Anda di halaman 1dari 7

Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

Public Health Perspective Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj

Hubungan Masa Kerja, Lama Menyemprot, Jenis Pestisida, Penggunaan APD dan
Pengelolaan Pestisida dengan Kejadian Keracunan Pada Petani di Brebes

Istianah , Ari Yuniastuti

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
SejarahArtikel: Petani dalam mengolah lahan membutuhkan pestisida untuk memberantas hama dan gulma. Namun di
Diterima 5 Maret 2017 sisi lain pestisida dapat membahayakan kesehatan diri petani, konsumen serta lingkungan.Penelitian ini
Disetujui 12 Juni 2017 bertujuan mengetahui faktor perilaku dalam Penggunaan Pestisida yang mempengaruhi keracunan pada
Dipublikasikan 15 petani diKabupaten Brebes.Penelitian ini jenis kuantitatif desain penelitian observasional analitik
September 2017 pendekatan cross- sectional.Sampel sebanyak 86 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni–Juli 2016.
Pengukuran data menggunakan wawancara dan observasi.Analisisdata pada penelitian ini menggunakan
________________
analisis univariat, bivariat menggunakan uji Chi-square dan multivariat menggunakan Uji Regresi
Keywords: Logistik.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara masa kerja(p=0,049), lama
External factors, pesticides, kerja(p=0,044), jumlah jenis pestisida (p=0,000), pemakaian APD (p=0,000) dan pengelolaan pestisida
intoxication. (p=0,000) dengan keracunan pada petani diKabupaten Brebes.
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Farmers cultivate agricultural land require pesticides to eradicate pests and weeds. But on the other hand,
pesticide may be risking their own health, consumers and the environment.This study aimed to determine the
behavioral factors influencing pesticides poisoning on farmers in Brebes. Thisstudy was a quantitative research
with observational analytic design by using cross-sectional approach. The sample were 86 farmers. It was
conducted in June-July 2016. The data were collected by using interviews and observation method. Then, the
data were analyzed through univariate, bivariate using Chi-square test and multivariate analysis using logistic
regression test.The results showed that there were significant correlations between work period (p=0.049),
working hours (p=0.044), number of typespesticides(p=0.000), personal protective equipment usage (p=0.000),
pesticide management (p=0.000) and intoxication on farmerssub-district.

© 2017 UniversitasNegeri Semarang


Alamatkorespondensi: p-ISSN 2528-5998
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237, Indonesia
e-ISSN 2540-7945
E-mail: istianahfar@gmail.com
Istianah & Ari Yuniastuti./ Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

PENDAHULUAN
kematian mencapai 220.000 korban jiwa.
Pencemaran pestisida di Asia, Afrika, Sedangkan informasi yang berhubungan dengan
Amerika Latin, Timur Tengah, dan Eropa pestisi dahanya diberikan kepada para
Timur sekarang serius. Setelah itu tahun 1990 petugaspengendali hama dari Departemen
penjualan pestisida global yang meningkat 270- Kesehatan dan Departemen Pertanian
300 miliar dolar (Zhang et al, 2011). Studi (Yulianietal, 2011).
sebelumnya telah melaporkan bahwa Kecamatan Sirampog merupakan salah
aplikasipestisida yang tidak aman lebih sering satu wilayan di kabupaten Brebes dengan
dikaitkan dengan keracunan dan masalah luaswilayah 57.482 km2, luas lahan tanaman
kesehatan yang lebih tinggi (Calvert et al, 2008; sayur 315Ha,jumlah kelompok tani sayur 13,
Levesque et al, 2012). Perubahan iklim yang jumlah petani sayur 640 orang. Data kelompok
terjadi saat ini, menurut Kolevaetal (2009), dapat tani binaan penyuluh pertanian lapangan bidang
meningkatkan penggunaan bahan aktif pada tanaman pangan Kecamatan Sirampog
pestisida hingga60%. Kabupaten Brebes Tahun2015 menunjukkan
Penggunaan pestisida secara berlebihan produktifitas sayuran dan kebutuhan pestisida
dan tidak terkendali seringkali memberikan paling banyak dibandingkan dengan daerah lain.
risiko keracunan pestisida bagi petani. Pajanan Petanimempunyai kebiasaan merokok
pestisida tergantung peran dosis pestisida, lama pada saat dan sesudah penyemprotan, padahal
pajanan dan faktor modifikasi pajanan seperti melalui udara ketika menghisaprokokdan tangan
penggunaan APD (Hohenadel K, 2011).Risiko yang tercemar pestisida dapat mengakibatkan
keracunan pestisida ini terjadi karena keracunan.Dampak dari keracunan pestisida
penggunaan pestisida pada lahan pertanian dapat menimbulkan gejala muntah, diare,
khususnya sayuran (Prihadi, 2008). dyspnea, penglihatan kabur, paresthesia, bicara
Penyebabnya adalah penggunaan dan cadel, dan nyeri dada (Kim J. Hyun et al,
pengelolaan pestisida yang tidak benar, tingkat 2013).Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan
pengetahuan rendah tentang bahaya pestisida yang mengenai atau masuk kedalam
pestisida,tidak memperhatikan cara yang baik tubuh dalam jumlah tertentu. Petani yang
dan aman dalam penanganannya(Wudiyanto, melakukan kontak dengan pestisida justru tidak
2008). Departemen Kesehatan Kerja Thailand terbiasa mengenakan alat pelindung diri(APD),
melaporkan bahwa tes darah para petani kalaupun memakai tidak memenuhi
menunjukkan peningkatan keterpaparan persyaratan. Prijanto (2009),menyatakan bahwa
pestisida dari tahun sebelumnya(16% pengamanan pengelolaan pestisida adalah
menjadi18%). Hal tersebut disebabkan tingkat serangkaian kegiatan ditujukan untuk mencegah
pengetahuan rendah, dan kebiasaan (perilaku) dan menanggulangi keracunan serta
memformulasikan pestisida yang tidak pencemaran pestisida terhadap manusia dan
mengikuti petunjuk(Jintanaetal, 2009). lingkungannya. Berbagai upaya untuk
Penyemprotan merupakan metode mengontrol penggunaan pestisida telah
aplikasi pestisida yang paling banyak digunakan. dilakukan seperti di China oleh Fen Jin (2010).
Diperkirakan 75% pestisida diaplikasikan Monitoring dan analisis risiko pada tanaman
dengan cara disemprotkan (Djojosumarto,2008). omija di Korea oleh Jeong (2011). Pemantauan
Bila aplikasinya kurang bijaksana dapat penggunaan pestisida pada sayuran serta menilai
membawa dampak pada pengguna, hama tingkat kesadaran masyarakat dan analisis
sasaran, maupun lingkungan yangsangat potensi penyakit akibat paparan pestisida oleh
berbahaya (Wudianto, 2008).Organisasi Bempah (2011) dan Palma (2009).
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
setiaptahun terjadi1-5 juta kasus keracunan faktor eksternal dalam Penggunaan Pestisida
pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat yang mempengaruhi Intoksikasi (keracunan)

118
Istianah & Ari Yuniastuti./ Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

Pada Petani Di Kecamatan Sirampog kerja sebagai petani penyemprot dengankejadian


Kabupaten Brebes Tahun 2015. keracunan pada petani. Hal ini berarti bahwa
hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
METODE antara masa kerjasebagai petani penyemprot
dengan kejadian keracunan akibat pestisida pada
Penelitian ini merupakan jenis penelitian petani di Kecamatan Sirampog diterima.
kuantitatif. Desain penelitianObservasional analitik Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dengan metode cross sectional.Populasi dalam dilakukan oleh Mokoagowetal (2013),yang
penelitian ini adalah semua petani yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
menggunakan pestisida di Kecamatan Sirampog signifikan antara masakerja petani dengankadar
Kabupaten Brebes yaitu sebanyak 640 orang, kolinesterase darah dengan nilair=-0,570
teknik pengambilan sampelnya secara Purposive danp=0,000.
Sampling, jumlah sampel di tentukan dengan Sastrawijaya (2002), menyatakan bahwa
rumus Slovin sebanyak 86 responden. Sumber masa kerja seseorang merupakan salah
Data Penelitian data primer data yang diambil satufaktoryang mempengerahui derajat
meliputi lama masa kerja,lama waktu kolinesterase dalam darah responden,dimana
menyemprot, Jumlah jenis pestisida, semakin lama masa kerja, makin menurun
penggunaan kelengkapan alat pelindung diri kadar kolinesterase dalam darah responden
(APD), keamanan dalam pengelolaan pestisida sehingga berisiko keracunan pestisida.Masakerja
dan sekunder data yang dikumpulkan meliputi dari petani sayur dengan lama kerja terendah
data mengenai keracunan pada petani, 1tahun dan tertinggi 51 tahun yang sudah
karakteristik wilayah, jumlah penduduk, serta beradapadakategori keracunan menunjukkan
buku-buku referensi yang berhubungan dengan bahwa semakin lama terpapar atau kontak
penelitian. Instrumen Penelitian dengan dengan pestisida maka akibat negatifyang timbul
Wawancara dan observasi, Analisis adalah keracunan. Hasil penelitian
menggunakan univariat, analisis bivariat menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja
menggunakan Uji Chi-square dan analisis petani maka semakin rendah aktivitas enzim
multivariat menggunakan Uji Regresi Logistik. kolinesterase darah, petani sayur yang sudah
terpapar oleh pestisida dalam waktu lama atau
HASIL DAN PEMBAHASAN berlangsung terus-menerus sangat berisiko untuk
mengalami keracunan padatingkat selanjutnya.
Masa Kerja
Masa kerja adalah Lama waktu sejak Lama Menyemprot
responden aktif sebagai petani penyemprot Lama menyemprot adalah Lama waktu
hinggasaat penelitian dilakukan dalam satuan yang digunakan untuk menyemprot tanaman
tahun. menggunakan pestisida.
Sebanyak 49 responden telah lama Sebagian besar responden mempunyai
bekerja sebagai petani penyemprot. Petani yang lama penyemprotan yang buruk yaitu sebanyak
mempunyai masa kerja lama yang mengalami 66 responden. Responden mempunyai lama
keracunan akibat pestisida yaitu 27 orang penyemprotan buruk mengalami keracunan
(55,1%)dan yang tidak keracunan 22 orang akibat pestisida sebanyak 46orang (69,7%) dan
(44,9%).Sedangkan responden yang baru yang tidak mengalami keracunan sebanyak 20
menjadi petani penyemprot sebanyak 37 orang (30,3%). Sedangkan responden yang
responden, sebagian besar mengalami keracunan mempunyai lama penyemprotan baik sebanyak
akibat pestisida yaitu 28 orang (75,7%)dan yang 20 orang dan yang mengalami keracunan
tidak keracunan9 orang(24,3%). Hasil analisis sebanyak 9 orang(45%)serta yang tidak
statistik dengan menggunakan ujiChi- square (p- keracunan sebanyak 11 orang(55%). Hasil
value = 0,049) bahwa ada hubungan antaramasa analisis statistik dengan menggunakan ujiChi-

