LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
2. Etiologi
Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan
pada lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di
samping hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces yang
keras (fekalit), tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji
cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan
dan kuat dugaannya sebagai penyebab appendisitis adalah faktor
penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan
atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang
biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali
telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali
mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
(Anonim,2008).
3. Klafikasi
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut
pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh
proses infeksi dari apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing
4. Tumor
3
3. Apendisitis kronik
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika
dipenuhi semua syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
4
4. Apendissitis rekurens
Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat
serangan nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong
dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan peradangan akut.
Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya
karena terjadi fribosis dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya
serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya
dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
5. Mukokel Apendiks
Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang
berisi musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang
biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan
tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan
oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
6. Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu
apendektomi atas indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke
limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan
yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya
apendektomi.
7. Karsinoid Apendiks
5
4. Patofisiologi
Pada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji
jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
streptococcus
f. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15
– 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena
peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk appendiks.
h. Appendik yang terlalu panjang.
i. Messo appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
k. Kelainan katup di pangkal appendiks.
Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa
keras dari feces) atau benda asing, apendiks terinflamasi dan
6
5. Manifestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas
anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya. 3 anamnesa penting yakni:
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi
Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius, mual-muntah, nyeri perut
kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun
tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya
bersifat meriang, atau mual-muntah saja
6. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis.
Faktor penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis
meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke
rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi
8
komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak kecil dan orang
tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-
75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-
anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih
tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna
memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi
gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
a. Abses Abses
merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak
di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis.
b. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.
c. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada
CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu
komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya
proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein.
Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
9
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
10
pathway
Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Perforasi
Resiko Infeksi
12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi
jaringan intestinal oleh inflamasi)
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan
penurunan peritaltik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
b. Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post
operasi appenditomi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi.
14
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan -Kaji tingkat nyeri, lokasi -Untuk mengetahui sejauh
1.
dengan agen injuri keperawatan, diharapkan dan karasteristik nyeri. mana tingkat nyeri dan
biologi (distensi nyeri klien berkurang dengan merupakan indiaktor secara
jaringan intestinal oleh kriteria hasil : -Jelaskan pada pasien dini untuk dapat
inflamasi -Klien mampu mengontrol tentang penyebab nyeri memberikan tindakan
nyeri (tahu penyebab nyeri, selanjutnya
mampu menggunakan tehnik -Ajarkan tehnik untuk -Informasi yang tepat dapat
nonfarmakologi untuk pernafasan diafragmatik menurunkan tingkat
mengurangi nyeri, mencari lambat / napas dalam kecemasan pasien dan
bantuan) menambah pengetahuan
-Melaporkan bahwa nyeri -Berikan aktivitas hiburan pasien tentang nyeri.
berkurang dengan (ngobrol dengan anggota -Napas dalam dapat
menggunakan manajemen keluarga) menghirup O2 secara
nyeri adequate sehingga otot-otot
-Tanda vital dalam rentang -Observasi tanda-tanda vital menjadi relaksasi sehingga
normal : TD (systole 110- dapat mengurangi rasa
130mmHg, diastole 70- -Kolaborasi dengan tim nyeri.
90mmHg), HR(60- medis dalam pemberian -Meningkatkan relaksasi
100x/menit), RR (16- analgetik dan dapat meningkatkan
24x/menit), suhu (36,5- kemampuan kooping
37,50C) -Deteksi dini terhadap
-Klien tampak rileks mampu perkembangan kesehatan
tidur/istirahat pasien.
-Sebagai profilaksis untuk
dapat menghilangkan rasa
nyeri.
15
- Pastikan
2. Perubahan pola eliminasi Setelah dilakukan asuhan
- Membantu dalam
kebiasaan
(konstipasi) berhubungan keperawatan diharapkan
pembentukan
defekasi klien
dengan penurunan konstipasi klien teratasi
jadwal irigasi
dan gaya hidup
peritaltik dengan kriteria hasil:
efektif
sebelumnya.
- BAB 1-2 kali/hari
- Kembalinya
- Auskultasi bising
- Feses lunak
fungsi
usus
- -Bising usus 5-30
gastriintestinal
- Tinjau ulang
kali/meni
mungkin
pola diet dan
terlambat oleh
jumlah / tipe
inflamasi intra
masukan cairan.
peritonial
- Berikan makanan
- Masukan adekuat
tinggi serat.
dan serat,
- Berikan obat
makanan kasar
sesuai indikasi,
memberikan
contoh : pelunak
bentuk dan cairan
feses
adalah faktor
penting dalam
menentukan
konsistensi feses.
- Makanan yang
tinggi serat dapat
memperlancar
pencernaan
sehingga tidak
terjadi konstipasi.
- Obat pelunak
feses dapat
melunakkan feses
sehingga tidak
terjadi konstipasi
meningkatkan
istirahat usus,
mencegah
mentah.
- Peritoneum
bereaksi terhadap
iritasi/infeksi
dengan
menghasilkan
sejumlah besar
cairan yang dapat
menurunkan
volume sirkulasi
darah,
mengakibatkan
hipovolemia.
Dehidrasi dapat
terjadi
ketidakseimbang
an elektrolit.
menghentikan melibatkan
tidur. pembedahan.
- Anjurkan - Membatasi
keluarga untuk kelemahan,
menemani menghemat
disamping klien energi dan
meningkatkan
kemampuan
koping.
- Mengurangi
kecemasan klien
Post Operasi
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Kaji skala nyeri - Berguna dalam
1.
dengan agen injuri keperawatan, diharapkan lokasi, pengawasan dan
fisik (luka insisi post nyeri berkurang dengan karakteristik dan keefesien obat,
operasi appenditomi) kriteria hasil : laporkan kemajuan
- Melaporkan nyeri perubahan nyeri penyembuhan,perub
berkurang dengan tepat. ahan dan
- Klien tampak - Monitor tanda- karakteristik nyeri.
rileks tanda vital - Deteksi dini
19
- Kaji adanya
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
- Membantu dalam
tanda-tanda
berhubungan dengan keperawatan diharapkan
pembentukan
infeksi pada area
tindakan invasif (insisi post infeksi dapat diatasi dengan
jadwal irigasi
insisi
pembedahan) kriteria hasil :
efektif
- Klien bebas dari
- Kembalinya
tanda-tanda infeksi - Monitor tanda-
fungsi
- Menunjukkan tanda vital.
gastriintestinal
kemampuan untuk Perhatikan
mungkin
mencegah demam,
terlambat oleh
timbulnya infeksi menggigil,
inflamasi intra
- Nilai leukosit (4,5- berkeringat,
peritonial
11ribu/ul). perubahan
- Masukan adekuat
mental
dan serat,
- Lakukan teknik
makanan kasar
isolasi untuk
memberikan
infeksi enteric
bentuk dan cairan
20
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC