NOVIRA RHIELAWATI - Review Jurnal
NOVIRA RHIELAWATI - Review Jurnal
AKA18007
Pembahasan :
- Pada tahapan membersihkan dan memotong sereh kecilkecil. Hal
ini berfungsi memperluas penampang permukaan sereh sehingga
dapat mempercepat terpisahnya minyak atsiri saat dilakukan
destilasi uap.
- pada tahapan penggojogan pada botol yang dikemas dengan
menggunakan ekstrak sereh tidak dengan aquadest karena pada
saat percobaan yang ditambahkan aquades hasilnya menjadi
keruh. Hal ini disebabkan aquades tidak dapat melarutkan minyak
atsiri sereh.
- Media Muller Hinton Agar digunakan karena media ini
mengandung nutrisi yang dibutuhkan bakteri Staphylococcus
epidermidis sehingga bakteri ini dapat tumbuh optimal pada
media.
- setiap media dipasang kontrol positif dan kontrol negatif sebagai
pembanding
- Penggunaan ekstrak sereh (Cymbopo‐gon nardus L) pada
deodorant parfume spray sangat efektif untuk menurunkan
aktifitas bakteri Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 30%.
Kesimpulan Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa deodorant parfume spray
dengan bahan dasar ekstrak sereh Cymbopogon nardus L dengan
konsentrasi 30% sangat efektif dalam mengurangi aktifitas bakteri
Staphylococcus epidermidis yaitu sebanyak 14 mm.Hasil ini bahkan lebih
baik jika dibandingkan dengan sampel deodorant parfume spray yang
beredar dipasaran yang hanya dapat menghambat sebanyak 8 mm
Keunggulan - Dengan adanya jurnal penelitian ini yang biasanya sereh dibuat
bumbu masakan sekarang diinovasi lebih modern lagi dan
meningkatkan nilai eknomisnya yaitu di buat deodorant untuk
mengatasi bau badan dengan konsentrasi yang baik dan efektif
yaitu 30% .
- Untuk bahan dan alat pengujiannya juga sederhana,praktis da
ekonomis dengan menggunakan metode destilasi untuk
ekstraknya dan pengujiannya dengan mikrobiologi yang
sederhana.
Drawbacks - Pada tahapan pengujian dengan mikrobiologi untuk konsentrasi
5% dan 15% belum memberikan pengaruh sama sekali. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena zat aktif pada ekstrak sereh belum
cukup kuat untuk mengurangi aktifitas bakteri. Hasil yang
diperoleh didasarkan atas ada atau tidaknya zona hambatan yang
terbentuk disekeliling silinder.
- Sedangkan setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji t
student diperoleh hasil yang tidak signifikan antara berbagai variasi
konsentrasi dan daya hambat pertumbuhan bakteri dengan nilai
signifikansi sebesar 0,211. Hal ini disebabkan oleh data yang diuji
terlalu sedikit, tidak ada pengulangan perlakuan untuk tiap‐tiap
konsentrasi, tidak ada kontrol 0%, terlalu banyak nilai 0, dan
rentang tiap‐tiap konsentrasi terlalu jauh.
Judul Review Jurnal Kosalkes Sediaan Cair Analisis Senyawa
Berbahaya Dalam Parfum Dengan Kromatografi Gas-
Spektroofometri Massa Dengan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
Pengarang 1. Filasavita Prasasti Iswara
2. Dwiarso Rubiyanto
3. Tatang Shabur Julianto
Nama Jurnal Indonesia Journal Of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui senyawa apa yang menjadi faktor penentu
yang terdapat dalam sampel parfum yang dianalisis.
2. Untuk mengetahui senyawa yang berbahaya dalam parfum yang
dianalisis
Bahan dan Prosedur Alat : Alat yang digunakandalam penelitian ini adalah gas
chromatographyspectrometry massa(GC-MS),thermometer,
refraktometer, piknometer, gelas ukur 10mL, pipet ukur 5mL, labu ukur
10mL, dan corong.
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga sampel
parfum dan aquades.
Prosedur :
Pengujian Kromatografi Gas
Tiga sampel parfum, yaitu sampel A, B, dan C, masing-masing diambil 1 mL
dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang berpenutup. Selanjutnya
tersebut dianalisis dengan
1. kromatografi gas
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan kromatografi gas
dilakukan dengan cara sampel parfum diinjeksikan kedalam ruang
injeksi yang telah dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh gas
pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Didalam kolom fase diam
akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan
koefisien distribusinya dan akan dialirkan ke detektor yang memberi
sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca.
