Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah
menggunakan satu dari dua cara, yaitu secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap
stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk
menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Anti emetik yang bekerja
secara lokal dapat berupa anastid,anastesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi
mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi pereganan saluran GI.Agen ini
sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan(Mutschler,1991).
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah ataugejala yang dirasakan
ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan kepada seseorang bahwa ia
akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi lambung melalui mulut, yang
seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
Obat antiemetik bekerja dengan menghambat senyawa dan neurotransmitter spesifik di dalam
tubuh. Senyawa tersebut dapat memicu reaksi seperti mual dan muntah pada banyak
kondisi.Obat antiemetik sendiri banyak jenisnya karena masing-masing obat memiliki kegunaan
unik pada berbagai kondisi. Walau terlihat sederhana, rasa mual yang kita rasakan merupakan
proses yang kompleks. Pemicu yang berbeda akan membutuhkan jenis obat yang berbeda pula.
Antiemetik hanya diresepkan bila penyebab muntah yang sebenarnya telah diketahui karena
bila tidak pemberian antiemetik dapat menunda diagnosis, terutama pada anak. Pemberian
antiemetik tidak diperlukan dan bahkan kadang berbahaya bila penyebab utama kasus tersebut
dapat diatasi, seperti ketoasidosis diabetik atau pada keracunan digoksin atau antiepileptik.
Beberapa obat antihistamin memiliki efek antiemetik untuk mencegah mual dan muntah akibat
mabuk perjalanan. Obat-obatan tersebut mampu menurunkan kepekaan telinga bagian dalam
terhadap gerakan kepala.Beberapa contoh antiemetik untuk atasi mabuk perjalanan, yaitu:
Dimenhydrinate
Diphenhydramine
Meclizine
Promethazine
Pasien yang menerima tindakan anestesi saat hendak operasi kerap mengalami mual dan
muntah. Untuk itu, beberapa jenis kelompok obat antiemetik pun mungkin akan diberikan
dokter. Obat-obat tersebut ada yang berasal dari penghambat reseptor serotonin, penghambat
reseptor dopamin, dan kortikosteroid.Beberapa contoh obat antiemetik saat menjalani operasi,
termasuk:
Dexamethasone
Droperidol
Granisetron
Metoclopramide
Ondansetron
Flu perut atau gastroenteritis terjadi ketika lambung atau usus mengalami iritasi atau
peradangan, sebagai dari akibat infeksi virus atau bakteri. Muntah menjadi salah satu gejala flu
perut yang dapat berbahaya jika tak dikendalikan.Beberapa contoh antiemetik yang mungkin
diresepkan dokter untuk penderita flu perut, yaitu:
Natrium sitrat
Asam fosfat
Bismuth subsalisilat
Terapi kometerapi untuk penanganan kanker sering menimbulkan efek samping mual dan
muntah bagi pasiennya. Dokter biasanya akan meresepkan obat antiemetik sebelum dan
sesudah kemoterapi demi mencegah efek samping tersebut serta membantu meningkatkan
kualitas hidup pasien kanker.Obat antiemetik untuk pasien kanker pun dapat bermacam-
macam, seperti obat yang berasal dari kelompok penghambat reseptor serotonin, penghambat
reseptor dopamin, penghambat reseptor NK1, dan kortikosteroid.
Aprepitant
Dexamethasone
Dolasetron
Ondansetron
Palonosetron
Prochlorperazine
Rolapitant
Granisetron
Ibu hamil mungkin sangat akrab dengan morning sickness. Kondisi ini ditandai dengan mual
bahkan muntah di jam berapa pun, walau namanya "morning". Obat antiemetik mungkin akan
diberikan dokter jika gejala yang dirasakan sangat parah serta mengganggu aktivitas sehari-hari
ibu hamil.Beberapa contoh obat antiemetik untuk atasi morning sickness, yaitu:
Dimenhydrinate
Prochlorperazine
Promethazine
Vitamin B6
Apabila pilihan obat di atas tidak efektif, dokter mungkin akan memberikan metoclopramide.
1. Antihistamin
Antihistamin adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi,
seperti rinitis alergi, reaksi alergi akibat sengatan serangga, reaksi alergi makanan, urtikaria atau
biduran. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala mual
atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Zat histamin,
pada dasarnya berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin
melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang
mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa
membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya
debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi
alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.
2.Metoklopramid
3. Ondansetron
Ondansetron adalah obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah
yang bisa disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Obat ini hanya
boleh dikonsumsi dengan resep dokter. Ondansetron bekerja dengan menghambat ikatan
serotonin pada reseptor 5HT3, sehingga membuat penggunanya tidak mual dan berhenti
muntah. Ondansetron tersedia dalam bentuk tablet 4 mg dan 8 mg, tablet salut selaput, sirop,
suppositoria, serta suntik.
Antiemetik dapat berasal dari berbagai kelompok obat-obatan. Masing-masing kelompok obat
tersebut akan memicu efek samping tertentu sehingga pastikan Anda memahaminya sebelum
obat digunakan.Berikut ini efek samping yang khas pada berbagai kelompok obat yang memiliki
efek antiemetik:
2. Bismuth subsalisilat: Feses gelap dan kehitaman serta perubahan pada warna lidah
3. Kortikosteroid: Gejala gangguan pencernaan, peningkatan dahaga dan nafsu makan, serta
jerawat
4. Pemblokir reseptor dopamin: Kelelahan, sembelit, telinga berdenging, mulut kering, gelisah,
dan kejang otot
5. Penghambat reseptor NK1: Mulut kering, Penurunan volume urine, dan heartburn
Masing-masing obat dan kelompok obat dapat memiliki efek samping lain sehingga informasi di
atas tidak menggantikan konsultasi dokter.
Sumber : http://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/17755/pdf