i
VISI MISI
PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG
VISI
Visi Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang adalah menjadi
Program Studi Ners yang Unggul di bidang Keperawatan Kesehatan Jiwa
Masyarakat di Tingkat Nasional pada tahun 2025
MISI
Misi Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang adalah :
1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan keperawatan sehingga
menghasilkan lulusan yang profesional di bidang keperawatan kesehatan jiwa
masyarakat dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dengan
mengedepankan wawasan keilmuan.
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian dalam bidang
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat sebagai upaya pengembangan
pelayanan dan pendidikan keperawatan
3. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat sebagai upaya penerapan ilmu
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat dengan demi kesejahteraan
masyarakat dan bangsa
4. Menyelenggarakan kerjasama baik di tingkat Nasional ataupun Internasional di
bidang keperawatan kesehatan jiwa masyarakat
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
dengan rahmat, serta Taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan modul
Keperawatan Manajemen dengan baik, walaupun masih ada kekurangan.
Terimakasih juga kepada Ka. Prodi Ners, Tim Penyusun Modul, serta seluruh
Dosen Prodi Ners yang banyak memotivasi.
Tujuan dari pembuatan modul ini adalah untuk memotivasi mahasiswa
mengenai modul yang disajikan dengan berbagai bidang ilmu keperawatan mulai
dari tingkat dasar sampai ketingkat lanjut melalui belajar mandiri. Modul ini
berdasarkan dengan pencapaian kompetensi pada mata kuliah ini, terdapat
latihan soal dan format dalam penilaian. Modul ini diharapkan sebagai bahan
untuk diskusi lebih terarah untuk mencapai kompetensi minimal yang diharapkan,
untuk itu peran dosen sangat penting dalam memberikan pengarahan pada
mahasiswa.
Besar harapan kami modul ini dapat membantumahasiswa untuk
memecahkan masalah-masalah dalam manajemen keperawatan. Kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Terimakasih.
.
Penyusun
CAPAIAN PEMBELAJARAN
ix MATA KULIAH :
Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
1. Membedakan berbagai teori tipe kepemimpinan, peran dan fungsi
manajemen keperawatan dalam pengelolaan/ manajemen asuhan
keperawatan.
2. Menyusun perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang
rawat sesuai dengan tahapan penyusunan perencanaan dan standar
akreditasi pelayanan
3. Menetapkan kegiatan fungsi pengorganisasian yang sesuai dengan
prinsip pengorganisasian
4. Merencanakan ketenagaan keperawatan sederhana yang sesuai
dengan kebutuhan ruang rawat
5. Mengaplikasikan kegiatan manajer ruang rawat pada fungsi
pengarahan
6. Menyusun upaya pengendalian mutu asuhan dan pelayanan
keperawatan
7. Memahami merencanakan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan
asuhan-pelayanan keperawatan ruang rawat
8. Memahami memainkan peran dalam proses konferens & timbang
terima sesuai konsep manajemen
A.PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen biasanya untuk mengatur beberapa hal secara baik dan
sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar hal hal yang diatur
berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang lain (Nursalam, 2014). Manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi,
sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu
ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan proses
mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah
tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi
organisasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan terhadap para pasien.
B. PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI MANAJEMEN
KEPERAWATAN
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan pemecahan masalah yang afektif dan
terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan
Program Studi Ners STIKES
waktu
Widya Husada yang efektif.
Semarang Manajer keperawatan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
1
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan
keputusan berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan
pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer keperawatan dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
inginikan. Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh
tujuan keperawatan. Manajemen keperawatan harus terorganisir.
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi
untuk mencapai tujuan.
5) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan.
6) Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat
memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang
baik.
7) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara
bawahan.
8) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang
lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
9) Pengendalian
2 merupakan elemen manajemen keperawatan yang
Program Studi Ners STIKES
Widya
meliputi penilaian tentang pelaksanaan Husadayang
rencana Semarang
telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan.
C. LINGKUP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajer keperawatan yang efektif seharusnya memahami dan
mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi :
menggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas
kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan senantiasa di inisiasi
oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses
manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan
terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen layanan dan
manajemen asuhan keperawatan.
1. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap
tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi
yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu : yang memimpin
dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah:
kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,
kemampuan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen.
2. Manajemen asuhan keperawatan
Konsep manajemen antara lain : perencanaan, pengorganisasan,
implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuha
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan
3 Program Studi Ners STIKES
dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap
Widya Husada perawat dalam
Semarang
a. Sistem Otoriter–Eksploitatif.
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu
arah ke bawah (top-down).
b. Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative).
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu,
memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak
selalu, dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang,
meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan
pengawasan yang ketat.
c. Sistem Konsultatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap
bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk
memotivasi bawahan dan Manajemen Keperawatan: Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 488 kadang-kadang
menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan
menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
d. Sistem Partisipatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, serta
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan.
Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan bawahan sebagai
kelompok kerja.
3. Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y.
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya The
Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi
dua kutub
8 utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X
Program Studi Ners STIKES
mengasumsikan bahwa bawahan itu Widya
tidakHusada Semarang
menyukai pekerjaan,
kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung
menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin.
Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi
empat macam.
a. Gaya kepemimpinan diktator.
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan
ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman
merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
b. Gaya kepemimpinan otokratis.
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan
gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang.
Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari
bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelaksanaan dari Teori X.
c. Gaya kepemimpinan demokratis.
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam
pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai
dengan Teori Y.
d. Gaya kepemimpinan santai.
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala
keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan Teori Y (Azwar, 1996).
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House.
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House
mengemukakan empat gaya kepemimpinan.
a. Direktif.
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa
pemimpin
9 selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
Program Studi Ners STIKES
bawahannya. Widya Husada Semarang
b. Suportif.
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahan.
c. Partisipatif.
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah
keputusan.
d. Berorientasi tujuan.
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan
tersebut dengan seoptimal mungkin.
5. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard.
a. Instruksi:
1) Tinggi tugas dan rendah hubungan;
2) Komunikasi sejarah
3) Pengambilan Keputusan berada pada pimpinan dan peran
bawahan sangat minimal
4) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi
yang spesifik serta mengawasi dengan ketat.
b. Konsultasi:
1) Tinggi tugas dan tinggi hubungan;
2) Komunikasi dua arah;
3) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi
kesempatan untuk memberi masukan, dan menampung
keluhan.
c. Partisipasi:
1) Tinggi hubungan tapi rendah tugas;
2) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan
dalam
10 pengambilan keputusan. Program Studi Ners STIKES
d. Delegasi: Widya Husada Semarang
C. Pengaturan staf
D. Pengarahan
E. Pengawasan
3. Perawat manajer melkaukan rapat pertamanya . diawal rapat
menyapa semua staf danmenyampaikan bahwa beliau ditunjuk untuk
meningkatan mutu keperawatan. Manajer menunjukkan rencana yang
dibuat dan menyusun daftar tugas dan aktifitas yang dilaksanakan.
Sebagai tambahan memimta seluruh staf untuk melaporkan adanya
masalah secara langsung. Apakah tipe kepemimpinan dan
pendekatan yang dilakukan oleh perawat manajer tersebut?
A. Autokratik
B. Situasional
C. Demokratis
D. Laissez-free
E. Kombinasi otokratik dan demokratik
4. Seorang manajer keperawatan bertemu dengan staf keperawatan dan
mengumumkan bahwa manajer keperawatan telah mengeluarkan
peraturan dan prosedur baru yang berbeda dengan yang lama.
Pernyataan mana dari manajer keperawatan yang menunjukkan
penggunaan kekuasaan legitimasi dari manajer?
A. “Sistem pelayanan kesehatan memberikan pelyanaan pada
populasi ynag selalu penuh tantangan. Perubahan yang terjadi
akan meningkatkan keselamatan klien dan mengurangi
kesalahan”
B. “Jika anda tidak mengikuti prosedur, saya tidak mempunyai
pilihan selain memberi anda surat peringatan tentang penampilan
kerja anda yang buruk yang akan menyebabkan
andadiberhentikan dari pelkerjaan anda”
C. “Setiap manajer mempunyai tanggung jawab untuk memastikan
bahwa 16
peraturan dan prosedur baru ini selalu ditaati 100%, sya
Program Studi Ners STIKES
ingin anda semua bergabung Widya Husada
dengan sayaSemarang
dalam usaha
organisasi untuk meningkatkaan kualitas perawatan”
D. “Anda semua hanya harus percaya saya dalamhal ini, saya
adalah anggota komite yang menulis peraturan dan prosedur,
serta ada lasan yang sangat baik mengapa tindakan keperawatan
spesifik harus dilaksnaakan dengan cara yang baru ini”
E. “Ini sudah keputusan kepemimpinan maka harus anda
laksanakan”
5. Seorang kepala ruang memberikan keebebasan kepada anggotanya
untuk melakukan perubahan atau ide untuk dijalankan dengan tidak
dikontrol oleh kepala runag tersebut. Kepala runag hanya memberikan
arahan apabila diminta, karena kepala runag menilai bahwa
bawahannya mampu dan mempunyai motivasi dan komitmen yang
tinggi.
A. Demokrasi
B. Paternalistik
C. Laissez Faire
D. Kharismatik
E. Autokratif
KUNCI JAWABAN:
1. C
2. C
3. A
4. C
5. C
b. Beberapa
52 manfaat organisasi yaitu: Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
1) Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan.
Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya
organisasi yang baik.
2) Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat.
Contoh dari manfaat ini ialah, jika organisasi bergerak di
bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi
dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan,
akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan
ksatria.
3) Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan
dengan pengetahuan dan keterampilan.Jika kita
menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi
dapat menjadi solusi.
4) Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi
selalu berkembang seiring dengn munculnya fenomena-
fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan
pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi
yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan.
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses
pengorganisasian terdiri dari lima langkah:
1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi
2) Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang
secara logis dan memadai dapat dilakukan oleh seseorang
atau oleh sekelompok orang.
3) Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan
cara yang logis dan efisien
4) Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan
anggota
53 organisasi dalam satu kesatuan yang harmonis
Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
5) Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-
langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau
meningkatkan efektivitas.
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi pengorganisasian
Faktor yang mempengaruhi pengorganisasian di bedakan
menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Berikut
penjelasan dua faktor tersebut :
1) Faktor Intern
Pengaruh internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam organisasi itu sendiri baik dari pimpinan, karyawan,
dan aspek yang menjadi internal suatu organisasi. Faktor
internal merupakan faktor yang sangat crucial karena dapat
berdampak besar bagi organisasi, dampaknya dapat
berupa kemajuan maupun keruntuhan dan kegagalan
organisasi tersebut.
a) Perubahan kebijakan pemimpin
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal
tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang
pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu
dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang
bawahan, maupun atasan pimpinan itu sendiri.
b) Perubahan tujuan
c)54 Pemekaran atau perluasan wilayah organisasi
Program Studi Ners STIKES
Widya Husada
d) Volume kegiatan yang bertambah banyak Semarang
e) Tingkat pengetahuan dan keterampilan para anggota
organisasi
f) Sikap dan Perilaku dari para anggota organisasi
g) Berbagai macam ketentuan atau peraturan baru yang
berlaku dalam organisasi.
2) Faktor ekstern
Pengaruh Eksternal merupakan faktor yang berasal dari
luar organisasi. Faktor eksternal juga dapat memberikan
dampak bagi organisasi tersebut, namun apabila internal
organisasi dapat mempertahankan konsep pemikiran serta
pandangan terhadap tujuan organisasi, faktor eksternal
tidak begitu berpengaruh.
a) Budaya
Adanya konsep budaya yang dikembangkan oleh pakar
oraganisasi menjadi bagian yang erat kaitannya dengan
aspek-aspek pengembangan organisasi.Maka
muncullah istilah “Budaya Organisasi”.secara
sederhana budaya organisasi dapat didefinisikan
sebagai nilai-nilai dan cara bertindak yang dianut
organisasi (beserta para anggotanya) dalam
hubungannya dengan pihak luar. Secara umum,
perusahaan atau organisasi terdiri dari sejumlah orang
dengan latar belakang kepribadian, emosi dan ego
yang beragam.Hasil penjumlahan dan interaksi
berbagai orang tersebut membentuk budaya organisasi.
b) Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi
mengubah input menjadi output. Setiap organisasi
3. Hudgins.
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat jalan
menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar waktu
pelayanan pasien rawat jalan, yaitu
Standar waktu pelayanan pasien rawat jalan
4. Douglas.
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai
berikut.
a.Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.
b.Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3−4 jam/24 jam.
c.Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5−6 jam/24 jam.
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut.
a.Kategori I: perawatan mandiri.
1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti
pakaian.
2) Makan, dan minum dilakukan sendiri.
3) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
4) Observasi tanda vital setiap sif.
Program Studi Ners STIKES
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
Widya Husada Semarang
6) Persiapan prosedur pengobatan.
b.Kategori II: perawatan intermediate.
1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
2) Observasi tanda vital tiap 4 jam.
3) Pengobatan lebih dari satu kali.
4) Pakai kateter Foley.
5) Pasang infus intake-output dicatat.
6) Pengobatan perlu prosedur.
c.Kategori III: perawatan total.
1) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
2) Observasi tanda vital tiap 2 jam.
3) Pemakaian slang NG.
4) Terapi intravena.
5) Pemakaian suction.
6) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.
Catatan: dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari: setiap pasien minimal
memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikasi pasien, bila hanya memenuhi
satu kriteria maka pasien dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya.
Di ruang X RS Y dirawat 36 orang pasien dengan kategori sebagai berikut:
30 pasien dengn perawatan minimal, 4 pasien dengan perawatan parsial
dan 2 pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan
adalah sebagai berikut.
6. Metode Gillies.
a. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Program
Dalam memberikan pelayanan keperawatan adaStudi
tigaNersjenis
STIKESbentuk
Widya Husada Semarang
pelayanan, yaitu sebagai berikut.
1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total
care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan langsung setiap
pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu perawatan berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien adalah:
a) Self care dibutuhkan ½ × 4 jam : 2 jam
b) Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1−1½ × 4 jam : 4−6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam : 8 jam.
2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan
menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan penelitian di
Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies, 1996).
7. Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit (Depkes, 2011).
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus memperhatikan unit
kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan
unit kerja di rumah sakit sebagai berikut.
