Anda di halaman 1dari 1

BAGIAN DARI CERITA PANJI WULUNG

Kinanti
Inilah petualangan Panji Wulung, diiringi oleh Jayapati, Ki Janggali Ki Janggala, dan
kawannya Jayapati, bernama Ki Kebo Manggala, juga Ki Kebo Rarangin.
Turun gunung naik gunung, masuk lembah meniti bukit, melewati sumber air, tempat badak
dan sapi mandi, jauh-jauh datang, sampailah ke tepi pantai.
Raden menunggu perahu, duduk di atas alas, alas dari daun, daun bakung dan badori, disela
menunggu, bercerita tentang pengajaran tadi.
Bercerita Raden Panji Wulung, aku ingat perkataan tadi, dahulu pamanku mengatakan,
petualangan dia, dia diundang, ke Sokadana oleh Raja.
Sedang menyelidik para selir Raja, yang dituduh berbuat jahat, siapa nama selir tersebut,
dan siapa yang jadi korbannya, Jayapati bertanya, saya ingin tahu.
Saat sedang bercakap-cakap tersebut, nama selir tersebut adalah Nyi Tunjungsari, berasal
dari Balangbangan, suaminya bernama Panolih, ceritanya dia dihukum dibunuh, demikian juga
suaminya.
Pangkur
Sengaja berpetualang, menghitung kampung membilang desa, tidak jelas yang dituju,
kepada Paman semuanya, darimana bertiga sepertinya tergesa-gesa, pemimpin rampok
menjawab, namaku Jayapati.
Baru saja aku merampok, tujuh orang mati tidak bersisa, jasadnya tujuh bertumpuk, pulang
kalian semua sekarang, kalau masih mau hidup, serahkan harta kalian, atau akan aku bunuh
kalian.
Raden Panji menjawab, sambil tersenyum Paman terlalu sombong, nyawa orang diganggu,
ayo duduk dulu, ini kayu yang melintang silahkan pikul, kalau terpikul oleh Paman, aku
bersedia mengikuti perintah Paman.
Dan aku serahkan semua hartaku, tapi kalau tidak terpikul oleh Paman, sedangkan olehku
terpikul, itu berarti tanda bahwa, yang tidak bisa memikul kayu berarti kalah, pemimpin rampok
merasa gentar, pikirannya mulai takut.
Melihat kayu yang melintang, besar sekali yang tentu saja tidak bisa terangkat, memaksakan
diri dia berdiri, kayu tersebut dicoba untuk dipikul, tidak terangkat sampai keringatnya
bercucuran, tidak bergerak sedikitpun, Raden Panji hanya tersenyum.
Ki Jayapati membentak, kamu juga tidak mungkin bisa mengangkatnya, kalau terangkat
oleh kamu, kami akan mengabdi, akan mengikuti kemanapun pergi, selanjutnya Raden Panji
berdiri, kayu ternyata dapat diangkat dan dipikulnya.
Karena sudah terbiasa, dari pelajaran memikul timah dan besi, kayu diangkat dan dipikul
oleh Raden, tiga perampok tersebut, semua menyembah sujud pada kaki Raden, seraya bertobat,
mereka berkata akan mengabdi pada Raden Panji.
Ki Janggali Ki Janggala, bersuka ria, sambil mengeluarkan suara dari tangan yang
ditempelkan ke ketiak, bersenda gurau, silahkan lawan juragan kami yang sakti, putra dari Patih
Sokadana, yang sakti luar biasa.
Berkata Raden Panji Putra, janganlah kalian berkata sombong, tidak baik jadi orang yang
berbangga-bangga, berakibat bisa mendapatkan keburukan, Ki Janggali Ki Janggala
menyembah, kami merasa gembira, Raden bisa mengalahkan Jayapati.
Seadainya kalah, tentu saja kami dibawa, dijual ke Melayu, jadi budak, Raden Panji berkata
sambil tersenyum, hei Jayapati, sekarang Paman sudah takluk kepadaku.
Apa yang akan Paman lakukan, Jayapati menjawab dengan hormat, menyerahkan seluruh
badan, akan mengikuti jejak, akan mengikuti Raden kemanapun yang akan dituju, berkata Raden
Panji Putra, syukurlah kalau Paman hendak mengikutiku.

Anda mungkin juga menyukai