Anda di halaman 1dari 10

NOVIRA RHIELAWATI

AKA18007

Review Jurnal Sediaan Cair “ Pewangi Badan “

Judul Review Jurnal Kosalkes Sediaan Cair PEMANFAATAN


EKSTRAK SEREH (CHYMBOPOGON NARDUS L.) SEBAGAI
ALTERNATIF ANTI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS
PADA DEODORAN PARFUME SPRAY
Pengarang 1. Retno Atun Khasanah
2. Eko Budiyanto
3. Nenny Widiani
Nama Jurnal Indonesia Journal Of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res
Tujuan Penelitian 1. Dapat memberikan manfaat seperti memberikan alternatif bahan
tambahan deodoran dari bahan alami yaitu ekstrak sereh yang
aman, murah, dan mudah dibuat. Memberikan alternatif
pemanfaatan sereh (Cymbopogon nardus L) sehingga dapat
meningkatkan nilai ekonomisnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak sereh untuk menurunkan
aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan
bau badan
Bahan dan Prosedur Alat : Satu set alat destilasi uap, botol spray, pengaduk kaca, gelas ukur 50
mL, gelas beker 200 mL, labu takar 100 mL, cawan petri, incubator, kawat
ose, tabung reaksi, pemanas bunsen, dan mikropipet.
Bahan :
a). Bahan yang digunakan untuk persiap‐an ekstrak sereh dan pembuatan
deodoran parfume spray antara lain: Sereh, aquades, propilen glikol, dan
alkohol 95%.
b). Bahan untuk pengujian deodoran parfume spray terhadap aktivitas
bakteri staphylococcus epidermidis antara lain: deodoran parfume spray
dari ekstrak sereh, deodoran parfume spray yang ada di pasaran,aquadest,
muller‐Hinton Agar, biakan Staphylo‐coccus epidermidis, dan hockey stick.
Prosedur :
1. Mengekstrak sereh
Merangkai alat destilasi uap, memotong sereh kecil‐kecil, menimbang
potongan sereh sebanyak 200 gram, memasukkannya ke dalam labu
destilat, memasukkan aquades sebanyak 200 mL labu ke dalam labu
pembangkit uap, kemudian memanaskannya pada suhu 100oC sampai
destilasi berakhir, menampung destilat yang terbentuk dalam erlenmeyer,
kemudian membuang air yang berlebih dengan hati‐hati, dan memisah‐kan
minyak atsiri dari aquades menggunakan corong pisah.
2. Pembuatan deodorant parfum spray
Mengambil 65 mL alkohol 95%, 30 mL ekstrak sereh, 5 mL propilen glikol
kemudian memasukkannya ke dalam botol dan menggojok semua larutan
hingga homogen. Mengulangi langkah di atas dengan perbandingan
alkohol : ekstrak sereh : propilen glikol 80:15:5 dan 90:5:5
3. Pengujian Deodoran Parfume Spray terhadap Aktivitas Bakteri
Staphylococcus Epidermidis
Media agar Mueller Hinton ditimbang sebanyak 38 gram dilarutkan dalam
aquades sampai 1 liter dengan cara dididihkan. Setelah larut, disterilkan
dengan autoklaf suhu 121°C selama 15 menit. Larutan dituang ke dalam 4
cawan petri steril sampai ketebalan 9 mm dan ditutup lalu dibiarkan
sampai membeku, mengambil 20 µL biakan murni Staphylococcus
epidermidis, menuangkan biakan murni tersebut ke dalam masing‐masing
cawan petri, lalu diratakan dengan hockey stick, membuat lubang kecil di
agar Mueller Hinton kering dalam tiap‐tiap cawan petri, memasukkan
masing‐masing 10 µL standar (deodoran parfume spray yang ada di
pasaran), deodoran parfume spray dari ekstrak sereh 30%, 15%, dan 5% ke
dalam lubang kecil, menancapkan kontrol negatif dan kontrol positif ke
masing‐masing agar Mueller Hinton dalam cawan petri, menutup seluruh
cawan petri, membalik dan menginkubasi seluruh cawan petri dalam
inkubator suhu 37 oC selama 24 jam.
Hasil dan Pembahasan Hasil :
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa deodorant parfume spray
dengan bahan dasar ekstrak sereh Cymbopogon nardus L dengan
konsentrasi 30% sangat efektif dalam mengurangi aktifitas bakteri
Staphylococcus epidermidis yaitu sebanyak 14 mm.Hasil ini bahkan lebih
baik jika dibandingkan dengan sampel deodorant parfume spray yang
beredar dipasaran yang hanya dapat menghambat sebanyak 8 mm.
Sedangkan untuk konsentrasi 5% dan 15% belum memberikan pengaruh
sama sekali. Hal ini dimungkinkan terjadi karena zat aktif pada ekstrak
sereh belum cukup kuat untuk mengurangi aktifitas bakteri.

Pembahasan :
- Pada tahapan membersihkan dan memotong sereh kecilkecil. Hal
ini berfungsi memperluas penampang permukaan sereh sehingga
dapat mempercepat terpisahnya minyak atsiri saat dilakukan
destilasi uap.
- pada tahapan penggojogan pada botol yang dikemas dengan
menggunakan ekstrak sereh tidak dengan aquadest karena pada
saat percobaan yang ditambahkan aquades hasilnya menjadi
keruh. Hal ini disebabkan aquades tidak dapat melarutkan minyak
atsiri sereh.
- Media Muller Hinton Agar digunakan karena media ini
mengandung nutrisi yang dibutuhkan bakteri Staphylococcus
epidermidis sehingga bakteri ini dapat tumbuh optimal pada
media.
- setiap media dipasang kontrol positif dan kontrol negatif sebagai
pembanding
- Penggunaan ekstrak sereh (Cymbopo‐gon nardus L) pada
deodorant parfume spray sangat efektif untuk menurunkan
aktifitas bakteri Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 30%.
Kesimpulan Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa deodorant parfume spray
dengan bahan dasar ekstrak sereh Cymbopogon nardus L dengan
konsentrasi 30% sangat efektif dalam mengurangi aktifitas bakteri
Staphylococcus epidermidis yaitu sebanyak 14 mm.Hasil ini bahkan lebih
baik jika dibandingkan dengan sampel deodorant parfume spray yang
beredar dipasaran yang hanya dapat menghambat sebanyak 8 mm
Keunggulan - Dengan adanya jurnal penelitian ini yang biasanya sereh dibuat
bumbu masakan sekarang diinovasi lebih modern lagi dan
meningkatkan nilai eknomisnya yaitu di buat deodorant untuk
mengatasi bau badan dengan konsentrasi yang baik dan efektif
yaitu 30% .
- Untuk bahan dan alat pengujiannya juga sederhana,praktis da
ekonomis dengan menggunakan metode destilasi untuk
ekstraknya dan pengujiannya dengan mikrobiologi yang
sederhana.
Drawbacks - Pada tahapan pengujian dengan mikrobiologi untuk konsentrasi
5% dan 15% belum memberikan pengaruh sama sekali. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena zat aktif pada ekstrak sereh belum
cukup kuat untuk mengurangi aktifitas bakteri. Hasil yang
diperoleh didasarkan atas ada atau tidaknya zona hambatan yang
terbentuk disekeliling silinder.
- Sedangkan setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji t
student diperoleh hasil yang tidak signifikan antara berbagai variasi
konsentrasi dan daya hambat pertumbuhan bakteri dengan nilai
signifikansi sebesar 0,211. Hal ini disebabkan oleh data yang diuji
terlalu sedikit, tidak ada pengulangan perlakuan untuk tiap‐tiap
konsentrasi, tidak ada kontrol 0%, terlalu banyak nilai 0, dan
rentang tiap‐tiap konsentrasi terlalu jauh.
Judul Review Jurnal Kosalkes Sediaan Cair Analisis Senyawa
Berbahaya Dalam Parfum Dengan Kromatografi Gas-
Spektroofometri Massa Dengan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
Pengarang 1. Filasavita Prasasti Iswara
2. Dwiarso Rubiyanto
3. Tatang Shabur Julianto
Nama Jurnal Indonesia Journal Of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui senyawa apa yang menjadi faktor penentu
yang terdapat dalam sampel parfum yang dianalisis.
2. Untuk mengetahui senyawa yang berbahaya dalam parfum yang
dianalisis
Bahan dan Prosedur Alat : Alat yang digunakandalam penelitian ini adalah gas
chromatographyspectrometry massa(GC-MS),thermometer,
refraktometer, piknometer, gelas ukur 10mL, pipet ukur 5mL, labu ukur
10mL, dan corong.
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga sampel
parfum dan aquades.