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan:
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien
3) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
4) Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi
dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day). Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
nonkeperawatan (non-nursing jobs), seperti: membuat perincian pasien
pulang, kebersihanruangan kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-
lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan. (Jumlah tenaga
keperawatan + loss day ) × 25%
Jumlah tenaga: tenaga yang tersedia + faktor koreksitingkat
ketergantungan pasien:
Pasien diklasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan pada
kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan.
a) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulasi dengan pengawasan
Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif
Pengobatan minimal, status psikologis stabil
b) Asuhan keperawatan sedang, dengan kriteria:
Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu;
Observasi tanda-tanda vital setiap empat jam
Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
c) Asuhan keperawatan agak berat, dengan kriteria:
Sebagian besar aktivitas dibantu;
Observasi tanda-tanda vital setiap 2–4 jam sekali;
Terpasang kateter Foley, intake dan output dicatat;
terpasang infus;
Pengobatan lebih dari sekali;
Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
d) Asuhan keperawatan maksimal, dengan kriteria:
Segala aktivitas dibantu oleh perawat;
Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital setiap dua
jam;
Makan memerlukan NGT dan menggunakan
Programsuction;
Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
Gelisah/disorientasi.
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan di ruangan/ hari
Jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan:
Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day = x jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
Jumlah hari kerja efektif
+jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas
nonkeperawatan (non-nursing jobs) seperti contohnya: membuat perincian
pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien,
dan lain-lain diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) × 25%
b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi:
1) Jumlah dan jenis operasi;
2) Jumlah kamar operasi;
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja;
4) Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2
orang/tim);
5) Tingkat ketergantungan pasien:
Operasi besar: 5 jam/ operasi;
Operasi sedang: 2 jam/operasi;
Operasi kecil: 1 jam /operasi.
Rumus:
(Jumlah jam perawatan/ hari x jumlah operasi) x jumlah perawat dalam tim
x 2 jam kerja efektif / hari)
Jam kerja efektif/ hari
Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
c. Jumlah tenaga di ruang penerimaan
1) Ketergantungan pasien di ruang penerimaan: 15 menit
2) Ketergantungan di RR: 1 jam
Rumus :
= Jumlah jam perawatan x rata-rata jumlah pasien/ hari
Jam kerja efektif/ hari
Catatan :
Perhitungan di atas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi
dipersiapkan oleh CSSD
d. Jumlah tenaga di instalasi gawat darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
1) Rata-rata jumlah pasien per hari
2) Jumlah jam perawatan per hari
3) Jam efektif per hari
Rumus :
= Rata-rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan/ hari
Jam kerja efektif/ hari
Ditambah lost day 86/279 × jumlah kebutuhan
e. Critical Care
1) Rata-rata jumlah pasien/hari = 10
2) Jumlah jam perawatan/hari = 12
= Rata-rata jumlah pasien x jumlah jam perawatan/ hari
Jam kerja hari
Ditambah lost day 86/279 × jumlah kebutuhan
f. Rawat Jalan
1) Jumlah pasien/hari = 100 orang
2) Jumlah jam perawatan/hari = 15 menit
= Rata-rata jumlah pasien/ hari x jumlah jam perawatan/ hari
Jam efektif/ hari (7 jam) x 60 menit
Ditambah koreksi 15%
g. Kamar Bersalin Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
1) Waktu pertolongan kala I−IV = 4 jam/pasien
2) Jam kerja efektif = 7 jam/hari
3) Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
= Jumlah setiap hari rata-rata x 4 jam
7 jam/ hari
Ditambah lost day
D. ALOKASI DAN PENJADWALAN TENAGA KEPERAWATAN SETIAP SHIFT
1. Pengertian
Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan
untuk suatu tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau
penentuan banyaknya biaya yang disediakan untuk suatu keperluan
(Kamus besar bahasa Indonesia:Online). Penjadwalan adalah
pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing
pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya
hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan
yang ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU). Salah satu layanan dalam
rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam layanan ini terdapat alur
tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap pasien.,
diagnosis hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah
sakit tersebut membutuhkan penjadwalan yang optimal. Optimal artinya
keutungan harus sebesar-besarnya dan kerugian harus sekecil-kecilnya
(Suyadi 2005 dalam setiawan dkk).
Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management
terutama kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan
cara manual. cara seperti ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak
management harus membuat penjadwalan perawat setiap unit ruang
rawat inap (setiawan dkk 2014).
