Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

KASUS-5

ISOS : ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

NAMA : VERANTI S. MAWEIKERE


NIM : 17061045
KELAS : B/ SEMESTER 7
MK : PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN JIWA
CT : ANGELA LAKA,S.Kep,Ns,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI
A. Definisi
Menurut Yusuf dkk (2015), isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan memiliki ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan sekitar karena merasa ditolak dan tidak terima.
Menurut Azizah dkk (2016), isolasi sosial merupakan upaya yang dilakukan untuk
menghindari interaksi, hubungan maupun komunikasi dengan orang lain hal ini sering
dikaitkan dengan penarikan diri yang merupakan suatu tindakan melepaskan perhatian dan
minat terhadap lingkungan sosial secara langsung baik bersifat sementara maupun menetap.
Isolasi sosial merupakan sebuah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu akibat
adanya kondisi negatif dan mengancam dari orang lain atau lingkungan sekitarnya (Sukaesti,
2018).
Dapat disimpulkan bahwa, isolasi sosial merupakan sebuah kondisi dimana seorang
individu tidak mampu berinteraksi atau menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan sekitar akibat keadaan negatif yang dirasakan seperti perasaan ditolak atau tidak
diterima.
B. Tanda dan Gejala
Menurut Azizah dkk (2016), tanda dan gejala pada pasien dengan masalah isolasi sosial:
menarik diri dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Gejala Subjektif, yang meliputi: klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain, klien merasa tidak aman berada dengan orang lain, klien mengatakan
hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, klien tidak yakin dapat melanjutkan
hidup, klien merasa ditolak.
2. Gejala Objektif, yang meliputi: klien banyak diam dan tidak mau bicara, tidak mengikuti
kegiatan, banyak berdiam diri di kamar, menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan
orang yang terdekat, tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal, kontak mata kurang,
apatis (acuh terhadap Iingkungan), tidak merawat diri dan tidak memperhatikan
kebersihan diri, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya. asupan makanan
dan minuman terganggu, aktivitas menurun, kurang energi (tenaga), postur tubuh
berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur), menggunakan kata -
kata simbolik.

C. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Menyendiri (solitude) Merasa sendiri (loneliness) Manipulasi


Otonomi Menarik diri (withdrawal) Impulsif
Bekerja sama (mutualisme) Narsisme
Tergantung (dependent)
Saling bergantung
(interdependence)
D. Pohon Masalah
Resiko gangguan persepsi senori: effect
halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri Core problem

Gangguan konsep diri: harga causa


diri rendah

E. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Risiko gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Risiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial:
menarik diri.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan masalah isolasi sosial: menarik diri meliputi:
a. ECT (Electro Confulsive Therapy), merupakan jenis pengobatan dengan
menggunakan arus listrik pada otak dengan memakai 2 elektroda.
b. Psikoterapi, dilaksanakan dengan upaya untuk memberikan rasa nyaman dan
tenang serta menciptakan lingkungan yang teraupetik, memotivasi klien untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan secara verbal, bersikap ramah dan sopan serta
jujur untuk menciptakan kepercayaan klien terhadap pemberi terapi.
c. Terapi Okupasi, dilakukan untuk mengarahkan pasien kepada sebuah aktivitas
atau tugas yang sudah dipilih dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan
harga diri pasien.
Selain tiga penatalaksanaan tersebut, upaya yang juga dapat dilakukan pada pasien
dengan isolasi sosial: menarik diri yaitu dengan melakukan sosial skill training. Hal ini
sudah terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukaesti (2018) dimana dengan
penerapan sosial skill training, klien lebih optimal secara fisik, emosi, sosial dan
kekeluargaan serta klien dapat memecahkan masalahnya sendiri dan kemampuan
intelektual dalam mensuport diri meningkat.
H. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


