Anda di halaman 1dari 22

KEPANITERAAN KLINIK NERS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Asuhan Keperawatan

08 Oktober 2020

FRAKTUR RADIUS DEXTRA

DISUSUN OLEH :

LIANA, S. Kep

N.2019.01O.49

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS

STIKES MANDALA WALUYA

KENDARI
Laporan pendahuluan
Fraktur radius distal

1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. (nanda nic noc)
Fraktur dikenal dengan patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan jaringan lunak
di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan
fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.(nanda nic noc)
Pada beberapa keadaan trauma muskuloskletal, sering fraktur dan
dislokasi terjadi bersamaan. Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan
hubungan yang normal antara kedua permukaan sendi secara lengkap.(Sistem
Muskuloskeletal jilid 2)

2. Etiologi
a. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat
dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan
yang mengakibatkan patah tulang).(nanda nic noc)
b. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh
dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada
pegelangan tangan. (nanda nic noc)
c. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis. (nanda nic noc)

3. Faktor resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur terbuka
diantaranya adalah tekanan yang berlebih besar dari yang bisa diterima oleh
tulang, cedera olahraga, terjatuh, dan kecelakaan atau perkelahian, perubahan
struktur tulang, dan pekerjaan tertentu. (Sistem Muskuloskeletal jilid 2)

4. Manifestasi klinik
a. Tidak dapt menggunakan anggota gerak.(nanda nic noc)
b. Nyeri pembengkakan
c. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
d. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di
kamar mandi pada orangtua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olahraga)
e. Gangguan fungsio anggota gerak
f. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas.
Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
g. Kelainan gerak
h. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen
satu dengan lainnya.
i. Kehilangan fungsi (nanda nic noc)

5. Klasifikasi
a. Fraktur tertutup (simple fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang
fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak
tercemar oleh lingkungan/tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat (menurut R. Gustino), yaitu:
Derajat I :
- Luka < 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
- Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
- Kontaminasi minimal
Derajat II :
- Leserasi > 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
c. Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture). Fraktur dengan komplikasi
adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, de-layed
union,non-union, dan infeksi tulang.

6. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari
luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Ini biasanya terjadi pada fraktur.

2. Komplikasi Dalam Waktu Lama


a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karenn\a penurunan suplai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan
karena aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut
atau miring Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi
yang baik.

7. Patofisiologi
Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma.
Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil,
atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang
patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi.
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
tulang sejati
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang
berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya
serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen.
Pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri akut

Perub jaringan sekitar Kerusakan fragmen tulang

Tek sumsum tulang lebih


Pergeseran fragmen tulang Spame otot
tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tek kapiler Melepaskan ketekolamin

Ggn fungsi ekstremitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak

Hambatan mobilitas fisik Protein plasma hilang Bergabung dengan trombosit

Laserasi kulit Edema


emboli

Penekanan pembuluh
Menyumbat pembuluh
darah
darah

Putus vena/arteri Kerusakan integritas kulit


Resiko infeksi Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

pendarahan Kehilangan volume cairan Resiko syok (hipovolemik)


8. Pemeriksaan diagnostik
a. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
b. Ctscan tulang: memperlihatkan faraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
c. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
d. Hitung darash lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
e. Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal

9. Algoritma kasus
1. Pengkajian Kasus FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT
IGD RS :
Tulis dengan Huruf
Kapital! Berikan
tanda ceklis 
Tgl/ jam : 6 oktoner 2020 No. RM : 105009

Transportasi : kendaraan pribadi Diagnosis Medis: Combustion / Luka Bakar

TRIAGE
:  
 L2 L4
L1  L5
 L3
Nama : Ny. A Sumber Informasi : Tn. M
PRIMER SURVEY

IDENTITAS

Umur : 35 Tahun Hubungan : Saudara Pasien

Agama : Islam Cara datang:


 Berjalan
Pendidikan : SMA
 Ambulans
Pekerjaan : Wiraswasta  Kendaraan
pribadi  Lain :
Suku / bangsa : Tolaki
………………...
Jenis Kelamin : Perempuan
Datang dari:

Alamat : Mandonga  Rumah


 Rumah sakit : ………………………..
Status Perkawinan : Menikah
 Puskesmas : ………………………..
 Lain : dari lokasi kecelakaan
Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri
Jalan nafas  Paten  Tidak Paten
AIRWAY

:
 Lidah  Benda Asing  Tidak ada
 Cairan
Obstruksi  Muntahan   Oedema
: Darah/sputum
 Tidak ada

 Snoring
Suara nafas  Gurgling
: 
Stridor/crow
ni ng
 Wheezing
 Ronkhi
Keluhan lain : tidak ada keluhan

