Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN JOURNAL READING

EFFICACY OF AZOLE ANTIFUNGAL IN TREATMENT OF PITYRIASIS


VERSICOLOR

Diajukan untuk melengkapi syarat kepaniteraan senior


Bagian Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Annisa Setyadi 22010117220105
Riyan 22010117220212 Indah Dayanti 22010117220211
Mita Anindita.T 22010117220109
Naufaldi Dary H. 22010117220042
Hafshah 22010117220041
Indah Dayanti Darwis
Monica Destiani 22010117220045
22010117220211
Ngesti Anggita M. 22010117220047
Josephine Ch. Dj. 22010117220102
Hikmatunnisa T.A 22010117220040

Pembimbing :
Dr. Widyawati, Sp. KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
KOTA SEMARANG
2019

EFFICACY OF AZOLE ANTIFUNGAL IN TREATMENT OF PITYRIASIS


VERSICOLOR

1 1 1 1
Van Tran Cam , Thuong Nguyen Van , Khang Tran Hau , Doanh Le Huu , Phuong
1 1 1 2*
Pham Thi Minh , Sau Nguyen Huu , Thu Nguyen Minh , Marco Gandolfi ,
2 2 3,4 5
Francesca Satolli , Claudio Feliciani , Michael Tirant , Aleksandra Vojvodic ,
4
Torello Lotti

1 2
National Hospital of Dermatology and Venereology, Hanoi, Vietnam; Unit of
3
Dermatology, University of Parma, Parma, Italy; University of Rome G. Marconi,
4 5
Rome, Italy; Psoriasis Eczema Clinic, Melbourne, Australia; Department of
Dermatology and Venereology, Military Medical Academy of Belgrade, Belgrade,
Serbia

ABSTRAK
TUJUAN : Membandingkan terapi itrakonazol tanpa kombinasi, flukonazol yang
dikombinasikan dengan ketokonazol, dan ketokonazol tanpa kombinasi dalam
pengobatan pasien dengan pityriasis versicolor.
BAHAN DAN METODE : Sebanyak 240 pasien pityriasis versikolor (yang telah
dikonfirmasi dengan tes KOH dan kultur) diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
Flukonazol 300 mg selama satu minggu dan 2% ketokonazol foam dua kali seminggu
selama 2 minggu (Kategori I), Itrakonazol 200 mg setiap hari untuk satu minggu
(kategori II); Ketokonazol foam 2% setiap hari selama 2 minggu (Kategori 3).
Penilaian klinis (warna makula, skala, pruritus) dan mikologi dilakukan setelah 4
minggu menjalani terapi.
HASIL : Setelah 4 minggu terapi, penyembuhan secara klinis diamati pada 62,4%
(Kategori I), 36,3% (Kategori II) dan 37,5% (Kategori III).
KESIMPULAN : Dalam penelitian kami didapatkan bahwa rejimen yang paling
efektif untuk terapi pasien dengan PV adalah flukonazol 300 mg selama satu minggu
dikombinasikan dengan ketoconazole 2% dua kali seminggu selama 2 minggu.

PENDAHULUAN
Pitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur superfisial kronik yang
disebabkan oleh Malassezia sp. Penyakit ini ditandai dengan lesi hiperpigmentasi,
macula dan bercak hipopigmentasi pada wajah, tubuh bagian atas, punggung, dada,
sejajar dengan kepadatan kelenjar sebasea. Beberapa antijamur topikal dan sistemik
efektif mengatasi infeksi pitiriasis versikolor. Namun, sering terjadi kekambuhan.
Oleh karena itu, pendekatan tatalaksana menggunakan regimen yang efektif, aman
dan terjangkau harus dipertimbangkan.
Penelitian kami bertujuan untuk menilai dan membandingkan kemanjuran dan
keamanan flukonazol oral yang dikombinasikan dengan sabun ketoconazole,
itraconazole oral dan sabun ketoconazole saja.

