Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan Patin (Pangasius sp.) merupakan ikan istimewa, karena selain sebagai

ikan konsumsi yang tergolong mewah, ikan Patin juga digunakan sebagai ikan

hias. Saat masih berukuran kecil (5 - 12 cm), ikan Patin banyak dipelihara sebagai

ikan hias. Sebagai ikan konsumsi, ikan Patin mempunyai nilai ekonomis yang

termasuk tinggi diantara ikan air tawar lainnya. Dagingnya pun rendah sodium

sehingga sangat cocok bagi orang yang diet garam, mudah dicerna oleh usus serta

mengandung banyak kalsium, zat besi dan mineral yang sangat baik untuk

kesehatan tubuh.

Penyakit pada ikan timbul karena adanya interaksi yang tidak seimbang antara

inang, lingkungan dan patogen. Salah satu patogen penyebab penyakit yang

menyerang ikan adalah bakteri, (Azhari, dkk., 2014). Penyakit bakteri merupakan

penyakit infeksius yang seringkali menimbulkan kematian ikan dalam jumlah

besar dan dalam waktu yang singkat. Identifikasi bakteri sangat penting dilakukan

untuk mengetahui jenis bakteri patogen agar dapat dilakukan upaya-upaya

pencegahan sedini mungkin terhadap serangan bakteri tersebut.

Penanggulangan penyakit bakterial pada ikan sering dilakukan dengan

pemberian antibiotik. Akan tetapi, penggunaan antibiotik secara terus menerus

dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik

tersebut. Selain itu meningkatnya isu mengenai keamanan pangan dan keamanan

lingkungan kerap menjadi faktor pembatas dalam penggunaan antibiotik. Seiring


2

dengan perkembangan teknologi, pencegahan penyakit bakterial pun dapat

dilakukan dengan penambahan probiotik maupun pengobatan secara alami.

Identifikasi bakteri yang menginfeksi ikan patin perlu dilakukan sehingga

pengobatan yang dilakukan tepat sasaran. Pengobatan yang dianjurkan saat ini

adalah pengobatan menggunakan bahan alami, seperti daun jambu biji , daun

mangga, daun sirsak, kulit pisang, dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih lanjut

bagaimana gejala klinis ikan patin terinfeksi bakteri dan cara pengobatannya.

Maka dilakukan praktikum berjudul “Isolasi Bakteri Morfologi Koloni Uji

Biokimia Uji LD50”.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum analisis penyakit ikan adalah untuk mengetahui

bagaimana cara mengamati gejala penyakit pada ikan yang disebabkan bakteri,

mengisolasi bakteri, mengidentifikasi bakteri, menguji pathogenitas bakteri isolat,

dan bagaimana cara menguji sensitivitas daun jambu biji terhadap bakteri isolat.

Manfaat dari praktikum adalah menambah wawasan dan keterampilan

praktikan dalam mengamati gejala penyakit pada ikan yang disebabkan bakteri,

mengisolasi bakteri, mengidentifikasi bakteri, menguji pathogenitas bakteri isolat,

dan menguji sensitivitas daun jambu biji terhadap bakteri isolat.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin

Menurut Kordik (2005), sistematika ikan patin diklasifikasikan sebagai

berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub-kelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi

Sub-ordo : Siluroidae Famili : Pangasidae Genus : Pangasius Spisies : Pangasius

djambal.

Gambar.1 Ikan Patin


Djariah (2001) mengemukakan, Ikan patin memiliki warna tubuh putih

keperak-perakan dan punggung kebiru-biruan, bentuk tubuh memanjang, kepala

relatif kecil. Ujung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang sungut

pendek. Susanto dan Amri (2002) menambahkan, pada sirip punggung memiliki

sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang bergerigi dan besar di

sebelah belakangnya. Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan

patin tidak mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang yang terletak di atas

lubang dubur terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki

enam jari-jari lunak. Sirip dada mempunyaii 12-13 jari-jari lunak dan sebuah

jarijari keras yang berubah menjadi senjata yang dikenal dengan patil.
4

2.2. Uji Biokimia Bakteri

Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan

untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil

isolasi melalui sifat-sifat fisiologinya. Proses biokimia erat kaitannya dengan

metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel yang

menghasilkan energi maupun yang menggunakan energi untuk sintesis

komponen-komponen sel dan untuk kegiatan selular, seperti pergerakan. Suatu

bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat morfologinya saja,

sehingga perlu diteliti sifat-sifat biokimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhannya, Menurut Haryani et al. (2012), bakteri memiliki kemampuan

dalam mendegradasi dan memfermentasi karbohidrat yang disertai produksi asam.

