisnis warnet.
Warnet dengan harga tinggi, namun
menawarkan kenyamanan pengguna, lebih
mudah menjaring pengguna dibandingkan
warnet murah, tetapi gerah. Sementara itu,
layanan internet murah tidak harus diartikan
sebagai sengsara dalam ber-Internet ria. Oleh
karena itu, sesuai kondisi keuangan pangsa
pasar, maka untuk kenyamanan dapat disiasati
dengan cara lesehan, penyediaan kipas angin
dan penataan ruang lebih terbuka sirkulasi
udaranya.

Kesan bahwa warnet yang berharga


murah selalu menyajikan layanan tidak
nyaman, perlu disiasati jika pengusaha ingin
berhasil dalam kompetisi.

Ada beberapa hal menentukan dalam


kenyamanan ini, antara lain :

Koneksi Internet.

Inilah yang paling utama harus


direncanakan setelah mempersiapkan
semuanya. Koneksi internet adalah
pilihan nomer 1 pengguna. Sebisa
mungkin koneksi ini harus di kelola
(maintain) dengan sangat baik. Kesan
pertama pengguna adalah jika koneksi
internet suatu warnet cepat, maka
pengunjung akan selalu menggunakan
warnet tersebut untuk aktifitas internet.

Koneksi internet ini dasarnya sangat


berpengaruh terhadap besar jalur koneksi
(yang dikenal dengan istilah Bandwith)
yang diambil warnet tersebut dari
Internet Service Provider (ISP).
Kebutuhan bandwith sebuah warnet
sangat bergantung dari banyaknya
terminal (dalam hal ini adalah PC
pengguna) yang terkoneksi dalam sebuah
jaringan internal (LAN). Koneksi internet
paling layak guna minimal adalah sebesar
6 hingga 16 Kbps per PC. Namun karena
penggunaan bandwith dalam warnet
biasanya berganti dan saling mengisi
(redundant), maka tidak diperlukan
perhitungan pengkalian pada kebutuhan
bandwith setiap terminal. Kebutuhan ini
harus disikapi secara pintar oleh pemilik
warnet, karena harga bandwith ini tidak
murah bergantung dari rasio bandwith
yang digunakan, apakah pemakaian
bersama (sharing) atau pemakain khusus
(leased-line). Berikut ini adalah panduan
untuk kebutuhan bandwith berdasarkan
jumlah terminal PC dalam sebuah warnet.

Jumlah PC Kebutuhan Bandwidth

1 – 12 64 Kbps

12 – 24 128 Kbps

24 – 40 256 Kbps

40 – 60 512 Kbps

60 – 80 1024 Kbps (1 Mbps)

80 – 100 1536 Kbps (1,5 Mbps)


Selain besar Bandwith, teknologi koneksi-
pun mempengaruhi kecepatan akses
internet ini. Sebagai panduan awal,
beberapa jenis teknologi koneksi internet
yang harus dikenal adalah :

– Dial-Up :
Teknologi ini menggunakan jaringan
telepon tetap (fixed-line). Penggunaan
koneksinya pun dihitung berdasarkan
menit dan besaran bandwith yang di
dapat, oleh karenanya teknologi ini
sangat tidak direkomendasikan untuk
penggunaan warnet karena beban
bandwith dan penggunaan koneksi
internet di warnet cukup tinggi.
Telkomnet Instant8 adalah salah
satu dari sekian banyak layanan dial-
up, untuk menggunakan koneksi ini
dengan bandwith maksimal yang
didapat adalah 64 Kbps, warnet harus
menebus dengan Rp 150,- per
menitnya.
Secara hitungan matematika jika
warnet memiliki jam operasional
selama 12 jam sehari, maka beban
yang harus dibayarkan adalah Rp. 150
x 60 menit x 12 jam x 30 hari yaitu
sebesar Rp. 3.240.000,-

8
http://www.telkom.net/
– ADSL :
Singkatan dari Asymetric Digital
Subscriber Line (ADSL), adalah
teknologi yang dapat menyalurkan
data dan suara secara simultan
melalui satu saluran telepon biasa
dengan kecepatan yang dijaminkan
sesuai dengan paket layanan yang
diinginkan. Dari namanya Asymetric,
maka penggunaan ini topologinya
adalah penggunaan bersama
(sharing). Penjelasan sharing ini
adalah bahwa dalam 1 Sentra Otomat
Telepon (STO) di satu daerah
diwilayah tertentu (misalnya STO
Depok-1), maka jika dalam lingkup
STO Depok-1 itu terdapat 10 warnet,
berarti bandwith sebesar 384 Kbps
akan dibagi ke 10 warnet tersebut,
sehingga jika aktifitas ke 10 warnet
tersebut dalam operasional penuh,
maka bisa dipastikan maksimal
bandwith yang didapat setiap warnet
di lingkup STO Depok-1 sebesar 38.4
Kbps.
Telkom SPEEDY9 adalah contoh
layanan ADSL dari PT. Telkom Tbk.,
dengan bandwith maksimal 384 Kbps,
harga koneksi khusus untuk warnet
adalah Rp. 1.750.000,- dengan
pemakaian bebas 24 jam selama

9
http://telkomspeedy.com/
sebulan penuh.
– Cable-Line :
Merupakan teknologi yang tidak
berbeda jauh dengan ADSL, hanya
saja teknologi ini telah ada jauh
sebelum ADSL diaplikasikan di negeri
ini. Koneksi ini pun biasanya terbatas
hanya untuk beberapa lokasi saja
karena pemilik koneksi ini biasanya
perusahaan swasta yang tidak
memiliki jaringan koneksi seluas
perusahaan nasional (BUMN).
Kabel Vision10 adalah salah satu
contoh pemilik jaringan koneksi ini.
Dengan koneksi maksimal 512 Kbps,
warnet dibebankan dengan biaya
bulanan sebesar Rp. 1.500.000,-
untuk pemakaian 24 jam selama
sebulan penuh.

