Anda di halaman 1dari 12

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TAK OKUPASI

DI SUSUN OLEH
Kelompok 4 :
1. Ester Dalegi 17061167
2. Ni Wayan Santika Yanti 17061009
3. Ni Luh Sri Inda Juliani 17061018
4. Laorensia Eka Lena 17061069
5. Egha srinita 17061023
6. Ni Made Pasmiari 17061008
7. Ni Made Sri Armini 17061016

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
Proposal TAK ini dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar proposal TAK ini bisa di praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal TAK ini
karna keterbatasan pengetahuan dalam pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Manado, 20 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………...2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….3

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………………………………4

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………4


B. Tujuan …………………………………………………………………………………….5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….6

A. Pengertian TAK Okupasi...……………………………..………………………………...6

BAB III : RENCANA PELAKSANAAN………………………………………………………7

A. Pengorganisasian………………………………………………………………………7
B. Klien ………………………………………………………………………………..…8
C. Pelaksanaan ……………………………………………………………………..…….9

BAB IV : PENUTUP …………………………………………………………………………..11

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………11
B. Saran ……………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...12

3
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi Okupasi Dalam Meningkatkan Produktivitas Lansia

A. Latar Belakang
Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia diperkiran ada 500 juta dengan rata-rata usia 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1.2 M. di Indonesia jumlah lansia
mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebanyak 15.262.199 jiwa dengan presentase (7,97%),
dan pada tahun 2010 meningkat juga menjadi 19.936.895 jiwa dengan presentase (8,48%).
(Fadilla, 2013).
Peningkatan jumlah penduduk lansia sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan
hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan indikasi berhasilnya
pembangunan jaka panjang salah satu diantaranya yaitu bertambah baiknya keadaan ekonomi
dan taraf hidup masyarakat. Dengan bertambahnya umur rata-rata ataupun harapan hidup (life
expectancy) pada waktu lahir, karna berkurangnya angka kematian kasar (crude date rate) maka
presentasi golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang menyertainya
(oktizulfia,2011).
Menurut penelitian Graff (2007), salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kongnitif
lansia adalah dengan menggunakan terapi okupasi. Terapi okupasi merupakan suatu bentuk
psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual,
kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri untuk lingkungan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi okupasi bertujuan mengembangkan, memelihari,
memulihkan fungsi atau mengupayakan kompensansi atau adaptasi untuk aktivitas sehari-hari,
produktifitas dan raung waktu melalui pelatihan, remediasi stimulasi dan fasilitasi. Terapi
okupasi meningkatkan kemampuan individu untuk terlibat dalam bidang kinerja berikut :
aktivitas sehari-hari.
Kondisi dan fenomena pada lansia yang ditemukan yaitu banyak lansia yang masih aktif
dan dapat bersosialisasi dengan sesama lansia. Ada juga lansia yang menarik diri (isolasi sosial)
tetapi ketika kami memberikan terapi okupasi ini lansia tersebut perlahan-lahan mulai
berinteraksi dengan sesama.

4
B. Tujuan
a) Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaanya.
Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi
kekuatan otot, dan koordinasin gerakan
b) Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang masih
ada
c) Menyediakan berbagai macam kegiatan yang di jajaki oleh klien sebagai langkah dalam
pre-cocational training. Berdasarkan aktiviatas ini akan dapat diketahui kemampuan
mental dan fisik, sosialisasi, minat, potensi dan lainnya dari pasien dalam
mengarahkanya pada pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja.
d) Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa
rawat dengan berguna
e) Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali kekeluarga.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN TAK OKUPASI
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien
dengan maksud memberi terapi bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk meningkatkan
kualitas hidup dan meningkatkan respon sosial, (DL. Ponto, 2015).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi psikologik yang
dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif. Dalam rangka pencapaian
penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan
aktivitas kelompok tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan aktivitas
kolektif, (E Kaharingan,2015).
Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan penentuan
terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi mendalam terhadap kekuatan dan
kelemahan diri akan sangat penting artinya dalam pencapaian pemahaman objektif terhadap
realitas diri dan sekaligus modal dasar pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan
peran diri.
Terapi okupasi adalah bentuk layanan kesehatan kepada masyarakat atau pasien yang
mengalami gangguan fisik atau mental dengan menggunakan latihan atau aktifitas mengerjakan
sasaran yang terseleksi (okupasi) untuk meningkatkan kemandirian individu pada area aktifitas
kehidupan sehari-hari produktifitas dan pemanfaatan waktu luang dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan.
Tujuan terapi ini memiliki tujuan untuk bisa memanfaatkan waktu luang yang dimiliki
lansia serta meningkatkan produktifitas yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk membuat dan
menghasilkan karya dari hal-hal yang sudah disediakan. Misalnya saja membuat kipas, membuat
sulak, membuat bunga, menjahit, merajut dan masih banyak lainnya.
Jadi, terapi okupasi yang akan kelompok kami lakukan pada lansia adalah terapi
kerajinan tangan dari kardus bekas yang akan digunakan sebagai bingkai foto. Dimana kerajinan
dapat melatih keterampilan pada lansia dan juga dapat meningkatkan produktivitas lansia.