Bakteri memiliki sifat metabolisme yang berbeda, hal ini didasarkan dari interaksi

metabolit bakteri terhadap zat-zat kimia yang ada pada media..

Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di

dalam identifikasi spesimen bakteri yang tidak dikenal karena secara morfologis

biakan ataupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil

pegamatan fisiologis yang memadai mengenai kandungan organik yang diperiksa

maka penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakterisasi dan

klasifikasi sebagian mikroorganisme seperti bakteri berdasarkan pada reaksi

enzimatik maupun biokimia.  Mikroorganisme dapat tumbuh pada beberapa tipe

media yang memproduksi tipe metabolit yang dapat dideteksi dengan reaksi

antara mikroorganisme dengan reagen test yang dapat menghasilkan perubahan

warna reagen (Cowan, 2004).


5

2.2.1. Uji Katalase

Uji katalase digunakan untuk mendeteksi adanya enzim katalase. Enzim ini

terdapat pada sel - sel yang mempunyai metabolisme aerobik. Bakteri anaerob

tidak mempunyai enzim katalase. Uji katalase merupakan salah satu  pengujian

biokimia untuk mengidentifikasi bakteri apakah menghasilkan enzim katalase atau

tidak. Enzim katalase dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dalam rangka

mencegah oksidasi radikal bebas yang dapat merusak atau membunuh  bakteri

(Koneman, 2006).

Reagen yang digunakan sebagai pereaksi yaitu  larutan hidrogen peroksida.

Uji katalase dilakukan dengan meneteskan larutan H 2O2 pada kedua ujung gelas

objek menggunakan pipet tetes. Selanjutnya, pada tetesan H 2O2 yang terbentuk

ditambahkan masing–masing satu ose inokulum EE. Setelah inokulum

ditambahkan, langsung dilakukan pengamatan, apakah terbentuk gelembung atau

tidak. Penguraian hidrogen peroksida dinyatakan positif bila menghasilkan

gelembung udara dan dinyatakan negatif apabila tida terbentuk gelembung udara.

Gelembung udara tersebut merupakan oksigen yang berasal dari reaksi enzim

katalase dengan H2O2 (Koneman, 2006).

Dengan menggunakan inokulum EE, hasil menunjukan bahwa terbentuk

gelembung gas yang menandakan bahwa pada uji katalase inokulum EE hasilnya

adalah positif. Mekanisme enzim katalase memecah H2O2 terjadi saat bakteri

melakukan respirasi, bakteri menghasilkan berbagai macam komponen salah

satunya H2O2. Bakteri yang memiliki kemampuan memecah H 2O2 dengan enzim

katalase maka segera membentuk suatu sistem pertahanan dari toksik H2O2 yang

dihasilkannya sendiri. Bakteri katalase positif akan memecah H2O2 menjadi H2O


6

dan O2. Prinsip dari uji katalase adalah respirasi aerob, mikroorganisme

memproduksi hidrogen peroksida dan dalam beberapa kasus, bahkan mencapai

racun toksik superoksida. Akumulasi dari zat ini dapat mengakibatkan kematian

organisme kecuali mereka dapat mendegradasi secara enzimatis. Zat ini

diproduksi ketika lingkungan aerob, fakultatif anaerob, dan mikroaerofil

digunakan dalam jalur pernapasan aerobic, dimana oksigen merupakan akhir

aseptor electron, selama pendegradasian karbohidrat untuk produksi energi.

Organisme mampu memproduksi katalase yang secara cepat mampu

mendegradasi hidrogen peroksida. Organisme aerobik yang kekurangan katalase

dapat mendegradasi terutama superoksida toksik menggunakan enzim superoksida

dismutase (Cornelissen, 2013).

2.2.2. Uji Motilitas

Uji motilitas digunakan untuk mengetahui apakah bakteri yang diamati motil

(bergerak) atau tidak (Pommerville, 2007). Bakteri motil mempunyai alat gerak

berupa flagel, karena ukurannya yang kecil maka terkadang flagel tidak dapat

dilihat dengan mikroskop. Flagel bergerak dengan cara memutar. Untuk bakteri

yang tidak memiliki alat gerak umumnya bergerak secara menggelinding

(meluncur) dan akan bergerak bila ada kontak terhadap benda padat. Flagela

merupakan struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein

termasuk  flagelin yang membuat flagela berbentuk seperti tabung cambuk dan

protein kompleks yang memanjangkan dinding sel dan membran sel untuk

membentuk motor yang menyebabkan flagela berotasi.