– Broadband Access
Adalah teknologi yang menggunakan
topologi Symetric (dikenal juga
dengan istilah Leased-Line) yaitu
teknologi berdasarkan pesanan yang
diinginkan. Dengan teknologi ini maka
warnet mendapatkan koneksi
langsung dari ISP tanpa dibagi
bersama (sharing) dengan yang
lainnya (rasio 1:1). Sehingga dalam
keadaan apapun, besar bandwith yang

10
http://www.kabelvision.com/intnet.aspx?type=1
dijamin tetap seperti yang diinginkan.
Dalam penggunaan teknologi
broadband-access ini, setiap warnet
dapat memilih jenis koneksi akhir
(last-mile11) yang akan digunakan,
apakah akan menggunakan wireless
dengan harga terjangkau tetapi
memiliki beragai kelemahan karena
gelombang radio, menggunakan kabel
fiber-optik yang mahal namun
terjamin kualitasnya atau meng
gunakan VSAT yang memanfaatkan
satelit sehingga cocok untuk daerah
rural dan terpencil di pelosok negeri.

Pemilihan penggunaan bandwith sekali


lagi harus disikapi dengan pintar oleh
pengusaha warnet. Begitu pula dalam
memilih Internet Service Provider (ISP),
diperlukan banyak dukungan dan layanan
yang proporsional untuk warnet sebagai
pengguna jika terjadi sesuatu misalnya
terjadi putus koneksi (disconnect) atau
kerusakan pada alat milik ISP di warnet
(misalnya router atau modem). Dalam
hal ini yang perlu diperhitungkan dalam
memilih ISP adalah :
– Dukungan jika terjadi gangguan.
– Waktu layanan dukungan (24 jam).

11
Las-mile atau koneksi akhir adalah koneksi yang
menghubungkan Internet Service Provider (ISP)
dengan pengguna akhir (end-user) dalam hal ini
adalah warnet.
– Aksi kecepatan layanan dukungan.

Meja dan kursi.

Meja dan kursi warnet sebisa mungkin


memenuhi unsur ergonomis. Artinya,
meja dan kursi tersebut tetap nyaman
walaupun digunakan dalam waktu cukup
lama oleh pengguna. Ukuran meja warnet
tidak perlu terlalu besar namun jangan
sampai memberi kesan sempit. Kursi
juga sebaiknya yang bisa di atur sesuai
keinginan. Kursi dan Meja yang nyaman
akan dapat membuat pengguna nyaman
dan berlama-lama dalam menggunakan
internet.

Warnet dengan Meja dan Kursi yang Ergonomis


Beberapa warnet memilih untuk
tidak menggunakan kursi atau dikenal
dengan istilah “lesehan”, dan biasanya
mereka memberikan sebuah bantal untuk
menambah kenyamanan saat kita
bersandar ataupun digunakan pada saat
duduk. Kelebihan model ini adalah
investasi untuk kursi tidak besar dan
meja juga bisa digunakan berukuran
lebih pendek/kecil dan otomatis investasi
juga berkurang.

Warnet tanpa kursi atau LESEHAN

Sirkulasi dan Pendinginan Udara.


Sirkulasi udara yang baik dan suhu yang
sejuk akan menambah kenyamanan
warnet anda. Sirkulasi udara harus
diperhitungkan dengan baik, sebab
umumnya warnet akan memilih untuk
berada dalam sebuah ruang yang
tertutup dalam jangka waktu yang lama
dan menggunakan penyejuk udara.

Sirkulasi udara terutama dibutuhkan jika


warnet menyediakan tempat bagi
pengguna yang merokok. Walaupun
untuk model ini sangat disarankan untuk
memisahkan ruangan bagi mereka yang
merokok dan penambahan perangkat
exhaust untuk membuang asap rokok
keluar dari ruangan.
Pemisahan ini sangat perlu sebab jika
tidak dipisahkan akan sulit mengatur
asap dan bau dari pengguna yang
merokok.

Bagaimana dengan AC (penyejuk udara)?


Seberapa besar kekuatan AC yang
dibutuhkan ?

Jawabannya tergantung pada ukuran


ruangan, jumlah perangkat dan juga
banyaknya orang dalam ruangan
tersebut, serta paparan sinar matahari
terhadap ruangan tersebut. Sebuah AC
berkekuatan 1PK secara teroitis mampu
mendinginkan ruangan kosong seluas
5m(p) x 5m(l) x 3m(t). Namun jika
ruangan tersebut sudah terisi oleh
sejumlah komputer dengan monitor CRT
dan sejumlah pengguna, maka akan
terasa kurang sejuk lagi sehingga
dibutuhkan tambahan AC.

Penggunaan monitor LCD juga dapat


menurunkan penggunaan penyejuk
ruangan sebab tingkat panas yang
dihasilkan monitor LCD lebih rendah
dibandingkan menggunakan monitor CRT.

Berikut adalah perbandingan kekuatan


AC dan luas ruangan:

No Kapasitas AC Luas ruangan

1 0.5 PK 9 - 12 m²

2 0.75 PK 13 - 16 m²

3 1 PK 17- 24 m²

4 1.5 PK 25 - 36 m²

5 2 PK 37 – 48 m²

6 2,5 PK 48 m² keatas

Dari penjelasan ini dapatlah dikatakan


bahwa kapasitas terpasang (kekuatan
dan jumlah) AC haruslah lebih besar dari
kapasitas terpakai (luas ruangan).

Dari pengalaman, ruangan seluas 40 m 2


yang terhindar dari paparan sinar
matahari secara langsung dengan 14
buah PC workstation yang menggunakan
CRT dan diisi oleh sekitar 16 orang baru
akan terasa sejuk jika menggunakan AC
berkapasitas 2 PK.

Partisi.