TUM: Klien dapat Klien dapat Bina hubungan saling percaya
berinteraksi dengan mengungkapkan dengan prinsip komunikasi
orang lain. perasaan dan terapeutik.
TUK I: keberadaannya secara a. Sapa klien dengan ramah,
Klien dapat verbal. baik verbal maupun
membina  Klien mau menjawab nonverbal.
hubungan saling salam. b. Perkenalkan diri dengan
percaya.  Klien mau berjabat sopan.
tangan. c. Tanya nama lengkap klien
 Klien mau menjawab dan nama panggilan yang
pertanyaan. disukai klien.
 Ada kontak mata. d. Jelaskan tujuan pertemuan.
 Klien mau duduk e. Jujur dan menepati janji.
berdampingan dengan f. Tunjukan sikap empati dan
perawat. menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada klien.
TUK 2: Klien dapat Klien menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien
menyebutkan penyebab penyebab menarik diri yang tentang perilaku menarik diri
dari menarik diri. berasal dari: dan tanda-tandanya.
a. Diri sendiri 2. Beri kesempatan klien untuk
b. Orang lain mengungkapkan perasaan
c. Lingkungan penyebab menarik diri.
3. Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik diri
dan tanda gejalanya.
4. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya.
TUK 3:  Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien
Klien dapat menyebutkan tentang keuntungan dan
menyebutkan keuntungan manfaat bergaul dengan
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
berhubungan orang lain. 2. Beri kesempatan klien untuk
dengan orang  Klien dapat mengungkapkan perasaannya
lain dan menyebutkan kerugian tentang keuntungan
kerugian tidak tidak berhubungan berhubungan dengan orang
berhubungan dengan orang lain. lain.
dengan orang 3. Diskusikan bersama klien
lain. tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
4. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain.
5. Beri kesempatan kepada
klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
6. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain.
7. Beri penguatan positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain.
TUK 4: Klien dapat 1. Kaji pengetahuan klien
Klien dapat mendemonstrasikan tentang keuntungan dan
melaksanankan hubungan sosial secara manfaat bergaul dengan
hubungan sosial bertahap: orang lain.
secara bertahap.  Klien dengan perawat 2. Dorong dan bantu klien
 Klien dengan perawat untuk berhubungan dengan
dan perawat lain orang lain seperti:
 Klien dengan perawat, 3. Klien dengan perawat
perawat lain dan klien 4. Klien dengan perawat dan
lain. perawat lain
 Klien dengan kelompok 5. Klien dengan perawat,
kecil. perawat lain dan klien lain.
 Klien dengan keluarga 6. Klien dengan kelompok
atau kelompok kecil.
masyarakat. 7. Klien dengan keluarga atau
kelompok masyarakat.
8. Beri pujian terhadap
keberhasilan yang yang telah
dicapai.
9. Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan orang
lain.
10. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam mengisi
waktu.
11. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan Terapi
Aktivitas Kelompok
sosialisasi.
12. Beri penguatan atas kegiatan
klien dalam ruangan.
TUK 5: Klien dapat 1. Dorong klien untuk
Klien dapat mengungkapkan mengungkapkan perasaanya
mengungkapkan perasaan setelah bila berhubungan dengan
perasaanya berhubungan dengan orang lain.
setelah orang lain untuk: 2. Diskusikan dengan klien
berhubungan  Diri sendiri manfaat berhubungan dengan
dengan orang  Orang lain orang lain.
lain. 3. Beri penguatan positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan
orang lain
TUK 6: Keluarga Keluarga mampu: 1. Bina hubungan saling
mampu a. Menjelaskan percaya dengan keluarga
mengembangkan perasaannya.  Salam, perkenalan diri.
kemampuan b. Menjelaskan cara  Sampaikan tujuan.
klien untuk merawat klien  Membuat kontrak.
berhubungan c. Mendemonstrasikan  Exsplorasi perasaan
dengan orang cara perawatan klien keluarga.
lain. menarik diri. 2. Diskusikan dengan anggota
d. Berpartisipasi dalam keluarga tentang:
perawatan klien. a. Perilaku menarik diri.
b. Penyebab perilaku
menarik diri.
c. Cara keluarga
menghadapi klien yang
sedang menarik diri.
3. Dorong anggota keluarga
untuk memberikan dukungan
kepada klien berkomunikasi
dengan orang lain.
4. Anjurkan anggota keluarga
untuk secara rutin dan
bergantian mengunjungi
klien minimal 1x seminggu
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


1. Keluarga mengatakan klien mengamuk 1. Kontak mata kurang
dan memukul tetangga yang 2. Klien berbicara sangat pelan
menghinanya. 3. Klien menolak melakukan interaksi
2. Keluarga klien mengatakan klien
memang tidak suka berada di tempat
umum dan saat di rumah pun malas
keluar rumah karena takut diejek tidak
punya suami.
3. Keluarga mengatakan klien merasa
tidak berarti sebagai seorang istri dan
ibu.

B. ANALISA DATA

NO Data Fokus Masalah


1 Data Subjektif Resiko Perilaku Kekerasan
Keluarga klien mengatakan klien mengamuk dan
memukul tetangga yang menghinanya

Data Objektif

-
2 Data Subjektif Isolasi sosial : Menarik Diri
Keluarga klien mengatakan klien memang tidak
suka berada ditempat umum dan saat dirumah pun
malas keluar rumah karena takut diejek tidak
punya suami

Data Obejektif

- Klien menolak melakukan interaksi


3 Data Subjektif Gangguan Konsep Diri :
Keluarga mengatakan klien merasa tidak berarti Harga Diri Rendah
sebagai seorang istri dan ibu

Data Objektif

- Kontak mata kurang


- Klien berbicara sangat pelan

C. DIAGNOSA
Isolasi sosial : Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental ditandai
dengan:
Data Subjektif
Keluarga klien mengatakan klien memang tidak suka berada ditempat umum dan saat dirumah
pun malas keluar rumah karena takut diejek tidak punya suami.

Data Objektif

- Klien menolak melakukan interaksi

D. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan effect

Isolasi sosial : Menarik Diri Core problem

causa
Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah

E. INTERVENSI

Dari diagnosa Isolasi sosial : Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
3. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan orang lain.
4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya
F. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

Isolasi sosial berhubungan 1. Membina hubungan saling S:


dengan perubahan status percaya dengan prinsip
- Keluarga klien
mental Ditandai dengan: komunikasi terapeutik
mengatakan klien
Data Subjektif 2. Mengkaji kemampuan klien
memang tidak suka
tentang kerugian bila tidak
- Keluarga klien mengatakan berada ditempat
berhubungan dengan orang lain
klien memang tidak suka umum dan saat
3. Mengkaji kemampuan klien
berada ditempat umum dan dirumah pun malas
tentang keuntungan dan
saat dirumah pun malas keluar rumah karena
manfaat bergaul dengan orang
keluar rumah karena takut takut diejek tidak
lain
diejek tidak punya suami. punya suami
4. Memberikn pujian terhadap
Data Objektif O:
kemampuan klien
- Klien menolak
- Klien menolak melakukan mengungkapkan perasaannya
melakukan interaksi
interaksi

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi dilanjutkan.
Strategi Pelaksanaan
Hari-1
1) Fase Orientasi
a. Salam terapeutik :
- Memberi salam terapeutik
- Memperkenalkan diri dengan sopan
b. Evaluasi/ validasi :
- Menanyakan perasaan klien dan meminta klien untuk ceritakan perasaannya
saat ini
c. Kontrak (topik, waktu, tempat) :
- Membuat kontrak topik, waktu dan tempat untuk berbincang-bincang
d. Tujuan :
- Menjelaskan tujuan dari tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2) Fase Kerja
- Bertanya tentang persaan klien dan keluhan apa yang klien rasakan
- Meyakinkan klien bahwa tempat ini aman serta nyaman untuk klien dan bisa
mendapatkan teman-teman baru
- Bertanya tentang idenditas klien terkait alamat, keluarga, hobi bahkan apa
yang menjadi keinginan klien saat ini
- Memberikan pujian kepada klien karena sudah menceritakannya
- Meyakinkan klien bahwa saya bisa menjadi teman yang baik buat klien dan
menanyakan terkait teman-teman kamar klien
3) Fase Terminasi
a. Evaluasi :
1) Ev. Subjektif :
- Menanyakan perasaan klien setelah berbinbang-bincang apakah nyaman
dan senang
2) Ev. Objektif :
- Klien mau menjawab setiap pertanyaan yang diberikan perawat serta
mampu bercerita dengan nyaman dengan sesekali melihat ke arah perawat
- Meberikan pujian kembali karena sudah bercerita dengan saya
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL):
- Menanakan kembali siapa nama saya
- Memberikan pujian karena sudah mau berkenalan dengan saya
- Membuat kontrak baru di hari yang akan mendatang
c. Kontrak pertemuan selanjutnya :
a) Topik :
- Membuat kembali kontrak baru terkait tindakan yang akan dilakukan pada
besok hari
b) Waktu :
- Membuatk kontrak waktu terkait topik yang akan dilakukan
c) Tempat :
- Membuat kontrak tempat baru terkait topik yang akan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi

Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Sukaesti, D. (2018). Sosial Skill Training Pada Klien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan

Volume 6 No 1, Hal 19 - 24, Mei 2018 FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai