KEGIATAN BELAJAR 2
Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan dari objek tertentu yang memiliki definisi yang
jelas dan dianggap sebagai satu kesatuan.
Coba perhatikan contoh berikut ini.
Himpunan hewan berkaki dua
Himpunan bilangan asli
Himpunan lukisan yang bagus
Himpunan orang yang pintar
Contoh:
Dua himpunan dikatakan saling lepas, jika kedua himpunan tersebut tidak mempunyai
anggota persekutuan.
Perhatikan himpunan-himpunan berikut!
A={1,2,5}
B = {3, 4, 6, 8}
Adakah anggota himpunan A yang ada di dalam himpunan B? Terlihat bahwa tidak
ada satupun anggota A yang terdapat pada himpunan B, begitu juga sebaliknya. Jadi,
himpunan A dan B disebut himpunan saling lepas atau saling asing, ditulis A ⫗ B
(dibaca “A saling lepas dengan B”).
2. Gabungan
Gabungan dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang anggota-
anggotanya merupakan gabungan dari anggota himpunan A dan himpunan B.
Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∪‘.
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A ∪ B = {a, b, c, d, e, g, k}
3. Selisih
A selisih B adalah himpunan dari anggota A yang tidak memuat anggota B.
Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘– ‘.
Contoh Soal:
A = {a, b, c, d, e}
B = {b, c, e, g, k}
Maka A – B = {a, d}
4. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan adalah unsur-unsur yang ada pada himpunan
universal (semesta pembicaraan) kecuali anggota himpunan tersebut.
Komplemen dari A dinotasikan (dibaca A komplemen).
Contoh Soal:
A = {1, 3, 5, 7, 9}
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
Maka = {2, 4, 6, 8, 10}
KEGIATAN BELAJAR 2
RELASI dan FUNGSI
1. Relasi
Menyatakan hubungan antara suatu anggota himpunan dengan anggota himpunan
lainnya. Himpunan A dan himpunan B dikatakan memiliki relasi jika ada anggota himpunan
yang saling berpasangan. Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu
dengan diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram Cartesius.
1. Diagram Panah
Diagram panah merupakan cara yang paling mudah untuk menyatakan suatu
relasi. Diagram ini membentuk pola dari suatu relasi ke dalam bentuk gambar arah panah
yang menyatakan hubungan antara anggota himpunan A dengan anggota himpunan B.
Misalnya, ada 4 orang anak yaitu Ali, Siti, Amir dan Rizki. Mereka diminta untuk
menyebutkan warna favorit mereka. Ali menyukai warna merah, Siti menyukai warna
ungu, Amir menyukai warna hitam, dan Rizki menyukai warna merah. Dari hasil uraian
tersebut, terdapat dua buah himpunan. Himpunan pertama adalah himpunan anak, kita
sebut himpunan A dan himpunan yang kedua adalah himpunan warna, kita sebut
himpunan B. Hubungan antara himpunan A dan himpunan B dapat di ilustrasikan dengan
diagram panah seperti berikut:
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagram panah di atas merupakan relasi antara anak dengan
warna yang mereka sukai. Relasi antara kedua himpunan tersebut dapat dinyatakan dengan
panah-panah yang memasangkan anggota himpunan A dengan anggota himpunan B.
Dari uraian di atas kita dapat menyatakan relasinya dengan himpunan pasangan
berurutan seperti berikut:
3. Diagram Cartesius
Menyatakan relasi antara dua himpunan dari pasangan berurutan yang kemudian
dituliskan dalam bentuk dot (titik-titik). Contoh dari relasi antara anak dengan warna
kesukaannya yaitu himpunan A = {Ali, Siti, Amir, Rizki} dan himpunan B = {merah,
ungu, hitam}, dapat digambarkan dalam bentuk diagram Cartesius seperti di bawah ini:
Sifat-sifat Relasi
1. . Sifat Reflektif
Misalkan R sebuah relasi yang didefinisikan pada himpunan P. Relasi R dikatakan
bersifat refleksif jika untuk p € P berlaku (p,p) € R.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi Radalah relasi ‘≤’ yang didefinisikan pada
himpunan A, maka
R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)}
Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R. Dengan demikian
R dinamakan bersifat refleksif.
Sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu :
Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang unsur diagonal utamanya
semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah maka pada graf
tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya.
2. Sifat Simetris
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R dikatakan bersifat
simetris, apabila untuk setiap (x,y) € R berlaku (y,x) € R.
Misalkan, R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R,
dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari himpunan B ke himpunan A yang
didefinisikan oleh :
R–1 = {(b, a) | (a, b) ∈ R }
Contoh :
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Qyaitu :
(p, q) ∈ R jika dan hanya jika p habis membagi q
maka kita peroleh :
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)
R–1 merupakan invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P yang berbentuk :
(q, p) ∈ R–1 jika q adalah kelipatan dari p
sehingga diperoleh :
R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Jika M adalah matriks yang menyajikan suatu relasi R, maka matriks yang
merepresentasikan relasi R–1, misalkanN, diperoleh dengan melakukan
transposeterhadap matriks M
3. Sifat Transitif
Misalkan R sebuah relasi pada sebuah himpunan P. Relasi R bersifat Transitif, apabila
untuk setiap (x,y) € R dan (y,z) € R maka berlaku (x,z) € R.
Contoh :
R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh :
R : a + b = 5, a, b ∈ A,
Dengan memperhatikan definisi relasi Rpada himpunan A, maka :
R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }
Perhatika bawa (1, 4) ∈ R dan (4, 1) ∈ R , tetapi (1, 1) ∉ R.
Dengan demikian R tidak bersifat transitif.
Sifat transitif memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu : sifat
transitif pada graf berarah ditunjukkan oleh :
Jika ada busur dari a ke b dan busur dari bke c, maka juga terdapat busur
berarah dari a ke c.
2. Fungsi
Fungsi adalah suatu relasi yang memasangkan setiap elemen dari himpunan pertama
dengan suatu elemen dari himpunan kedua, sedemikan hingga tidak ada elemen pada
himpunan pertama yang dipasangkan dengan dua elemen berbeda pada himpunan
kedua.
Notasi Fungsi :
Jika suatu fungsi diberi nama f, maka fungsi tersebut ditulis dengan lambang atau
notasi sebagai berikut.
f : A → B (dibaca: f memetakan A ke B)
pada gambar di atas, fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B dapat
dibaca sebagai berikut.
i)f memetakan a ∈ A ke p ∈ B, dikatakan “p adalah peta a oleh f” dan ditulis f(a) = p.
ii)f memetakan b ∈ A ke q ∈ B, dikatakan “q adalah peta b oleh f” dan ditulis f(b)
= q.
iii)f memetakan c ∈ A ke r ∈ B, dikatakan “r adalah peta c oleh f” dan ditulis f(c)
= r.
Daerah Pemetaan
Dalam fungsi atau pemetaan dikenal tiga daerah atau wilayah, yaitu:
1.Daerah asal (domain)
2.Daerah kawan (kodomain)
3.Daerah hasil (range)
Daerah asal atau domain adalah daerah himpunan yang anggotanya dipetakan
ke himpunan lainnya. Daerah kawan atau kodomain adalah daerah himpunan yang
digunakan untuk memetakan suatu himpunan. Sedangkan daerah hasil (range) adalah
daeraj semua anggota himpunan yang dipasangkan dengan tiap anggota himpunan yang
dipetakan.
Misal f sebuah fungsi yang memetakan tiap anggota himpunan A ke himpunan B (f :
A → B), maka:
i)Himpunan A dinamakan daerah asal (domain) fungsi f,
ii)Himpunan B dinamakan daerah kawan (kodomain) fungsi f,
iii)Himpunan semua anggota B yang dipasangkan dengan tiap anggota himpunan A
dinamakan wilayah hasil (range) fungsi f.
Sebagai contoh, fungsi f pada gambar di atas dapat disebutkan
i)Daerah asalnya adalah A = {a, b, c}
ii)Daerah kawannya adalah B = {p, q, r, s}
iii)Wilayah hasilnya adalah {p, q, r}
Fungsi tunggal itu merupakan fungsi yang bisa dilambangkan dengan huruf “f o g”
ataupun juga bisa dibaca dengan “fungsi f bundaran g”. Fungsi “f o g” ialah fungsi g yang
dikerjakan terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan f. Sedangkan, untuk fungsi “g o f” dibaca
dengan fungsi g bundaran f. Maka, “g o f” ialah fungsi dengan f dikerjakan terlebih dahulu
daripada g.