SYSTEM BIOFLOK Pada Budidaya Bandeng Dan Udang Vaname PDF
SYSTEM BIOFLOK Pada Budidaya Bandeng Dan Udang Vaname PDF
Perlakuan :
(1)Pemeliharaan dengan media kultur biofloc umur
>30 hari sebanyak 10-20% (BFT).
(2)Pemeliharaan dengan sistem green water (Non
BFT)
Calin SPF (WSSV, IHHNV) G-4, berat 99.7 g/ek,
kepadatan 3/m2. durasi 6 bulan (target berat akhir > 120 g).
Pakan segar (ikan teri, cumi dan cacing nereis) 20-25 %
biomass/hari.
Menggunakan tambak seluas 4000 m 2, untuk komoditas
udang windu dan vaname.
Kepadatan tebar:15 ekor/m2 (udang windu) dan 50
ekor/m2 (udang vaname).
Pengaturan C/N rasio melalui aplikasi sumber karbon
menggunakan molase (2-3 kali/minggu) sesuai dengan
input pakan yang diberikan.
Oksigen terlarut dipertahankan tidak kurang dari 4 ppm
menggunakan kincir 1 HP dan blower 3 HP. pH air diukur
setiap hari dan kisaran diupayakan tidak lebih 0.5
unit/hari.
Kultur pada bak beton persegi panjang, vol air 10-20 m3.
Aerasi dasar dengan pipa PVC 0,5 inchi dengan lubang
kecil.
Bahan kultur terdiri tanah dasar tambak setengah basah
sebanyak 100 -200 g atau menggunakan ikan nila.
Sebagai sumber nitrogen diberikan pellet bentuk tepung
dengan kandungan protein sekitar 40 %,100 gram/hari .
Sebagai sumber karbon, setiap hari dilakukan penambahan
molase atau gula merah bersamaan dengan pemberian
pellet udang.
Jumlah molase atau gula merah dihitung berdasarkan
rumus Avnimelech (2009).
Udang diberi pakan komersial (kadar protein 38%)
sebanyak 2-5 kali sehari.
Jumlah pakan berkisar 50% berat biomas (awal
pemeliharaan) dan menurun hingga 2,5% menjelang
akhir pemeliharaan.
Selain pakan buatan, juga ditambahkan sumber karbon
berupa molase dengan frekuensi pemberian 2-3 kali
seminggu. Jumlah karbon yang ditambahkan
berdasarkan pendekatan Avnimelech, 2009, Hal
terpenting dari pendekatan formula ini adalah jumlah
atau kandungan protein pakan perlu diketahui (Protein =
N x 6,25) untuk menentukan potensi N pakan yang
masuk ke dalam media budidaya. Selanjunya rasio C/N
dapat dilakukan dan dipertahankan pada level di atas
10.
Avnimelech, 2009 :
∆C = ∆N/0.05 = 20 N
(Molase)
∆N= jumlah nitrogen pakan yang masuk ke
C/N Ratio = 20
Jumlah carbon yang ditambahkan adalah 46,5 x
20= 930 g
PRODUKTIFITAS KULTUR BIOFLOC
DI BAK BETON
G-1 G-2
0.02
TAN (mg/L)
0.015
0.01
0.005
12/11/2010
1/10/2010
8/10/2010
5/11/2010
3/12/2010
15/10/10
22/10/10
29/10/10
19/11/10
26/11/10
23/9/10
Nilai TAN masih pada kisaran yang aman (lebih rendah) bagi kultivan.
Konsentrasi TAN di atas 2 ppm berbahaya bagi kultivan terlebih lagi jika pH
air mencapai 8 (Boyd, 2008). Pada percobaan ini, nilai TAN masih sangat
rendah (< 0.025 ppm) dan terbukti molase dapat mengendalian TAN dalam
air (Hari et al., 2006).
pH air cenderung stabil selama pemeliharaan dan berkisar 6.6 – 8.4.
Perubahan pH harian rata-rata mencapai 0.5 unit. Nilai ini merupakan
kisaran yang masih layak untuk pertumbuhan udang (Boyd, 2001).
Pengukuran pH tanah berkisar 7,3 – 7,5. Kondisi ini masih berada
pada level yang optimal (pH 7-8) untuk penguraian bahan organik
secara efektif (Boyd, 2004).
Nilai DO pada pukul 00.00 berkisar 3,48-5,15 ppm, sedangkan pagi
hari (04.00) berkisar 3,43-5,09 ppm, sehingga masih layak untuk
mendukung pembentukan biofloc (Avnimelech, 2009) serta
pertumbuhan dan sintasan hewan uji.
Suhu dan salinitas masing-masing 28-31o C dan 28 – 35 ppt masih
pada kisaran optimal untuk pertumbuhan udang. Briggs et al., (2004)
suhu optimum udang vaname berkisar 23 – 30 o C, dan udang
berukuran 12-18 g memerlukan suhu optimum sekitar 27 o C.
1. Pemanfaatan biofloc pada pemeliharaan juvenile
udang vaname maupun pada pendederan benih
bandeng memberikan hasil lebih baik pada
pertumbuhan berat dan panjang benih.
2. keberadaan bioflock pada pembesaran calon induk
udang windu cukup memberi pengaruh positif terhadap
kestabilan beberapa parameter kualitas air.
3. Penambahan sumber karbon seperti tepung terigu,
tapioka dan molase sebagai pembentuk biofloc efektif
dalam mengendalikan kadar amoniak dan nitrit
TERIMA
KASIH