DISUSUN OLEH :
NIM : 17061182
KELAS : B/VII
FAKULTAS KEPERAWATAN
T.A 2020
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM
A. DEFINISI
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan, waham adalah termasuk
gangguan isi pikiran, pasien meyakini dirinya bahwa dirinya adalah seperti apa yang
ada dalam isi pikirannya, waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan
beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofernia.
Myers, dkk.(2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi
palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya.
Gangguan proses proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang
menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan. Waham
merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien menyakini bahwa dirinya adalah
seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis.Psikosis sendiri merupakan
gangguan jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam menilai
realita dan fantasi yang ada di dalam dirinya.Terlepas dari khayalan mereka, orang-
orang dengan gangguan waham mungkin terus bersosialisasi, bertindak secara
normal, dan perilaku mereka tidak selalu tampak aneh.
B. KLASIFIKASI
Waham kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya,
“Saya ini direktur sebuah bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa
perusahaan multinasional”.
Waham curiga Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke
dalam makanan saya”.
Waham agama Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau
saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
Waham somatik Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tandatanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
Waham nihilistik Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
C. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
D. TANDA GEJALAH
Gejala gangguan waham di bagi menjadi beberapa kategori, yaitu gejala
kognitif, afektif perilaku dan hubungan sosial dan gejala fisik.Gejala kognitif waham
mancakup ketidakmampuan dalam membedakan realita dan fantasi;kepercayaan yang
sangat kuat terhadap keyakinan pelsunya; memiliki kesulitas dalam berpikir realita;
dan ketidakmampuan dalam mengambil keputusan.
Kategori gejala afektif mencakup situasi yang tidak sesuai dengan kenyataan
dan afek tumpul. Karakter khas dari afek tumpul adalah tidak mengekspresikan
perasaan, baik secara verbal- dengan membicarakan kejadian emosional dengan cara
emotif- atau secara nonverbal- dengan menggunakan bahasa tubuh emosional,
ekspresi wajah atau gerak tubuh.
Kategori perilaku dan hubungan sosial mencakup hipersensifitas, depresif,
ragu-ragu, hubungan interpersonal dengan orang lain yang bersifat dangkal,
mengancam secara verbal, aktivitas tidak tepat, impulsi curiga dan pola pikir
stereotip. Selain gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat gejala fisik
yang ditandai dengan kebersihan diri yang kurang, muka pucat, sering menguap,
turunnya berat badan dan nafsu makan, serta sulit tidur.
E. POHON MASALAH
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosis keperawatan waham
adalah:
b. Penatalaksanaan keperwatan
1. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya.Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok.Terapis
tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus
menerus membicarakan tentang wahamnya.Terapis harus tepat waktu, jujur,
dan membuat perjanjian seteratur mungkin.Tujuan yang dikembangkan
adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu
menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realistis.
Terapi harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu
menghilangkan ketegangan klien.Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya.Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul.Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik
dapat dilakukan.
2. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat
dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS WAHAM
A. PENGKAJIAN
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar biasa,
serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok
orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis
sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, dan gelisah. Menurut Kaplan dan
Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai berikut.
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang
direncanakan.
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut.
a. Kognitif
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
2. Individu sangat percaya pada keyakinannya.
3. Sulit berpikir realita.
4. Tidak mampu mengambil keputusan.
b. Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungan sosial
1. Hipersensitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3. Depresif
4. Ragu-ragu
5. Mengancam secara verbal
6. Aktivitas tidak tepat
7. Streotif
8. Impulsif
9. Curiga
d.Fisik
1. Kebersihan kurang
2. Muka pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN
Tujuan (Tuk/Tum) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TUM: 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1.1 bina hubungan saling percaya dengan Hubungan saling percaya
Klien secara bertahap menunjukkan rasa senang, mengemukakan prinsip kamunikasi merupakan dasar untuk
mampu berhubungan ada kontak mata, mau terapeutik: memperlancar interaksi yang
dengan realitas atau berjabat tangan, mau a. Mengucapkan salam terapeutik. selajutnya akan dilakukan.
kenyataan menyebutkan nama, Sapa klien dengan ramah, baik Tindakan akan mambina klien
menjawab salam, klien mau verbal ataupun non verbal dalam berinteraksi secara baik
TUK 1: duduk berdampingan dengan b. Berjabat tangan dengan klien dan benar, sehingga klien
Klien dapat membina perawat, mau mengutarakan c. Perkenalkan diri dengan sopan bersedia mengungkapkan isi
hubungan saling percaya masalah yang dihadapinya, d. Tanyakan nama lengkap klien dan hatinya.
tidak menunjukkan tanda- nama panggilan yang disukai klien
tanda kesurigaan, mau e. Jelaskan tujuan pertemuan
menerima bantuan dari f. Membuat kontrak topik, waktu dan
perawat. tempt setiap klai bertemu klien
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
h. Beri perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien
1.2 Jangan membantah dan mendukung
waham klien
a. Katakan bahwa perawat menerima Meningkatkan orientasi klien
keyakinan klien terhadapp realita serta
b. Katakan bahwa perawat tidak meningkatkan rasa percaya
mendukung keyakinan klien klien pada perawat.
