Anda di halaman 1dari 18

Akuntansi Manajemen Bisnis

“Cost Volume Profit Analysis”

Dosen Pengampu: Dr. A.A.G.P Widanaputra, S.E., M.Si., Ak

Oleh Kelompok 3:
Ni Putu Winda Ayuningtyas (1981611032) (01)
Ni Putu Lisna Vitriani (1981611036) (05)
Ni Wayan Ristiari Jananti (1981611043) (12)
A.A Istri Pranyanita (1981611049) (18)
Candra Widi Sari (1981611060) (29)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Titik Impas dalam unit (Break Event Point (BEP))
Titik Impas dalam unit (Break Event Point (BEP)) adalah titik dimana perusahaan belum
memperoleh keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik
analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
aktivitas. Masalah BEP baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut
mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu
dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya
variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap. BEP ditinjau dari konsep kontribusi
margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana kontribusi margin sama besarnya dengan
total biaya tetapnya.
Manfaat Analisis Titik Impas :
 Jumlah penjualan minimal harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian;
 Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
 Seberapa jauhkah yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
 Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
 Untuk mengetahu bagaimana efek perubahan harga jual biaya dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang diperoleh.

1. Pendekatan laba operasi


Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-
biaya perusahaan dalam kategori tetap dan variable. Laporan laba rugi dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut.
Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variable –Beban tetap

Dalam persamaan ini, istilah laba operasi digunakan untuk menunjukkan penghasilan atau
laba sebelum pajak penghasilan (taxes). Laba operasi (operating income) hanya mencakup
pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan. Sedangkan, laba bersih (net income)
adalah laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka

1
dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi denganmenyatakan pendapatan penjulan dan
beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara lebih spesifik, pendapatan
penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual, dan total biaya
variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian,
persamaan laba operasi menjadi :
Laba operasi = (Harga x Jumlah unit terjual) – (Biaya Variabel per unit x
jumlah unit terjual ) – Total biaya tetap

2. Pendekatan margin kontribusi


Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan dikurangi beban variabel.
Jadi, ini adalah jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan kemudian menjadi laba
untuk periode tersebut. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan
sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap
perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba
bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk
yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh kenaikan penjualan yang direncanakan terhadap
biaya, manajer cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi
yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan.

3. Target Keuntungan
Target Keuntungan merupakan Penjualan dalam unit yang diperlukan untuk mencapai
target laba meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan
ingin memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis cost volume profit
menyediakan suatu cara menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk menghasilkan target
laba tertentu. Target laba di sini adalah laba operasi di atas nol (titik impasnya), yang dapat
dinyatakan dengan jumlah dolar atau sebagai persentase dari pendapatan penjualan. Untuk
mencari target laba, pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan laba operasi
atau pendekatan margin kontribusi.

Laba = Total pendapatan - Total Biaya


4. Target keuntungan setelah pajak
Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak
berperan. Ini disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika
perusahaan ingin mengetahui berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih
tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih
adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan bahwa angka target laba dinyatakan dalam
kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba dinyatakan sebagai laba bersih,
harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba operasi. Umumnya,
pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan mengurangkan
pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba operasi = Laba bersih / (1- Tarif Pajak)

Titik Impas Dalam Dolar Penjualan

Pada beberapa kasus yang menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan dari pada unit yang
terjual. Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan
penjualan hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Setiap jawaban
yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi menjadi satu jawaban
yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa dihitung secara lebih
langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan penjualan. Dalam
kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan maupun biaya
variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan selalu
dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya akan
dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya tersebut
dapat dinyatakan dalam ukuran dolar penjualan. Untuk menghitung titik impas dalam dolar
penjualan, biaya variabel didefenisikan sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai
sebuah jumlah per unit yang
terjual. Dapat diilustrasikan mengenai pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel
dan margin kontribusi.

1. Target keuntungan

Secara umum dengan asumsi biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan
rasio margin kontribusi dengan perubahan dalam penjualan.

2. Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas
dalam pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian hargajual per unit dengan unit
yang terjual. Namun ada dua alasan yang membuat manajemen menggunakan kedua rumus
tersebut, yaitu:

a. Rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk mencari pendapatan secara


langsung jika hal tersebut dikehendaki.
b. Pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk digunakan dalam
pengaturan multiproduk yang memiliki harga yang bervariasi.

Analisis Multi Produk

Banyak perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Kompleksitas
konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multi produk, namun pengoperasiannya
tidak berbeda jauh. Terdapat pemisahan beban tetap langsung dari beban tetap umum. Beban
tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika
produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke
produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk dieliminasi.
Mesin Manual Mesin Otomatis Total
Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000
Beban Variabel 380.000 480.000 870.000
Margin Kontribusi $ 90.000 $160.000 $ 250.000
Beban Tetap Langsung 30.000 40.000 70.000
Margin Produk $ 60.000 $120.000 $ 180.000
Beban Tetap Umum 26.250
Laba Operasi $ 153.750

1. Titik Impas dalam Unit


Titik impas dalam unit untuk analisis multi produk diterapkan secara terpisah ke setiap
lini produk. Dengan cara itu, titik impas individu akan diperoleh jika laba didefinisikan sebagai
margin produk.
Ilustrasi pada kedua produk Whittier Company :
Unit impas mesin manual = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
= $30.000 / $ 75
= 400 unit
Unit impas mesin otomatis = Biaya Tetap / Margin Kontribusi
= S40.000 / $ 200
= 200 unit
Pada contoh diatas, margin produk impas hanya menutupi biaya tetap langsung, namun
biaya tetap umum masih belum tertutupi.Penjualan kedua produk dalam jumlah tersebut akan
menimbulkan kerugian biaya tetap umum. Perlu dilakukan pengalokasian biaya tetap umum ke
setiap lini produk sebelum menghitung titik impas.
Permasalahannya adalah alokasi biaya tetap umum bersifat acak. Jadi, tidak ada volume
impas yang tampak secara langsung. Kemungkinan pemecahannya adalah mengonversikan
masalah multi produk menjadi masalah produk tunggal. Jika hal ini dapat dilakukan, maka
seluruh metodelogi CVP produk tunggal dapat diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi
ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit dari produk – produk
yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif dari berbagai produk
yang dijual perusahaan.
Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang akan dijual atau bagian dari pendapatan.
Apabila penjualan direncanakan sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin
pemotong rumput otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200:800 atau 3:2.
Ilustrasi pada kedua produk mesin pemotong rumput Whittier Company :
Produk Harga Biaya Margin Bauran Margin
Variabel Kontribusi Penjualan Kontribusi
Per Unit per Unit per Paket

Mesin Manual $400 $325 $75 3 $225


Mesin Otomatis 800 600 200 2 400
Total Paket $625

Dalam proyeksi laba rugi Whittier, total biaya tetap perusahaan adalah $96.250 sehingga
perhitungan titik impasnya sebagai berikut :
Paket Impas = Biaya Tetap / Margin Kontribusi per Paket
= $96.250/$625
= 154 Paket

2. Bauran Penjualan dan Analisis CVP


Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi relatif dari berbagai produk yang dijual
perusahaan. Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang akan dijual atau bagian dari
pendapatan. Penentuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi
masalah multiproduk ke dalam format CVP produk tunggal. Untuk bauran penjumlahan tertentu,
analisis CVP dapat digunakan seolah-olah perusahaan menjual produk tunggal. Namun, berbagai
tindakan yang mengubah harga setiap produk dapat memengaruhi bauran penjualan karena
pelanggan mungkin membeli produk tersebut relatif lebih banyak atau lebih sedikit.
Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika jumlah
produk bertambah. Cara lain untuk menangani meningkatnya kompleksitas tersebut adalah
beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan pendapatan penjualan. Pendekatan ini
mampu menyelesaikan analisis CVP multiproduk hanya dengan menggunakan data ikhtisar yang
terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan.
3. Pendekatan Dolar Penjualan
Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi bauran
penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan perhitungan margin kontribusi per paket. Upaya
perhitungan mirip dengan yang menggunakan pengaturan produk tunggal. Selain itu, jawabannya
masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti titik impas dalam unit, jawaban
atas pertanyaan CVP yang menggunakan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam ukuran ikhtisar
tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan
dengan kinerja tiap-tiap produk. Titik impas dalam dolar penjualan dapat dihitung dengan
membagi biaya tetap dengan rasio margin kontribusi.

