Anda di halaman 1dari 8

Pengertian dan Konsep Dasar Ekonomi Islam

Dosen

Drs. Arief Syah Safrianto, SE.,MM.

Disusun oleh

Andy Kurniawan

1834021003

Prodi Management S1

Universitas Krisnadwipayana

Fakultas Ekonomi

Bekasi

2020
A. Definisi Ekonomi Islam

Pengertian

S. M. Hasanuz dalam buku E conomic Function of an Islamic State (1991)


memberikan defi nisi, “ Islamic Ekonomic is the knowledge and applications and
rules of the shari ah that prevebt injusti ce in the requisition and disposal of
material resources in order to profide s atisfaction to human being and enable
them to perform the obligations to Allah and the story.” Ilmu ekonomi islam
adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran ajaran dan aturan-atu ran syariah yang
mencegah ketidakadilan dalam pencari an dan pengeluaran sumber-sumb er daya,
untuk memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka
melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka terhad ap Allah d an masyarakat.”
M. N. Sidi dalam buku Role of State Economic (20 10) memberikan defin isi,
“Islamic Economics is the moslem thinker response to economic challenges of
their times. In this endeavor they were aided by the Qur’an and Sunnah as well
by reason and experience.” Yang artinya,”Ilmu ekonomi islam adalah respons para
pemikir muslim terhadap t antangan-tantangan ekonomi zaman merek a. Dalam
upaya ini, mereka dibantu oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah ataupun akal dan
pengalaman.”
Adapun Syed Nawab Heider Naqfi d alam buku Islam, Economics, and
societ y (1994) meberikan definisi, “Islamic Economic is the representative
Moslem’s behaviour in a typical moslem society.” Artinya,”Ekonomi Islam adalah
perilaku ekonomi umat islam pada masyarakat muslim yang khas.” Definisi yang
popul er dari ilmu ekonomi islam adalah study mengenai alokasi sumber d aya yang
langka, yang mem punyai beragai alternative pemanfaatannya
Berdasarkan definisi tersebu t terdapat dua pernyataan pentin g, yaitu asp ek
sumber daya langka dan beberapa alternative pem anfaatanny a. Kedua hal
tersebut dijadikan pokok permasalahan bagi para ahli ekonomi masa lal u,
sekarang, ataupun masa yang akan datang. Bagaimana pengalokasian su mber
daya yang langka dan memilih salah satu dari berbagai alternative yang
sedemikian rupa sehingga m endapatkan hasil yang terbaik? Hasil yang t erbaik,
yang paling mem uaskan adalah pemanfaatan sumber daya yang langka dilakukan
dengan optimal dan pemelihan alternatife yang tepat, yaitu p emilihan terhadap
suatu hal yang m enghasilkan kepuasan maksimal.

A. Metod ologi Ekonomi Islam

Dalam sebuah system perekonomian islam terdapat b eberapa prinsip-prinsip


yang harus dipegang teguh dalam menjalankan kegiatan perekonomian. Menurut
Metwally, prinsip-prinsip ekonomi islam secara garis bes ar dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Sumber daya dipandang s ebagai am anah Allah kepada m anusia,
sehinga pemanfaatannya h aruslah bisa dipertan ggungjawabkan di
akhirat kelak. Implikasinya adalah manusia harus menggun akannya
dalam kegiatan y ang berman faat bagi dirinya dan orang lain.
2. Kepem ilikkan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang
behubungan dengan kepentingan mas yarakat dan tidak mengakui
pendapat yang dperolehsecara tidak sah.
3. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi Islam
(Q.S. 4:29). Islam mendorong manusia untuk mend apatkan
materi/hata dengan berbag ai cara, as alkan mengikuti aturan yang
telah ditetapkan.
4. Kepem ilikkan kekayaan tidak boleh d imiliki oleh segelinti r orang-
orang kaya, dan harus berp eran sebagai capital p roduktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
5. Islam menjamin kepemmi likkan masyarakat dan pengg unaanya
dialok asikan unt ukkepentingan orang banyak. P rinsip ini didasari
oleh sunnah R asulullah yang men yatakan b ahwa masyarakat
memp unyai hak yang sama atas air, padang rumpu t dan api.
6. Seorang muslim harus tunduk k epada Allah dan hari
pertanggungjawaban di akhirat(Q.S. 2:281). Kondisi ini akan
mendorong seorang muslim untuk menjauhkan diri dari hal-h al yang
berhubungan dengan maisir, gharar, dan berusaha dengan cara yang
betil, melampui b atas, dan s ebagainya.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas
(nisab). Zakat ini merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang
kaya yang ditujukkan untuk orang miskin dan merek a yang
memb utuhkan.
8. Islam melarang riba dalam segala bentuknya. Secara tegas d an jelas
hal ini tercantum dalam Q.S. 30:39, 4:160-161, 3: 130 dan 2:278-279.