Prosedur :
Pengujian Kromatografi Gas
Tiga sampel parfum, yaitu sampel A, B, dan C, masing-masing diambil 1 mL
dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang berpenutup. Selanjutnya
tersebut dianalisis dengan
1. kromatografi gas
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan kromatografi gas
dilakukan dengan cara sampel parfum diinjeksikan kedalam ruang
injeksi yang telah dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh gas
pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Didalam kolom fase diam
akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan
koefisien distribusinya dan akan dialirkan ke detektor yang memberi
sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca.
2. spektrometri massa.
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan spektrometri
massa dengan data spektra massa standar yang tersimpan dalam
kepustakaan instrument kromatografi gas-spektroskopi massa.
Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spektra
senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka senyawa
itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis. Sehingga dapat
ditampilkan bahwa sampel tersebut sama dengan senyawa yang
memiliki SI tertinggi dalam data komputer yang diberikan komputer.
Dengan metode ini, maka alat kromatografi gas-spektrometer massa
dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa tanpa memerlukan
senyawa standar yang digunakan dalam metode spiking pada
kromatografi gas (Hapsari, 2008).

Hasil dan Pembahasan Hasil :

kromatogram sampel parfum A.

Puncak 1 merupakan zat pelarut, puncak 2 zat pengikat dan puncak 3 zat
pewangi. Kondisi oprasional kromatogarfi adalah Fasa Diam: Rtx-5 MS
(Crossbond 5% diphenyl / 95% dimethyl polysilaxone) ; Dimensi : 30
meter, 0,25 mmID, 0,25 um df ; Max Prog. Temp. 350 o ; Min. Bleed at
330oC ; Fasa Gerak : Helium . Berdasarkan contoh kromatogram pada
gambar 3 dapat dilihat bahwa senyawa yang terikat lebih kuat dengan
fasa diam akan tertahan lebih lama didalam kolom, sehingga waktu
retensi senyawa lebih panjang. Puncak kromatogram yang ada pada
kromatogram kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok
komposisi dalam parfum. Puncak 1 merupakan senyawa pelarut.
Senyawa pada puncak 2 merupakan zat pengikat, dan senyawa pada
puncak 3 merupakan zat pewangi dari sampel parfum A. Puncakpuncak
pada kromatogram di atas memiliki luas area yang dinyatakan dalam
persen luas (% area). Puncak-puncak yang memiliki persen luas antara
1% sampai dengan 16,75% selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
spektrometri massa.

menunjukkan fragmentasi massa (m/z)


sampel parfum A dari puncak 1 pada gambar 3. puncak 1 tersebut adalah
methanol. Bila ditemukan nilai SI yang sama dari fragmentasi sebuah
puncak maka dipilih fragmentasi senyawa dengan berat molekul
terendah sebagai fragmentasi puncak yang dianalisis.