SAMPEL DAN METODE PENELITIAN


Sebanyak 240 pasien dengan pityriasis versicolor pada usia lebih dari 16
tahun yang datang ke klinik dermatologi dari bulan Januari 2016 hingga Desember
2016 dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien dengan infeksi jamur superfisial dan
sistemik, riwayat pengobatan dengan obat antijamur oral beberapa bulan sebelumnya
atau dengan obat anti-jamur topikal selama 1 minggu, wanita hamil, dan pasien
dengan penyakit kronis lain dieksklusi dari penelitian.
Pasien yang memenuhi syarat secara acak menerima salah satu dari beberapa
kategori rejimen pengobatan berikut: Kategori I: Fluconazole 300 mg seminggu
selama 2 minggu dan sabun/busa ketoconazole 2% dua kali seminggu dalam 2
minggu; Kategori II: Itraconazole 200 mg setiap hari selama 1 minggu, kategori III:
sabun/busa ketoconazole 2% setiap hari dalam 2 minggu.
Tanda dan gejala klinis seperti pruritus, hipo atau hiperpigmentasi, dan
deskuamasi diklasifikasikan menjadi (0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat),
pengukuran lesi (0= tidak ada, 1= <10% luas permukaan tubuh, 2= 10 - 30% luas
permukaan tubuh, 3= >30% luas permukaan tubuh).
Sekelompok yang terdiri dari 240 pasien pityriasis versikolor secara acak
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok: Flukonazol 300 mg seminggu dan sabun/busa
ketokonazol 2% dua kali seminggu selama 2 minggu (Grup I), Itrakonazol 200 mg
setiap hari selama 1 minggu (Grup II); Sabun/busa ketokonazol 2% setiap hari selama
2 minggu (Grup 3).

HASIL
Selama periode penelitian, 240 pasien terdaftar dalam penelitian kami, yaitu
dalam kelompok itraconazole, kelompok flukonazol terkait dengan sampo
ketoconazole, dan kelompok ketoconazole foam. Tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistik mengenai usia, jenis kelamin, dan keparahan penyakit pada pasien
dalam kelompok tersebut sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 (p> 0,05).
Tabel 1. Karakteristik pasien

Pemeriksaan mikologis menjadi faktor terpenting dalam menentukan efikasi


pengobatan. Hasil negatif menunjukkan bahwa pasien telah pulih dari
mikroorganisme meskipun lesi kulit ada. Hal ini dilaporkan dalam penelitian kami
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2, dengan hasil pemeriksaan mikologis negative
tertinggi pada kelompok 1 (81,3%) dan terendah pada kelompok 3 (60%).
Tabel 2. Penilaian klinis dan mikologi setelah terapi selama 4 minggu

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa 53/80 pasien (66,3%) yang diobati dengan
itrakonazol 200 mg selama 7 hari menunjukan hasil pemeriksaan KOH yang negatif.
Seperti yang dilaporkan dalam penelitian kami, tingkat penyembuhan tertinggi terlihat
pada kelompok 1 (81,2%), diikuti oleh kelompok 2 (66,3%) dan kelompok 3 (60,0%).
Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok 1 dan kelompok
2 (p <0,01), serta kelompok 1 dan 3 (p < 0,05).
Dalam penelitian kami, pertama kali diterapkan flukonazol rejimen-oral baru
300 mg/minggu dikombinasikan dengan ketoconazole 2% foam 3 kali seminggu
selama 2 minggu. Angka kesembuhan keseluruhan setelah 4 minggu sebesar 81,2%.
Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Badri T (90%), dengan tingkat
relaps yang tidak dinilai dalam kedua penelitian. Dibandingkan dengan pengobatan
dengan flukonazol saja dalam penelitian Montero-Gei, 90% pasien dengan tinea
versicolor secara acak menjalani pengobatan dengan 450 mg flukonazol dosis
tunggal, dua dosis flukonazol 300mg diberikan untuk satu minggu, atau itrakonazol
200 mg setiap hari selama 7 hari. Di akhir pengobatan, angka kesembuhan untuk
itraconazole (20%) secara signifikan lebih tinggi (P = 0,024) dibandingkan dengan
flukonazol 450 mg (0%).