6
BAB III

RENCANA PELAKSANAAN

A. PENGORGANISASIAN

A. Hari/tanggal : 17 februari 2020


B. Waktu : Pukul 08.30-11.00
C. Tempat : Lab. Gerontik
D. Pengorganisasian
 Leader : Ester Eunike Dalegi
 Co-Leader : Ni Wayan Santika Yanti
 Fasilitator : Ni Luh Inda Juliani
Ega Srinita
Ni Made Pasmiari
 Observer : Laorensia Eka
Ni Made Sri Armini
E. Job Description
1. Leader, tugas dan peran :
 Menggkoordinir jumlah peserta yang telah ditentukan
 Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok
 Memimpin perkenalan, menjelaskan tujuan kegiatan
 Menjelaskan proses kegiatan
 Mendemonstrasikan kegiatan
2. Co-Leader, tugas dan peran :
 Membantu leader selama TAK berlangsung
 Menggantikan leader jika leader berhalangan tidak hadir
3. Fasilitator, tugas dan peran :
 Mampu memotivasi anggota terlibat dalam kegiatan
 Mampu menjadi role model bagi peserta TAK
 Mengamati respon klien selama TAK berlangsung

7
4. Observer, tugas dan fungsi :
 Mengobservasi jalannya TAK mulai dari persiapan proses dan penutup
 Mengobservasi perilaku semua anggota kelompok
 Menyampaikan hasil TAK
 Memberi penilaian terhadap perilaku verbal dan non verbal pasien selama
TAK berlangsung dengan menggunakan format penilaian yang tersedia

F. Alat dan Bahan


 Kardus
 Gunting
 Lem
 Cutter
 Penggaris
 Kertas kado
 Pensil/spidol

B. KLIEN
 Karakteristik lansia
 Aktif
 Rasa ingin tau
 Kreatif
 Ingin mencoba hal baru
 mempunyai bakat dibidang kerajinan tangan
 Proses seleksi

Klien yang mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok (TAK) ini di pilih berdasarkan
pengkajian mengenai hoby dan bakat yang diminati yaitu klien-klien lansia yang memiliki minat
dan bakat dibidang kerajinan tangan.

8
C. SKEMA KEGIATAN
o

CL L
F LL
K K

F
F

K K

D F K F

Keterangan :
: Leader
L

CL : Co-Leader

K
: Klien

F : Fasilitator

o : Observer
: Dokumentasi
D

9
III. Pelaksanaan
No Waktu PIC Kegiatan Respon Klien
1. 15 menit Co-Leader Orientasi : Lansia dapat
1. Salam perkenalan mengerti
Selamat pagi oma-opa. Perkenalkan
kami dari mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Katolik De
La Salle Manado. Saat ini kami akan
memberikan TAK (Terapi Aktivitas
Kelompok) Okupasi atau membuat
kerajinan tangan (bingkai foto) dari
kardus kepada oma dan opa.

2. Penjelasan tujuan
Tujuan dari TAK Okupasi ini yaitu
untuk mengembalikan fungsi fisik,
meningkatkan ruang gerak sendi,
kekuatan oto, dan koordinasi gerakan.
Selain itu dapat meningkatkan tolerasi
kerja, memelihara, dan meningkatkan
kemampuan yang masih ada.

3. Penjelasan prosedur pelaksanaan

2. 30 menit Leader Kerja Lansia mampu


(tahap-tahap kegiatan) membuat TAK
Okupasi/kerajinan
tangan
3. 15 menit Observer Terminasi Lansia
1. Evaluasi respon subjektif dan memberikan
objektif dari klien respon positif
2. Tindak lanjut yang bisa klien
lakukan setelah TAK
3. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karakteristik responden yang mengalami kecemasan rata-rata usia 60-74 tahun
sebesar 61,1% dengan nilai mean 68,78 tahun, untuk jenis kelamin yang terbanyak adalah
perempuan 83,3% sisanya berjenis kelamin laki-laki 16,7%. Pada lansia yang mengalami
kecemasan sebelum diberikan terapi sebanyak 66,7% dengan kecemasan dan sebanyak 33,3%
yang mengalami kecemasan sedang dengan nilai mean 16,06.
Nilai tertinggi pada lansia setelah diberikan terapi adalah sebanyak 72,2% tidak
mengalami kecemasan, yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 22,2% dan sebanyak 5,6 %
yang mengalami kecemasan sedang. Selisih kecemasan tertinggi antara sebelum dan sesudah
diberikan terapi adalah 16 poin dan yang terendah adalah 5 poin. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terapi okupasi dapat menurunkan kecemasan pada lansia.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian dan keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini.
Pada terdapat beberapa hal yang dapat disarankan dalam rangka mengembangkan terapi okupasi,
yaitu :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Fakultas ilmu keperawatan sebagai institusi dapat mengembangkan penelitian ini agar
dapat menjadi standar dalam terapi okupasi pada lansia dengan kecemasan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan mahasiswa keperawatan untuk
memberikan terapi okupasi khususnya pada lansia yang mengalami kecemasan.
2. Bagi Panti
Untuk panti dalam memberikan metode setia pemberian terapi lebih divariasikan agar
lansia lebih tertarik untuk mengikuti setiap program terapi okupasi yang diadakan dipanti dan
jadwal pelaksanaan terapi okupasi yang telah dilaksanakan agar lebih diperhitungkan pada
keefektivitasan sehingga lebih banyak lansia yang dapat mengikuti terapi serta menambah jadwal
pelaksanaan terapi menjadi lebih sering dilakukan sehingga dampak positif dari terapi dapat
dirasakan dengan baik oleh lansia. Terapi lansia gerakan- gerakan pada terapi okupasi khususnya
olahraga perlu diperhatikan sehingga lansia tidak mengalami kesulitan saat mengikuti, perlu
dilakukan secara berlahan dan gerakan yang mudah diikuti oleh lansia.

11
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Laskar, Dery. 2013. Terapi Okupasi. http://www.slideshare.net/khadaribob/terapi_okupasi.
Diakses pada tanggal 16 februari 2020 pada pukul 21.02 WITA
Martono,Hadi dan Kris Pranaka, 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Ksehatan Usis
Lanjut). Edisi IV. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

12

Anda mungkin juga menyukai