Partisi adalah salah satu bagian dari


keinginan pengguna warnet untuk mem-
privasikan dirinya. Ada beberapa
pengguna yang sangat menginginkan
privasi yan terjaga dan bebas dari
gangguan dan lirikan pengguna lainnya.
Sehingga bebas untuk membuka dan
melihat email, chating atau konten
internet yang lain.

Banyak dilema yang terjadi dengan


partisi ini, salah satunya adalah
menjadikan pengguna bebas untuk
melihat konten apa saja, termasuk yang
bersifat pornografi dan perjudian atau
tindakan jahat seperti frouding dan
hacking.

Namun semua kembali bagaimana


pemilik warnet menyikapinya, dengan
pengontrolan berkala ataupun dengan
cara teknis seperti mem-blok konten
porno dan judi melalui router dan server.

Variasi dari partisi warnet berbeda-beda,


bergantung dari bahan, kualitasnya dan
plafon dana yang tersedia. Di berbagai
macam warnet, partisi ada yang terbuat
dari gypsum, tripleks, papan, kaca
bahkan kain gorden.

Sedangkan untuk warnet yang tanpa


menggunakan partisi, memang cukup
menekan plafon biaya interior. Namun
privasi pengguna menjadi berkurang,
oleh sebab itu biasanya warnet ini
berbentuk Games Centra, karena
kebanyakan pengguna dan pemain
games sangat suka dengan model warnet
tanpa partisi.

Warnet dengan Partisi Privasi


Kembali ke sebagai pengusaha, tinggal
memilih manakah yang akan digunakan.
Segala hal yang sudah diniatkan baik
masih tetap bisa disalahgunakan oleh
orang lain, misalnya pengguna warnet.
Oleh karena itu tetap harus ada cara
yang baik untuk menyikapi ini dan
memberikan pembelajaran kepada
pengguna warnet untuk melakukan hal-
hal yang baik, menggunakan internet
secara sehat dan memanfaatkan internet
untuk hal-hal yang baik.
Semua adalah tanggung jawab kita dan
anda sebagai calon pengusaha warnet
untuk membentuk ini, memberi pelajaran
dan bimbingan kepada masyarakat untuk
memanfatkan hal-hal positif yang ada di
internet melalui warnet.
Warnet tanpa menggunakan Partisi

Penerangan.

Untuk hal ini, cukup menggunkan


penerangan yang biasa (standar) seperti
menggunakan Neon. Hindari penerangan
warnet yang suram dan remang-remang
karena dapat menimbulkan efek yang
merugikan warnet akibat ulah pengguna
seperti transaksi narkoba, perbuatan
asusila dan pelanggaran hukum lainnya.

Untuk beberapa warnet dengan konsep


cafe, memang biasanya dikondisikan
dengan suasana yang santai dan rileks,
dan penerangan yang terlalu terang dan
silau akan membuat pengguna menjadi
tidak nyaman.
Penerangan memang lebih baik di
sinergikan dengan konsep interior. Jika
anda menggunakan desainer ruangan
atau arsitek, dapat dikonsultasikan ke
mereka terlebih dahulu.

Penataan dan pilihan pemakaian lampu


apakah pijar atau neon, bukan sekedar
pertimbangan ekonomis besar watt per
titik api. Persoalannya, erat dengan
pengaturan ventilasi cahaya, akses sinar
melalui tirai, jendela dan keberadaan
dinding transparan serta sekat-sekat
diantara pengguna.

Semakin terbuka, transparan dan tanpa


penyekat, akan meminimalkan jumlah
lampu penerangan. Apalagi dengan
perencanaan penempatan titik lampu
yang baik, selaras layout penempatan
bilik komputer, maka penghematan dapat
dilakukan. Disisi lain, menyerasikan posisi
lampu dan alur bilik serta layar monitor,
maka penghematan titik lampu
penerangan sekaligus akan menghasilkan
estetika dan kenyamanan pengguna.

Keyboard, Mouse dan Monitor.

Dalam ber-internet, biasanya pengguna


memilih waktu yang cukup lama. Dalam
hal ini tentu aja penggunaan mouse lebih
banyak digunakan untuk browsing.
Sedangkan untuk pengguna yang
memanfaatkan chatting tentunya akan
lebih sering menggunakan keyboard.

Anggarkan pendanan setiap tahunnya


untuk mengganti keyboard dan mouse,
karena alat ini dipastikan akan lebih
cepat rusak atau tidak layak pakai.
Keyboard akan lebih sering terhapus
angka dan huruf pada tombolnya dengan
pemakaian lebih dari 1 tahun.

Untuk monitor, gunakan monitor yang


nyaman dimata pengguna saat
penggunaan dalam waktu yang lama.
Sesuaikan juga resolusinya dengan yang
paling baik dan nyaman dimata. Resolusi
standar yang baik adalah 1024 x 768
untuk monitor 17” CRT.
Monitor LCD saat ini sudah cukup murah,
sudah pasti lebih nyaman karena
memiliki radiasi yang kecil. Oleh karena
itu monitor LCD bisa menjadi pilihan yang
baik.

IV. Strategi Pemasaran.

Selain faktor lokasi, strategi pemasaran


maka jenis layanan yang diberikan Warnet
mempengaruhi keseluruhan pendekatan
investasi. Investasi dana berlebihan pada
Warnet yang hanya memerlukan layanan dasar
akses telekomunikasi, tentu akan berdampak
kesulitan pemulangan modal, dan memerlukan
waktu relatif lama.

Modal mengendap atau pemasukan


harian yang dibawah target, akan menurunkan
kepercayaan penyandang dana, dan perlu
disiasati sejak dini. Oleh sebab itu, penentuan
jenis layanan Warnet, sangat erat dikaitkan
dengan kondisi kebutuhan pengguna, status
sosial kelompok dan bahkan orientasi
kehidupan sehari-hari.

