MEDULA SPINALIS
Disusun Oleh:
NAMA : INDRAWAN
NIM : 18.018
KELAS : III A
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
Masalah/Topik Penelitian‖.
Keperawatan Gerontik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik,
koreksi, dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Bab 1 Pandahuluan
2.11 WOC............................................................................................ 19
iii
Bab 3 Asuhan Keperawatan Trauma Medula Spinalis.................................. 22
Bab 4 Penutup................................................................................................ 30
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
dengan perkiraan 20.000 cedera baru yang terjadi setiap tahun. Insiden
sekitar 200.000 pasien di Amerika Serikat. Dari pasien SCI ini 50-70%
atau lebih muda. Rasio kejadian pada pria dan wanita adalah 4:1.
adalah sekitar US $ 4 miliar per tahun. Oleh karena itu, Spinal cord
5
kekerasan (15%), dan cedera yang berhubungan dengan olahraga (13%).
olahraga (24%) dan kegiatan rekreasi air (13%). Dalam tampilan grafik
29% terjadi pada servikal, 24% pada torakal, 37% pada lumbal, dan 10%
dekubitus dan komplikasi lain dari cedera tulang belakang hingga fase
Thumbikat, 2012).
klien dapat teratasi dan terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut.
6
2. Bagaiman mekanisme Trauma Medula Spinalis?
7
7. Mengidentifikasi penatalaksanaan dan algoritma medis Trauma
Medula Spinalis
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sistem kontinu dengan batang otak yang keluar dari hemisfer serebral dan
memberikan tugas sebagai penghubung otak dan saraf perifer, seperti pada
kedua adalah akar saraf, yang memanjang melebihi konus, dan disebut
kauda equina dimana akar saraf ini menyerupai akar kuda. Saraf-saraf
satu untuk setiap sisi tubuh. Seperti otak, medula spinalis terdiri atas
substansi grisea dan alba. Substansi grisea di dalam otak ada di daerah
(atlas).
9
Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus
tetapi hanya berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini
Vertebrata Thoracalis.
e. Os. Coccygis.
mengalami rudimenter.
10
lengkung aslinya kebelakang dari hidung tulang belakang, yaitu bentuk
badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan
dasri pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong
11
figura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah oleh sebuah
figura sempit.
anggota badan atas dan bawah dan plexus dari daerah thorax membentuk
saraf-saraf interkostalis.
spinalis.
motorik.
otot abdomen dan otot-otot pada kedua anggota gerak bawah, serta
12
2.2 Definisi
yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner &
1999;338) sebagai :
yang disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila Trauma itu
mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita
itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan
2.3 Etiologi
13
Tumor. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medula spinalis
medula spinalis dan akar), mielitis (akibat proses inflamasi infeksi maupun
vascular.
2.4 Klasifikasi
diantaranya:
14
Gambar 2.2 Major Frcture
masih mampu menahan beban fisik dan tidak tampak tanda – tanda
gangguan neurologik.
2. Berdasarkan penyebab
15
3. Berdasarkan letak trauma
4. Berdasarkan mekanisme
sensoris (-)
16
Klasifikasi menurut American Spinal Injury Association
(Chin, 2013)
otot < 3
5. Berdasarkan level
yang memungkinkan
17
6. Berdasarkan klasifikasi lain (Hanafiah, 2007)
daerah cervical.
posterior.
18
Metode Klasifikasi Magerl
(mechanism of failure):
struktur neurologik. Dalam hal ini semua struktur atau organ yang
19
2.5 Patofisiologi
medulla, (lebih salah satu atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap
Sirkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja
hingga 6 kali kadar normal, dimana konsentrasi ini cukup untuk membunuh
neuron. Hal ini dapat terjadi hingga 1 jam setelah cedera. Perbedaan
20
untuk natrium dan kalium dan saluran untuk calcium influx. Akumulasi
kalsium intraseluler dengan kalium efflux telah diamati pada pada SCI
sekunder.
reseptor kappa, mu, dan delta. Opiat berhubungan dengan hipotensi yang
terjadi setelah SCI. Perawatan dengan obat yang dapat bekerja sebagai
bebasnya asam arakidonat dan asam lemak lain dari membran sel. Aktivitas
jaringan. Faktanya, pada model eksperimental aliran darah pada spinal cord
21
terukur pada 40-54% terhadap level kontrol. Penggunaan steroid dan
apakah seluruh corda spinalis cidera berat, (complete) atau hanya terluka
setinggi/diatas leher.