Pembahasan :
Hasil Kromatogram Sampel kita kelompokkan menjadi tiga. Apabila
dihubungkan dengan data hasil spektrometri massanya senyawa tersebut
terdiri dari pelarut, zat pengikat, dan zat wangi.
1. Pelarut
Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) etanol adalah
senyawa yang mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung
dengan mata dapat menyebabkan iritasi. dapat menyebabkan
kulit kemerahan, gatal, peradangan.
2. Zat Pengikat
dari data material safety data sheet (MSDS) juga menyebutkan
bahwa dari masingmasing senyawa tersebut dapat memberikan
efek negatif meskipun tidak terlalu berbahaya.
1,2 butanediol - Berdasarkan material safety data sheet (MSDS)
senyawa ini dapat memberikan potensi bahaya seperti iritasi
mata, dapat menyebabkan cedera kornea, dapat menyebabkan
iritasi kulit. Jika dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan
dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Zat Pewangi
Berdasarkan tabel komposisi kimia diatas diperoleh komponen zat
pewangi dari ketiga parfum adalah metal dihidrojasmonat. Dalam
material safety data sheet (MSDS) metal dihidrojasmonat tidak berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sehingga masih baik digunakan sebagai zat pewangi
dalam parfum.
Kesimpulan Dari ketiga sampel parfum yang dianalisis menunjukkan adanya senyawa
yang menjadi faktor penentu aroma parfum tersebut. Senyawa tersebut
adalah metal dihidrojasmonat dan beberapa komposisi yang berbahaya
jika dipakai tidak terbatas.
Keunggulan - Dengan adanya jurnal penelitian ini, kami bisa paham komposisi
apa saja yang bahaya pada parfum kalau di gunakan lebih dari
batasan dan berhati-hati memilih komposisi parfum yang
sebenarnya ada beberapa yang berbahaya tapi ada juga yang tidak
berbahaya. Harus Lebih efektif lagi menggunakan parfum dan beri
batasan menggunakan produk parfum.
- Pengujian juga valid sampai bisa terindetifikasi semua komposisi
yang bahaya dan komposisi yang baik. Dan pengujiannya dengan
MSDS yang terstandart.
Drawbacks - Pada jurnal penelitian ini, Berdasarkan material safety data sheet
(MSDS) dari masing-masing senyawa menunjukkan bahwa hampir
semua senyawa dalam parfum mempunyai potensi bahaya bagi
penggunanya jika melebihi batas paparan.
Judul Review Jurnal Kosalkes Sediaan Cair Sintesis Senyawa Mentil Vanilat
dari Vanilin dan Aplikasinya sebagai Parfum
Pengarang 1. Ade Irfan Risnandar
2. Susy Yunita Prabawati
Nama Jurnal ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan 61 Vol.3 No.2 2019
Tujuan Penelitian 1. Mensintesis mentil vanillin dari vanillin sebagai parfun dengan
keharuman yang alami
2. Melakukan Uji Organoleptis untuk menguji senyawa hasil sintesis.
Bahan dan Prosedur Alat : Peralatan yang digunakan pada penelitian adalah alat gelas, satu
set alat refluks, alat penangas es, alat hot plate, alat timbangan digital,
alat spektrofotometer Fourier Transform Infra Merah (FTIR, Shimadzu,
Prestige 21), alat uji melting point (electrothermal-9100), dan
Spektrometer resonansi magnetic inti proton Hidrogen (H 1NMR)
(399.838 MHz) JEOL menggunakan standar internal TMS dengan
pelarut CDCl3.
Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini memiliki kualitas
pro analisis dari Merck. bahan-bahan yang digunakan meliputi perak
nitrat (AgNO3), natrium hidroksida (NaOH), akuades, vanilin (C8H8O3),
asam sulfat pekat (H2SO4), tionil klorida (SOCl2), piridin, mentol, es
batu dan natrium sulfat (Na2SO4).