V. Konten Internet dan Jenis Layanan.

Warnet tidak harus secara instan


menyediakan fasilitas akses berbasis internet
pada saat diakses pengguna. Mengingat tarif
bandwith di Indonesia relatif mahal perlu
disiasati pemanfaatan akses secara optimal.

Misalkan dengan mencermati kebiasaan


jenis informasi yang diakses pengguna,
kemudian menyediakan ”content web server”
secara “local content mirroring” akan menjadi
solusi menekan biaya akses internasional.
Prakarsa local content mirroring akan menjadi
kesempatan bagi pijakan pengembangan local
content yang berbasis budaya setempat.
Berbagai jenis layanan terkait yang bukan hasil
akses informasi internet secara langsung, misal
produksi informasi berbasis multimedia,
layanan cetak digital, percetakan keperluan
tulis menulis dan sejenisnya. Berbagai ragam
layanan yang terkait erat dengan bisnis layanan
informasi, dapat dikemas dan disediakan
sebagai unsur pemerkaya layanan bagi
pengguna.

Bahkan untuk meningkatkan optimalisasi


usaha, maka sebuah Warnet dapat saja
dikembangkan dengan varian bisnis non
Warnet, seperti; kombinasi dengan usaha jasa
travel perjalanan, booking ticket, reservasi
hotel, transaksi jual beli on-line, jualan
voucher, usaha kelontong dan bahan ATK dan
lain-lain.
Kelak, dari Warnet yang Ideal dapat
berkembang menjadi pusat layanan aneka
informasi masyarakat dalam satu titik (one stop
information shop). Hypermall, supermarket
memberikan layanan dengan kepuasan lebih
dibanding pasar tradisional, karena mem
berikan kenyamanan, udara sejuk dan
kebersihan ruangan. Jika pengelolaan bisnis
Warnet dirancang baik dan dilengkapi fasilitas
serupa, niscaya para pengguna akan betah
memanfaatkan dan selalu datang kembali.

Semakin dinamis dan berorientasi


metropolitan, maka semakin beranekaragam
tuntutan jenis layanan pengguna. Sebaliknya,
semakin rural dan pasif kebutuhan
informasinya, maka semakin sempit pilihan
jenis layanan yang disediakan.

VI. Modal Usaha Warnet.

Modal investasi usaha Warnet, dapat


berasal dari berbagai sumber. Dengan pilihan
pola manajemen yang baik, sebuah usaha
Warnet dapat berawal dengan modal yang tidak
harus besar dan berasal dari milik sendiri.
Modal dari pihak ketiga akan meringankan
beban investasi, sekaligus menciptakan
jaringan dan kerjasama kemitraan.

Secara sederhana, perolehan modal usaha


Warnet dapat berasal dari:

Modal sendiri;

Mengusahakan Warnet dengan modal


sendiri, mencerminkan sikap
kewirausahawan dan kemandirian.
Namun untuk menyikapi hal ini, bukan
sesuatu yang mudah. Memiliki modal
finansial, bukan satu-satunya syarat
usaha. Kepiawaian dalam membaca
peluang pasar, serta keterampilan
manajerial membina pelanggan, akan
menjadi cikal bakal kesuksesan.
Satu hal untuk direnungkan,
menggunakan modal sendiri, berarti
memikul segala resiko secara sendiri.
Kalkulasi yang tidak cermat, akan
berpengaruh terhadap kelangsungan
usaha. Bahkan, jika investasi dilakukan
ceroboh dan tidak cermat, dapat berubah
menjadi awal dari kebangkrutan.

Modal keluarga;

Dalam masyarakat yang berstruktur


keluarga besar, tidak sekedar keluarga
inti atau batih, maka kepercayaan
keluarga menjadi faktor ikatan sosial
yang dasar. Apalagi jika seseorang dalam
kekerabatan demikian berkedudukan
sebagai anak lelaki tertua atau, anak
perempuan tertua yang secara adat
bertanggungjawab terhadap
kesejahteraan hidup semua warga.

Dalam pola usaha lama, mereka


mendapat kepercayaan mengelola
kekayaan keluarga besar dan
memanfaatkan bagi kepentingan
bersama. Dengan perhitungan matang,
maka investasi finansial untuk usaha
Warnet, dapat disisihkan dari kekayaan
keluarga. Bahkan, selanjutnya untuk
kepentingan pengelolaan sehari-hari,
maka anggota keluarga besar juga dapat
didayagunakan sebagai tenaga
operasional warnet. Seperti modal
sendiri, modal keluarga juga merupakan
investasi dan penanggungan resiko
tunggal, tanpa berbagi dengan pihak lain.

Modal patungan bersama pihak


ketiga;

Oleh karena itu, berbagi resiko akan


merupakan pilihan cerdas dan sebuah
solusi mengatasi keterbatasan finansial.
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah
tatkala akan melakukan pencarian modal
tambahan dari pihak ketiga, hendaklah
diusahakan secara transparan dan sesuai
dengan aturan hukum yang ada.
Hendaklah dihindari cara-cara
memperoleh bantuan modal dari pihak
yang tidak resmi dan tanpa ikatan yang
sah. Sebab, jika perolehan modal berasal
dari pinjaman yang secara finansial
memberatkan beban pengembalian
(misal karena suku bunga tinggi, atau
berasal dari rentenir), niscaya akan
merupakan beban finansial berat dan
membahayakan investasi.

Modal pinjaman dari lembaga


perbankan.
Kelemahan administrasi usaha informal
adalah salah satu kendala dalam upaya
memperoleh pinjaman dari lembaga
keuangan atau perbankan. Apalagi jika
proposal pinjaman tidak disiapkan
matang dan mengikuti kaidah usaha,
maka relatif sulit memperoleh pinjaman
bank. Solusi yang lazim adalah jaminan
usaha berupa aset Warnet, baik
bangunan dan tanah serta kekayaan lain.
Untuk mencari alternatif solusi pinjaman
modal investasi dari bank juga patut
diperhitungkan cermat dan hati-hati,
agar tidak memberatkan dalam mencicil
pengembalian.