2. spektrometri massa.
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan spektrometri
massa dengan data spektra massa standar yang tersimpan dalam
kepustakaan instrument kromatografi gas-spektroskopi massa.
Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spektra
senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka senyawa
itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis. Sehingga dapat
ditampilkan bahwa sampel tersebut sama dengan senyawa yang
memiliki SI tertinggi dalam data komputer yang diberikan komputer.
Dengan metode ini, maka alat kromatografi gas-spektrometer massa
dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa tanpa memerlukan
senyawa standar yang digunakan dalam metode spiking pada
kromatografi gas (Hapsari, 2008).
Puncak 1 merupakan zat pelarut, puncak 2 zat pengikat dan puncak 3 zat
pewangi. Kondisi oprasional kromatogarfi adalah Fasa Diam: Rtx-5 MS
(Crossbond 5% diphenyl / 95% dimethyl polysilaxone) ; Dimensi : 30
meter, 0,25 mmID, 0,25 um df ; Max Prog. Temp. 350 o ; Min. Bleed at
330oC ; Fasa Gerak : Helium . Berdasarkan contoh kromatogram pada
gambar 3 dapat dilihat bahwa senyawa yang terikat lebih kuat dengan
fasa diam akan tertahan lebih lama didalam kolom, sehingga waktu
retensi senyawa lebih panjang. Puncak kromatogram yang ada pada
kromatogram kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok
komposisi dalam parfum. Puncak 1 merupakan senyawa pelarut.
Senyawa pada puncak 2 merupakan zat pengikat, dan senyawa pada
puncak 3 merupakan zat pewangi dari sampel parfum A. Puncakpuncak
pada kromatogram di atas memiliki luas area yang dinyatakan dalam
persen luas (% area). Puncak-puncak yang memiliki persen luas antara
1% sampai dengan 16,75% selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
spektrometri massa.
Pembahasan :
Hasil Kromatogram Sampel kita kelompokkan menjadi tiga. Apabila
dihubungkan dengan data hasil spektrometri massanya senyawa tersebut
terdiri dari pelarut, zat pengikat, dan zat wangi.
1. Pelarut
Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) etanol adalah
senyawa yang mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung
dengan mata dapat menyebabkan iritasi. dapat menyebabkan
kulit kemerahan, gatal, peradangan.
2. Zat Pengikat
dari data material safety data sheet (MSDS) juga menyebutkan
bahwa dari masingmasing senyawa tersebut dapat memberikan
efek negatif meskipun tidak terlalu berbahaya.
1,2 butanediol - Berdasarkan material safety data sheet (MSDS)
senyawa ini dapat memberikan potensi bahaya seperti iritasi
mata, dapat menyebabkan cedera kornea, dapat menyebabkan
iritasi kulit. Jika dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan
dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Zat Pewangi
Berdasarkan tabel komposisi kimia diatas diperoleh komponen zat
pewangi dari ketiga parfum adalah metal dihidrojasmonat. Dalam
material safety data sheet (MSDS) metal dihidrojasmonat tidak berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sehingga masih baik digunakan sebagai zat pewangi
dalam parfum.
Kesimpulan Dari ketiga sampel parfum yang dianalisis menunjukkan adanya senyawa
yang menjadi faktor penentu aroma parfum tersebut. Senyawa tersebut
adalah metal dihidrojasmonat dan beberapa komposisi yang berbahaya
jika dipakai tidak terbatas.
Keunggulan - Dengan adanya jurnal penelitian ini, kami bisa paham komposisi
apa saja yang bahaya pada parfum kalau di gunakan lebih dari
batasan dan berhati-hati memilih komposisi parfum yang
sebenarnya ada beberapa yang berbahaya tapi ada juga yang tidak
berbahaya. Harus Lebih efektif lagi menggunakan parfum dan beri
batasan menggunakan produk parfum.
- Pengujian juga valid sampai bisa terindetifikasi semua komposisi
yang bahaya dan komposisi yang baik. Dan pengujiannya dengan
MSDS yang terstandart.
Drawbacks - Pada jurnal penelitian ini, Berdasarkan material safety data sheet
(MSDS) dari masing-masing senyawa menunjukkan bahwa hampir
semua senyawa dalam parfum mempunyai potensi bahaya bagi
penggunanya jika melebihi batas paparan.