Representasi Grafis dari Hubungan CVP


Untuk memahami hubungan CVP secara lebih mendalam, dapat dilakukan melalui
penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer melihat
perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka
memahami dampak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titk impas dengan cepat. Dua
grafik dasar yang penting yaitu, grafik laba volume dan grafik biaya volume laba.

1. Grafik Laba-Volume
Grafik laba-volume menggambarkan hubungan antara volume penjualan dan laba Dalam
grafik laba volume, variable terikatnya adalah laba operasi sedangkan variable bebasnya adalah
unit. Nilai variable bebas diukur pada sumbu horizontal dan nilai variable terikat diukur pada
sumbu variabel. Grafik ini merupakan grafik dari persamaan laba operasi yaitu:

Laba Operasi = (Harga x Unit) - (Biaya variabel per unit x unit) - biaya tetap
Sebagai contoh para perusahaan Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya:
Total Biaya Tetap = $100
Biaya Variabel Per unit = 5
10
Harga Jual Per Unit=
Dengan data diatas maka laba operasi yaitu:
Laba Operasi= ($10 x Units) – ($5xUnits) – $100
=($5 x Units) - $100

Dari gambar grafik dapat dilihat bahwa pendapatan dimulai dari pada titik nol dengan
kemiringan yang sama dengan harga jual per unit yaitu 10, sedangkan garis total biaya
memotong sumbu vertikal pada titik yang sama dengan biaya tetap dan meningkat dengan
kemiringan yang sama dengan biaya per unit yaitu 5. Jika garis pendapatan di bawah total biaya,
maka akan muncul
daerah rugi, sebaliknya bila garis pendapatan di atas total biaya, maka akan muncul daerah laba.
Pada saat garis pendapatan dan garis total biaya berpotongan disebut titik impas.

2. Grafik Biaya Volume Laba


Grafik biaya volume laba (cost volume-profit graph) menggambarkan hubungan antara
biaya, volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci, perlu dibuat grafik
dengan dua garis terpisah yaitu garis total pendapatan dan garis total biaya yang disajikan
dalam dua persamaan berikut :
Pendapatan = Harga x Unit
Total Biaya = (Biaya Variabel per Unit x Unit) + Biaya Tetap

3. Asumsi – asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba


Grafik laba volume dan biaya volume laba mengandalkan beberapa asumsi penting yaitu:
1. Fungsi Linier
Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier.
Jika kuantitas yg dijual meningkat pendapatan juga meningkat, begitu juga dengan
biaya, jika kuantitas produk yang dihasilkan meningkat, maka biaya juga meningkat.
2. Rentang yang Relevan
Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit
dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentang yang
relevan. Rentang yang relevan yaitu rentang operasi berjalan yang menggambarkan
hubungan biaya dan pendapatan linier yang berlaku.
3. Produksi Sama dengan Penjualan
Analisis mengasumsikan apa yg diproduksi dapat dijual. Tidak ada perubahan
persediaan selama periode tersebut.
4. Bauran Penjualan yang Konstan
Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui. Analisis
impas multiproduk mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan.
5. Harga dan Biaya diketahui dengan Pasti
Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti. Pada kenyataanya
perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti.
Suatu perubahan pada satu variabel biasanya mempengaruhi nilai variable lainnya.