Rasio pengembalian hutang hendaklah


tidak melampaui separoh dari perkiraan
pendapatan rata-rata per bulan. Jika
melebihi, maka patut diwaspadai, agar
pengaruh terhadap cicilan pengembalian
tidak mengakibatkan nombok dan
hutang sana-sini untuk menutupi hutang
yang ada.

VII. Asuransi dan Pertanggungan lain.

Upaya mengurangi resiko usaha, dapat


dilakukan melalui kegiatan untuk
mempertanggungkan resiko kepada pihak
ketiga. Hal ini dikenal sebagai asuransi. Untuk
mengasuransikan usaha warnet, perhitungan
aset dan peluang pendapatan usaha menjadi
faktor penentu bagi besaran pembayaran
premi. Demikian juga jenis dan besar resiko
yang dipertanggungkan.

Walau berpengaruh atas besaran nilai


premi, model ”total risk insurance” atau
’pertanggungan segala jenis resiko usaha’ akan
menjadi solusi yang cerdik, mengingat faktor
kegagalan dan resiko usaha tidak selalu berasal
dari prakarsa atau kegiatan sendiri. Tanpa
berharap akan terjadi, maka hal semacam
kebakaran karena hubungan arus pendek,
kerusuhan massal dan bencana diluar perkiraan
normal adalah sesuatu yang bukan mustahil.

Pilihan Penggunaan
Software Legal
~ Warnet Legal ~

Warnet dapat berperan mendongkrak


adopsi piranti lunak open source di masyarakat.
Sekaligus Warnet juga menjadi kelompok
penekan bagi keberhasilan Program IGOS
(Indonesia Goes Open Source). Pendapat
senada disampaikan bahwa: "Jika adopsi oleh
warnet berjalan baik, besar pengaruhnya juga
akan mempercepat tingkat penerimaan piranti
lunak open source oleh masyarakat," demikian
Deputi Ristek Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Wendy Aritonang.

Mempromosikan pemanfaatan open


source sebagai alternatif yang terjangkau dan
legal adalah tujuan IGOS. Ini merupakan
pilihan bijak, tatkala tingkat pembajakan piranti
lunak di Tanah Air tinggi, serta harga piranti
lunak proprietari mahal.

Saat dicanangkan tahun 2005, program


IGOS baru terbatas pada lima kementerian.
Kegiatan juga baru sebatas perumusan buku
panduan, sehingga gaungnya dirasakan kurang
memasyarakat. Kementrian Riset dan Teknologi
kemudian menggandeng komunitas Asosiasi
Warnet Indonesia (Awari) untuk aktif terlibat
dalam program IGOS. Kegiatannya antara lain
penyediaan berbagai paket piranti lunak open
source bagi keperluan warnet. Paket piranti
lunak atau distro tadi, tidak disediakan oleh
Kantor Menteri Ristek, melainkan komunitas
open source, serta kalangan perguruan tinggi
dan perusahaan, kemudian dipromosikan
melalui berbagai kegiatan.

Open house program IGOS, 12 Juli 2005


diikuti pengembang aplikasi open source
personal dan korporat, serta kalangan bisnis
termasuk usaha kecil dan menengah. Faktor
yang mendorong para pengembang
menciptakan distro adalah maraknya sweeping
warnet di sejumlah wilayah. Bahkan, warnet
berlisensi legal, masih terkena imbasnya seperti
kejadian di Semarang.

Kini komunitas mailing list AWARI


(asosiasi-warnet@yahoogroups.com) yang
memiliki subscriber sekitar 8.000 pebisnis
Warnet seluruh Indonesia. Rata-rata mereka
sudah berbadan hukum dan Asosiasi sudah
membentuk Koordinator Wilayah (Korwil) di
berbagai daerah. Salah satu program asosiasi
adalah mengkampanyekan penggunaan piranti
lunak legal, serta mendirikan supporting group
untuk mendukung implementasinya.12

Telah dibahas sebelumnya bahwa


perangkat lunak (software) adalah hal yang
teramat penting dalam menghadapi isu
legalitas yang dimiliki warnet. Oleh karenanya
dalam panduan ini akan diberikan sedikit acuan
secara umum dalam memilih software yang
layak untuk digunakan di warnet tanpa harus
was-was dan takut dengan isu legalitas yang
ada dan tercantum dalam Undang-Undang Hak
Atas kekayaan Intelektual (UU-HAKI).

Pada Komputer (PC), sistem operasi yang


digunakan (OS) bisa berupa yang
menggunakan lisensi terbuka (bebas) seperti
LINUX sebagai solusi menekan harga beli.

12
Sumber : Bisnis Indonesia (7/7/2005)
Namun sebagian besar warnet masih banyak
yang menggunakan produk propriatery yaitu
Microsoft WINDOWS.

Namun apakah legal itu hanya WINDOWS ?

Jawabannya adalah : Tidak !!!

Selain OS, software yang terdapat dalam


sebuah PC dapat digolongkan menjadi beberapa
kategori, yaitu :

1. Sistem Aplikasi Kantor


(Office Application).
- Pengolah Kata.
- Pengolah Lembar Kerja.
- Pengolah Presentasi.
- Pengolah Gambar.
2. Sistem Aplikasi Internet
(Internet Application)
- Browser.
- Internet Chat.
- Instant Messaging.
- Download Manager.

3. Sistem Serba Guna (Utilities).


- Kompresi Data.
- Penyimpan Data ke Media CD/DVD.
- Konverter Format Data.

4. Sistem Keamanan (Security).


- Anti Virus dan Anti Spyware.
- Firewall.
- Recovery System.

5. Sistem Multimedia
- Pemutar Musik.
- Pemutar Video.
- Konverter Format Musik dan Video.

6. Sistem Permainan (Games).


- Games Online.
- Games Offline.

7. Sistem Perhitungan dan manajemen.


- Kasir Warnet.
- Manajemen Warnet.

8. Sistem Jaringan
- Routing.
- Bandwith Management.
Banyak yang terjebak dengan isu legalitas
dalam menggunakan Sistem Operasi. Sehingga
menyangka jika sudah menggunakan
WINDOWS ASLI maka akan bebas dari jerat
hukum HAKI. Isu inilah yang harus diperjelas
dan diperdalam seorang pengusaha warnet
dalam menjalankan bisnisnya, karena UU-HAKI
yang mengatur ini bisa membuat bisnis warnet
menjadi bisnis yang melanggar hukum.

Yang utama, akan dijelaskan beberapa


macam Sistem Operasi yang layak digunakan
untuk warnet berdasarkan familiarisasi
pengguna yang datang ke warnet. Disini kami
dari AWARI akan menyebutkan 2 jenis warnet
berdasarkan Sistem Operasi yang digunakan,
yaitu :

1. Warnet LINUX
2. Warnet WINDOWS

~ Warnet LINUX ~

Baik Linux maupun Windows memiliki


kelebihan dan kekurangan. Linux memiliki
kelebihan dalam stabilitas, ketangguhan
terhadap virus (sehingga praktis tidak perlu
anti virus), bebas dari masalah keterbatasan
lisensi dan biaya yang cukup murah juga oleh
tersedianya berbagai jenis distro yang bisa kita
pilih. Kelemahannya adalah pengguna
komputer kebanyakan masih kurang familiar
dengan linux sehingga penggunaannya di
warnet harus di sertai dengan usaha dan
pelayanan yang lebih agar pengguna warnet
anda tidak resistan dan menolak
menggunakannya.

Berikut ini akan dijelaskan 3 varian Distro


LINUX yang layak digunakan di warnet.

1. Pointer PINUX.
Penggagas PINUX adalah Hendrian Dedi
asal Semarang, Jawa Tengah. Pasca
sweeping yang terjadi dengan Warnet
Pointer yang berlarut hingga 1 tahun,
Dedi membuat solusi untuk warnet agar
tidak terjadi sesuatu seperti warnetnya.
Distro PINUX berjalan diatas platform
RED HAT, salah satu platform Linux yang
cukup dikenal. Berikut beberapa cuplikan
dari Toko Distro Linux13 terkenal di
Indonesia.

Pinux atau Pointer Linux dengan tampilan


sangat mirip WindowsXP™ adalah sebuah
desktop Linux bikinan dalam negeri.
Dilengkapi dengan semua paket aplikasi
sebagaimana sebuah desktop yang
lengkap seperti suit office, klien email,
klien chat, messanger dan multimedia
yang 100% GPL (General Public License).
Juga disertakan beragam perkakas untuk
administrator sistem.

Fitur yang dikedepankan adalah fungsi


sebagai klien Windows XP™ SP2. Dengan
demikian bila PINUX tersambung dalam
sebuah jaringan yang mengandung
sebuah WindowsXP SP2, maka ia dapat
memanfaatkan aplikasi yang terpasang di
Windows dari jarak jauh, bahkan dengan
tampilan yang sama.

13
http://gudanglinux.net/gmc/content/view/354/138/
Fitur PINUX:

– Simple installations: tidak perlu jadi


pakar untuk mampu menginstalasi
Pinux.
– User friendly desktop.
– Cocok untuk Warnet, pusat pelatihan
(student training) atau perkantoran
dengan lingkungan yang masih
memiliki aplikasi berbasis Windows.
– Mengemas semua aplikasi Linux
popular dan dapt menjalankan aplikasi
Windows baik remote maupun
mengunakan emulator (wine).
– Aman: Semua aplikasi yang
disertakan open source yang bebas
Pungli (Pungutan Lisensi)
– Bisa bergabung dengan lingkungan
jaringan MS Windows, langsung
mendukung windows samba disk
share dan printer share disamping
mampu menjadi remote desktop dan
memroses berita pop-up.
– Dapat menampilkan aksara Asia
seperti: Chinese, Japan, Korea,
Thailand, India dan lainnya.
– Administrasi dan konfigurasi Pinux
berbasis Web.
– Telah diuiji lebih dari 9 bulan di
ratusan jenis merek PC dan ribuan
users sebelum dilepas ke publik.
2.

3. dcdsc
4. dcdsc
5. cdsc
6. cscsd
7. dcdscds
8. dscsc
9. cdscd

~ Warnet WINDOWS ~
Produk buatan Microsoft ini dikenal
dengan Windows. Sistem Operasi ini sangat
familiar bagi pengguna dan mampu untuk
menjalankan berbagai fitur seperti games
offline dan games online yang cukup populer
sebagai salah satu konten yang digemari di
warnet.

Di sisi lain, kemampuan tersebut harus


dibayar oleh keterbatasan lisensi, harga lisensi
yang mahal dan resiko terhadap serangan virus
dan malware.

Dalam penggunaan warnet, beberapa


lisensi Windows yang disarankan oleh AWARI
adalah :

1. Lisensi OEM.

Lisensi ini merupakan yang paling murah


dalam varian lisensi yang dimiliki
Windows. Namun lisensi ini sesuai dengan
namanya OEM (Original Manufacture
Equipment) harus melekat pada salah
satu hardware yang dibeli. Biasanya
lisensi ini ada pada PC yang dibeli dan
dikenal dengan istilah Pre-Istalled. Lisensi
ini sangat terbatas sekali pada
penggunaannya karena lisensi ini melekat
pada hardware. Sehingga lisensi ini
bergantung pada umur hardware
tersebut. Jika hardware tersebut rusak
atau mati, maka otomatis lisensi ini akan
hangus penggunaannya.
User yang menggunakan lisensi ini
diharuskan untuk :

– Memasang COA Label (Certificate of


Authentification) pada hardware
(dalam hal ini adalah CPU PC)
– Batas penggunaan lisensi bergantung
pada Hardware.
– Tidak bisa digunakan untuk naik
(upgrade) ke versi yang lebih baru.