Gambar 1. Efikasi pengobatan setelah 4 minggu

DISKUSI
Terdapat 91% pasien yang diterapi dengan menggunakan fluconazole oral dan
2% pasien menggunakan ketoconazole pada peneliatian Talel Badri. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Konzo, 100% pasien yang diterapi dengan menggunakan krim
ketoconazole 2% selama 5 minggu, hasil pemeriksaan KOH nya adalah negatif. Telah
dijelaskan pada penelitian Mehme Karaka, yaitu 77% dan 77.5% pasien yang diobati
dengan fluconazole 300 mg selama 2 minggu memiliki hasil pemeriksaan jamur yang
negatif setelah 4 minggu. Pada beberapa penelitian fluconazole diaplikasikan dengan
beragam durasi dan dosis untuk terapi tinea versikolor (450mg/dosis
tunggal,400mg/dosis tunggal,300mg dengan selang 1 minggu,300mg/minggu selama
2 minggu,150mg/miggu selama 4 minggu). Pada penelitian ini, persentase
kesembuhan bervariasi dari 44%-100%. Berdasarkan penelitian, tenaga medis dapat
menggunakan regimen 300 mg per minggu selama 2 minggu sebagai pilihan terapi
tinea versikolor.
Terdapat beberapa penelitian yang menerapkan terapi dengan bentuk sediaan
sampo dan sabun ketoconazole untuk pengobatan tinea versikolor. Berdasarkan
penelitian Di Fonzo [3], angka kesembuhan teramati pada 100% pasien setelah
mendapatkan 2 minggu pengobatan dengan sampo ketoconazole 1% dan 2%. Disisi
lain, angka kesembuhan yang teramati yaitu sebanyak 81%, 55% dan 72% pasien
berdasarkan penelitian dari Rigoponlos (2007), Cantrell (2014) dan Shi (2014) [6],
[7], [8].

Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan penilaian pada salah satu regimen
obat anti jamur yang paling umum di Vietnam, yaitu itraconazole 200mg yang
diberikan setiap hari selama 7 hari. Penelitian Kose et al. melaporkan angka
keberhasilan terapi yang setara antara pemberian itraconazole dosis 200 mg setiap
hari selama 7 hari dengan itraconazole dosis tunggal 400 mg [9]. Sedangkan, pada
penelitian Kokturk et al., dilaporkan angka keberhasilan terapi yang lebih besar pada
pemberian itraconazole dosis 400 mg/hari selama 3 hari dan itraconazole 200 mg/hari
(selama 5 hari) dibandingkan dengan pemberian itraconazole 400 mg dalam 1 hari
[5]. Hal tersebut juga ditunjukkan pada penelitian ini bahwa angka kesembuhan
teramati pada 66,3% pasien yang diberikan terapi berupa itraconazole 200mg/hari
selama 7 hari. Apabila kesembuhan dan perbaikan kondisi umum pasien
dipertimbangkan, maka tingkat responsifitas terapi pada tiga kelompok perlakuan
dapat dibandingkan (97, 100, dan 97% untuk fluconazole 450 mg, fluconazole 300
mg, dan itraconazole, masing-masing) [10].
Hasil yang tidak serupa antara penulis dapat dijelaskan dengan adanya
perbedaan pada kriteria untuk penilaian keberhasilan. Kecepatan penyembuhan jamur
selalu lebih tinggi daripada kecepatan penyembuhan klinis pada semua grup studi.
Sebagaimana penyembuhan jamur hanyalah kriteria yang dapat dipercaya dalam
menilai tingkat kesembuhan, hal ini menyatakan proporsi pasien yang membaik
secara klinik ditandai dengan adanya perubahan warna residual (biasanya
hipopigmentasi).
Kesimpulannya, terapi topical yang dikombinasikan dengan terapi sistemik
efektif terhadap tinea versikolor, terutama pada penyakit yang luas, sering kambuh,
atau riwayat pengobatan topikal yang gagal. Dalam penelitian ini, peneliti
menemukan tingkat kesembuhan mikologis tertinggi, 62,4%, dengan dosis oral
tunggal flukonazol 300mg bersama dengan ketokonazol foam 2% dua kali seminggu,
lebih tinggi dibandingkan dengan terapi itraconazole 200 mg yang diberkan setiap
hari selama satu minggu (35,3%) dan ketoconazole foam (37,5%).