Flagela berbentuk seperti cambuk. Flagela digunakan bakteri sebagai alat

gerak (Pelczar, 2010). Berdasarkan (Sxena et al.,2003) bentuk yang umum


7

dijumpai meliputi: 1) Monopolar monotrikha, bakteri memiliki satu flagel yang

berada disalah satu ujung sel. 2) Monopolar lofotrikha, bakteri memiliki banyak

flagel yang ditemukan pada salah satu kutub sel. 3) Bipolar amfitrika, memiliki

flagel pada kedua kutubnya dengan jumlah lebih dari satu. 4) Peritrikha, bakteri

mempunyai flagel yang tersebar pada seluruh bagian selnya.

Tidak semua bakteri mempunyai daya motilitas, ada bakteri yang tidak

mempunyai alat gerak, flagel sehingga berdasarkan letak dan jumlah flagel pada

sel bakteri, jenis tersebut digolongkan dalam bakteri atrik. Bila bakteri tidak

menunjukkan gerakan yang cepat dan perpindahan tempat saat diamati maka

gerakan tersebut merupakan gerak Brown. Pada gerak Brown semua organisme

bergetar dengan laju yang sama dan menjaga hubungan ruang yang tetap satu

sama lain, sedangkan bakteri yang motil terus menerus bergerak kearah tertentu

(Pommerville, 2007).

2.2.3. Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram bertujuan untuk mengetahui bahwa bakteri yang diwarnai

termasuk jenis bakteri gram positif atau gram negatif serta untuk mengetahui

bentuk bakteri. Jika bakteri terwarnai ungu, maka bakteri tersebut adalah bakteri

gram positif. Akan tetapi, jika bakteri terwarnai merah, maka bakteri tersebut

adalah bakteri gram negatif. Adapun pewarna yang digunakan dalam praktikum

pengecatan gram yaitu safranin dan crystal violet. Sedangkan reagen yang

digunakan yaitu lugol’s iodin dan aceton. Safranin dan crystal violet berperan

sebagai pewarna sel bakteri. Lugol’s iodin berfungsi untuk meningkatkan afinitas

zat warna oleh bakteri, memperjelas zat warna, dan mempersulit kelarutan zat
8

warna.  Aceton berfungsi untuk mendekolorisasi zat warna pada bakteri (Patil et

al.,2008).

Pengecatan gram pada inokulum EE dalam praktikum dilakukan dengan

tahapan senbagai berikut. Pertama, smearing. Pada kaca objek ditetesi aquades

dan  diberi inokulum EE. Kaca objek tersebut kemudian difikasasi, dilewatkan

diatas api. Tujuan dari fiksasi yaitu mematikan bakteri tanpa merusak strukturnya,

menempelkan bakteri pada kaca objek, dan menjadikan sel lebih reaktif saat

pewarnaan. Tahap ke dua, hasil pada proses smearing kemudian diberi crystal

violet, diamkan selama satu menit dan aliri dengan air. Ketiga, tambahkan lugos’s

iodin, diamkan selama satu menit dan aliri dengan air. Keempat, dekolorisasi hasil

tahap ke tiga dengan memberikan alkohol selama 3 – 5 detik dan aliri kaca objek

dengan air. Kelima, pada kaca objek tersebut dilakukan counterstain

menggunakan safranin yang didiamkan selama satu menit dan aliri dengan air.

Selanjutnya, dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

Prinsip dasar pewarnaan gram negatif berkaitan dengan struktur dinding sel

bakteri gram negatif. Dinding sel bakteri negatif memiliki lapisan peptidoglycan

yang tipis namun memiliki lapisan lipopolysaccharide yang tebal. Dengan struktur

tersebut, pewarna akan terdekolorisasi oleh decolorizer yang dapat melarutkan

lipopolysaccharide, aceton (Parija, 2009). Pewarna primer yang digunakan dalam

praktikum pengecatan gram negatif yaitu Crystal violet. Pewarna tersebut akan

menempel pada lipopolysaccharide dan akan diperjelas dengan penambahan

lugol’s iodin. Akan tetapi, warna tersebut akan terdekolorisasi setelah

penambahan aceton karena pewarna akan terlarut bersamaan dengan terlarutnya


9

lipopolysaccharide. Jika safranin ditambahkan, maka safranin akan memberi

warna merah pada sel bakteri (Rajor, 2002). 