Prosedur :
1. Oksidasi Vanilin
Larutan 3,37 g AgNO3 (20 mmol) dicampurkan dengan larutan dari 0,93 g
NaOH (23 mmol), kemudian diaduk selama 5 menit. Endapan Ag 2O yang
terbentuk disaring lalu dicuci dengan akuades. Oksidasi basah Ag 2O
ditambahkan 40 mL aquades, 3,93 g (97 mmol) pellet NaOH sambil diaduk
kuat, kemudian temperatur dinaikkan. Ketika temperatur mencapai
5560°C, 3,04 g vanilin (20 mmol) dimasukkan dan diaduk kuat selama lebih
kurang 10 menit. Setelah itu, campuran disaring dengan kertas saring dan
filtratnya diasamkan dengan asam sulfat pekat sampai terbentuk kristal
asam vanilat yang tidak larut lagi. Kristal asam vanilat yang terbentuk
difiltrasi lalu dicuci dengan akuades. Kristal asam vanilat yang terbentuk
selanjutnya diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan aquades
dengan perbandingan 1:1 (v:v), larutan organik dipisah kemudian
dikeringkan sehingga diperoleh asam vanilat yang murni. Kristal asam
vanilat yang terbentuk dikumpulkan dan dihitung rendemennya kemudian
dilakukan uji titik leleh dan diidentifikasi mengggunakan spektrofotometer
FTIR untuk melihat perbedaan dengan senyawa bahan dasarnya.
2. Esterifikasi Asam Vanilat
Asam vanilat 1,5 g (0,0089 mol) ditambahkan ke dalam 2 mL (0,02
mol) SOCl2 dalam labu leher tiga kapasitas 250 mL. Campuran direfluks
pada suhu 45°C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam penangas es
hinggga suhu mencapai 10°C. Setelah vaniloil klorida mencapai suhu 10°C,
vaniloil klorida dialiri gas N2, kemudian ditambahkan mentol sebanyak
2,78 g (0,0178 mol) sedikit demi sedikit melalui corong penambah dan
ditambahkan 1 tetes piridin untuk mengikat HCl sisa reaksi. Campuran
direfluks selama 30 menit. Hasil yang diperoleh ditambah dengan Na 2SO4
anhidrat dan kemudian disaring. Filtrat yang didapatkan ditimbang
kemudian dihitung rendemennya berdasarkan persamaan (1) dan
dianalisis menggunakan FTIR dan 1HNMR.
3. Uji Organoleptis
Adapun kriteria yang diuji yaitu keharuman aroma, ketajaman
aroma, dan tingkat kesukaan terhadap aroma yang dihasilkan. Uji
organoleptik ini menggunakan responden tak terlatih, dengan bahan uji
tanpa pembanding. Masing-masing subjek pengujian menggunakan
penilaian dengan skala 1-7. Sebanyak 20 orang responden dari berbagai
profesi dan prodi mengisi angket yang berisi pendapat.

Hasil dan Pembahasan Hasil :


Senyawa hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR dan Proton
Nuclear Magnetic Resonance (1HNMR) dan dilakukan uji organoleptik. Uji
titik leleh Asam Vanilat memberikan hasil sebesar 212°C mendekati titik
leleh asam vanilat standar yaitu 210°C. Identifikasi Senyawa asam vanilat
dengan FTIR ditunjukkan dengan tidak terlihatnya serapan gugus C-H
aldehid pada bilangan gelombang dekat 2850 cm -1 dan 2750 cm-1. Hal ini
menandakan gugus aldehid dari vanilin telah teroksidasi sempurna.
Esterifikasi Asam Vanilat menggunakan mentol dengan penambahan
pereaksi SOCl2 menghasilkan reaksi yang irreversible dan diperoleh cairan
yang berwarna coklat yang merupakan senyawa ester Mentil Vanilat.
Senyawa Mentil Vanilat hasil sintesis diperoleh dengan rendemen 48.05%.
Identifikasi dengan FTIR menunjukkan terbentuknya senyawa Mentil
Vanilat yaitu adanya serapan gugus C-O ester pada bilangan gelombang
1219.01 cm-1 dan 1180.04 cm-1 dengan FTIR, sedangkan dari hasil
intepretasi 1HNMR terlihat serapan pada pergeseran kimia 0.742.16 ppm
yang merupakan serapan proton dari gugus mentil yang telah tersubtitusi,
berdasarkan hasil identifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR dan
1H-NMR yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa senyawa Mentil
Vanilat telah berhasil disintesis. Sedangkan hasil uji organoleptik
menyatakan 95% responden menyatakan harum, 100% responden
menyatakan produk beraroma tajam, dan 75% responden menyukai
produk senyawa hasil sintesis.
Pembahasan