2. Permasalahan Penjadwalan
Agar tujuan tercapai seperti yang diinginkan oleh semua
manajemen perusahaan maka perlu Melaksanakan pekerjaan secara
efektif dan efisien. Masalah penjadwalan tenaga
Program kerja
Studi Ners memiliki
STIKES
Widya Husada Semarang
karakteristik yang spesifik, antara lain kebutuhan karyawan yang
berfluktuasi, kapasitas tenaga kerja yang tidak bisa disimpan, dan faktor
kenyamanan pelanggan. Berbagai permasalahan pasti akan dihadapi
setiap perusahaan dalam membuat jadwal untuk memenuhi semua
kebutuhan jam kerja sesuai dengan jumlah pekerja yang ada. Terlebih lagi
jika dalam suatu organisasi atau perusahaan jumlah pekerja sangat
banyak, jumlah jam kerja sangat panjang (misal 24 jam dalam sehari, dan
7 hari dalam seminggu) dan variasi pekerjaan banyak. Contoh nyata yang
dapat diambil pada kasus ini adalah penjadwalan perawat dan
penjadwalan dokter yang ada di sebuah rumah sakit. Banyaknya jumlah
pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan sangat kontras dengan
jumlah perawat dan dokter yang ada pada rumah sakit. Hal ini
mengakibatkan pihak rumah sakit perlu melakukan pengaturan jadwal
yang efisien untuk setiap sumber daya manusia yang ada (termasuk
perawat dan pasien) agar semua pasien dapat terlayani dengan baik.
(Atmasari 2014)
3. Penjadwalan perawat
Perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah
satu halyang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah
sakit,Ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan pengambilan
keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat yaitu:
a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan
akan perawat prakualifikasinya.
b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga
shift. Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan
dalam rangka memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang
harus tersedia
c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk
dialosikan ke shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat
adanya variasi demand yang tidak diprediksi, misalnya absennya
perawat. Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
Masalah penjadwalan kariayan banyak di jumpai pada Industri jasa,
salah satunya dirumah sakit. Sebagaimana yang telah di atur dalam
Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit bahwa salah satu
tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah meninggkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayananan kesehatan. Untuk peningkatan
mutu dan standar itu rumah sakit harus memiliki sistem penjadwalan yang
berkualitas karena padatnya system memberi pelayanan yang ada di
dalamnya baiknya atau tidaknya system pelayanan yang ada dalam rumah
sakit dapat menentukan sistem penjadwalan perawat yang ada pada
umumnya perawat di Indonesia di klaifikaskan dalam sistem penjadwalan
dinas jaga atau shift, yaitu dinas pagi, jaga sore, dan jaga malam. Namun
bagi sebagian perawat,di tuntut bekeja di malam hari, liburan dan akhir
pekan sering membuat stress dan frustasi. oleh karena itu, penjadwalan
merupakan factor yang paling penting dalam penentuan ketidak puasan
atau kepuasan kerja. manager sebagai orang yang bertanggung jawab
untuk menyusun jadwal kerja sebaiknya secara berkala melakukan
evaluasi kepuasan pegawai terhadap system penjadwalan yang sedang
berlaku. Dengan mempertimbangkan keuntungandan kerugian. karena
beberapa penjadwalan mengharuskan pembayaran uang lembur, hasil
kepuasan perawat dalam peningkatan biaya. Selain itu, Perpanjangan
dinas jaga dari 8 jam – 10/12 jam Dapat menyebakan peningkatan
kesalahan penilaian klinis Karena perawat keletihan.untuk alasan ini,
banayk organisaasi membatasi jumlah hari berturut-turut seorang perawat
dapat bekerja di perpanjangan dinas jaga. (USU 2015)
4. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam
Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13
tahun 2003 mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal
sebagai berikut:
a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum
lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah
maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar
Program Studijam kerja (Pasal
Ners STIKES
Widya Husada Semarang
79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003).
b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh
lebih dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam /
hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu,
harus sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan
perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal
78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003)
d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus
menerus yang dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-
shift. Menurut Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud
dengan Pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah
pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau
dijalankan secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan
anatara pekerja dengan pengusaha.
5. Karakteristik Penjadwalan Perawat
Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
a. Coverage
Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai
jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat
tersebut.
b. Quality
Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
c. Stability
Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur
masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka
mempunyai pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu
kebijaksanaan yang stabil dan konsisten, seperti weekend policy,
rotation policy.
d. Flexibility Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-
perubahan seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan
permanen shift.
e. Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa
diberlakukan sama.
f. Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun
operasional penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari
2014)
6. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan
Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja
yang sangat tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana
pada ruangan ini pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter,
perawat, kendaraan ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga
harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang rawat di sebuah rumah sakit
waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift, yaitu shift pagi,
sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah
sebagai berikut :
a. Shift pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul
7.00 pagi s.d 14.00 sore
b. Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul
14.00 sore s.d 21.00 malam
c. Shift malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara
pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.
Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk
Programseluruh shift,
Studi Ners haruslah
STIKES
Widya Husada Semarang
mematuhi peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena
banyaknya batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini
mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benar-benar feasible untuk
digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-pelanggaran
terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan
model dibagi kedalam dua jenis yaitu :
a. Kendala utama
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-
peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama
adalah : Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan
malam dalam secara berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh
ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif kerja berturut-turut.
b. Kendala tambahan
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-
peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa
mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut
diminimalkan. Contoh kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak
boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut dan Setiap
perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut.