B. Sumber Hukum Ekonomi Islam

1. Al-Qu r’an
Al-Qur’an adalah kalam All ah SWT. yang disamp aikan kepada Nabi
Muhammad SAW. secara mutawatir melalui malaikat Jibril d ari mulai s urat Al-
Fatihah diakhiri surat An-Nas dan membacanya m erupakan ibadah. Al-Qur’an
merupakan dasar hukum ekonomi Islam yang abadi dan asli, dan merupakan
sumber serta rujukan yang pertama bagi syari'at Islam, karena di dalamnya
terdapat kaidah- kaidah yang bersifat global beserta rinciann ya. Sebagaimana
firman Allah surat an- Nisa [4] ayat 80:

Artinya: “Barang siapa mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati


Allah”.

Ayat di atas menyatakan bahwa al-Qur'an menjelaskan hukum -hukum


syara’ itu secara keseluruhan, karena penjelasan-penjelasan as-Sunnah b erasal
dari al- Qur'an. Al-Qur'an s ebagai sumber pokok bagi semua hukum Islam telah
menjelaskan dasar-dasar hukum, seperti memerint ahkan kepada manusia agar
memenuhi janji (perikatan) dan menegaskan halal nya jual beli beserta h aramnya
riba.
Banyak ayat menyebutkan berbagai macam kebutuhan hidup manusia,
baik yang primer (basic needs) maupun yang sekunder. Seperti kebutuh an
pangan, yang diindikasikan dengan menyebutkan pemberian rizki Allah berupa
buah-buahan, binatang ternak, ikan laut, air susu, kebutuhan pakaian dan
perum ahan. Semua itu merupakan kebutuhan manu sia berupa sandang, p angan
dan papan.

Al-Qur'an tidak s aja mengat ur hubungan antara manusia dengan


sesam anya, akan tetapi mengatur pula hubungan antara penci ptanya. Al -Qur'an
juga bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan kehidupan
spiritual dan mat erial. Dan memerintahkan kepada manusia agar percay a pada
hari kebangkitan kembali, hari kiamat dan ganjaran atau huk uman.

Jadi al-Qur'an tidak hanya m erincikan tentang pentingnya menyusun dan


memelihara hubungan erat dengan Tuhan tetapi juga menjelaskan semua yang
mungkin diperlukan untuk m emenuhi kehidupan sosial yang lengkap. Al-Qur'an
tampi l sebagai dokumen yang sejak awal mulanya hingga terakhir berus aha
memberi penekanan pada semua ketegangan moral yang perlu bagi perbuatan
manusia kreatif. Pusat perhatian al-Qur'an adalah manusia dan perbaikannya.
Untuk itu sangat lah penting bagi sesorang untuk b ekerja dalam kerangk a
ketegangan-ketegangan tert entu yang s ebenarnya telah tercip takan Tuhan dalam
dirinya.

2. As-Sunnah
As- Sunnah atau sering disebut juga al -Hadits mempunyai arti yang sama,
yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhamm ad SAW.baik
berupa ucapan, perbuatan maupun takrirnya. Kalaupun ada p erbedaan sangat
tipis sekali, as- Sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. saja, sedang Al-Hadits disandarkan bukan saja kepad a Nabi
Muhammad SAW. akan tetapi kepada para sahabat Nabi. As-Sunnah merupakan
sumber hukum yang kedua setelah al-Qur'an, das ar pokok as-Sunnah sebagai
sumber hukum, s ebagaimana firman Allah surat An-Nisa [4] ayat 59 :

Artinya: “Hai orang-orang y ang beriman, taatilah Allah dan taatilah


Rasul -Nya”.
Kedudukan as-Sunnah terhadap al-Qur'an, sebagaimana dirumuskan dalam tiga
hal, yaitu:

 Sunnah berfungsi menjelaskan ayat yang masih mubham, merinci ayat


yang m ujmal.
 Sunnah menambah kewajiban-kewajiban syara’ yang ketentu an pokokny a
telah ditetapkan dengan nash al-Qur'an. Seperti sunnah datan g dengan
membawa hukum -hukum tambahan yan g menyempurnakan ketentuan
pokok tersebut.
 Sunnah membawa hukum yang tidak ad a ketentuan nashnya di dalam al-
Qur'an.