10

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum analisis penyakit ikan tentang Pengamatan gejala klknis dan

isolasi bakteri pada tanggal 11 maret 2020, Pemurniaan 1 pada tangal 12 maret

2020, Pemurniaan 2 pada tanggal 13 maret 2020, Uji fisika (Bentuk,tepian,dan

elevasi) dan kimia bakteri (Pengamatan gram,pengamatan zeil-neelsen acid

fast,uji O/F , uji motility, uji produksi H2S, uji katalase, ujk oksidase ) pada

tanggal 14 maret 2020, Reinfeksi (LD50) pada tanggal 18 maret 2020 pada pukul

08.00 -10.00 WIB dan 13.00 – 15.00 WIB di Laboratorium Parasit dan Penyakit

Ikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah sebagai

berikut yang disajikan dalam tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Alat Yang Digunakan Selama Praktikum


No Alat Fungsi
1 Jarum Oase Untuk mengambil biakan bakteri
2 Lampu Bunsen Untuk fiksasi bakteri
3 Mikroskop Untuk melihat bentuk bakteri dan gram
4 Objek Glass Wadah sampel yang akan diuji
5 Alat Bedah Sebagai alat untuk bedah ikan
6 Pipet Tetes Untuk mengambil larutan
7 Tisu Gulung Untuk membersihkan alat
8 Sunlight Untuk melisiskan DNA bakteri
9 Cawan Petri Sebagai wadah medium tumbuh bakteri
10 Vortex Untuk menghomogenkan larutan
11 Mikrotube Sebagai wadah sampel dalam skala kecil
12 Mikropipet Alat untuk mengambil larutan dalam
jumlah kecil
13 Inkubator Sebagai wadah inkubasi isolasi bakteri
14 Tabung Reaksi Sebagai wadah medium uji O/F, H2S,
Motiliti
15 Kertas Saring Sebagai wadah uji oksidase
16 Mortar Untuk menghaluskan dauns seri
11

17 Jarum Suntik Untuk menyuntikkan bakteri ke otot ikan


18 Toples Sebagai wadah pengamatan dalam uji LD50
19 Nampan Sebagai wadah pengamatan dalam gejala
klinis dan pembedahan
20 Sentrifuge Memisahkan partikel dari berat molekul
yang berbeda
Sedangkan bahan yang digunakan selama praktikum analisis penyakit ikan

tertera pada Tabel 2, sebagai berikut :

Tabel 2. Bahan Yang Digunakan Selama Praktikum


No Bahan Fungsi
1 Ikan Patin Sampel uji
2 Akuades Larutan uji
3 Alkohol 70% Larutan steril
4 Kristal Violet Larutan pewarna sel bakteri
5 Lugol Larutan untuk meningkatkan afinitas zat
warna oleh bakteri, memperjelas zat warna,
dan mempersulit kelarutan zat warna
6 Safranin Larutan pewarna sel bakteri
7 Minyak emersi Larutan untuk memperjelas objek yang
diamati menggunakan mikroskop
8 Media TSA Medium tumbuh bakteri
9 Media OF Medium uji O/F
10 Larutan PBS Sebagai pengencer koloni bakteri
11 Larutan Karbol Fuhsin Larutan dalam pengujian acid fast
12 2Alkohol Asam Larutan dalam pengujian acid fast
13 Larutan Metilen Blue Larutan dalam pengujian acid fast
14 Parafin Cair Untuk menghambat oksigen dari luar untuk
masuk ke medium
15 Media SIM Medium uji H2S
16 Larutan H2O2 Reagen yang digunakan dalam mendeteksi
enzim katalase
17 Alkohol absolut Larutan untuk mendekolorisasi zat warna
pada bakteri

3.3. Metode Praktikum

Metode yang digunakan selama praktikum ini adalah metode pegamatan

secara langsung dimana objek yaitu biakkan bakteri difiksasi dan diamati secara

langsung yang sebelumnya telah diberi zat warna oleh praktikan guna mengambil

data sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
12

3.4. Prosedur Praktikum

3.4.1. Penggoresan dan Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam mempersiapkan

pembuatan media. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan autoclave, alat

disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 1

atm.

Prosedur penggoresan dan sterilisasi alat yaitu pertama disediakan media

agar didalam cawan petri, lampu bunsen dan jarum oase. Setelah itu, panaskan

jarum ose dan pinggir cawan petri yang berisi media agar didekat lampu bunsen.