22
masalah tekanan darah, berkeringat abnormal, dan kesulitan
menyebabkan "sindrom cauda equina" yang trejadi cedera pada akar saraf
di daerah ini. Jenis cedera tulang belakang yang seperti ini merupakan
keadaan darurat medis dan membutuhkan operasi segera. Tanda dan gejala
3. Kekebasan (numbness)
4. perubahan sensori
5. nyeri
kehilangan darah
23
2. Renal function and electrolytes: dehidrasi.
4. X-ray :
5. MRI
24
tulang, sedangkan MRI membantu untuk mengidentifikasi tingkat
6. CT myelography
2.8 Penatalaksanaan
Kerusakan jaringan saraf, baik yang terancam maupun yang sudah terjadi
25
(actual and potential neurologic injury) (Hanafiah, 2007). Yang dimaksud
dari korpus vertebralis, lamina dan atau pedikel. Kerusakan dari jaringan
1. Immobilisasi
2. Stabilisasi Medis
26
Terutama pada penderita tetraparesis/etraplegia.
5. Rehabilitasi.
27
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita
paraparesis/paraplegia.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada kasus trauma spinal adalah sebagai
berikut:
penting
yang benar.
28
Gambar 2.7 Algoritma Spinal Cord Injury menurut U.S. National Library
yaitu
29
b. terdapat luka terbuka/ langsung pada wajah, leher, atau
punggung
d. sengatan listrik
adanya
kaki
c. kelemahan
d. kesulitan berjalan
30
g. syok: pucat, kulit lembab, dimgin, bibir dan kuku kebiruan,
h. tidak sadar
immobilisasi
v. Lalu kaji apakah pasien berpotensi unstable. Jika iya, buat rencana
2.9 Komplikasi
(autonomic hyperreflexia)
immobilisasi:
31
Lung infections
Skin breakdown
Muscle contractures
8. Loss of feeling
11. Nyeri
2.10 Prognosis
terbatas
32
4. Prognosis untuk cervical spine fractures and dislocations sangat
33
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. G, usia 28 tahun dibawa oleh polisi ke IRD RSUD Dr. Soetomo
2-4-1, skala nyeri 9. Dari hasil pemeriksaan nadi lemah, tekanan darah
1. Airway
Assessment :
1. Perhatikan patensi
Management :
34
2. Immobilisasi stabilkan leher dalam posisi normal kalau ada
servikal
Alignment‖)
1. Breathing
Assesment
mengembang
vesikuler Management:
2. Circulation
Assesment
60x/menit.
Management
35
2.Pasang kateter untuk mengetahui haluaran urine dan
Disability
Assessment
Respon : Alert
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 241
Pupil : Isokor
Refleks Cahaya : Ada
Keluhan Lain : Nyeri
Management : Lakukan monitoring kesadaran dan kerusakan
syaraf pusat
4. Exposure
Assessment
Deformitas : Tidak
Contisio : Tidak
Abrasi : Tidak
Laserasi : Tidak
Edema : Tidak
Jejas : Terdapat jejas pada leher
Keluhan Lain : Nyeri
Management : Lakukan management nyeri
3.3 Pengkajian
36
6. Riwayat penyakit sekarang: Tn. G dibawa ke rumah sakit setelah
dan tangannya.
mmHg
mengatakan
kesulitan
Dislokasi C 4
bernapas.