Seperti dalam masalah mu’amalat, yait u al-Qur'an memerintahkan untuk


memenuhi janji (perikatan). Hal ini perikatan man a yang sah dan yang h alal
serta perikatan yang haram dan yang tidak harus dipenuhi, disini as-Sunnah
berperan untuk menjelaskan nya.

C. Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional

Perbedaan mendasar antara ekonomi Islam dan ek onomi konv ensional


diantara perbedaan mendasar itu adalah:
1. Rasionaliti dalam ekonomi konvensional adalah rational economi cs man yaitu
tindakan individu dianggap rasional jik a tertumpu kepada kepentingan diri
sendiri yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh aktivitas. Ekonomi
konvensional mengabaikan moral dan etika dalam pembelanj aan dan unsur waktu
adalah terbatas hanya di dunia saja tanpa mengambil hari akhirat. Sedan gkan
dalam ekonomi Islam jenis manusia yang hendak dibentuk adalah Islamic
man (‘Ibadurrahman), (QS 25:63). Islamic man diang gap perilakunya rasional
jika konsisten dengan prinsi p-prinsip Islam yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat yang seimbang. Tauhidnya mendorong untuk yakin, Allah-lah yang
berhak membuat rules untuk mengantarkan kesuks esan hidup. Ekonomi Islam
menawarkan konsep rasionaliti secara lebih meny eluruh tent ang tingkah laku
agen-agen ekonomi yang berlandaskan etika ke arah mencapai al-falah, bukan
kesuksesan di dunia malah yang lebih penting lagi ialah kesu ksesan di akhirat.
2. Tujuan utama ekonomi Islam adalah m encapai falah di dunia dan akhirat,
sedangkan ekonomi konvensional semata-mata kesejahteraan duniawi.
3. Sumber utama ekonomi Islam adabah al-Quran dan al-Sunnah atau ajaran Islam.
Segal a sesuatu yang bertent angan dengan dua sum ber tersebut harus dik alahkan
oleh aturan kedua sumber tersebut. Berbeda dengan ekonomi konvensional yang
berdas arkan pada hal-hal yang bersifat positivistik dan materialisme.
4. Islam lebih menekankan pada konsep keperluan daripada keh endak dalam
menuju maslahah, karena keperluan lebih bisa diukur daripada kehendak.
Menurut Islam, manusia mesti mengendalikan dan mengarah kan kehend ak
dan kepeluan sehingga dapat membawa maslahah dan b ukan madarat untuk
kehidupan dunia dan akhirat.
5. Orientasi dari keseimbangan konsumen dan produsen dalam ekonomi
konvensional adalah untuk s emata-mat a mengutamakan keuntungan. Sem ua
tindakan ekonominya diarahkan untuk mendapatk an keuntungan yang m aksimal.
Jika tidak demikian justru dianggap tid ak rasional. Lain haln ya dengan ekonomi
Islam yang tidak hanya ingi n mencapai keuntungan ekonomi tetapi juga
mengharapkan keuntungan rohani dan al-falah. Keseimbangan antara kons umen
dan produsen dapat diukur m elalui asumsi-asumsi secara keluk. Memang untuk
mengukur pahala dan dosa seorang ham ba Allah, tidak dapat diukur dengan
uang, akan tetapi hanya merupakan ukuran secara anggaran u nitnya ters endiri
Daftar Pustaka

Dra. Siti Nur Fatoni, M.A.g, Pengantar Ilmu Ekonomi, Bandung, 2014, h al. 157

Muhammad Abu Zahrah, Us hul Fiqh, Alih Bahasa Saefullah Ma’sum, dkk.,
(Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 121

Al-Qur’an (Jakarta: PT. Tegalyoso Utama, 1974), h. 82.

Ahmad Hanafi, P engantar dan Sejarah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1986), h. 57

dalam konteks hukum Islam , sunanh yang secara h arfiah berarti “cara, adat istiadat,
kebias aan hidup” mengacu kepada perilaku Nabi y ang dijadikan teladan.
(Muhammad Abdul Manan, Op. Cit., h . 32). Sunnah menurut istilah ushul fiqh yait u
segala yang dinukil dari Nabi, baik perkataan maupun perbuatan, ataupu n taqrir
yang m empunyai hubungan dengan hukum. (Hasbi as-Shiddi eqy, Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 19 91), h. 25.

Al-Qur’ǎn (Jakarta: PT. Tegalyoso Utama, 1974), h. 79

Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis edisi pertama, Jakarta,
2008, hal. 5-6.

Anda mungkin juga menyukai