Anda di halaman 1dari 10

MODUL 2 ( HIMPUNAN, RELASI dan FUNGSI)

KEGIATAN BELAJAR 2

A. PENGERTIAN HIMPUNAN dan NOTASINYA

Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan dari objek tertentu yang memiliki definisi yang
jelas dan dianggap sebagai satu kesatuan.
Coba perhatikan contoh berikut ini. 
 Himpunan hewan berkaki dua
 Himpunan bilangan asli 
 Himpunan lukisan yang bagus
 Himpunan orang yang pintar

Cara Menyatakan Himpunan


Secara umum, himpunan disimbolkan dengan huruf kapital dan jika anggota himpunan
tersebut berupa huruf maka anggotanya dituliskan dengan huruf kecil. Terdapat beberapa cara
penulisan himpunan, yaitu
 Dengan kata-kata
yaitu dengan menyebutkan semua syarat ataupun sifat dari anggota himpunan tersebut di
dalam kurung kurawal.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A = {bilangan asli antara 10 dan 40}
 Dengan notasi pembentuk himpunan
yaitu dengan menyebutkan semua sifat dari anggota himpunan tersebut, dengan
anggotanya dinyatakan dalam suatu variabel dan dituliskan di dalam kurung kurawal.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A= {x |10 < x < 40, x ϵ bilangan prima}
 Dengan mendaftarkan anggota-anggotanya
yaitu dengan menuliskan semua anggota dari himpunan tersebut di dalam kurung
kurawal dan tiap anggotanya dibatasi dengan tanda koma.
Contoh: A merupakan bilangan prima antara 10 dan 40
Ditulis menjadi A={11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 33, 37}
B. HUBUNGAN DUA BAGIAN
1. Himpunan Bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota A juga anggota B
dan dinotasikan A ⊂ B atau B ⊃ A.
Contoh soal:
P = {1, 2, 3}
Q = {1, 2, 3, 4, 5}
Maka P ⊂ Q atau Q ⊃ P
Jika ada anggota A yang bukan anggota B, maka A bukan himpunan bagian dari B
dan dinotasikan dengan A ⊄ B.
Contoh Soal:
Q = {1, 2, 3, 4, 5}
R = {4, 5, 6}
Maka R ⊄ Q

2. Dua Himpunan Sama


Disebut sama, jika himpunan A dan B keduanya memiliki anggota yang sama, tanpa
melihat urutannya. berarti himpunan A dan B dikatakan sama jika anggota A
termasuk anggota B, dan demikian juga sebaliknya. Kesamaan himpunan A dengan
himpunan B bisa di tuliskan dengan lambang A = B.

Contoh:

 A = {1, 2, 3} dan B = {3, 2, 1}. Maka A = B, dikarenakan tiap anggota


himpunan A juga ada dalam anggota himpunan B, jugasebaliknya anggota himpunan
B merupakan anggota himpunan A.
 A = {i, n ,d, a, h} dan B = {a, n, d, h, i}. Maka A = B, karena tiap anggota
himpunan A ada pada himpunan B, dan setiap anggota himpunan B ada pada
himpunan A.
 E = {gajah, badak, jerapah, singa} dan F = {singa, jerapah, badak, gajah}.
Maka E = F, karena tiap anggota himpunan E merupakan anggota himpunan F,
sebaliknya anggota himpunan F ada jugapada himpunan E.
3. Dua Himpunan Ekuivalen
Dua himpunan bisa dikatakan Ekuivalen jika jumlah anggota kedua himpunan
tersebut sama tetapi bendanya ada yang tidak sama
Contoh : P = { a, I, u, e, o } ; Q = { 1, 2, 3, 4, 5 }Kedua himpunan P dan Q
anggotanya tidak sama tetapi jumlah anggotanya sama maka himpunan P Ekuivalen
dengan Q, jadi ( P ~ Q ).

4. Himpunan saling Lepas

Dua himpunan dikatakan saling lepas, jika kedua himpunan tersebut tidak mempunyai
anggota persekutuan.
Perhatikan himpunan-himpunan berikut!

A={1,2,5}
B = {3, 4, 6, 8}

Adakah anggota himpunan A yang ada di dalam himpunan B? Terlihat bahwa tidak
ada satupun anggota A yang terdapat pada himpunan B, begitu juga sebaliknya. Jadi,
himpunan A dan B disebut himpunan saling lepas atau saling asing, ditulis A ⫗ B
(dibaca “A saling lepas dengan B”).

Operasi-operasi pada Himpunan


1. Irisan
Irisan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya ada
di himpunan A dan ada di himpunan B. Irisan antara dua buah himpunan dinotasikan
oleh tanda ‘∩’
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A ∩ B = {b, c}

 2. Gabungan
Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-
anggotanya merupakan gabungan dari anggota himpunan A dan himpunan B.
Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∪‘.
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A ∪ B = {a, b, c, d, e, g, k}

 3. Selisih
A selisih B adalah himpunan dari anggota A yang tidak memuat anggota B.
Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘– ‘.
Contoh Soal:

A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A – B = {a, d}

 4. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan adalah unsur-unsur yang ada pada himpunan
universal (semesta pembicaraan) kecuali anggota himpunan tersebut.
Komplemen dari A dinotasikan   (dibaca A komplemen).
Contoh Soal:
A = {1, 3, 5, 7, 9}
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
Maka   = {2, 4, 6, 8, 10}

5. Perkalian Kartesius (x)


Ada juga yang disebut perkalian kartesius. Perkalian Kartesius
dari A dan B adalah memasangkan satu per satu setiap anggota A kepada setiap
anggota B.
A × B = {(apel, mangga), (apel, jambu), (apel, jeruk), (apel, rambutan),
(mangga, mangga), (mangga, jambu), (mangga, jeruk), (mangga, rambutan),
(jeruk, mangga), (jeruk, jambu), (jeruk, jeruk), (jeruk, rambutan)}
Yang banyaknya adalah 3×4 = 12.
A × B = { (a, b) | a ∈ A, b ∈ B }

KEGIATAN BELAJAR 2
RELASI dan FUNGSI

1. Relasi
Menyatakan hubungan antara suatu anggota himpunan dengan anggota himpunan
lainnya. Himpunan A dan himpunan B dikatakan memiliki relasi jika ada anggota himpunan
yang saling berpasangan. Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu
dengan diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram Cartesius.

1. Diagram Panah
Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi ke dalam bentuk gambar arah panah
yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan anggota himpunan B.
Misalnya, ada 4 orang anak yaitu Ali, Siti, Amir dan Rizki. Mereka diminta untuk
menyebutkan warna favorit mereka. Ali menyukai warna merah, Siti menyukai warna
ungu, Amir menyukai warna hitam, dan Rizki menyukai warna merah. Dari hasil uraian
tersebut, terdapat dua buah himpunan. Himpunan pertama adalah himpunan anak, kita
sebut himpunan A dan himpunan yang kedua adalah himpunan warna, kita sebut
himpunan B. Hubungan antara himpunan A dan himpunan B dapat di ilustrasikan dengan
diagram panah seperti berikut:

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagram panah di atas merupakan relasi antara anak dengan
warna yang mereka sukai. Relasi antara kedua himpunan tersebut dapat dinyatakan dengan
panah-panah yang memasangkan anggota himpunan A dengan anggota himpunan B. 

2. Himpunan Pasangan Berurutan


Selain dengan diagram panah, suatu relasi juga dapat dinyatakan dengan menggunakan
himpunan pasangan berurutan. Caranya dengan memasangkan himpunan A dengan
himpunan B secara berurutan. Kita dapat mengambil contoh dari contoh diagram panah
tadi.

Ali menyukai warna merah

Siti menyukai warna ungu

Amir menyukai warna hitam

Rizki menyukai warna merah

Dari uraian di atas kita dapat menyatakan relasinya dengan himpunan pasangan
berurutan seperti berikut:

(Ali, merah), (Siti, ungu), (Amir, hitam), (Rizki, merah).


Jadi, relasi antara himpunan A dengan himpunan B dinyatakan sebagai himpunan
pasangan berurutan (x,y) dengan x ∈ A dan y ∈ B.

3. Diagram Cartesius

Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan yang kemudian
dituliskan dalam bentuk dot (titik-titik). Contoh dari relasi antara anak dengan warna
kesukaannya yaitu himpunan A = {Ali, Siti, Amir, Rizki} dan himpunan B = {merah,
ungu, hitam}, dapat digambarkan dalam bentuk diagram Cartesius seperti di bawah ini:

Sifat-sifat Relasi

1. . Sifat Reflektif
Misalkan R sebuah relasi yang didefinisikan pada himpunan P. Relasi R dikatakan
bersifat refleksif jika untuk p € P berlaku (p,p) €  R.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi Radalah relasi ‘≤’ yang didefinisikan pada
himpunan A, maka
R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)}
Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R. Dengan demikian
R dinamakan bersifat refleksif.
Sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu :
Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang unsur diagonal utamanya
semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah maka pada graf
tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya.

2. Sifat Simetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan bersifat
simetris, apabila untuk setiap (x,y) € R berlaku (y,x) €  R.
Misalkan, R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R,
dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari himpunan B ke himpunan A yang
didefinisikan oleh :
R–1 = {(b, a) | (a, b) ∈ R }
Contoh :
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Qyaitu :
(p, q) ∈ R jika dan hanya jika p habis membagi q
maka kita peroleh :
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)
R–1 merupakan invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P yang berbentuk :
(q, p) ∈ R–1 jika q adalah kelipatan dari p
sehingga diperoleh :
R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Jika M adalah matriks yang menyajikan suatu relasi R, maka matriks yang
merepresentasikan relasi R–1, misalkanN, diperoleh dengan melakukan
transposeterhadap matriks M

3. Sifat Transitif
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R bersifat Transitif, apabila
untuk setiap (x,y) € R dan (y,z) € R maka berlaku (x,z) € R.
Contoh :
R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh :
R : a + b = 5, a, b ∈ A,
Dengan memperhatikan definisi relasi Rpada himpunan A, maka :
R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }
Perhatika bawa (1, 4) ∈ R dan (4, 1) ∈ R , tetapi (1, 1) ∉ R.
Dengan demikian R tidak bersifat transitif.
Sifat transitif memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu : sifat
transitif pada graf berarah ditunjukkan oleh :
Jika ada busur dari a ke b dan busur dari bke c, maka juga terdapat busur
berarah dari a ke c.

2. Fungsi
Fungsi adalah suatu relasi yang memasangkan setiap elemen dari himpunan pertama
dengan suatu elemen dari himpunan kedua, sedemikan hingga tidak ada elemen pada
himpunan pertama yang dipasangkan dengan dua elemen berbeda pada himpunan
kedua.
Notasi Fungsi :
Jika suatu fungsi diberi nama f, maka fungsi tersebut ditulis dengan lambang atau
notasi sebagai berikut.
f : A → B (dibaca: f memetakan A ke B)
pada gambar di atas, fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B dapat
dibaca sebagai berikut.
i)f memetakan a ∈ A ke p ∈ B, dikatakan “p adalah peta a oleh f” dan ditulis f(a) = p.
ii)f memetakan b ∈ A ke q ∈ B, dikatakan “q adalah peta b  oleh f” dan ditulis f(b)
= q.
iii)f memetakan c  ∈ A ke r ∈ B, dikatakan “r adalah peta c oleh f” dan ditulis f(c)
= r.

Daerah Pemetaan
Dalam fungsi atau pemetaan dikenal tiga daerah atau wilayah, yaitu:
1.Daerah asal (domain)
2.Daerah kawan (kodomain)
3.Daerah hasil (range)
Daerah asal atau domain adalah daerah himpunan yang anggotanya dipetakan
ke himpunan lainnya. Daerah kawan atau kodomain adalah daerah himpunan yang
digunakan untuk memetakan suatu himpunan. Sedangkan daerah hasil (range) adalah
daeraj semua anggota himpunan yang dipasangkan dengan tiap anggota himpunan yang
dipetakan.

Misal f  sebuah fungsi yang memetakan tiap anggota himpunan A ke himpunan B (f :
A → B), maka:
i)Himpunan A dinamakan daerah asal (domain) fungsi f,
ii)Himpunan B dinamakan daerah kawan (kodomain) fungsi f,
iii)Himpunan semua anggota B yang dipasangkan dengan tiap anggota himpunan A
dinamakan wilayah hasil (range) fungsi f.
Sebagai contoh, fungsi f  pada gambar di atas dapat disebutkan
i)Daerah asalnya adalah A = {a, b, c}
ii)Daerah kawannya adalah B = {p, q, r, s}
iii)Wilayah hasilnya adalah {p, q, r}

Pengertian Fungsi Komposisi


Fungsi komposisi yaitu penggabungan operasi pada dua jenis fungsi f (x) dan g (x)
hingga menghasilkan fungsi baru. Operasi fungsi komposisi biasa yaitu dilambangkan
dengan “o” dan dibaca dengan komposisi atau bundaran.

Fungsi baru yang bisa terbentuk dari f (x) dan g (x) yaitu:


(f o g)(x) = g dimasukkan ke f
(g o f)(x) = f dimasukkan ke g

Fungsi tunggal itu merupakan fungsi yang bisa dilambangkan dengan huruf “f o g”
ataupun juga bisa dibaca dengan “fungsi f bundaran g”. Fungsi “f o g” ialah fungsi g yang
dikerjakan terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan f. Sedangkan, untuk fungsi “g o f” dibaca
dengan fungsi g bundaran f. Maka, “g o f” ialah fungsi dengan f dikerjakan terlebih dahulu
daripada g.

Rumus Fungsi Komposisi

Dari rumus tersebut, definisi yang di dapat ialah :

Jika f : A → B ditentukan rumus y = f (x)


Jika g : B → C ditentukan rumus y = g (x)

Jadi, hasil fungsi g dan f :


h (x) = (g o f)(x) = g( f(x))
Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa fungsi yang melibatkan fungsi f dan g
bisa ditulis :
(g o f)(x) = g (f(x))
(f o g)(x) = f (g(x))

Anda mungkin juga menyukai