1.3 Yakinkan klien bahwa ia dalam
keadaan aman dan terlindungi
a. “anda berada ditempat aman dan Suasana lingkungan yang
terlingdung.” bersahabat turut mendukung
b. Gunakan keterbukaan dan kejujuran komunikasi terapeutik.
dan jangan meninggalkan klien
dalam keadaan sendiri
1.4 Observasi apakah waham menggangu
aktivitas sehari-hari dan perawatan diri
klien Mengetahui penyebab waham
curiga dan intervensi yang
selanjutnya akan dilakukan
oleh klien.
TUK 2: Kriteria Evaluasi: 2.1 Berikan pujian pada penampilan dan Penguatan (reinforcement)
Klien dapat 1. Klien dapat mempertahankan kemampuan klien ang realistis positif dapat meningkatkan
mengidentifikasi aktivitas sehari-hari 2.2 Diskusikan bersama dengan klien kemampuan yang diliki klien
kemampuan yang 2. Klien dapat mengontrol menganai kemampuan yang dimiliki dan harga diri klien
dimilikinya. wahamnya klien dahulu dan saat ini
2.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan Klien terdorong untuk
(dikaitkan dengan hal seputar aktivitas memilih aktivitas, seperti
sehari- hari dan perawatan diri klien), sebelumnya tentang aktivitas
lalu anjurkan untuk melakukannya saat yang pernah dimiliki oleh
ini. klien.
2.4 Jika klien selalu berbicara tentang
wahamnya, dengarkan sampai Dengan mendengarkan klien
kebutuhan waham tersebut tidak ada akan merasa lebij
atau klien berhenti membicarakan diperhatikan, sehingga klien
wahamnya. Perawat perlu akan mengungkapkan
memperhatikan bahwa klien sangat perasaannya.
penting
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari Observasi dapat digunakan
Klien dapat 1. Kebutuhan klien terpenuhi untuk mengetahui kebutuhan
mengidentifikasi 2. Klien dapat melakukan 3.2 Diskusikan kebutuhan klien waha yang klien
kebutuhan yang tidak aktivitas secara terarah tidak terpenuhi selama di rumah Dengan mengetahui
dimiliki. 3. Klien tidak menggunakan maupun di RS kebutuhan yang tidak
atau membicarakan 3.3 Menghubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi, perawat dapat
wahamnya terpenuhi dengan timbulnya waham mengetahui kebutuhan yang
akan diperlukan oleh klien
3.4 Tingkatkan aktivitas klien yang dapat waham.
memenuhi kebutuhan klien serta Dengan melakukan aktivitas,
aktivitas yang memerlukan waktu dan klien tidak akan lagi
tenaga menggunakan isi atau ide
3.5 Mengatur situasi agar klien tidak wahamnya
memiliki waktu untuk menggunakan Dengan situasi tertentu, klien
wahamnya akan dapat ,mengontrol
wahamnya.
TUK 4: Kriteria Evaluasi: 4.1 Berbicara dengan klien dalam konteks Penguaan (reinforcement)
Klien dapat berhubungan 1. Klien dapat berbicara dengan realita (realitas diri, realitas orang lain, penting untuk meningkatkan
dengan realitas atau realitas serta realitas waktu dan tempat). kesadaran klien akan realitas.
kenyataan atau mampu 2. Klien dapat menyebutkan 4.2 Ikut sertakan klien dalam terapi Pujian dapat menaikkan harga
berorientasi dengan perbedaan pengalaman nyata kelompok dalam kaitannya dengan diri klien danmemotivasi klien
realitas secara bertahap dan pengalaman wahamnya orientasi realitas untuk meningkatkan kegiatan
3. Klien mengikuti terapi 4.3 Berikan pujian pada tiap kegiatan positifnya.
kelompok aktivitas (TAK). posirif yang dilakukan oleh klien
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang: Perhatian dan pengertian dari
Klien mendapat dukungan 1. Keluarga dapat membina a. Gejala waham keluarga akan dapat
dari keluarga hubungan saling percaya b. Cara merawat membantu klien dalam
dengan perawat c. Lingkangan keluarga menngendalikan wahamnya.
2. Keluarga dapat menyebutkan d. Follow up dan obat
pengertian, tanda dan 5.2 Anjurkan keluarga melaksanakannya
tindakan perawat klien dengan bantuan perawat
dengan waham
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga Obat dapat mengontrol
Klien dapat menggunakan 1. Klien dapat mengetahui tentang obat, dosis, frekuensi, efek waham klien dan dapat
obat dengan benar manfaat minum obat, samping obat dan akibat dari membantu penyambuhan klien
kerugian tidak minum obat penghentian obat.
2. Klien mengetahui nama, 6.2 Diskusikan perubahan perasaan klien Mengontrol kegiatan klien
warna, dosis, efek samping, setelah minum obta minum obat dan mencegah
efek terapi. 6.3 Berikan obat dengan prinsip 5 benar klien putus obat
3. Klien mendemostrasikan dan obseravsi setelah minum obat
penggunaan minum obat
dengan benar
4. Klien dapat
mendemontrasikan akibat
berhenti minum obat tanpa
berkonsultasi pada dokter
5. Klien dapat
mendemonstrasikan prinsip 5
benar dalam penggunaan
obat.
STRATEGI PELAKSANAAN TEORITIS
A. KLASIFIKASI DATA
B. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS:
- Ayah pasien mengatakan Waham curiga
Resiko Perilaku
sudah 5 hari anaknya Kekerasan
mengunci diri dikamar dan
tidak mau berbicara dengan
ayah dan adik perempuannya Perubahan proses pikir :
Waham
- Pasien mengatakan ada
orang yang mengintai dirinya
dan aka membahayakan
Gangguan konsep diri:
dirinya tapi pasien tidak tahu harga diri rendah
siapa orangnya
- pasien mengatakan pasien
menarik diri dari lingkungan
sekitar sejak ibunya
meninggal secara mendadak
karna serangan jantung
sebulan yang lalu dan pasien
menganggap kematian
ibunya tidak wajar
- pasien mengatakan sangat
terpukul dengan peristiwa itu
dan sering menyalahkan
dirinya tidak berguna sebagai
anak laki-laki tertua yang
tidak bisa menjaga ibunya
- pasien mengatakan beberapa
minggu setelah kejadian itu
pasien mulai mencurigai ada
orang yang ingin mencelakai
keluarganya, yang
sebelumnya menyebabkan
kematian ibunya.
DO:
- Pasien lebih senang berdiam
diri dikamarnya dan menolak
bertemu dengan orang lain
selain perawat
- Pasien terlihat waspada
setiap saat karna khawatir
orang itu akan
mencelakainya
- Pasien tampak melirik ke kiri
dan ke kanan setiap kali
diajak bicara
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Proses Pikir : Waham
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjetif:
- Ayah pasien mengatakan sudah 5 hari pasien mengunci diri dikamar dan tidak
mau berbicara dengan ayah dan adik perempuannya.
- Pasien mengatakan ada orang yang mengintai dirinya dan akan
membahayakan dia tapi pasien tidak tahu siapa orangnya.
- pasien mengatakan pasien menarik diri dari lingkungan sekitar sejak ibunya
meninggal secara mendadak karna serangan jantung sebulan yang lalu dan
pasien menganggap kematian ibunya tidak wajar.
- Pasien mengatakan sangat terpukul dengan peristiwa itu dan sering
menyalahkan dirinya tidak berguna sebagai anak laki-laki tertua yang tidak
bisa menjaga ibunya
- Pasien mengatakan Beberapa minggu setelah kejadian itu pasien mulai
mencurigai ada orang yang ingin mencelakai keluarganya, yang sebelumnya
menyebabkan kematian ibunya
Data objektif:
- Pasien tampak lebih senang berdiam diri dikamarnya dan menolak bertemu
dengan orang lain selain perawat
- Pasien terlihat waspada setiap saat karna khawatir orang itu akan
mencelakainya.
- Pasien tampak melirik ke kira dan kanan setiap kali diajak bicara
2. Diagnose keperawatan
waham
3. Tujuan
TUM :
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
TUK I :
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan mengemukakan prinsip komunikasi
terapeutik:
o Mengucapkan salam terapeutik, sapa pasien dengan ramah, baik verbal
ataupun nonverbal
o Berjabat tangan dengan pasien
o Perkenalkan diri dengan sopan
o Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
pasien
o Jelaskan tujuan pertemuan
o Membuat kontak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
o Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
o Beri perhatian kepada pasien dan perhatian kebutuhan dasar pasien.
B. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi :
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya ike (sambal berjabat tangan), saya
mahasiswa praktek universitas katolik de la salle manado yang akan dinas
diruangan lasallian ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam
07.00-14.00 siang. Saya akan merawat bapak selama dirumah sakit ini. Nama
bapak siapa? Bapak A, bapak senang dipanggil siapa? Bapak A. nanti kalua
bapak perlu bantuan bisa panggil saya
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Tidak tahu, saya tidak mau diganggu.