Lalu penggoresan dalam media TSA dilakukan dengan cara menyentuhkan jarum

ose secara perlahan-lahan ke permukaan agar dengan goresan berbentuk zigzag

secara aseptic. Pada saat menggores, media agar tidak boleh robek. Kemudian

bungkus cawan petri tersebut dengan posisi terbalik dengan menggunakan kertas.

3.4.2. Isolasi Bakteri

Pertama, ikan di bedah untuk diambil bakteri pada organ yang sering

terinfeksi bakteri seperti ginjal. Inokulasi bakteri pada media dengan cara

menggoreskan jarum ose steril pada organ ginjal,hati dan limpa digoreskan zigzag

pada media tumbuh secara aseptic. Lalu, dibungkus cawan petri yang telah

digores dengan kertas dengan posisi terbalik dan kemudian diberi label.

Kemudian, bakteri yang telah diinokulasi tersebut diinkubasi dengan suhu kamar

selama 18 - 24 jam. Setelah itu, diamati bentuk morfologi koloni bakteri.

3.4.3. Pengamatan Morfologi Koloni

Pertama, biakan bakteri diamati apakah koloni bakteri sudah terpisah dan

murni, jika belum maka dilakukanlah pemurnian dengan cara pengenceran,


13

bakteri diambil dengan jarum ose lalu dimasukkan ke larutan pengencer yaitu

larutan PBS, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Kemudian, diambil

bakteri yang telah diencerkan sebanyak 20 чl dengan menggunakan mikrotipe lalu

ditebar pada media tumbuh (TSA) dan diratakan denganjarum ose. Selanjutnya,

bakteri yang telah dimurnikan tersebut diinkubasi dengan suhu kamar selama 18 -

24 jam. Setelah itu, diamati bentuk morfologi koloni bakteri pada hari berikutnya.

3.4.4. Uji Biokimia

Uji biokimia adalah pengamatan terhadap sifat-sifat biokimia dari suatu

bakteri. Pada pengujian biokimia koloni bakteri berasal dari bakteri yang telah

dimurnikan. Pengujian biokimia meliputi uji katalase, uji oksidase, uji motiliti, uji

O/F, pewarnaan gram, uji Zeihl-Neelsen acid fast, dan uji produksi H2S.

3.4.4.1. Pengamatan Gram

Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara membuat preparat ulas dari koloni

bakteri, pembuatan preparat ulas dilakukan dengan cara meletakkan satu tetes

akuades pada kaca objek, kemudian diambil koloni bakteri dengan menggunakan

jarum ose steril, disebarkan pada object glass dengan menggeserkan ujung kaca

objek lain agar menjadi sediaan yang tipis. Selanjutnya sediaan tersebut difiksasi

dengan cara melintaskan diatas lampu bunsen beberapa kali agar sediaan melekat

dan tidak lepas saat dicuci.

Preparat digenangi dengan larutan kristal violet selama 1-2 menit, lalu

dibuang kelebihan warna dengan diberi larutan lugol 1 menit. Lalu dicuci dengan

menggunakan alkohol absolut selama 5-10 detik sambil digoyang-goyang dan

kemudian dibersihkan dengan air mengalir. Selanjutnya preparat digenangi

safranin 1 % selama 2-3 menit, lalu dicuci dengan air mengalir dan dikering
14

anginkan. Lalu, preparat diamati dibawaah mikroskop dengan menambahkan

larutan minyak emersi untuk memperjelas warna dan bentuk bakteri. Kemudian,

apabila hasil pewarnaan berwarna violet (ungu), berarti bakteri tersebut adalah

bakteri Gram positif (+) dan apabila preparat yang diwarnai menjadi berwarna

merah berarti bakteri tersebut adalah bakteri Gram negatif (-).

3.4.4.2 Pengamatan Zeihl-Neelsen Acid Fast

Pembuatan preparat ulas dilakukan dengan cara meletakkan satu tetes

akuades pada kaca objek, kemudian diambil koloni bakteri dengan menggunakan

jarum ose steril, disebarkan pada object glass dengan menggeserkan ujung kaca

objek lain agar menjadi sediaan yang tipis. Selanjutnya sediaan tersebut difiksasi

dengan cara melintaskan diatas lampu bunsen beberapa kali agar sediaan melekat

dan tidak lepas saat dicuci.

Kemudian, preparat digenangi dengan larutan karbol fuhsin dan dipanasi

dengan nyala api hingga menguap tetapi tidak mendidih selama kurang lebih 5

menit dan dicuci dengan air. Setelah itu, preparat digenangi larutan alkohol asam

sampai tidak keluar warna lagi selama kurang lebih 2 menit dan dicuci dengan air.

Selanjutnya, preparat digenangi dengan larutan metilen blue selama kurang lebih

1 menit dan dicuci serta dikering anginkan. Lalu diamati apabila terjadi perubahan

warna menjadi merah maka bakteri tersebut tahan asam dan jika terjadi perubahan

warna menjadi biru maka bakteri tersebut tidak tahan asam.

3.4.4.3. Uji O/F (Oksidatif dan Fermentatif)

Pertama, disiapkan dua tabung media O/F dalam tabung reaksi dan

diinokulasikan dengan bakteri murni dari media TSA. Salah satu tabung reaksi

yang sudah diinokulasi diberi parafin cair steril dengan tebal 1 cm. Tujuannya
15

untuk menghambat masuknya udara dan untuk mengetahui apakah bakteri

tersebut memanfaatkan glukosa dalam media O/F tanpa Oksigen. Lalu, kedua

buah tabung tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 18 - 24 jam.

Selanjutnya, diamati perubahan warna. Jika kedua medium tersebut berubah

warna menjadi kuning maka bakteri tersebut bersifat fermantatif sebaliknya jika

tabung yang tidak ditutup parafin berubah warna menjadi kuning dan yang ditutup

parafin tidak berubah warna tetap hijau bakteri bersifat oksidatif.

3.4.4.4. Uji Motiliti

Uji ini menggunakan medium SIM (Simon Indicated Motility), cara kerjanya

yaitu biakan bakteri dari media TSA diambil dengan menggunakan jarum ose

yang sudah disterilkan dengan menggunakan bunsen, lalu ditusukkan secara tegak

lurus pada medium motility. Medium yang yang sudah diinokulasi bakteri

diinkubasi pada suhu kamar selama 18-24 jam. Kemudian diamati, Jika arah

pertumbuhan bakteri menyebar dari tusukan tegak lurus artinya bakteri tersebut

bersifat motil (+) sedangkan jika arah pertumbuhan bakteri hanya ada pada garis

tusukan artinya bakteri tersebut bersifat nonmotil (-).

3.4.4.5. Uji Produksi H2S

Uji produksi H2S menggunakan media TSIA (Triple Sugar Ion Agar).

Bakteri diinokulasi dengan cara ditusuk pada media miring kemudian digores

secara zig-zag dan diinkubasi pada suhu kamar selama 18 - 24 jam. Kemudian,

diamati perubahannya. Indikasi adanya H2S bila pada bekas tusukan berwarna

hitam dan bila tidak terjadi perubahan warna maka bakteri tersebut tidak

memproduksi H2S.
16

3.4.4.6. Uji Katalase

Pertama, disiapkan larutan H2O2 3%. Uji ini dilakukan dengan cara

meneteskan larutan H2O2 3% di atas objek glass, kemudian bakteri diambil dengan

jarum ose dan dicelupkan dalam larutan H 2O2 3% yang telah diteteskan pada

objek glass lalu diangkat, ulangi beberapa kali. Bila bakteri mengeluarkan

gelembung (busa) dengan cepat berarti bakteri tersebut katalase positif (+) dan

jika tidak mengeluarkan gelembung udara termasuk katalase negatif (-).

3.4.4.7. Uji Oksidase

Pertama, diambil konvack reagen dengan pipet tetes lalu diteteskan pada

kertas saring. Kemudian koloni bakteri diambil dengan jarum ose steril lalu

digoreskan pada kertas saring yang telah ditetesi konvack reagen tersebut. Apabila

kertas berubah warna menjadi biru/ungu pekat berarti bakteri tesebut termasuk

oksidase positif (+) dan jika tidak berubah warna maka termasuk oksidase negatif

(-).

3.4.5. Reinfeksi Bakteri

Pertama, dibuatlah suspensi dari biakan bakteri yang akan diinfeksikan

dicampur dengan larutan PBS sebanyak 9 ml dengan kepadatan 109 sel/ml, dengan

cara diambil biakan bakteri sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan ke tabung reaksi

yang berisi larutan PBS tadi lalu dihomogenkan dengan vortex. Kemudian, bakteri

yang telah diencerkan tersebut dispuit dengan jarum suntuik 0,1 ml dan

disuntikkan ke ikan, serta amati kematian ikan hingga 50% dalam waktu kurang

lebih 24 jam.
17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai

berikut (Tabel 3) :