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

Nafas  Spontan  Tidak Spontan  Normal


BREATHNG

Gerakan dinding dada  Simetris  Asimetris


Irama nafas  Cepat  Dangkal
Pola nafas  Teratur  Tidak Teratur
Jenis Suara nafas  Dispneu  Kusmaul
 Cyene
 Vesikuler  Stridor
Stoke
Cuping hidung  Ada  Tidak ada
 Wheezinng
Retraksi otot bantu  Ada  Tidak ada
 Ronchi
nafas  Dada  Perut
RR: 19
Pernafasan
x/mnt
Keluhan lain : tidak ada keluhan

Masalah keperawatan :
Nadi :  Teraba  Tidak Teraba N: 94 x/mnt
CIRCULATION

Tekanan Darah : 110/70 mmHg  Tidak


Pucat :  Ya
 Tidak
Sianosis :  Ya
 ˃ 2 dtk
CRT :  < 2 dtk
 hangat
Akral :
Perdarahan :  Ya  Tidak ada

 Lokasi 1/3 radius dextra  Tidak


 Jumlah
 Ada...cc  Tidak
Turgor

 Elastis
Diaphoresis
Riwayat kehilangan cairan  Muntah
 Ya
berlebih
 Ya

 Diare  Luka
Bakar
Keluhan lain:

Masalah keperawatan : resiko syok hipovolemik

Kesadaran   Verbal  Pain  


DISABILITY

AVPU Alert/Awake Deliriu Somnolen Unresponsive  Koma


GCS Composmen m  Motorik :  Apatis
Pupil ti Verbal :  Pinpoint
Refleks Cahaya  Eye :  Unisokor
 Medriasis
Refleks  Isokor  Tidak Ada

Fisiologis ...................
 Ada
Refleks ...................
Patologis  Patela (/-)
 Babinzky (/-) ...................
Kekuatan Otot  Kernig (/-)

Lain.................
Keluhan lain:

Masalah keperawatan :
And ENVIROTMENT CONTROL
EXPOSURE

Deformitas  Ya  Tidak  Lokasi ...............................


Contusio  Ya  Tidak  Lokasi ...............................
Abrasi  Ya  Tidak  Lokasi ...............................
Penetrasi  Ya  Lokasi ...............................
 Tidak
Laserasi  Ya  Lokasi ...............................
 Tidak
Edema  Ya  Lokasi ...............................
 Tidak
Luka Bakar  Ya  Lokasi l
 Tidak
Jika terdapat Grade ......%  Lokasi 1/3 radius dextra
Luka/ vulnus,  Luas Luka
kaji:  Warna Dasar Luka
Kedalaman Luka
Keluha lain: adanya kerusakaan permukaan
kulit

Masalah Keperawatan : kerusakan integritas


kulit

TD: 110/70 mmHg RR: 19 x/ menit HR:

Saturasi oksigen :-

Monitoring jantung :  sinus bradikardi  sinus takikardi

Kateter urine :  ada  tidak ada

Pemasangan NGT :  Ada, warna cairan lambung :  Tidak


Terapi Medis:
Lain-lain:

Masalah keperawatan :
Pemeriksaan Diagnostik :

 RONTGEN  CT-SCAN  USG 


GIVE COMFORT FULL SET VITA SIGNS, FIVE INTERVENTIONS, And FACILITATION Of

EKG  ENDOSKOPI  Lain-lain, ... ...


Hasil :

EKG :

Foto thoraks :
FAMILY

Nyeri :  Ada  Tidak Ada

Problem : nyeri akibat cedera

Qualitas/ quantitas : nyeri seperti di tusuk tusuk

Regio : 1/3 radius dextra

Skala : skala 5

Timing : nyeri muncul secara terus menerus

Lain-lain

Masalah keperawatan : nyeri akut


Mekanisme cidera (trauma) : cedera karna kecelakaan lalu lintas
SECONDARY SURVEY

HISTORY

Sign / tanda gejala : ada luka dan terjadi perdarah masif mada radius dextra

Alergi : tidak ada alergi

Medication / pengobatan :

Post Medical History :

Last Oral Intake/ meal:

Event Leading Injury/ onset:

(fokus pemeriksaan pada daerah trauma / sesuai kasus nontrauma )


HEAD TO TOE

Kepala dan Leher:

Inspeksi :

Kepala : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada perdarahan

Leher : tidak ada edema tidak ada pembesaran vena jagularis dan kelenjar tiroid

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

Dada (kardiovaskular)

Inspeksi : simetris kiri dan kanan tidak ada lesi, lecet, memar, ruam, ekpansi dada normal,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

Abdomen:

Inspeksi : simetris bentuk datar tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


Auskultasi : bising usus normal

Pelvis:

Inspeksi : tidak ada kelainan

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Ektremitas Atas/Bawah:

Inspeksi : tampak luka dan fraktur pada ekstremitas atas pada lengan bagian bawah

Palpasi : terdapat nyeri tekan

Neurologis :

Keluhan lain: nyeri

Masalah keperawatan : nyeri akut


Posterior:
INSPECT THE POSTERIOR SURFANCE

Jejas: tidak ada

Perubahan warna

Luka:

Krepitasi: ada

Deformitas: tidak ada

Dislokasi : ada

Nyeri: ada

Keluhan lain:

Masalah keperawatan :

2. Diagnosa Keperawatan
1.nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. resiko hipovolemia berhubungan dengan
3. resiko kerusakan integritas kulit

Analisa data
Data subjektiv Data objektiv
- Klien mengatakan nyeri - Skala nyeri 5
- Nampak perdarahan
- TD 110/70 mmHg
- RR 18 x/menit
- N 95 x/menit
- CRT <2detik

Jam Diagnosa Intervensi Implementasi evaluasi


Nyeri akut Manajemen nyeri 1. Observasi TTV S : klien
berhubungaan 1. Observasi TTV Hasil : mengatakan nyeri
dengan agen 2. identifikasi lokasi, TD 110/70 mmHg O : skala nyeri 5
pencedera fisik karakteristik, durasi, RR 18 x/menit A : nyeri akut
frekuensi, kualitas, N 94 x/menit belum teratsi
Dibuktikan dengan intensitas nyeri S 36 C P : intervensi
Ds : klien 3. identifikasi skala nyeri 2. Mengidentifikasi skala dilanjutkan
mengatakan nyeri 4. indentifikasi faktor yang nyeri
Do : skala nyeri 5 memperberat dam Hasil :Skala nyeri 5
memperingan 3. Mengidentifikasi faktor
5. ajarkan teknik yang memperberat dan
nonfarmakologi untuk memperingan nyeri
mengurangi rasa nyeri Hasil :Jika menggerakan
6. fasilitasi istirahat dan tidur lengan
7. anjurkan menggunakan 4. Mengajarkan teknik
analgetik secara tepat norfamakologi untuk
8. kolaborasi pemberian mengurangi rasa nyer
analgetik ( distraksi dan teknik nafas
dalam)
Hasil : klien mampu
melakukan teknik nafas
dalam
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
Hasil:

hipovolemia Manajemen hipovolemia S:-


berhubungan 1. Memeriksa tanda dan gejala O : nampak
dengan kehilangan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemi perdarahan masif
cairan aktif hipovolemia Hasil: A : masalah belum
2. Monitor intake ouput cairan N : 94 x/menit teratas
Dibuktikan dengan 3. Berikan asupan cairan oral CRT > 2 detik P : intervensi
Ds : nampak 4. Memberikan posisi Terdapat perdarahan masif dilanjutkan
perdarahan masih modified trendelenberg pada radius dexra
pada 1/3 5. Kolaborasi pemberian 2. Memberikan posisi modified

radius dextra cairan IV isotonis (mis. trendelenberg


Nacl, RL) Hasil :
6. Kolaborasi pemberian Posisi klien modified
cairan hipotonis (mis. trendelenberg
Glukosa 2,5%, Nacl 0,4%) 3. Melakukan balut tekan
7. Kolaborasi pemberian Hasil :
cairan koloid (mis. 4. Kolaborasi pemberian cairan
Albumin, Plasmanate) IV
8. Kolaborasi pemberian Hasil :
produk darah Terpasang infus RL pada
Balut Tekan(I.02028) lengan klien
9. Monitor perban untuk
memantau drainase luka
10. Monitor jumlah dan warna
cairan drainase dari luka
11. Periksa kecepatan dan
kekuatan denyut nadi distal
12. Periksa akral, kondisi kulit
dan ppengisian kapiler
distal
13. Pasang sarung tangan
14. Tinggikan bagian tubuh
yang cedera di atas level
jantung, jika tidak ada
fraktur
15. Tutup luuka dengan kasa
tebal
16. Tekan kasa dengan kuat di
atas luka
17. Fiksasi kassa dengan
plester setelah perdarahan
berhenti
Tekan arteri (pressure
point) yang mengarah ke
area
Kerusakan 1. Identifikasi penyebab 1. mengidentifikasi penyebab S :-
integritas kulit gangguan integritas kulit gangguan integritas kulit O :nampak adanya
berhubungan 2. Anjurkan minum air yang hasil : luka pada lengan
dengan cukup terdapat luka terbuka pada bagian bawah
3. Anjurkan meningkatkan radius dextra A : masalah belum
asupan nutrisi 2. Anjurkan minum air yang teratasi
4. Annjurkan meningkatkan cukup P : intervensi
asupan buah dan sayur Hasil : dilanjutkan
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Annjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal jilid 2. Jakarta: EGC
Nuratif,Amin Huda & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
s

Anda mungkin juga menyukai