DAFTAR PUSTAKA
1. Prohic A, Jovovic-Sadikovic T, Krupalija-Fazlic M, Kuskunovic- Vlahovljak S .
Malassezia species in healthy skin and in dermatological conditions. Int J Dermatol.
2016; 55(5):494-504. https://doi.org/10.1111/ijd.13116 PMid:26710919

2. Badri T, Hammami H, Bzioueche N, Zouari B, Mokhtar I. Comparative clinical


trial: fluconazole alone or associated with topical ketoconazole in the treatment of
pityriasisversicolor. Tunis Med. 2016;94(2):107-111. PMid:27532525

3. Di Fonzo EM, Martini P, Mazzatenta C, Lotti L, Alvino S. Comparative efficacy


and tolerability of Ketomousse (ketoconazole foam 1%) and ketoconazole cream 2%
in the treatment of pityriasisversicolor: results of a prospective, multicentre,
randomised study. Mycoses. 2008; 51(6):532-535. https://doi.org/10.1111/j.1439-
0507.2008.01508.x PMid:18422916

4. Karakas M, Durdu M, Memisoglu HR. Oral fluconazole in the treatment of


tineaversicolor. J Dermatol. 2005; 32(1):19-21. https://doi.org/10.1111/j.1346-
8138.2005.tb00707.x PMid:15841655

5. Kokturk A, Kaya TI, Ikizoglu G, Bugdayci R, Koca A. Efficacy of three short-term


regimens of itraconazole in the treatment of pityriasisversicolor. J Dermatolog Treat.
2002; 13(4):185-187. https://doi.org/10.1080/09546630212345676 PMid:19753739

6. Rigopoulos D, Gregoriou S, Kontochristopoulos G, Ifantides A, Katsambas A.


Flutrimazole shampoo 1% versus ketoconazole shampoo 2% in the treatment of
pityriasisversicolor. A randomised double-blind comparative trial. Mycoses. 2007;
50(3):193-195. https://doi.org/10.1111/j.1439-0507.2006.01352.x PMid:17472615

7. Cantrell WC, ElewksiBE. Can pityriasisversicolor be treated with 2% ketoconazole


foam? J Drugs Dermatol. 2014; 13(7):855-859. PMid:25007370

8.ShiTW,ZhangJA,TangYB,YuHX,LiZG,YuJB.A randomized controlled trial of


combination treatment with ketoconazole 2% cream and adapalene 0.1% gel in
pityriasisversicolor. J Dermatolog Treat. 2015; 26(2):143-146.
https://doi.org/10.3109/09546634.2014.921661 PMid:24802530

9. Mohanty J, Sethi J, Sharma M. Efficacy of itraconazole in the treatment of


tineaversicolor. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2001; 67(5):240-241.
PMid:17664760

10. Kose O, BulentTastan H, RizaGur A, Kurumlu Z. Comparison of a single 400 mg


dose versus a 7-day 200 mg daily dose of itraconazole in the treatment of
tineaversicolor. J Dermatolog Treat. 2002;13(2):77-79.
https://doi.org/10.1080/095466302317584430 PMid:12060506

11. Mohanty J, Sethi J, Sharma M. Efficacy of itraconazole in the treatment of


tineaversicolor. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2001; 67(5):240-241.
PMid:17664760

12. Chokoeva AA, Wollina U, Lotti T, Maximov GK, Lozev I, Tchernev G.


Psoriasiform Dermatophytosis in a Bulgarian Child. Open Access Maced J Med Sci.
2018; 6(1):118-119. https://doi.org/10.3889/oamjms.2018.009 PMid:29484004
PMCid:PMC5816278

Anda mungkin juga menyukai