Apakah bapak masih suka menyendiri? Iya saya hanya suka dikamar dan saya
tidak mau bicara dengan siapa pun. Apakah tadi malam bapak tidor dengan
nyenyak? Tidak, saya merasa ada orang yang akan mencelakai saya dan
keluarga saya.
c. Kontrak
o Topik:
Baiklah pak, bagaimana kalua kita berbincang-bincang mengenai
perasaan bapak yang bapak rasakan saat ini atau penyebab bapak
menarik diri? Iya. Apakah bapak bersedia? Iya. Tujuannya agar bapak
dengan saya dapat saling mengenal sekaligus dapat mengetahui
penyebab menarik diri, dan dapat mengetahui keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.
o Waktu:
Berapa lama bapak mau berbincang-bincang?15 menit, bagaimana
kalua 20 menit? Baik, tapi kalau sudah lewat waktunya saya akan
pergi… baik bapak.
o Tempat:
Bapak mau berbincang-bincang dimana? Ditaman, oke baik kita akan
berbincang-bincang ditaman.
2. Fase kerja
Dengan siapa bapak tinggal dirumah? Ayah dan adik perempuan saya. Siapa yang
paling dekat dengan bapak? Adik perempuan saya. Apa yang menyebabkan bapak
dekat dengan adik bapak? Karna tidak ada yang mengurusnya selama ibu
meninggal. Tadikan bapak sudah menyebutkan anggota keluarga yang dekat
dengan bapak sekarang Siapa anggota keluarga bapak dan teman bapak yang tidak
dekat dengan bapak? Tidak ada. Apa yang membuat bapak tidak dekat dengan
orang lain? Saya merasa tidak berguna sebagai anak laki-laki karna tidak bisa
menjaga ibu saya dan juga orang lain. Apa saja kegiatan yang biasa bapak lakukan
selama Bersama dengan keluarga? Menonton televisi Bersama dan berbincang-
bincang. Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan selama bapak
bergaul denga orang lain? Ada, mereka tidak menghargai saya Ketika berbicara.
Apa yang menghambat bapak tidak mau berteman dan bergaul dengan orang lain?
Karna saya merasa ada orang yang akan mencelakai saya.
Menurut bapak apa keuntungan kita mempunyai teman? Dapat berbagai keluh
kesah. Wahhh, benar sekali bapak mempunyai teman untuk bercakap-cakap.
Apalagi bapak? Dapat jalan-jalan bareng. Wahh bapak hebat, bapak benar sekali.
Nah jika kerugian kita tidak memiliki teman apa? Tidak ada teman berbincang.
Wahh itu bapak tau, bapak hebat. Jadi banyak juga ruginya kalau tidak ada teman
ya. Kalau begitu apakah bapak mau berteman dengan orang lain? Iya. Nah untuk
memulainya sekarang bapak belajar berkenalan dengan saya terlebih dahulu.
Begini pak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dahulu nama kita
dan nama panggilan yang kita sukai. Contohnya : nama saya ike matwear, senang
dipanggil ike. Selanjutnya bapak menanyakan nama orang yang bapak ajak
berkenalan, contoh nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Ayo bapak coba
praktekan, misalnya saya belum kenal sama bapak. Coba bapak berkenalan
dengan saya, yahh bagus sekali bapak. Coba sekali lagi pak, waahh bapak hebat .
setelah berkenalan dengan orang lain tersebut bapak bisa melanjutkan percakapan
yang lain, Misalnya tentang hobi, tentang keluarga, tentang pekerjaan dan
sebagainya. Nah bagaimana kalau sekarang kita Latihan bercakap-cakap dengan
ibu (dampingi pasien bercakap-cakap).
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan tadi? Legah. Nah sekarang
coba ulangi dan peragakan Kembali cara berkenalan dengan orang lain? Wahh
bapa hebat..
b. Rencana tidak lanjut
Baik bapak, agar lebih baik lagi bagaimana kalau bapak melatih cara
berkenalan setiap hari, tujuannya agar bapak tidak lupa cara berkenalan
dengan seseorang. dalam satu hari bapak mau berapa kali bapak Latihan
berbincang-bincang dengan teman? 2 kali. Baik, jam berapa bapak akan
Latihan ? jam 9 dengan jam 4. Baik bapak kita akan Latihan setiap hari 2x
pada waktu pagi jam 9 dan sore jam 4.
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
o Topik:
Bagaimana bila besok kita bertemu lagi untuk berbincang-bincang
pengalaman bapak bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan
Latihan berbincang-bincang dengan topik bapak dapat melaksanakan
hubungan sosial secara bertahap, apakah bapak bersedia? Ok baik
bapak.
o Waktu:
Bapak mau besok jam berapa?jam 9, baik bapak.
o Tempat:
Bapak mau dimana kita berbincnag-bincang? Ditaman, baik bapak
besok saya akan kesini jam 9, sampai jumpa besok bapak. Saya
permisi, selamat siang? Siang
DAFTAR PUSTAKA