Judul Review Jurnal Kosalkes Sediaan Cair Sintesis Senyawa Mentil Vanilat
dari Vanilin dan Aplikasinya sebagai Parfum
Pengarang 1. Ade Irfan Risnandar
2. Susy Yunita Prabawati
Nama Jurnal ALKIMIA : Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan 61 Vol.3 No.2 2019
Tujuan Penelitian 1. Mensintesis mentil vanillin dari vanillin sebagai parfun dengan
keharuman yang alami
2. Melakukan Uji Organoleptis untuk menguji senyawa hasil sintesis.
Bahan dan Prosedur Alat : Peralatan yang digunakan pada penelitian adalah alat gelas, satu
set alat refluks, alat penangas es, alat hot plate, alat timbangan digital,
alat spektrofotometer Fourier Transform Infra Merah (FTIR, Shimadzu,
Prestige 21), alat uji melting point (electrothermal-9100), dan
Spektrometer resonansi magnetic inti proton Hidrogen (H 1NMR)
(399.838 MHz) JEOL menggunakan standar internal TMS dengan
pelarut CDCl3.
Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini memiliki kualitas
pro analisis dari Merck. bahan-bahan yang digunakan meliputi perak
nitrat (AgNO3), natrium hidroksida (NaOH), akuades, vanilin (C8H8O3),
asam sulfat pekat (H2SO4), tionil klorida (SOCl2), piridin, mentol, es
batu dan natrium sulfat (Na2SO4).
Prosedur :
1. Oksidasi Vanilin
Larutan 3,37 g AgNO3 (20 mmol) dicampurkan dengan larutan dari 0,93 g
NaOH (23 mmol), kemudian diaduk selama 5 menit. Endapan Ag 2O yang
terbentuk disaring lalu dicuci dengan akuades. Oksidasi basah Ag 2O
ditambahkan 40 mL aquades, 3,93 g (97 mmol) pellet NaOH sambil diaduk
kuat, kemudian temperatur dinaikkan. Ketika temperatur mencapai
5560°C, 3,04 g vanilin (20 mmol) dimasukkan dan diaduk kuat selama lebih
kurang 10 menit. Setelah itu, campuran disaring dengan kertas saring dan
filtratnya diasamkan dengan asam sulfat pekat sampai terbentuk kristal
asam vanilat yang tidak larut lagi. Kristal asam vanilat yang terbentuk
difiltrasi lalu dicuci dengan akuades. Kristal asam vanilat yang terbentuk
selanjutnya diekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat dan aquades
dengan perbandingan 1:1 (v:v), larutan organik dipisah kemudian
dikeringkan sehingga diperoleh asam vanilat yang murni. Kristal asam
vanilat yang terbentuk dikumpulkan dan dihitung rendemennya kemudian
dilakukan uji titik leleh dan diidentifikasi mengggunakan spektrofotometer
FTIR untuk melihat perbedaan dengan senyawa bahan dasarnya.
2. Esterifikasi Asam Vanilat
Asam vanilat 1,5 g (0,0089 mol) ditambahkan ke dalam 2 mL (0,02
mol) SOCl2 dalam labu leher tiga kapasitas 250 mL. Campuran direfluks
pada suhu 45°C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam penangas es
hinggga suhu mencapai 10°C. Setelah vaniloil klorida mencapai suhu 10°C,
vaniloil klorida dialiri gas N2, kemudian ditambahkan mentol sebanyak
2,78 g (0,0178 mol) sedikit demi sedikit melalui corong penambah dan
ditambahkan 1 tetes piridin untuk mengikat HCl sisa reaksi. Campuran
direfluks selama 30 menit. Hasil yang diperoleh ditambah dengan Na 2SO4
anhidrat dan kemudian disaring. Filtrat yang didapatkan ditimbang
kemudian dihitung rendemennya berdasarkan persamaan (1) dan
dianalisis menggunakan FTIR dan 1HNMR.
3. Uji Organoleptis
Adapun kriteria yang diuji yaitu keharuman aroma, ketajaman
aroma, dan tingkat kesukaan terhadap aroma yang dihasilkan. Uji
organoleptik ini menggunakan responden tak terlatih, dengan bahan uji
tanpa pembanding. Masing-masing subjek pengujian menggunakan
penilaian dengan skala 1-7. Sebanyak 20 orang responden dari berbagai
profesi dan prodi mengisi angket yang berisi pendapat.
Drawbacks - Dengan metode tersebut ujinya terlalu banyak dan mungkin kalau
tidak detail dengan setiap penambahan-penambahan larutan akan
terjadi pengulangan prosedur mulai awal