(Atmasari 2014)
E. PENINGKATAN KUALITAS KETENAGAAN YANG EFEKTIF SESUAI
STANDAR AKREDITASI
Pengaturan Ketenagaan Pelayanan Keperawatan
Pernyataan :
Pendayagunaan tenaga keperawatan sesuai kompetensi dan potensi
pengembangan untuk terlaksananya pelayanan keperawatan yang bermutu.
Rasional :
Pengelolaan manajemen keperawatan dapat terlaksana secara efektif dan
efisien apabila didukung dengan pengaturan tenaga keperawatan yang
memadai dan berkualitas
Kriteria Struktur : Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
1. Adanya kebijakan tentang pendayagunaan tenaga keperawatan
2. Adanya standar tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan
pelayanan keperawatan.
3. Adanya pola tenaga keperawatan di sarana kesehatan
Kriteria Proses :
1. Mengidentifikasi jenis dan kualifikasi tenaga keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan keperawatan.
2. Menetapkan jumlah dan jenis tenaga keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan pola
tenaga keperawatan.
3. Menjadi anggota tim rekruitment tenaga keperawatan
4. Melaksanakan program orientasi bagi tenaga baru.
5. Melaksanakan model penugasan
6. Menyusun jadwal dinas yang fleksibel
7. Melaksanakan program mutasi, mobilisasi dan mempertahankan
(retention) tenaga keperawatan.
8. Menyusun program pengembangan staff keperawatan
9. Melaksanakan penilaian kinerja.
Kriteria hasil :
1. Adanya dokumen pola tenaga keperawatan di sarana kesehatan
2. Adanya jadwal dinas yang menggambarkan komposisi tenaga
keperawatan yang seimbang kompetensinya pada setiap tugas gilir
(shift).
3. Adanya dokumen hasil penilaian kinerja tenaga keperawatan
4. Adanya dokumen pelaksanaan program pengembangan staf.
5. Adanya dokumen pelaksanaan program orientasi
6. Adanya dokumen pelaksanaan program mutasi, mobilisasi dan
mempertahankan (retention).
7. Adanya dokumen model penugasan asuhan pelayanan keperawatan.
Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
F. JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT
Strategi Konflik
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang
memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya
tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat
yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan
mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk
memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi”
2. Mengakomodasi
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih
banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya
atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai
anda.Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi
merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromiatau Negosiasi
LATIHAN
A. Pertentangan
B. Konflik
C. Bergaining
D. Berlawanan
E. Denial
C. Komunikasi
E. Memahami
A. Kompetisi
B. Kompromi
C. Memecahkan Masalah
D. Mengakomodasi
E. Kolaborasi
A. Kompetisi
B. Kompromi
C. Memecahkan Masalah
Program Studi Ners STIKES
D. Mengakomodasi
Widya Husada Semarang
E. Kolaborasi
KUNCI JAWABAN
1. B
2. A
3. B
4. D
5. C
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental
of Nursing Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice
Hall Health
2. Lynn, P. (2011). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. 3 rd ed.
Wolter Kluwer, Lippincott Wiliams & Wilkims. Philadelphia
3. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
4. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Bogor: In Media
5. Robeiro G., Jack L.,Scully N., Wilson D., Novieastari E., Supartini
Y. (2015). Keperawatan Dasar: Manual Ketrampilan Klinis. Edisi
Indonesia. Elsevier ( Singapore) Pte.Ltd
A. KONFERENSI KEPERAWATAN
1. Pengertian
Konferensi Keperawatan adalah diskusi kelompok tentang
beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi. Conference
dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan pada
pasien.
2. Tujuan
Secara umum tujuan conference adalah untuk
menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan
alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk
menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan
merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan
non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi
dalam rencana pemberian asuhan Program
keperawatan sehingga
Studi Ners STIKES tidak
terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
Widya Husada frustasi bagi
Semarang
3. Syarat pelaksanaan:
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan post conference dilakukan sesudah
pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data
yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua
tim dan anggota tim
(Jean, et.Al, 1973)
4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pre Conference
No Tindakan Ya Tidak
1. Persiapan
a. Ruangan
b. Staff
2. Tatalaksana
a. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah
dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan
jadwal pelaksana.
Program Studi Ners STIKES
b. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Widya Husada Semarang
Isi conference:
a. Rencana tiap asuhan (rencana harian)
b. Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung
jawab tim
c. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam
timnya masing – masing.
d. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien
berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi pasien
yang dilaporkan oleh dinas malam
e. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
1) Keluhan pasien
2) TTV dan kesadaran pasien
3) Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis
terbaru
4) Masalah keperawatan
5) Rencana keperawatan hari ini
6) Perubahan keadaan terapi medis
7) Rencana medis
f. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan
perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan
perawatan pasien yang meliputi :
1) Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti :
keterlambatan, kesalahan pemberian makan,
kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
a) Ketepatan pemberian infuse
b) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran
cairan
c) Ketepatan pemberian obat / injeksi
d) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
Program Studi Ners STIKES
e) Ketepatan dokumentasi
Widya Husada Semarang
Post Conference
1. Definisi
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi
merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, pagi,
sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
2. Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan
kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Syarat Post Conference
a. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan
keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data
yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua
tim dan anggota tim
Program Studi Ners STIKES
4. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Widya Husada Semarang
Post Conference
A. Nama Jabatan :
B. Unit Organisasi :
C. Ringkasan Tugas :
C. RONDE KEPERAWATAN
1. Pengertian Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat,
disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor,
kepala ruangan, perawat associateProgram
yang perlu jugaSTIKES
Studi Ners melibatkan
Widya Husada Semarang
seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode
pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik
mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke
dalam peraktik keperawatan secara langsung.
Karakteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat assosiaet, perawat primer dan konsuler
melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan
perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi masalah.
2. Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien.
c. Meningkatkan validitas data klien.
d. Menilai kemampuan justifikasi.
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
3. Peran dalam Ronde Keperawatan
a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2) Menjelaskan masalah keperawata utama.
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan.
Program Studi Ners STIKES
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
Widya Husada Semarang
PELAKS KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU
ANA KLIEN
Pra Pra Ronde Nurse KARU, - Sehari seb
Ronde 1. Menetapkan Station PP, PA pelaksanaan
kasus dan topik ronde
2. Menentukan tim
ronde.
3. Mencari sumber
dan literatur.
4. Membuat
proposal
5. Mempersiapkan
klien
6. Informed consent
kepada keluarga
Ronde Ronde
I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengark 5 Menit
1. Salam Station Ruangan an
pembukaan
2. Memperkenalkan Program Studi Ners STIKES
klien dan tim ronde Widya Husada Semarang
3. Menjelaskan
tujuan kegiatan
ronde
4. Mempersilahkan
PP menyampaikan PP
kasusnya Nurse 20 Menit
Penyajian Station
data/masalah
1. Menyampaikan
dasar pertimbangan
dilakukan ronde PP
2. Menjelaskan
riwayat penyakit
3. Menjelaskan
masalah klien yang
belum terselesaikan
dan tindakan yang
telah dilaksanakan
4. Menyampaikan
evaluasi
keberhasilan
intervensi
5. Klarifikasi data
yang telah
disampaikan
RINGKASAN
1. Konferensi Keperawatan adalah diskusi kelompok tentang
beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi
2. Tujuan conference adalah untuk menganalisa masalah-masalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat
menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan
perubahan non kognitif
3. Conference terbagi menjadi 2 yaitu Pre Conference dan post
conference. Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan
perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan
pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Sedangkan Post conference adalah diskusi tentang
aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien.
4. Tujuan pre conference:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
Program Studi Ners STIKES
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
Widya Husada Semarang
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan
pasien
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan
masalah yang dijumpai.
5. Timbang terima memiliki beberapa istilah lain yaitu handover,
overhand, report nursing, operan, dan serah terima. Timbang
terima merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat
melakukan pergantian shift dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu
mengkomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada
asuhan keperawatan sebelumnya (Triwibowo, 2013)\
6. Timbang terima memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan
keefektifan dalam bekerja (Putra, 2017).
7. Metode dalam timbang terima terbagi menjadi 2 yaitu timbang
terima dengan metode tradisional dan metode bedside handover
8. Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus
tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim.
LATIHAN
1. Berikut yang bukan termasuk tujuan dari conference adalah …
A. menganalisa masalah-masalah secara kritis
Program Studi Ners STIKES
B. menjabarkan alternatif penyelesaian masalah
Widya Husada Semarang
C. terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi
pemberi asuhan
D. mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang
dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi
E. dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan
2. Komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim disebut dengan …
A. Timbang terima
B. Handover
C. Ronde keperawatan
D. Pre Conference
E. Post Conference
3. Diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien yaitu …
A. Timbang terima
B. Handover
C. Ronde keperawatan
D. Pre Conference
E. Post Conference
4. Suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan pasien disebut dengan …
A. Timbang terima
B. Ronde keperawatan
C. Conference
D. Pre Conference
E. Post Conference
5. Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
Program Studi Ners STIKES
keperawatan klien yang dilaksanakanWidya
oleh perawat,
Husada disamping
Semarang
KUNCI JAWABAN
1. C
2. D
3. E
4. A
5. B
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental
of Nursing Concept, Process, and Practice. New Jersey: Prentice
Hall Health
2. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
3. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
4. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Bogor: In Media
5. Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di
Rumah Sakit. Jakarta: CV Trans Info Media
Program Studi Ners STIKES
Widya Husada Semarang
LABORATORIUM
UNIT I
KONFERENSI KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Konferensi Keperawatan adalah diskusi kelompok tentang
beberapa aspek klinik dan kegiatan konsultasi. Conference
dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan pada
pasien.