Tabel 3. Pengamatan / uji yang dilakukan selama praktikum serta gambar


dan keterangan
No Pengamatan / Gambar Keterangan
Uji
1 Pengamatan 1. Pergerakan ikan
morfologi dan lambat
tingkah laku 2. Terdapa borok di
ikan Patin ujung tubuh
3. Pada mulut bintik
merah2
4. Sirip gripis

2 Isolasi bakteri Terjadi pertumbuhan


koloni bakteri dari isolasi
yang dilakukan pada
ginjal,hati dan limpa
patin, dengan waktu
inkubasi 24 jam

3 Morfologi 1. Bentuk koloni


koloni batang
2. Tepian koloni
bakteri licin
3. Elevasi koloni
bakteri cembung
18

4 Pewarnaan Merah dan latar belakang


Gram juga merah artinya
bakteri Gram negative

5 Uji Zeihl- Biru artinya bakteri tidak


Neelsen Acid tahan asam dan berwarna
Fast biru

6 Uji O/F Terjadi perubahan warna


(Oksidatif / pada kedua medium,
fermentatif) maka bakteri tersebut
bersifat Fermentatif

7 Uji motility Arah pertumbuhan


bakteri menyebar dari
tusukan tegak lurus
artinya bakteri tersebut
bersifat motil (+)

8 Uji produksi Tidak terjadi perubahan


H2S warna maka bakteri
tersebut tidak
memproduksi H2S
19

9 Uji katalase Bakteri tidak


mengeluarkan
gelembung (busa)
dengan cepat maka
bakteri tersebut katalase
positif (-)

10 Uji oksidase Kertas tidak berubah


warna menjadi ungu
maka bakteri tesebut
oksidase positif (-)

11 Uji LD50 24 jam setelah


penginfeksian bakteri
secara intramuscular
terjadi kematian 50%.
Dengan gejala klinis
pada ikan mati dan
pergerakan ikan yang
lain lambat

Berdasarkan Tabel 3 tersebut bahwa ikan patin yang dilakukan pengamatan

morfologi dan tingkah laku memiliki gejala klinis, yaitu : pergerakan ikan yang

lambat, terdapat borol diujung tubuh, pada mulut bintik merah-merah, sirip

gripis. Bentuk koloni bakteri yang diisolasi batang, tepian licin, dan elevasi

cembung. Spesies bakteri isolat berdasarkan uji biokimia yang telah dilakukan

adalah Yersina ruckeri .

IV.2. Pembahasan

Metabolisme adalah semua reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel untuk

menghasilkan energi yang digunakan untuk sintesis komponen-komponen sel dan

untuk kegiatan-kegiatan selular, seperti pergerakan. Reaksi kimiawi yang

membebaskan energi melalui perombakan nutrient disebut reaksi disimilasi atau


20

penguraian; jadi merupakan kegiatan katabolik sel. Sedangkan reaksi kimiawi

yang menggunakan energi untuk sintesis dan fungsi-fungsi sel lainnya disebut

reaksi asimilasi atau anabolik. Jadi, reaksi disimilasi menghasilkan energi, dan

reaksi asimilasi menggunakan energi.

Bila sel merombak ikatan-ikatan kimiawi tertentu selama metabolisme,

energi yang dilepaskan menjadi tersedia untuk melangsungkan kerja

biologis.Selama masa hidup sel, kerja ini bersifat ekstensif dan beragam.

Mikroorganisme heterotrofik nonfotosintesik memperoleh energinya dari oksidasi

(pengusiran electron atau atom hydrogen) senyawa-senyawa anorganik (Pelczar

dan Chan, 2010)

Uji katalase digunakan untuk mendeteksi adanya enzim katalase.

Berdasarkan uji katalase yang dilakukan, objek glass yang terdapat koloni bakteri

isolat yang ditambahkan pereakasi H2O2 terbentuk gelembung gas yang

menandakan bakteri isolat bersifat katalase positif. Menurut Koneman (2006),

bakteri yang bersifat katalase positif merupakan bakteri yang mempunyai sel-sel

metabolisme aerobik. Dimana ketika melakukan respirasi bakteri aerob akan

menghasilkan beberapa komponen termasuk H2O2. Bakteri aerob akan

menghasilkan enzim katalase sehingga terjadi degradasi H2O2 menjadi H2O dan

O2. Reaksi tersebut menjadi pelindung bagi bakteri dari toksin yang dihasilkan

H2O2.