119
Istianah & Ari Yuniastuti./ Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

square (p-value= 0,044) bahwa ada hubungan Pada umumnya suami / ayah responden
antara lama setiap penyemprotan dengan yang menggunakan pestisida dalam
kejadian keracunan. memberantas hama pertanian, baik itu sebagai
Mokoagowet al(2013), menyatakan bahwa petani pemilik atau penggarap / buruh tani
terdapat hubungan yang signifikan antarapetani semuanya mengoplos pestisida minimal 3
denganlama menyemprot berdasarkan hasil uji macam dalam satu kali penyemprotan, jadi tidak
statistik yang didapat hasilnilair=- 0,419danp ada yang menggunakan 1 jenis pestisida,dengan
=0,012 atau α<0,05 yang berarti bahwa terdapat alasan agar lebih efektif membasmi hama
hubungan antara lama penyemprotan dengan tanaman tanpa mempertimbangkan bahaya
kadarkolinesterase darah. Artinya semakin lama yang ditimbulkannya bagi masyarakat terutama
responden melakukan penyemprotan semakin petani di sekitar daerah pertanian tersebut.Hasil
menurun kadar kolinesterase dalam darah penelitian Nasruddin (2001), menunjukkan
responden.Sedangkan menurut Prabu (2008), jumlah jenis pestisida yang digunakan dalam
gejala keracunan pestisida organofosfat dan waktu yang sama untuk menimbulkan efeksi
karbamat biasanya timbul setelah 4 jam kontak, nergistik akan mempunyai risiko3
tetapi bisa timbul setelah 12 jam.Penelitian yang kali(OR2,972;95%CI1,047-3,512) lebih besar
dilakukan oleh Tugiyo (2003), menyatakan untuk terjadinya keracunan bila dibandingkan
bahwa tenaga kerja penyemprot yang dengan 1 jenis pestisida yang digunakan karena
mempunyai jam kerja >5 jam mempunyai risiko daya racun dan dosis pestisida akan semakin
keracunan pestisida lebih besar daripada tenaga kuat sehingga memberikan efek samping yang
penyemprot yang mempunyai jam kerja≤ 5jam semakinbesar pula.Jumlah jenis pestisida yang
(OR= 5,22) lama waktu saat menyemprot harus banyak yang digunakan dalam waktu
diwaspadai karena semakin lama petani penyemprotan akan menimbulkan efek
kontakdengan pestisida maka akan semakin keracunan lebih besar bila dibanding dengan
besar kemungkinan petani mengalami penggunaan satu jenis pestisida karena daya
keracunan apalagi jika diiringi dengan waktu racun atau konsentrasi pestisida akan semakin
penyemprotan. kuat sehingga memberikan efeksamping yang
semakin besar.
Jumlah Jenis Pestisida
Jumlah jenis pestisida adalah Banyaknya Kelengkapan Alat Pelindung Diri (APD)
jenis pestisida yang digunakan responden dalam Alat pelindung diri adalah Kelengkapan
setiap penyemprotan tanaman. dalam penggunaan alat untuk melindungi diri
Responden yang menggunakan jumlah agar terhindar dari kontak langsung terhadap
jenis pestisida dengan buruk sebanyak 46 pestisida dalam setiap praktek penyemprotan.
responden dan sebagian besar mengalami Sebagian besar responden tidak
keracunan yaitu 38 orang (82,6%) sedangkan menggunakan APD secara lengkap yaitu
yang tidak keracunan sebanyak8 orang sebanyak 70 responden. Responden yang
(17,4%).Sedangkan responden yang menggunakan APD tidak lengkap sebagian
menggunakan jumlah jenis pestisida dengan besar mengalami keracunan akibat pestisida
baik yaitu sebanyak 40 responden dan yang yaitu sebanyak 51 orang (72,9%) dan yang tidak
mengalami keracunan sebanyak17 orang keracunan sebanyak 19 orang(27,1%).
(42,5%) serta yang tidak keracunan sebanyak 23 Sedangkan responden yang menggunakan APD
orang (57,5%). Hasil analisis statistik dengan secara lengkap hanya 16 orang dan yang
menggunakan ujiChi- square (p-value = 0,000), mengalami keracunan hanya sebanyak4 orang
didapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan (25%)serta tidak keracunan sebanyak 12
antara jumlah jenis pestisida dengan kejadian orang(75%). Hasil analisis statistik dengan
keracunan. menggunakan ujiChi- square(p-value =0,000),
bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD

120
Istianah & Ari Yuniastuti./ Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

dengan kejadian keracunan. Hubungan Antara Menunjukkan bahwa sebagian besar


Pengelolaan Pestisida Dengan Kejadian responden tidak mengelola pestisida dengan
Keracunan Pestisida Pada Petani Di Kecamatan baik yaitu sebanyak 42 responden. Responden
Sirampog Tahun 2016. yang tidak mengelola pestisida dengan baik
Hal ini sesuai dengan penelitian yang mengalami keracunan akibat pestisida yaitu36
dilakukan oleh Xiang et al (2000), bahwa orang (85,7%) dan yang tidak keracunan
penggunaan APD selama aplikasi terhadap sebanyak 6 orang (14,3%).Sedangkan responden
pestisida mempunyai hubungan yang bermakna yang mengelola pestisida dengan baik sebanyak
terhadap kejadian keracunan (p-value = 44 orang dan yang mengalami keracunan
0,001;OR = 0,8; 95%CI=0,6–1,07). Penelitian sebanyak 19 orang (43,2%)serta tidak keracunan
tentang penggunaan APD yang dilakukan oleh sebanyak 25orang(56,8%). Hasil analisis statistik
Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Chi- square (p-value=
penggunaan APD secara lengkap mempunyai 0,000), bahwa ada hubungan antara pengelolaan
pengaruh secara bermakna terhadap kadar pestisida dengan kejadian keracunan.
kolinestera sedarah responden. Kejadian Mekonnen dan Agonafir
kontaminasi pestisida melalui kulit merupakan (2002),menyatakan bahwa pengelolaan pestisida
kontaminasi yang paling sering terjadi, yang baik merupakan cara yang paling penting
meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan dalam mencegah keracunan akibat pestisida,
keracunan akut. Lebih dari 90% kasus antara lain menghindari cuaca yang panas dan
keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh berangin saat penyemprotan,penggunaan alat
kontaminasi lewat kulit. Keracunan karena pelindung diri secara lengkap dan benar,praktek
partikel pestisida atau butiran semprot terhisap pencampuran dan penuangan pestisida pada
melalui hidung merupakan kasus terbanyak sprayer.Umumnya, kasus keracunan dikalangan
nomor dua setelah kontaminasi kulit.Pada petani terjadi karena beberapa hal.
penelitian ini, kontaminasi pestisida lebih Pengaplikasian pestisida , terutama
banyak melalui kulit tangan,pernafasan dan penyemprotan merupakan pekerjaan yang
mata.Penelitian yang dilakukan oleh Lorenz et al paling mudah dan paling sering menimbulkan
(2012),menunjukkan bahwa petani yang tidak kontaminasi kulit. Kontaminasi juga sering
menggunakan alat pelindung diri saat kontak terjadi karena menyeka wajah dengan
dengan pestisida mempunyai paparan pestisida tangan,lengan baju,atau sarungtangan yang
terbesar melalui tangan terutama saat terkontaminasi. Petani tidak memiliki informasi
pencampuran pestisida dengan paparan sebesar yang benar dan akurat tentang pestisida,risiko
103,53µg/jam dan diikuti oleh paparan melalui penggunaan, serta teknik penggunaan atau
pernafasan yaitu sebesar 11,6µg/jam.Penelitian aplikasi pestisida yang benar dan bijaksana.
di lakukan oleh Miftah. et al (2016). Hasil uji chi Biasanya petani cenderung menganggap ringan
square diperoleh nilaip value = 0,003 bahaya pestisida sehingga tidak mematuhi
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang syarat-syarat keselamatan dalam menggunakan
signifikan antara kelengkapan APD dengan pestisida.Keracunan pestisida,terutama
kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas keracunan kronis,sering tidak terasa dan
Ngablak dan Puskesmas Pakis. akibatnya sulit diramalkan.Oleh karenaitu,
kebanyakan petani akan mengatakan bahwa
Pengelolaan Pestisida mereka sudah belasan tahun mengaplikasikan
Pengelolaan pestisida adalah Tindakan pestisida dengan cara mereka dan tidak merasa
yang dilakukan responden sebelum, selama, terganggu.Padahal justru anggapan praktek
sesudah penyemprotan yang meliputi peracikan, pengelolaan pestisida yang dilakukan oleh
penyemprotan pestisida, perlakuan terhadap sisa petani diIndonesia saat ini sangat berbahaya
pestisida, kelengkapan APD dan pembuangan bagi diri mereka maupun lingkungan hidup di
kemasan pestisida. sekitarnya