- Oksidasi senyawa vanillin diawali dengan melarutkan AgNO 3 ke


dalam larutan NaOH pada suhu ruangan. sehingga menghasilkan
endapan Ag2O yang berwarna coklat kehitaman serta garam
NaNO3 yang larut dalam air.
- Ag2O yang terbentuk selanjutnya digunakan untuk mengoksidasi
gugus aldehid pada senyawa vanillin.
- Reaksi antara Ag2O dan vanilin berlangsung hingga terjadi
perubahan warna endapan Ag 2O dari coklat kehitaman menjadi
abu-abu keperakan karena telah tereduksi menjadi perak (Ag).
- Uji titik leleh asam vanilat diperoleh sebesar 212°C sedangkan
senyawa vanilin 82°C. Perbedaan titik leleh yang signifikan ini
menunjukkan bahwa produk yang diperoleh merupakan senyawa
yang berbeda dari reaktan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
produk sudah terbentuk.
- menggunakan spektrofotometer Fourier Transform InfraRed
(FTIR) untuk mengidentifikasi keberadaan gugus fungsi yaitu gugus
karboksilat yang terdapat dalam senyawa Asam Vanilat dan
dibandingkan dengan bahan dasarnya yaitu vanilin.
- Pembentukan senyawa Mentil Vanilat dilakukan dengan
mereaksikan antara vaniloil klorida, mentol, dan piridin dengan
proses refluks.
- Senyawa Mentil Vanilat dengan senyawa Asam Vanilat memiliki
perbedaan yang sangat jelas. Serapan –OH fenolik pada senyawa
Mentil Vanilat memiliki peak yang lebih lebar dibanding dengan
senyawa Asam Vanilat yang memiliki peak yang runcing, kemudian
serapan gugus hidroksi fenolik pada senyawa Mentil Vanilat
memiliki bilangan gelombang yang lebih kecil dibanding dengan
serapan gugus hidroksi fenolik pada senyawa Asam Vanilat yaitu
pada 3340 cm-1 sedangkan Asam Vanilat pada 3479 cm-1.
Perbedaan ini mengindikasikan bahwa gugus hidroksi fenolik yang
terikat secara para telah mengalami reaksi esterifikasi.
- Berdasarkan hasil analisis 1H-NMR dan FTIR yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa senyawa parfum Mentil Vanilat telah
berhasil disintesis. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak
terdeteksinya gugus asam karboksilat pada spektra FTIR Mentil
Vanilat dan diperkuat dengan munculnya gugus mentil yang telah
disubtitusikan ke dalam gugus Asam Vanilat pada spektra 1H-NMR.
- Uji organoleptik ini menggunakan responden tak terlatih, dengan
bahan uji tanpa pembanding. Masing-masing subjek pengujian
menggunakan skala 1-7. Sebanyak 20 orang responden dari
berbagai macam profesi dan prodi mengisi angket yang berisi
pendapat.
Kesimpulan Produk senyawa Mentil Vanilat dapat terbentuk dengan mereaksikan
senyawa asam vanilat dengan tionil klorida sehingga diperoleh senyawa
vaniloil klorida yang kemudian direaksikan dengan mentol dan
diperoleh senyawa Mentil Vanilat. Pengaruh penambahan pereaksi
SOCl2 dalam penelitian ini adalah agar reaksi berjalan searah
(Irreversible) sehingga tidak terdapat reaksi balik (terbentuk kembali
senyawa Asam Vanilat dan mentol), hal tersebut dibuktikan dengan
hasil identifikasi senyawa menggunakan FTIR dan 1H-NMR, sehingga
produk yang dihasilkan menjadi lebih optimum dengan rendemen
sebesar 48.05%. Tanggapan responden terhadap produk yang
dihasilkan meliputi: 95% dari 20 responden menyatakan bahwa produk
memiliki ringkat keharuman: harum., 100% dari 20 responden
menyatakan aroma produk yang dihasilkan cenderung tajam., dan 75%
dari 20 responden menyatakan suka terhadap produk yang dihasilkan.
Keunggulan dengan hasil identifikasi senyawa menggunakan FTIR dan 1H-NMR,
sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih optimum dengan
rendemen sebesar 48.05%. Tanggapan responden terhadap produk
yang dihasilkan meliputi: 95% dari 20 responden menyatakan bahwa
produk memiliki ringkat keharuman: harum., 100% dari 20 responden
menyatakan aroma produk yang dihasilkan cenderung tajam., dan 75%
dari 20 responden menyatakan suka terhadap produk yang dihasilkan.

Drawbacks - Dengan metode tersebut ujinya terlalu banyak dan mungkin kalau
tidak detail dengan setiap penambahan-penambahan larutan akan
terjadi pengulangan prosedur mulai awal

Anda mungkin juga menyukai