Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Tauffan Hidayatullah Norman

NIM : 06111181823003\

RANGKUMAN JURNAL TENTANG “THE PHYSICS LABORATORY - A HISTORICAL


OVERVIEW AND FUTURE PERSPECTIVE”

Laboratorium adalah tempat yang tepat untuk digunakan sebagai fasilitas mengajar dan
belajar mengenai terutama mengenai ilmu pengetahuan alam. Terutama dapat digunakan oleh
peserta didik dalam membahas atau memecahkan soal secara nyata.

A. Tujuan dari Laboratorium Fisika : Pembahasan Sejarah Singkatnya

Secara umum, tujuan laboratorium adalah sebagai sarana utama untuk mengajar sains. Selain
itu, banyak sekali teori yang mengemukakan tujuan dari pengadaan laboraorium terutama
laboratorium. Tujuan-tujuan dari pengadaan laboratorium ini sudah mulai dikemukakan sejak
tahun 1960 an- hingga 1990 an. Namun, dari tahun 1960 an hingga 1970 an mengenumakakan
teori tenttang tujuan laboratorium bahwasanya tujuan laboratorium adalah untuk meningkatkan
keterampilan dan kemampuan dalam pembelajaran sains. Namun sejak tahun 1980 an tujuan
laboraturium mengalami sedikit perubahan atau dapat dikatakan penambahan tujuan. Dimana,
hal ini dipengaruhi karena adanya teori belajar konstruktivisme. Oleh karena itu, muncullah
tujuan baru laboratoium fisika yang sudah ditetapkan yaitu :

1. Seni bereksperimen
2. Keterampilan eksperimental dan analitis
3. Pembelajaran Konseptual
4. Memahami pengetahuan dasar dalam fisika
5. Mengembangkan keterampilan belajar kolaboratif
B. Model Pembelajaran Konstruktivis

Sebelum adanya model pembelajaran konstruktivis, model pembelajaran yang diterapkan


kepada siswa masih menggunakan model pembelajaran yang tradisional. Karena model
pembelajaran tradisional ini diyakini tidak efektif dalam membangun pemahaman mereka akan
materi pembelajarannya. Model pembelajaran seperti ini juga mencegah siswa untuk aktif dan
mampu mengembangkan ide-idenya untuk berpikir kritis. Oleh karena permasalahan ini, di
buatlah model pembelajaran baru, yaitu model pembelajaran konstruktivis. Model pembelajaran
konstruktivis diyakini merupakan model pembelajaran yang mampu mempermudah proses
transfer pemahaman dari guru ke siswa. Dikenal dengan adanya konstruktivisme pribadi yang
didasarkan pada pandangan peserta didik sebagai aktif dan bertujuan dalam proses pembelajaran
dan terlibat dalam membawa pengetahuan mereka sebelumnya untuk membangun makna dalam
situasi baru.

Dalam penerapan model pembelajaran konstruktivisme peserta didik diberi kesempatan


untuk mengalami apa yang mereka pelajari secara langsung dengan diberi waktu berpikir untuk
memahami apa yang mereka pelajari. Oleh karena itu, penggunaan laboratorium dalam
penerapan konstruktivis dinilai tepat, karena dengan penggunaan laboratorium siswa dapat
melakukan penyelidikan dan mampu mengembangkan ide-denya secara aktif.

C. Model Pendekatan Tradisional VS Model Pendekatan Kontruktivis dalam Pembelajaran


Fisika di Laboratorium.

Penggunaan laboratorium terutama laboratorium fisika dalam pembelajaran fisika memang


dinilai sangat bagus dalam meningkatkan pemahaman peserta didik. Namun, hal ini berlaku jika
peserta didik tersebut memang benar-benar paham akan prosedur atau tata cara penggunaan alat
alat laboratorium. Untuk peserta didik yang tidak paham akan hl ini, tentunya akan berdampak
sebaliknya terhadap pemahaman peserta didik. Karena penggunaan laboratorium bukanlah hal
yang mudah bagi mereka, sehingga hal ini menjadi permasalahn baru dalam penerapannya.
Biasanya permasalahan seperti ini ditimbulkan karena salahnya penerapan model pendekatan
yang digunakan. Permasalahan seperti ini dinilai ditimbulkan model metode pembelajaran yang
masih tradisional, dimana metode ini digunakan pada tahun 1960 an. Model pendekata
tradisional ini membuat siswa hanya terpaku dari satu sumber dan tidak dapat mengembangkan
ide-idenya secara mandiri

Berbeda dengan model pendekatan konstruktivisme, dengan menggunakan metode ini setiap
siswa diberi kesempatan untuk secara aktif membangun dan merekontruksi pemahamannya
dalam konteks sosial, dari pada menerimanya dari guru, buku teks, atau manual laboratorium.
Dalam hal ini guru hanya berperan untuk menengahi atau membantu membangun pemahaman
peserta didik.
D. Laboratorium Berbasis Komputer Mikro

Perkembangan teknologi yang pesat tentunya memicu munculnya media atau alat yang
berbasis digilal untuk pembelajaran fisika . salah satunya adalah “Simulasi Eksperimen”.
Simulasi eksperimen merupakan salah satu bentuk dari laboratorium yang berbasis mikro.
Diyakini, penerapan laboratorium berbasis mikro mendukung prinsip-prinsip dari
konstruktivisme. Dibandingkan dengan laboratorium manual, laboratorium berbaiss
komputer mikro memiliki cukup banyak keunggulan yang tentunya keunggulan tersebut
membantu siswa dalam pembelajaran fisika. Karena laboratorium yang berbasis komputer
mikro ini mampu menampilkan atau mengolah dari data hasil pengamatan yang real.
Sehingga hampir tidak ada bedanya dengan laboartorium manual, bahkan penggunaan
laboaratorium jenis lebih tentunya lebih memudahkan siswa. Tidak hanya itu, laboaratorium
jenis ini juga mampu meningkatkan pemahman siswa mengenai keterampilan grafik. Karena
laboratorium berbasis komputer mikro mendukung prinsisp-prinsip konstruktivisme, hal ini
tentunya akan membuat siswa mempunyai keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran.
Pada intinys, penggunaan laboratorium berbasis komputer dalam pembelajaran dinilai bagus
dalam mencapai tujuan-tujuan dari laboratorium fisika itu sendiri yang sudah di jabarkan
pada point A sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai