Oleh :
SONY SETIAWAN
B 100180580
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
metode ini ditempat kerjanya masing-masing.
Kemudian akan muncul sebuah opini, siapakah penemu ataupun penggagas
sig sigma pertama kali? Apakah Motorola?
Hal inilah yang menarik untuk dibicarakan. Perlu diketahui bahwa konsep
dasar six sigma sebenarnya diambil dari Total Quality Management (TQM)
dan Statistical Process Control (SPC). Kedua konsep ini sudah lama
dikembangkan oleh para ahli quality seperti Dr. Kaoru Ishikawa, Shewhart,
Crossby, dll. Jadi ditinjau dari segi waktu dapat dikatakan bahwa six sigma
merupakan hasil pengembangan dari quality improvement semenjak tahun
1940-an. Tapi yang jelas, bagi kita adalah seperti apapun metode yang
terpenting adalah menerapkannya secara disiplin, berkesinambungan dan
konsisten sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan (improvement).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Six sigma sebagai sistem pengukuran
Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran
(variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six sigma
diterpakan untuk memperkecil variasi (sigma).
Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per Milion
Opportunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO merupakan
ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi
langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Dengan
menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran, akan dapat
diketahi tingkat sigma.
2.2 KEUNGGULAN SIX SIGMA
1. Pengurangan biaya
2. Perbaikan produktivitas
3. Pertumbuhan pangsa pasar
4. Retensi pelanggan
5. Pengurangan waktu siklus
6. Pengurangan cacat
7. Pengembangan produk / jasa
5
2.2 PERBEDAAN SIX SIGMA DAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT
(TQM)
6
dikerjakan oleh seorang super star yg sangat tahu apa yg harus dilakukan
di bidangnya (Black Belt, Project Champion, Executive Champion).
2. Tim yang hebat. Para Executive Champion, Deployment Champions,
Project Champions, Master Black Belts, Black Belts, dan Green Belts
adalah orang-orang yg terlatih dengan baik untuk mengerjakan proyek Six
sigma
3. Training yang berbeda dengan yang pernah ada. Anggota proyek Six
sigma adalah mereka yg pernah ditraining secara khusus dengan biaya
antara $15,000-$25,000 per Black Belt, yg akan dibayar melalui saving yg
didapat dari setiap proyek Six Sigma.
4. Alat ukur yg baru, dengan menggunakan DPMO (Defects Per Million
Opportunities) yang berhubungan erat dgn Critical to Quality (CTC) yg
diukur berdasarkan persepsi customer, yg bisa dibandingkan antar
departemen atau divisi dalam satu perusahaan.
5. Tradisi perusahaan yang baru, yaitu mempromosikan usaha untuk
melakukan peningkatan kualitas secara terus menerus.
Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan
khususnya Black Belt yang dilatih, juga alat-alat yang digunakan dapat
memberikan kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran.
Metode atau alat-alat tersebut antara lain:
7
prioritas masalah dan pencegahannya.
6. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan
proses.
7. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses
dan jasa.
8
data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan cara-
cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).
Proyek six sigma mempunyai impact besar terhadap kepuasan konsumen dan
impact yang signifikan pada bottom-line terpilih. Manajemen puncak
mempunyai peranan penting selama seleksi proyek dan sebagai leader. Proyek
didefinisikan secara jelas dalam hal expected key deliverables, yaitu DPMO
level atau sigma quality levels, RTY, Quality Cost dsb. Dalam pendekatan
keseluruhan, masalah nyata dibalik kedalam masalah satistik. Hal ini
dilakukan dengan mapping proses, yaitu mendefinisikan variable-variabel
kunci input proses (key process input variables KPIVs or ‘ x’s) dan variable-
variabel kunci output proses (key process output variables KPOVs or ‘ y’s).
kekuatan statistical tools digunakan untuk menentukan statistical solution.
Ada lima tahap atau langkah dasar dalam menerapkan strategi Six Sigma ini
yaitu Define-Measure–Analyze-Improve-Control (DMAIC), dimana
tahapannya merupakan tahapan yang berulang atau membentuk siklus
peningkatan kualitas dengan Six Sigma.
9
maupun eksternal adalah tugas Black Belt dan tim untuk menentukan
dengan baik apa yang diinginkan pelanggan eksternal. Pekerjaan ini
membuat suara pelanggan (voice to customer – VOC) menjadi hal yang
menantang. Dalam hal mendefinisikan kebutuhan spesifik dari
pelanggan adalah memahami dan membedakan diantara dua kategori
persayaratan kritis, yaitu persyaratan output dan persyartan
pelayanan. (Peter S. Pende, 2000)
Persyaratan output berkaitan dengan karakteristik dan atau features
dari produk akhir (barang/jasa) yang diserahkan kepada pelanggan
pada akhir dari suatu proses. Dalam hal ini dapat saja berbagai macam
persyaratan output, tetapi pada dasarnya semua itu berkaitan dengan
daya guna (usability) dan efektivitas dari produk akhir itu di mata
pelanggan. (Vincent Gaspersz, 2002 : 64)
b. Measure (M)
Dalam langkah yang kedua dalam tahapan operasional pada program
peningkatan kualitas Six Sigma terdapat 3 hal pokok yang dilakukan
yaitu: (Vincent Gaspersz, 2002: 72-198)
Menentukan karakteristik kualitas kunci
CTQ ditetapkan berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik
pelanggan yang diturunkan secara langsung dari persyaratan – persayaratan
output dan pelayanan. Dalam buku lain menyebutkan bahwa karakteristik
kualitas sama dengan jumlah kesempatan penyebab cacat (opportunities to
failure). (Breyfogle III, Forest W, 1999: 140)
Mengembangkan rencana pengumpulan data
Pada dasarnya pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tiga
tingkat, yaitu:
10
ini adalah mengidentifikasi setiap perilaku yang mengatur setiap
langkah dalam proses.
Pengukuran tingkat output, mengukur karakteristik kualitas output yang
dihasilkan suatu proses dibandingkan dengan karakteristik kualitas
yang diinginkan pelanggan.
Rencana pengukuran tingkat outcome, mengukur bagaimana baiknya
suatu produk atau jasa itu memenuhi kebutuhan spessifik dari
pelanggan. Jadi pada tingkat ini adalah mengukur kepuasan pelanggan
dalam menggunakan produk dan/atau jasa yang diserahkan kepada
pelanggan. (Vincent Gaspersz, 2002: 96)
Pengukuran baseline kinerja
11
langsung pada pelanggan yang menerima output (produk dan jasa) dari
suatu proses.
d. Improve (I)
Setelah sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas teridentifikasi,
maka perlu dilakukan penetapan rencana tindakan untuk melakukan
peningkatan kualitas Six Sigma. Pada dasarnya rencana-rencana tindakan
akan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas
dan/atau alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana
tersebut.
e. Control (C)
Sebagai bagian dari pendekatan Six Sigma, perlu adanya pengawasan
untuk meyakinkan bahwa hasil yang diiginkan sedang dalam proses
12
pencapaian. Hasil dari tahap improve harus diterapkan dalam kurun waktu
tertentu untuk dapat dilihat pengaruhnya terhadap kualitas produk yang
dihasilkan. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas
didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang
sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan,
prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja
standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six
Sigmakepada pemilik atau penanggung jawab proses.
Selain dengan menggunakan langkah-langkah DMAIC yang telah
disebutkan di atas, six digma juga menggunakan metodologi DMADV
(Define – Measure –Analyze – Design – Verify). DMAIC digunakan untuk
meningkatkan proses yang sudah ada sebelumnya, sedangkan DMADV
digunakan untuk menghasilkan desain produk atau proses baru untuk
kinerja proses yang dapat diprediksikan dan bebas defect.
BAB III
13
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki
proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process
variences) sekaligus mengurangi cacat (produk/ jasa yang diluar spesifikasi)
dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif
(Manggala, 2005). Six sigma merupakan proses disiplin tinggi yang membantu
mengembangkan dan mengantarkan produk mendekati sempurna. Six sigma
adalah suatu visi peningkatan kualtas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta
kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk baik barang maupun jasa
(Trihendradi, 2006).
Ada lima tahap atau langkah dasar dalam menerapkan strategi Six Sigma ini
yaituDefine-Measure–Analyze-Improve-Control (DMAIC), dimana
tahapannya merupakan tahapan yang berulang atau membentuk siklus
peningkatan kualitas dengan Six Sigma.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Six_Sigma
http://qualityengineering.wordpress.com/tag/konsep-six-sigma/
https://www.academia.edu/6746532/Teori_Dasar_Six_Sigma
http://www.bung-aswin.com/menu.php?id=4
15