Perubahan Dalam Variabel CVP

Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, mereka harus memperhatikan
perubahan – perubahan yang terjadi dalam harga, biaya variable, dan biaya tetap. Perusahaan
juga harus memperhitungkan pengaruh resiko dan ketidakpastian. Kita akan membahas pengaruh
dari perubahan harga, margin kontribusi per unit, dan biaya tetap terhadap titik impas. Kita juga
akan membahas cara – cara yang dapat ditempuh para manajer untuk menangani risiko dan
ketidakpastian dalam kerangka CVP

1. Memperkenalkan Risiko dan Ketidakpastian

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya diketahui dengan pasti. Namun,
hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan
bisnis dan bagaimananpun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dengan ketidak
pastian. Distribusi probabilitas variable pada risiko dapat diketahui, sedangkan distribusi
probabilitas variable pada ketidakpastian tidak diketahui. Namun, pada tujuan pembahasan kita,
kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian.
Risiko adalah akibat yang harus diterima atas suatu tindakan / perbuatan. Atas setiap perbuatan pasti ada risiko
yg timbul dan harus ditanggung.
Sedangkan ketidakpastian adalah hal/akibat yg belum pasti terjadi dr suatu tindakan/perbuatan. Jadi menurut
saya risiko itu pasti terjadi sedangkan ketidakpastian kebalikannya.

Margin pengaman ( margin of safety )

Margin pengaman (margin of safety) adalah unit yang terjual atau diharapkan terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas.
Margin pengamandapat dipandang sebagai ukuran kasar dari risiko. Pada kenyataannya peristiwa
yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal itu dapat menurunkan penjualan
di bawah jumlah yang diharapkan. Apabila margin pengaman perusahaan adalah besar atas
penjualan tertentu yang diharapkan tahun depan, maka risikomenderita kerugian jika penjualan
menurun lebih kecil daripada margin pengamannya kecil. Manager yang menghadapi margin
pengaman yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai tindakan untuk
meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya.

Pengungkit Operasi,

Dalam ilmu fisika, alat pengungkit adalah mesin sederhana yang digunakan untuk
melipatgandakan kekuatan. Pada dasarnya, pengungkit tersebut melipatgandakan kekuatan tenaga
yang dikeluarkan untuk menghasilkan lebih banyak pekerjaan. Semakin besar beban yang
digerakkan oleh sejumlah tertentu tenaga, semakin besar keunggulan mekanis dari alat tersebut.
Dalam bidang keuangan pengungkit operasi berkaitan dengan bauran relative dari biaya tetap dan
biaya variable dalam suatu organisasi. Pertukaran antara biaya tetap dengan biaya variable adalah
suatu hal yang mungkin dilakukan.

Tingkat pengungkit operasi (degree of operating leverage – DOL) untuk tingkat


penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap
laba.

Tingkat pengungkit operasi = Margin kontribusi/laba

2. Analisis Sensitivitas dan CVP (Cost Volume Profit Analysis)


Meluasnya penggunaan computer dan spreadsheet telah memudahkan para manajer
melakukan analisis sensitivitas. Sebagai sebuah alat penting, analisis sensitivitas (sensitivity
analysis) adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji dampak dari perubahan asumsi-asumsi
yang mendasarinya terhadap suatu jawaban.
Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat


dikelompokkan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya
variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai
fungsi linier dari volume penjualan. Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya
dibagi dalam kategori berdasarkan unit dan non-unit.
Persamaan biaya Activity Based Costing dapat dinyatakan sebagai berikut:

Total biaya = Biaya tetap + (Biaya variabel per Unit x Jumlah unit) + (Biaya pengaturan
x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)

Laba operasi, seperti sebelumnya, adalah total pendapatan dikurangi total biaya. Hal ini
dinyatakan sebagai berikut:

Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah Unit)
+ (Biaya pengaturan x Jumlah Pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)]

Menggunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada
impas, laba operasi adalah nol, dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas adalah
sebagai berikut:

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa
x Jumlah jam rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel per unit)

1. Contoh Perbandingan Penggunaan Analisis CVP dan Analisis ABC


Diasumsikan bahwa suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual
untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini didasarkan pada data
berikut:

Penggerak Biaya variable per unit ($) Tingkat aktivitas


Unit terjual 10 -
Pengaturan 1.000 20
Jam rekayasa 30 1.000
Data lainnya:
Total biaya tetap (konvensional) $100.000
Total biaya tetap (ABC) 50.000
Harga jual per unit 50

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah yang harus terjual untuk menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:
Jumlah unit = (Target laba + Biaya)/(Harga-Biaya variabel per unit)
= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)
= $120.000/$10
= 12.000

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk
menghasilkan laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:
Jumlah unit = [$20.000 + $50.000 + ($1.000x20) + ($30x1.000)]/($20-$10)
= 12.000 unit

2. Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensional Versus Analisis ABC


Misalkan bahwa setelah dilakukan analisis CVP konvensional, departemen pemasaran
menyarankan bahwa penjualan 12.000 unit mustahil dicapai. Hanya 10.000 unit yang mungkin
dapat terjual. Presiden direktur perusahaan kemudian memerintahkan para insinyur perancang
produk mencari suatu cara mengurangi biaya pembuatan produk. Para insinyur juga diminta
untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional, yaitu biaya tetap sebesar $100.000 dan
biaya variabel $10. Biaya variabel per unit sebesar $10 terdiri atas tenaga langsung, $4 ; bahan
baku langsung, $5 ; dan overhead variabel , $1.
Guna memenuhi permintaan untuk mengurangi titik impas, departemen teknik
memproduksi suatu rancangan baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Rancangan
baru tersebut mengurangi biaya tenaga kerja langsung sebesar $2 per unit. Dengan demikian,
biaya variabel yang baru adalah $8 per unit dan titik impas adalah sebagai berikut:
Jumlah unit = biaya tetap : (harga – biaya variable per unit )
= $ 100.000 : ($ 20 - $ 8)
= 8.333 unit
Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sbb :
Penjualan ($20 x 10.000) $ 200.000
Dikurangi : beban variabel ($8 x 10.000) 80.000
Margin kontribusi $ 120.000
Dikurangi : beban tetap 100.000
Laba operasi $ 20.000

Satu tahun kemudian, Presiden Direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang
diharapkan tidak terjadi. Sebaliknya,perusahaan mengalami kerugian, mengapa? Jawabannya di
berikan oleh pendekatan ABC pada analysis CVP.
Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sebagai berikut:
Total biaya = $ 50.000 + ($ 10 x unit ) + ( $ 1000 x pengaturan) + ($ 30.000 x jam rekayasa)
Misalkan bahwa rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit,
sehingga meningkatkan biaya per pengaturan dari $ 1000 menjadi $ 1600. Juga misalkan bahwa
rancangan baru itu, karena peningkatan kandungan teknis, membutuhkan dukungan teknik
tambahan sebesar 40 persen (dari 1000 jam menjadi 1400 jam).
Persamaan biaya yang baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit, adalah :
Total biaya = $ 50.000 + ($ 8 x unit) + ($ 1600 x pengaturan) + ($ 30 x jam rekayasa)
Titik impas, dengan laba operasi nol dan menggunaan persamaan ABC, dihitung:
(anggap bahwa 20 pengaturan masih di lakukan)
Jumlah unit = [ ( $ 50.00 + ($ 1600 x 20 ) + ( $ 30.000 x 1400 ) ] : ($ 20 - $ 8)
= $ 124.000 : $ 12
= 10.333 unit.

Dan laba operasi untuk 10.000 unit dihitung sbb :


(inget kembali bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalah $ 10.000)
Penjualan ($ 20 x 10.000) $ 200.000
Dikurangi: beban variabel berdasarkan unit ($8 x 10.000) 80.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: beban variabel berdasarkan non unit:
Pengaturan ($1600 x 20) $32.000
Dukungan teknik ($ 30 x 1400) 42.000
74.000
Margin yang dapat di telusuri $46.000
Dikurangi: beban tetap 50.000
(rugi) operasional $ (4000)
3. Analisis CVP dan JIT
Variabel tingkat batch menjadi hilang (pada sistim JIT batch-nya adalah satu unit). Dengan
demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sbb :

Total biaya = biaya tetap + ( biaya variabel per unit x jumlah unit ) + ( biaya rekayasa
x jumlah jam rekayasa)

Oleh karena aplikasi JIT merupakan kasus khusus dari persamaan ABC, maka tidak ada
contoh yang akan diberikan.
Daftar Pustaka

Guan.Limimg. Hansen. Don R., and Mowen, Maryanne M., 2009. Cost Management. 6thedition.
South-Western Chengage Learning (HM)

Anda mungkin juga menyukai