121
Istianah & Ari Yuniastuti./ Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

SIMPULAN Provinces. International Journal of


Environmental Research and Public
Jumlah petani yang menderita keracunan Health. 14(1): 2320-2330.
adalah sebanyak 55 orang (63,96%) dan yang Jeong, H.R., Lim, S.J., Cho, J.Y., 2011.
tidak menderita keracunan adalah sebanyak 31 Monitoring and risk assessment of
orang (36,04%). Petani perlu mengurangi pesticides in fresh omija (Schizandra
pajanan pestisida dengan cara memakai APD chinensis Baillon) fruit and juice. Food
secara lengkap dan benar,menyimpan pestisida and chemical toxicology : an
dengan baik dan benar,mengurangi lama international journal published for the
kerja,tidak bekerjadi lahan yang sama ketika British Industrial Biological Research
suami/ayah sedang menyemprot, mengingat Association. 24(2): 1-5.
bahaya pestisida dalam jangka panjang yang Jintana,S.SmigK.,KrongtongY.,ThanachaS.,200
begitu besar pengaruhnya terutama terhadap 9. Cholinesterase activity,pesticide
kesehatan dan perlu melakukan pemantauan exposure
kejadian Intoksikasi (keracunan) dalam kegiatan andhealthimpactinapopulationexposed
pertanian untuk meningkatkan kesadaran petani toorganophosphates.
tentang bahaya pestisida dan bagaimana cara Internationalarchives of occupationaland
melindungi diri dari pajanan pestisida,sehingga environmental health. 82(7):833-842.
tidak menimbulkan dampak negatif jangka Kim, J.H., Cha E. Stil., Ko Yousun., Kim D.
panjang. Hwan., Lee W. Jee. 2013. WorkRelated
Risk Factors by Severity for Acute
DAFTAR PUSTAKA Pesticide Poisoning Among Male
Farmers in South Korea. International
Bempah, C.K. 2011. A preliminary assessment Journal of Environmental Research and
of consumer’s exposure to organochlorine Public Health. 34(3): 1100-1112.
pesticides in fruits and vegetables and the Koleva,N.G.,Schneider,U.A.,2009.Theimpactof
potential health risk in Accra Metropolis, climatechangeontheexternalcostofpesti-
Ghana. Food Chemistry. 128(4): 1058- cideapplicationsinUSagriculture.Interna-
1065. tionalJournalofAgriculturalSustainability.
Calvert GM, Karnik J, Mehler L. 2008. Acute 7(3):203-216.
pesticide poisoning among agricultural Levesque DL., Arif AA., Shen J.
workers in the United States, 1998- 2012.Effectiveness of pesticide safety
2005.Am J Ind Med. 5: 883-898. training and knowledge about pesticide
Djojosumarto,P.2008.PestisidadanAplikasinya.J exposure among Hispanic farmworkers.J
akarta: PT.AgromediaPustaka. Occup Environ Med. 54(1): 1550-1556.
Fatmawati. 2006.PengaruhPenggunaan2,4- Lorenz,A.N.2012. Pilotstudyofpesticide
D(2,4-Dichlorphenoxyaceticacid) knowledge,attitudes, and practicesamong
terhadap Status Kesehatan Petani pregnant womeninnorthern Thailand.In-
Penyemprot di Kabupaten Sidrap ternationaljournalofenvironmentalresearc
Provinsi h andpublichealth. 9(9): 3365-3383.
SulawesiSelatan.J.Med.Nus.27(1): 56-70. Mekonnen, Y. And Agonafir, T. 2002. Pesticide
Fen J., Jing W., Hua S., Maojun J.2010. Sprayrs’ Knowledge,Attitude and Practice
Pesticide use and residue control in of PesticideUse On Agricultur
China. J.Pesticide Science Society of FramsOfEthiopia. SocietyofOccupational
Japan. 35(2): 138-142. Medicine. 52(6): 311-315.
Hohenadel, K, et al.2011. Exposure to Multiple Miftah, F. dan Rudatin, W. 2016. Hubungan
Pesticides and Risk of Non-Hodgkin Paparan Pestisida Selama Kehamilan
Lymphoma in Men from Six Canadian Dengan Kejadian Bblr Pada Petani

122
Istianah & Ari Yuniastuti./ Public Health Perspective Journal 2 (2) (2017) 117 - 123

Sayur.Unnes Journal of Public Health. Organofosfat Pada Petani Sayuran di


5(4): 13-24. Kecamatan Ngablak Kabupaten
Mokoagow, D., Woodford, B.S.,Joseph., Heidy, Magelang. Semarang: Universitas
D.P.2013.Hubungan AntaraMasa Diponegoro.
Kerja,Pengelolaan Pestisida Dan Sastrawijaya, A.T. 2002.Pencemaran
LamaPenyemprotan Dengan Kadar Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.
Kolinesterase Darah Pada Petani Sayur Tugiyo. 2003.KeracunanPestisida
Di Kelurahan RurukanKecamatan padaTenagaKerjaPerusahaan
Tomohon TimurKota Tomohon. PengendalianHamadiDKIJakarta.Thesis.
Fakultas Universitas Indonesia.
KesehatanMasyarakatUniversitas Sam Wudianto, R. 2008. Petunjuk Penggunaan
RatulangiManado. Pestisida. Jakarta: Swadaya.
Nasrudin.2001. Faktor-Faktor yang Xiang,H.,Z.Wang,L.Stallones,T.J.Keefe,X.Hua
Mempengaruhi Terjadinya Keracunan ngandX.Fu.2000. AgriculturalWork-
Pestisida pada Petani Holtikultura di Related InjuriesAmongFarmersin
Sukoharjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Hubei,People’sRepublicofChina.America
Minat Utama Epidemiologi Lapangan, nJournalof Public Health.90(1):1269-
Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. 1276.
Palma, P. 2009. Risk assessment of Yuliani, T. S., Triwidodo, H., Mudikdjo,K.,
representative and priority pesticides, in Panjaitan, N. K. &Manuwoto, S. 2011.
surface water of the Alqueva reservoir Perilaku
(South of Portugal) using on-line solid PenggunaanInsektisida:KasusPengendali
phase extraction-liquid chromatography- an HamaRumah
tandem mass spectrometry. Environment TanggaPermukimandiPermukiman
International. 35(3): 545-551. PerkotaanDKI Jakarta.Forum
Prabu,2008.Pestisida PenghambatKolinesterase. Pascasarjana universitas Indonesia.
(Online): 87(1):3195-3212.
http//putraprabu.wordpress.com/2013/1 Zhang WJ., Jiang FB., Ou JF. 2011.Global
7//pestisida-penghambat kholinesterase/. pesticide consumption and pollution:
Diaskes17Agustus2016. with China as a focus. Proc Int Acad Ecol
Prijanto, T.B.2009. Analisis Faktor Environ Sci. 56(1) : 125-144.
RisikoKeracunan Pestisida Organofosfat
PadaKeluarga Petani Hortikultura di
KecamatanNgablak Kabupaten
Magelang. Semarang:Universitas
Diponegoro.
Prihadi. 2008. Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida

123

Anda mungkin juga menyukai