Menurut Pommerville (2007), bakteri yang bersifat motil artinya bakteri

dapat bergerak. Bakteri motil mempunyai flagel yang berfungsi sebagai alat

gerak. Pergerkan yang dilakukan dengan cara memutar. Karena ukuran flagel

yang kecil maka terkadang flagel tidak dapat dilihat dengan mikroskophal ini
21

terlihat adanya penyebaranyang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi.

Hal ini menunjukan adanyapergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang

berarti bahwa bakteri ini memilikiflagella.

Bakteri gram negatif mempunyai dinding sel yang terdiri dari lapisan

peptidoglycan yang tipis namun memiliki lapisan lipopolysaccharide yang tebal.

Dengan struktur tersebut, pewarna akan terdekolorisasi oleh decolorizer yang

dapat melarutkan lipopolysaccharide (Parija, 2009).

Pewarna primer yang digunakan dalam praktikum pengecatan gram yaitu

Crystal violet. Pewarna tersebut akan menempel pada lipopolysaccharide dan

akan diperjelas dengan penambahan lugol’s iodin. Akan tetapi, warna tersebut

akan terdekolorisasi setelah penambahan alkohol absolut karena pewarna akan

terlarut bersamaan dengan terlarutnya lipopolysaccharide. Dengan penambahan

safranin, maka safranin akan memberi warna merah pada sel bakteri (Rajor,

2002). 

Berdasarkan morfologi dan sifat biokimia isolat bakteri tersebut, diduga

menyerupai bakteri Yersina ruckeri dengan karakterisasi Gram (-), motililitas (+),

oksidase (-), katalase (+), Oksidative (+), tidak tahan asam dan tidak mempunyai

kemampuan memproduksi gas dan H2S (pada medium TSIA). Hal ini sesuai

dengan yang ditemukan Triyanto et al. (1997) yang menemukan variasi sifat

biokimianya yang sangat besar dari 164 isolat yang diteliti yang kemudian disebut

dengan strain. Kamiso et al. (1996) menemukan variasi yang besar terutama pada

produksi gas, glukosa, laktosa, manitol, dulkitol, sorbitol, arabinosa, adonitol, dan

raffinosa. Sedangkan Triyanto et al. (1997) menemukan variasi terutama pada uji

TSIA, produksi gelatin, methyl red,inositol, laktosa, dan sakarosa.


22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, bakteri yang diinokulasi dari ikan

patin yang sakit merupakan bakteri Yersina ruckeri. Identifikasi dilakukan secara

konvensional melalui pengamatan morfologi dan sifat biokimia bakteri tersebut.

Juga dilakukan uji LD50 bakteri yang menyebabkan ikan uji mati 24 -96 jam

setelah penyuntikan dengan presentase tingkat kematian 50%.

IV.3. Saran

Pelaksaan praktikum kedepannya sterilisasi alat dan bahan yang digunakan

lebih diperhatikan lagi sehingga uji-uji yang dilakukan didapatkan hasil yang real.

Sebaiknya asisten juga memakai masker dan sarung tangan ketika mempraktekkan

prosedur kerja untuk safety dalam pratikum dilaksanakan .


23

DAFTAR PUSTAKA

Azhari C, Tumbol RA, Kolopita MEF. 2014. Diagnosa penyakit bakterial pada
ikan Nila (Oreocromis niloticus) yang dibudidayakan pada jaring tancap di
Danau Tondano. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 2 No. 3: 24 – 30.

Djariah, A.S. 2001. Budidaya Ikan Patin. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 87.

Nisha, K, M Darshana, G Madhu, MK Bhupendra. 2011. GC-MS Analysis and


Antimicrobial Activity of Psidium guajava (Leaves) Grown in Malva
Region of India. IJDDR.3:1-9

Koneman, E.W. 2006. Koneman's Color Atlas and Textbook of Diagnostic


Microbiology.Lippincott Williams & Wilkins, USA : 1531 hlm.

Pelczar, M. dan E. C. S. Chan. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas


Indonesia. Jakarta. 443 hlm.

Susanto, H dan Amri, K. 2002. Budi Daya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta.
90 hal.

Sxena, N.P. & D.K. Awasthi. 2003. Microbiology.  Krishna Prakashan Media (P)
Ltd., India : 345 hlm.

Triyanto, Kamiso H.N., Isnansetyo A., dan Murwantoko. 1997. Pembuatan


antigen murni untuk memproduksi polivalen antibodi dan vaksin
Aeromonas hydrophila. Laporan Penelitian Hibah Bersaing V/1 Perguruan
Tinggi Tahun Anggaran 1996/1997. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
37 hal.

Anda mungkin juga menyukai