Anda di halaman 1dari 22

KONSEP DASAR ETIKA KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

1. EKO PRAYUGO SAPUTRO (202002T044)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
KATA PENGANTAR

Alahamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT,
atas segala limpahan kerunia serta limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Makalah
yang berjudul “Konsep Dasar Etika Keperawatan” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Meskipun segala upaya dan pikiran telah penulis tuangkan, tetapi penulis menyadari
adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penyusunan selanjutnya.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapatkan imbalan yang sesuai dengan Ridho ALLAH SWT. Penulis berharap
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Stikes Banyuwangi.

Banyuwangi, 10 juli 2013

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Keperawatan.........................................................................................3


B. Tujuan Etika Keperawatan..........................................................................................6
C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan.........................................................................8
D. Tipe-tipe Etika Keperawatan.......................................................................................8
E. Teori-teori dalam Etika Keperawatan..........................................................................9
F. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan............................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................17
B. Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,
perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada
hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk
pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik,
dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik
sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan
memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan
membuat keputusan secara sembarangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?
2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?
4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?
5. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

1
C. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan
2. Untuk laporan diskusi kasus
3. Agar dapat mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan
4. Agar dapat mengaplikasikan etika keperawatan dalam melakukan tindakan
keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang
berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu
perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber
dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi
individu yang dilayani.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina
profesi tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan
konsep etis Karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan menghargai
kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah
didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam
suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak asasi, dan tanggung jawab
bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup pada pasien yang
mengidap penyakit yang pasti membawa kematian?

Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang


(pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan
organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek
manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan
tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan
menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang
disusunnya.

Kadang-kadang perawat diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan


untuk mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan
masyarakat ; menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik,
sosial, dan spiritual yang memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan
pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan.

3
Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan dasar adanya
profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal. Pelayanan
profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan kebangsaan,
warna kulit, politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan vital
terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini
berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan,
dan hal yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam
interaksi bertingkah laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan
bagaimana harus bertindak, bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan tanggung
jawabnya.

Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau
bermoral. Banyak profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun
pernyataan tentang keyakinan terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika
profesi sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota
profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi memiliki
pengetahuan atau keterampilan khusus yangn dipergunakan untuk membuat keputusan
yang memengaruhi orang lain.

Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk
melindungi anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan
yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga
profesional yang berkompeten. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan
kode etik yang memberi gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan.
Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan
kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang mengatur praktik keperawatan.
Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya, seperti yang
dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan. Etika
profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya dikenal
melalui asuhan atau praktik keperawatan.

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang
menyangkut hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi
dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.

4
Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya
kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial
dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk
terus menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk
menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan,
metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab


moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.
Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat
sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik
yang telah disepakati.

Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi
dalam melaksanakan praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini.
Disamping itu, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya
kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang lingkup layanan keperawatan semakin
komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya untuk dapat mengambil keputusan
atas dasar penalaran saintifik dan etis.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil


suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil
berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal
yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri,
norma masyarakat, dan standar profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan,
perawat berhadapan dengan manusia atau klien. Perawat meyakini bahwa klien
mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan integritas perawat harus
dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan. Disamping itu,
keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang kualitas
pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat
klien.

5
B. Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2015), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk


mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini,
keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang mengukur dan
mengevaluasi perilaku moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan


dapat dapat meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan
bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada
profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2015). Secara umum tujuan etika profesi
keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada
perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada
profesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika


profesi secara terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan
mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara
terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap
menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit untuk
anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan tindakan “di
bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi
keperawatan.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku


Suhaemi 2015, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan


2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktik keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral / pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan,
sesuai dengan kepercayaannya

6
Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan
mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang
dihubungkan dengan ajaran agama dan perintah Tuhan dalam:

1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat


sendiri, maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan
(hal yang dianggap benar).

Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan


adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan dengan
pelayanan keperawatan ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan
nilai umum sesuai dengan tuntutan masyarakat. Menurut National League for Nursing
(NLN [Pusat pendidikan keperawatan milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam
buku Suhaemi, 2015, pendidikan etika keperawatan bertujuan :

1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi


kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan
tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini
melalui dilemma etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan
pengambilan keputusan yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi,
kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi


untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang

7
timbul dalam keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya
diajarkan, tetapi harus ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan,
tidak saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan

Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami metode


pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J (1978 dikutip
oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi, 2015) menyatakan ada empat
metode utama; otoritas, consensus hominum, pendekatan intuisi atau self-evidence, dan
metode argumentasi.

Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan


berdasarkan pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan
supernatural, kelompok manusia, atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja, atau
pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya pada penganut yang percaya.

Metode consensum hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada


persetujuan masyarakat luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam
pengkajian suatu masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika dapat
diterima, dimasukkan dalam keyakinan.

Metode pendekatan intuisi atau self-evidence --dinyatakan oleh para ahli


filsafat-- berdasarkan pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode
initerbatas hanya pada orang-orang yang mempunyaiintuisi tajam.