Untuk warnet yang membeli CPU


Branded semisal IBM, HP atau DELL,
gunakanlah lisensi ini untuk
mendapatkan harga yang lebih murah.

2. Lisensi FPP.

Lisensi ini digunakan untuk penggunaan


PC yang sudah terbeli tanpa Sistem
Operasi. FPP (Full Package Product)
merupakan lisensi yang memiliki
kelebihan dibandingkan dengan OEM.
Namun kelebihan ini harus ditebus
dengan harga 3x lipat dari harga OEM.

Kelebihan dari lisensi ini adalah :

– Lisensi melekat pada Pembeli, dalam


hal ini adalah warnet. Jika warnet
membeli lisensi ini, apabila terjadi
kerusakan pada PC, lisensi ini tidak
hangus karena lisensi melekat pada
diri pembeli (warnet). Jadi OS ini
masih dapat di-install pada PC baru
pengganti PC yang rusak.
– Pemasangan COA Label tidak harus
pada Hardware, karena COA Label
lisensi ini terdapat pada box (Package)
OS ini. Oleh karena itu, box ini tidak
boleh hilang.
– Lisensi ini bisa digunakan untuk naik
(upgrade) ke versi yang lebih baru.
– Lisensi ini fleksibel untuk di install ke
PC atau Mesin mana saja sesuai
dengan jumlah lisensi yang berlaku.

Untuk warnet yang membeli PC non-


branded atau PC rakitan sendiri,
disarankan untuk menggunakan lisensi
ini. Walau harganya mahal, tetapi lisensi
ini memiliki kelebihan yang cukup
menguntungkan dibandingkan OEM.

3. MSRA.

Tabel Aplikasi Bebas dan Berbayar


Selain Sistem Operasi, seperti yang
dijelaskan sebelumnya adalah software
pendukung. Berikut akan dijelaskan Software
pendukung tersebut dari 2 sisi lisensi berbeda,
yaitu lisensi propriatery (berbayar) dan lisensi
open-source (bebas).

Jenis Lisensi
Jenis
Aplikasi
Berbayar Bebas

Aplikasi Kantor Microsoft Office OpenOffice.org


- Pengolah Kata - WORD - O.o. WRITER
- Lembar Kerja - EXCEL - O.o. CALC
- Presentasi - POWER-POINT - O.o. IMPRESS
- Olah Diagram - VISIO - O.o. DRAW

Aplikasi - Photoshop - The GIMP


Gambar - CorelDRAW -

Browser Microsoft - Mozilla FireFox


Internet Explorer - Opera Browser

Messenger - Tidak Ada - Y! Messenger


- Live Messenger
- GAIM
- GoogleTalk

Internet Chat mIRC - ICQ


- adiIRC
- jIRC

Kompresi Data - WinZip - IZArc


- WinRAR - 7Zip

Keamanan NORTON ClamWIN


AntiVirus Antivirus

Multimedia - Tidak Ada Windows


Media Player

Burning CD - Tidak Ada Windows


Media Player 11

Games Offline - CounterStrike - Tidak Ada -


- WarCraft

Games Online World of Warcraft - Ragnarok


- Pangya
- Gundbound
- Xian
- Tantra
- RYL
- RAN online
- AyoDance

Recovery - Deep Freeze Windows


System - Norton GoBack SteadyState

PERAN SOSIAL WARNET

Walau Warnet ditahbiskan sebagai usaha


yang bersifat ekonomi, tentu diharapkan tidak
akan kehilangan ciri sosial dan fungsi kontribusi
bagi warga dan kesejahteraan komunitas. Hal
demikian, yang bersifat “mono-dualis” menjadi
karakter dasar masyarakat, yang menempatkan
kepentingan pribadi dan keluarga, di dalam
kerangka kepentingan masyarakat umum.

a.Tanggungjawab sosial usaha Warnet

Apabila sebuah perusahaan publik memiliki


fungsi sosial dalam kegiatan yang dikenal
sebagai Corporate Social Responsibility atau
CSR, maka kebajikan sejenis dapat juga
dipundakkan keatas Warnet. Usaha warnet
yang sehat dan mendatangkan keuntungan,
perlu menyisihkan dahulu untuk mengeluarkan
sebagian keuntungan bagi kepentingan
perpajakan, retribusi dan tanggungjawab
negara.

Selain itu, juga perlu dibersihkan dari bagian


beban yang menjadi hak pihak lain, misal zakat
atau kewajiban religi lain seperti persepuluhan.

dikemas glamor atau penuh pesona dan wah


dengan publikasi yang terkadang lebih mahal.
Apalagi secara filosofis bahkan dapat
bertentangan dengan niat baik yang menjadi
tujuan awal. Ibarat kata dengan mengutip
sebuah hadis, jika akan memberikan kepada
orang lain, hendaklah tangan kanan memberi,
tetapi tanpa diketahui tangan kiri seorang.

b. Warnet sebagai simpul jejaring komunitas.


Faktor kendala yang sering ditemukan dalam
menjaga keberlangsungan usaha Warnet,
adalah soal dukungan perawatan teknis
peralatan yang ada, atau technical support and
maintenance. Gejala seperti ini, akan semakin
sulit diatasi, dengan lokasi Warnet yang jauh
dari pusat kegiatan ekonomi di perkotaan.
Apabila lokasi warnet di kota, jika sekali waktu
mengalami kendala gangguan teknis, akan
mudah mencari solusi. Cukup memanggil dan
mendatangkan teknisi khusus dari pusat
perawatan teknis komputer atau dealer
langsung.