Conference di bagi menjadi 2 macam :
1. Pre Conference
2. Post Conference
B. TUJUAN
Secara umum tujuan conference adalah untuk menganalisa
masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif
penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam
Program Studi Ners STIKES
pemberian asuhan keperawatan dan merupakan
Widya Husadacara yang efektif
Semarang
e) Ketepatan dokumentasi
g. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
h. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran dan kemajuan masing–masing perawatan
asosiet.
i. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah
yang tidak dapat diselesaikan.
5. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Post Conference
a. Nama Jabatan :
b. Unit Organisasi :
c. Ringkasan Tugas :
A. DEFINISI
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain yaitu
handover, overhand, report nursing, operan, dan serah terima.
Timbang terima merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada
saat perawat melakukan pergantian shift dan memiliki tujuan yang
spesifik yaitu mengkomunikasikan informasi tentang keadaan
pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya (Triwibowo, 2013)
B. TUJUAN
Menurut Australian Healthcare Hospital Association 2009
tujuan National Clinical Initative Handover adalah untuk
mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan timbang
terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan (Triwibowo,
2013).
Tujuan umum dilakukan timbang
Program terima
Studi Ners STIKESadalah
mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
Widya Husada Semaranginformasi
3. SOPtimbang terima
F. PROSEDUR
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
an
Persiap 1. Timbang terima dilakukan 5 Nurse PP dan PA
an setiap pergantian shift menit station
2. Prinsip timbang terima,
terutama pada semua
pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan
timbang terima khususnya
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/ dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut
3. Perawat Pelaksana (PP)
menyampaikan timbang
terima pada PP berikutnya
mengenai halyang perlu
disampaikan dalam timbang
terima :
1. jumlah pasien
2. Identitas klien dan
diagnosa medis
3. Data (keluhan/ subjektif
dan objektif
4. Masalah keperawatan
yang masih muncul
5. Intervensi keperawatan
Program Studi Ners STIKES
yang sudah dan belum
Widya Husada Semarang
dilaksanakan (secara
umum)
6. Intervensi kolaborasi dan
dependen
Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
lain-lain)
Pelaksa 1. Kedua kelompok dinas 20 Nurse Karu, PP
naan siap (shift jaga) menit Station dan PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
buku catatan
3. Kepala ruang membuka
acara timbang terima
4. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat
melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang terimakan
dan berhak menanyakan
hal-hal yang kurang jelas
5. Kepala ruangan atau PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien
6. Penyampaian yang jelas,
singkat dan padat
Program Studi Ners STIKES
7. Perawat yang
Widya Husada Semarang
melaksanakan timbang
terima mengikuti secara
penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan
dan tindakan yang telah/
belum dilaksanakan serta Ruang
hal-hal penting lainnya Perawat
selama masa perawatan an
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya
9. Lama timbang terima
untuk tiap pasien tidak
lebih dari lima menit
kecuali pada kondisi
khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada
petugas berikutnya
Post 1. Diskusi 5 Nurse Karu, PP,
Operan 2. Pelaporan untuk timbang menit Station PA
terima dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya
Program Studi Ners STIKES
diketahui oleh Kepala
Widya Husada Semarang
Ruang
3. Ditutup oleh Karu
G. JADWAL
Terlampir
H. REFRENSI
UNIT III
REFLEKSI DISKUSI KASUS
A. DEFINISI
Suatu metoda dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat dan bidan
yang mengacu kepada pemahaman terhadap standar.
B. TUJUAN :
1. Untuk mengembangkan profesionalisme perawat
2. Meningkatkan aktualisasi diri perawat
3. Membangkitkan motivasi untuk belajar.
C. KONTRAINDIKASI :
1. Keluarga tidak bersedia
2. Pasien tidak bersedia
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Informed concent pasien dan keluarga
2. Melakuan reflesi diskusi kasus berdasarkan evidance based
yang mendukung pencapaian tujuan dan manfaat
3. Kasus yang diambil Merupakan pengalaman tenaga
keperawatan
E. ALAT DAN BAHAN
Program Studi Ners STIKES
1. Dokumentasi asuhan keperawatan Widya Husada Semarang
2. Resume informasi kausus yang dibuat berdasarkan analisis
3. Standar asuhan keperawatan sesuai kasus
4. SPO sesuai kasus
5. Hasil audit keperawatan
6. Tools/refleksi
F. PROSEDUR
1. Mencari kasus yang akan dilakukan RDK
2. Informed concent pada pasien dan keluarga
3. Menyusun resume/sinposis kasus
4. Kepala ruang memimpin kegiatan diskusi
5. Manajer kasus bertindak sebagai nara sumber dalam diskusi
6. Membuat rencana tindak lanjut
G. JADWAL
Terlampir
H. REFRENSI
1. Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008).
Fundamental of Nursing Concept, Process, and Practice. New
Jersey: Prentice Hall Health
2. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
3. Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba
Medika
4. Putra, Chandra Syah. (2017). Buku Ajar Manajemen
Keperawatan. Bogor: In Media
5. Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: CV Trans Info Media