DO: RR 29
37
x/mnt, napas Disfungsi C4
pendek, cepat
diafragma
mengatakan
tangan dan
Dislokasi C4
tungkai tidak
bisa digerakkan
digerakkan
Kerusakan fungsi motorik
mengeluh nyeri
pada belakang
Dislokasi C 4
leher
38
DO: pasien
terlihat kesakitan
, skala nyeri 8 Kompresi saraf
Respon nyeri
Nyeri akut
otot diafragma
fungsi motorik
39
4. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan
komplit/sebagian.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pasien akan menunjukkan pola nafas efektif yang
ditandai dengan :
Kriteria hasil : Pemeliharaan ventilasi yang memadai yang dibuktikan dengan tidak
adanya gangguan pernapasan dan hasil dari BGA dalam batas yang dapat
pernafasan
yang sesuai, misal ventilator, insufisiensi respirasi, dan jumlah pemulihan fungsi
masker, nasal kanul, intubasi. otot pernapasan setelah fase syok spinal.
Berikan oksigen masker 3lpm Menyediakan supply oksigen yang adekuat,
40
Memelihara kepatenan jalan nafas: Pasien dengan cedera leher rahim tinggi dan
menjaga kepala dalam posisi yang gangguan muntah / batuk refleks akanmemerlu kan
Alignment‖). paten
Memeriksa serangan tiba-tiba dari Perkembangan emboli paru dapat ―silent‖ karena
dispnea, sianosis dan/atau tanda lain persepsi nyeri mengalami perubahan dan/atau
yang mengarah pada distress thrombosis vena dalam tidak mudah dikenali.
pernafasan.
Auskultasi bunyi nafas. Catat area Hiperventilasi secara umum dapat menyebabkan
intervensi.
Latih otot pernafasan pasien, Untuk mengoptimalkan fungsi pernafasan pasien,
dengan cara pengaturan dari fungsi dan untuk meningkatkan kekuatan otot pernafasan
dipasang ventilator.
41
pereda nyeri nonfarmakologi dan non dan nonfarmakologi lainnya telah
menurunkan ketegangan otot rangka, yang sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan
motorik klien, 30 menit setelah pemberian perawat data yang obyektif untuk mencegah
hari.
Kriteria hasil : produksi urine 50 cc/jam, klien dapat melakukan eliminasi urin dengan atau
sekali
42
Palpasi adanya distensi kandung kemih, Menilai perubahan akibat dari inkontinensia
eliminasi urin.
Kriteria hasil : Mempertahankan posisi fungsi yang dibuktikan dengan tidak adanya
akut atau hingga stabil. Ubah posisi secara hasil dari penyatuan vena (sekunder untuk
seumur hidup
Membantu/mendorong pulmonary hygiene Imobilisasi/bedrest meningkatkan resiko
43
seperti nafas dalam, batuk, suction
infeksi pulmonal.
paralisis lemah
44
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
vertebralis dan lumbali akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
neurologis yang disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Gejala
lokasi cidera dan pada area bawahnya. Klasifikasi dari trauma medula
motorik total) dan tidak komplet (kehilangan dari salah satu fungsi sensori
4.2 Saran
penting bagi kita untuk mengetahui cara menangani atau mencegah cedera
medula spinalis agar tidak terjadi trauma yang lebih fatal atau parah lagi.
sebagai tenaga kesehatan harus tahu cara yang benar dalam penanganan
45
DAFTAR PUSTAKA
U.S.
Care of Patients With Head and Spinal Cord Injuries. chapter 22.
EGC
46
Domeier et al/ 2005. Prehospital clinical findings associated with spinal
Neurological
kedua.
Jakarta : EGC
Tidy, C. 2014. Spinal Cord Injury and Compression. EMIS Egton Medical
and-compression.
Thumbikat, et al. 2009. Acute spinal cord injury. Orthopaedics II: spine and
Urden, Linda D., Mary E. Lough. 2013. Critical Care Nursing - Diagnosis
and
47
White, James P, & Pradeep Thumbikat. 2012. Orthopaedics Ii: Spine And
Pelvis.
48