a. Transmigrasi Umum
Transmigrasi Umum dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Dalam melaksanakan
Transmigrasi Umum, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan bantuan kepada
transmigran.[2]
Transmigrasi Swakarsa Berbantuan dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
mengikutsertakan badan usaha sebagai mitra usaha transmigran. Dalam mengikutsertakan badan usaha,
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah bertindak selaku penanggung jawab pelaksanaan transmigrasi.
[3]
Sedangkan Transmigrasi Swakarsa Mandiri dilaksanakan oleh transmigran yang bersangkutan secara
perseorangan atau kelompok, baik bekerja sama maupun tidak bekerja sama dengan badan usaha atas
arahan, layanan, dan bantuan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.[4]
Bantuan dari pemerintah berbeda-beda bergantung pada jenis transmigrasinya, sebagai berikut:
1. Transmigran pada Transmigrasi Umum berhak memperoleh bantuan dari Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah berupa:[5]
b. lahan usaha dan lahan tempat tinggal beserta rumah dengan status hak milik;
2. Transmigran pada Transmigrasi Swakarsa Berbantuan berhak memperoleh bantuan dari Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah berupa:[6]
b. sarana usaha atau lahan usaha dengan status hak milik atau dengan status lain sesuai dengan pola
usahanya;
3. Transmigran pada Transmigrasi Swakarsa Mandiri berhak memperoleh bantuan dari Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah berupa:[7]
b. bimbingan untuk mendapatkan lapangan kerja atau lapangan usaha atau fasilitasi mendapatkan
lahan usaha;
Lebih rinci mengenai status tanah program transmigrasi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (“PP 3/2014”)
Terkait tanah yang diberikan kepada para transmigran, bidang tanah yang diberikan berasal dari tanah
Hak Pengelolaan.[8] Bidang tanah berupa tanah untuk:[9]
Bidang tanah diberikan dengan status hak milik atas tanah sesuai dengan jenis Transmigrasi dan pola
usaha pokok.[10] Luas bidang tanah diberikan sesuai dengan hasil perencanaan Kawasan Transmigrasi.
[11]
Pengurusan sertifikat hak milik atas tanah menjadi tanggung jawab Menteri.[12] Sertifikat hak milik atas
tanah harus diberikan paling lambat 5 (lima) tahun sejak penempatan pada Satuan Pemukiman yang
bersangkutan.[13]
Sebelum sertifikat hak milik atas tanah diterbitkan,Menteri memberikan surat keterangan pembagian
tanah sebagai legalitas hak untuk penggunaan tanah.[14]
Bolehkah Transmigran Menjual Lahan yang Diperoleh dari Pemerintah?
Tanah yang diberikan kepada Transmigran tidak dapat dipindahtangankan, kecuali telah dimiliki paling
singkat selama 15 tahun sejak penempatan.[15] Dalam hal terjadi pemindahtanganan di luar ketentuan
di atas maka hak atas tanah bagi Transmigran menjadi hapus.[16]
Hapusnya hak atas tanah ditindaklanjuti dengan pencabutan hak atas tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.[17] Dengan hapusnya hak atas tanah, tanah kembali menjadi tanah
yang dikuasai negara.[18] Tanah yang kembali dikuasai negara digunakan untuk kepentingan
pembangunan dan pengembangan Kawasan Transmigrasi.[19]
Jadi tanah yang diberikan kepada transmigran tidak dapat dipindahtangankan, artinya tidak dapat dijual,
kecuali telah dimiliki selama 15 tahun sejak penempatan. Jika melanggar ketentuan tersebut maka hak
milik atas tanah akan menjadi hapus.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1997 tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.