Metode argumentasi atau metide sokratik menggunakan pendekatan dengan


mengajukan pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode
analitik ini digunakan untuk memahami fenomena etika.

D. Tipe-tipe Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2015), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut,
bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan

8
antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan
theologi.
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan
pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik
mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap pengobatan dan
biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu genetik, etika
lingkungan, pemberiaan pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau penolakan,dan bagaimana
seseorang sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat
(sia-sia).
3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan
Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan
etik.
D. Teori-teori dalam Etika Keperawatan

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2015). Teori etik digunakan dalam
pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral
telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology.

1. Teleologi
Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir). Istilah
teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian. Teleologi
merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat

9
yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering
disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu
tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada
pencapaian hasil akhir yang terjadi. Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan
yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly,
1987 dalam buku Suhaemi, 2010).
Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule
utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa
manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan
tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia. Act
utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum, tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan
terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-
banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh
penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal
daripada nantinya menjadi beban masyarakat.
2. Deontologi
Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas) berprinsip pada
aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh
hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai
moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakann
melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah
tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat bahwa
prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak
kondisional, dan imperative. Contoh penerapan deontologi adalah seorang
perawat yang yakin bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya
terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain:
seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan
pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya
tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena
setiap tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan

10
tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi
dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati, keadilan,
otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku Suhaemi, 2015).

E. Prinsip- prinsip Etika Keperawatan


Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia,
tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang
pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan
kesehatan (Suhami,2015).
Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis
dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:
1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?
2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang
bekerja sama dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?
Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya,
perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan
haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut
Hipocrates :
1. Menghindari ketegangan antar-manusia
2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik
keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2015):
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini
akan melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,
memperbaiki, dan memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-
orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota
profesional

11
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat
keputusan dalam situasi keperawatan

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada
perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai
yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.

Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang
etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral
berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang,
diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang
sering digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan
justice (Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2015).

1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan
nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan
sendiri atau mengatur diri sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai
manusia sebagai sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat
yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip otonomi sangat
penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan martabat
manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi
dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam
membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien
tersebut.
Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :
a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya
b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting
diketahui klien dalam membuat suatu pilihan
c. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguan atau penyimpangan

12
d. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki
informasi tersebut
e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah
tidak bersedia menjelaskannya

Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk


juga menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter,
ahli farmasi, dan sebagainya.

2. Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya/cedera bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2015)
menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan lebih
keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak
merugikan orang lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan
bahwa pemberian transfusi darah bertentangan dengan keyakinannya,
mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum
kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu
saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat,
dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan transfusi
darah.Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip
beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi
penyalahgunaan prinsip maleficienc.
3. Keadilan
Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua
individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang
sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai
kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Dalam
aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat
komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam
berbagai situasi.

13
Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat
dengan klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik,
yang dibina atas dasar saling percaya.Hubungan yang spesifik ini merupakan
dasar dalam etika keperawatan. Hubungan perawat klien didasarkan pada
penghargaan atas harkat dan martabak manusia, penumbuhan rasa saling
percaya, cara pemecahan masalah, dan kolaborasi. Dalam hubungan
perawat-klien, perawat dapat berfungsi sebagai narasumber dalam memberi
informasi yang relevan dengan masalah klien.Perawat juga dapat berfungsi
sebagai konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya dan hal-hal
yang berkaitan dengan keadaan sakitnya.
Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang
tua, saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien sehingga
memungkinkan klien mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan sifat
hubungan tersebut. Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah sebagai
seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam
mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses hubungan perawat-
klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka mendapatkan
pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, untuk ini perawat mempunyai kewajiban
menghargai kepercayaan klien dengan memberikan asuhan secara kompeten,
melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga kerahasian klien.
Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atats hak
dan kewajiban kedua belah pihak.
Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan
kebenaran dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan
berinteraksi dengan klien dengan cara selalu mengatakan yang sebenarya.
Kepercayaan ini dibutuhkan klien dalam menghadapi keadaan sakitnya dan
hal ini sangat penting dalam menjamin kolaborasi perawat-klien yang
optimal.Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran perawat
sebagai pembela klien.

Sedangkan menurut Dalami (2015), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai


berikut:

14
1. Otonomy (Autonomy
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki
berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain.Prinsip
otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip
ini dengan otonomi.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan
kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.
5. Kejujuran (Veracity)
6. Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,komprehensif,dan

15
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada,dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.Walaupun demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
“doctors know best” sebab individu memiliki otonomi,mereka memiliki hak
untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
7. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmennya yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan.
8. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak
ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
9. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab
moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu
perawat.
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama
perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
B. Saran

Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari
pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2015. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Nisya, R. 2016. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhaemi, M. 2015. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2018. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya

Hendrik. 2018. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

18

Anda mungkin juga menyukai