Berbeda halnya bagi usaha warnet yang berada


ditengah pemukiman atau bahkan perdesaan,
selain sulit dan memakan waktu lama, maka
biasanya ongkos kirim perangkat akan menjadi
lebih besar dari biaya perbaikan. Oleh karena
itu, solusi membina hubungan baik dengan
tenaga terampil di bidang pemeliharaan dan
perawatan teknis perangkat komputer, akan
memudahkan jika terjadi kendala.

Dalam iklim kekerabatan demikian, maka


tenaga teknis yang lazimnya langka, jika
dilembagakan secara nir-laba akan mampu
menjadi jejaring yang memberikan manfaat
ganda.

Disatu sisi, jejaring komunitas tenaga teknis


perawatan perangkat komputer dapat
difungsikan untuk tujuan lebih mulia, seperti
penanggulangan kerusakan pasca bencana,
kerusuhan dan gangguan keamanan.
Kerusakan akibat kondisi demikian itu,
terkadang meluas dan memerlukan
penanggulangan secara menyeluruh.
Sementara dalam kondisi serba keterbatasan,
maka upaya bersama memulihkan situasi
dimasyarakat tidak harus dihitung secara
ekonomis finansial, namun lebih bersifat
pertolongan kemanusiaan dan penanggulangan
bencana.

Dengan demikian, sifat kesukarelawanan


menjadi salah satu fondasi bagi pembentukan
jejaring komunitas dibidang pemanfaatan
telematika. Disinilah warnet dapat menawarkan
diri untuk menjadi simpul aktivitas dan lokasi
rujukan bagi Relawan Telematika Indonesia.

c) Penggalangan dana sosial dan kemanusiaan

Relawan Telematika Indonesia adalah sisi sosial


dari wajah bisnis Warnet. Sisi lain yang
merupakan titik temu, adalah upaya
penggalangan dana masyarakat untuk
kepentingan sosial dan kemanusiaan. Seperti
fungsi sosial rumah makan atau restoran yang
bermitra dengan menyediakan kotak amal
untuk rumah ibadah atau masjid dan langgar,
maka pelanggan secara sukarela akan
menyisihkan sebagian uang kembalian untuk
dihimpun dan diserahkan kepada yang berhak.

Di tempat-tempat usaha Warnet, dapat


mereplikasi aktivitas serupa, baik untuk
keperluan ibadah hingga fungsi pengumpulan
donasi sosial dan kemanusiaan. Bedanya,
keperluan ibadah bisa dilaksanakan setiap saat
secara rutin, namun untuk hal sosial dan
kemanusiaan dilakukan sesuai kalender
kegiatan tahunan. Hal yang penting adalah
bagaimana Warnet memposisikan diri dan
berpartisipasi dalam ikut serta mengentaskan
berbagai masalah sosial yang ada disekitarnya.

BAB VII
KESIMPULAN

Berangkat dari kondisi Warnet kini, maka dapat


disimpulkan bahwa:
a)Warnet sebagai sebuah lahan usaha yang
intensif modal dan tenaga, masih terbuka dan
menjanjikan keuntungan, apabila direncanakan
matang dan didukung dengan pengetahuan
dasar yang memadai.

b)Dalam upaya pewujudkan pola pemanfaatan


Warnet dan akses informasi internet yang
sehat, maka keputusan terletak ditangan
warga, dalam hal ini para kepala rumah tangga.
Apakah akan melarang anaknya mengakses
Internet atau tidak? Sebab diakui, banyak
kriteria yang bersifat pribadi dan spesifik.
Pertimbangan lain, jika menyerahkan urusan
pengawasan Warnet kepada aparat, tentu akan
makin membebani tugas penegakan hukum,
sehingga membuka peluang penyalahgunaan
kekuasaan.

c)Persepsi yang keliru terbentuk terhadap citra


Warnet di masyarakat sebagai tempat
mengakses pornografi dengan tarif yang
murah, perlu diluruskan. Pertama, karena
informasi ini tidak mendasar dan kedua, karena
data penelitian bersumber dari komuniats gay
Amerika Serikat dalam rangka penelitian
perilaku menyimpang. Fenomena semakin
banyak warnet di daerah-daerah dan semakin
murah biaya sewanya, ditunjang dengan
mekanisme pengawasan masyarakat (Kepala
keluarga dan pengguna) dapat mencegah
potensi penyebaran pornografi dan hal-hal
negatif lain jika didukung komitmen bersama.

d)Sosialisasi atau kampanye Internet Sehat,


dapat dilaksanakan bersama oleh Pemerintah,
komunitas pengelola warnet serta kalangan
pendidikan guna menyadarkan masyarakat
umum agar terwujud mekanisme pengelolaan
dan tanggungjawab sosial. Dengan demikian,
sikap untuk tidak menerima siswa berpakaian
sekolah, adalah kesadaran komunitas lokal
untuk menjaga tertib disiplin sekolah, serta
mencegah penyalahgunaan waktu belajar.

e)Guna mencegah agar Bisnis warnet tidak


terancam gulung tikar, baik dikarenakan
pemakaian illegal software maupun akses oleh
pengguna yang melanggar hukum, maka perlu
dikembangkan mekanisme pemantauan
pengguna melalui sistem kartu berlangganan
dan kombinasi data pengguna secara on-line
atau rregistrasi otomatis.

f)Betapapun, harapan kita bersama adalah agar


Jumlah pengakses Internet tidak hanya akan
bertambah dari sisi kuantitas, tetapi lebih
utama adalah secara kualitas. Dengan
demikian, Warnet dapat memberikan kontribusi
positif dalam pembelajaran masyarakat, namun
juga sekaligus terjamin keberlangsungan
usahanya.

Anda mungkin juga menyukai