Oleh:
Kelompok 6
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Mahir Medikal Bedah yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
kepada kami dalam penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Syok Kardiogenik
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Mahir Medikal Bedah yang
diberikan oleh Ibu Hj. Ns. Endang Sri P.N, M.Kep, Sp, MB. Kemampuan maksimal dan usaha
yang keras telah kami curahkan dalam penyusunan makalah ini. Semoga usaha kami tidak sia-sia
dan mendapatkan hasil yang baik. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, karena kami menyusun makalah ini dalam rangka mengembangkan kemampuan diri.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun baik lisan maupun tulisan sangat kami
harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system
sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk
mempertahankan metabolism aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah keseluruh tubuh, pada penyakit jantung coroner disebabkan karena adanya
kematian jaringan miokard sehingga jantung tidak dapat memompakan darah secara
optimal yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan (Rifki Az, 2013).
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manisfestasi hemodinamika yang
bervariasi ; tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika
kemampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan (Arif Muttaqin, 2012).
Syok kardiogenik lebih sering disebabkan karena kegagalan jantung kiri yang
mana hal ini dapat memperburuk keadaan karena mempengaruhi oksigenasi ke tubuh.
Ada kurang lebih 5 juta orang amerika hidup dengan gagal jantung tiga puluh hingga
enam puluh persen pasien akan mengalami perawatan kembali dalam enam bulan dari
diagnosis awal dan hospitalisasi.(Terry & Weaver, 2013). Syok kardiogenik adalah
penyebab kematian utama pada infark koroner akut, dengan angka mortalitas mencapai
50-90%.Angka mortalitas meningkat seiring dengan usia. Mortalitas pasien usia > 75
tahun dengan syok kardiogenik adalah 55%, sedangkan pada pasien < 75 tahun mortalitas
sebesar 29,8%. (Yenna Tasia, 2020).
Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas konsep dasar dan asuhan
keperawatan yang berhubungan dengan Syok Kardiogenik karena pentingnya kita dalam
mengetahui dan memahami pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar terhadap
klien yang mengalami Syok Kardiogenik.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi Syok Kardiogenik?
b. Apa etiologi Syok Kardiogenik?
c. Bagaimana patofisiologi Syok Kardiogenik?
d. Bagaimana manifestasi Syok Kardiogenik?
e. Bagaimana komplikasi Syok Kardiogenik?
f. Bagaimana penatalaksanaan Syok Kardiogenik?
g. Bagaimana konsep dasar Asuhan Keperawatan Syok Kardiogenik?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Mengetahui definisi Syok Kardiogenik.
b. Mengetahui etiologi Syok Kardiogenik.
c. Mengetahui patofisiologi Syok Kardiogenik.
d. Mengetahui manifestasi Syok Kardiogenik.
e. Mengetahui komplikasi Syok Kardiogenik.
f. Mengetahui penatalaksanaan Syok Kardiogenik.
a. Mengetahui konsep dasar Asuhan Keperawatan Syok Kardiogenik.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru atau
hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut ( AMI)
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil
5. Valvular stenosis
6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy (myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya)
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung
3. Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai akibat dari
serangan jantung pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung.
Berkurangnya aliran darah berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya
pada otot jantung yang semakin berkurang, hal ini menyababkan iskemik miokard
pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark
miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan
kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang
pada fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin
memburuk sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu
timbulnya nyeri hebat maupun rasa tertekan yang menjalar sampai leher dan
lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam
laktat yang tinggi pada darah. Semakin menurunnya kondisi pada fase syok otot
jantung semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi memompa darah.
Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac
output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah
maupun O2 menjadi menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi
penurunan kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas. Aktifitas ginjal juga
terganggu pada penurunan cardiac output, yang berdampak pada penurunan laju
filtrasi glomerulus. Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan
aldostreron akan menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi urine
berkurang (< 30ml/ jam). Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang
menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana kondisi
ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular.
Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi
cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema
paru.
4. Manifestasi Klinis
Keluhan Utama Syok Kardiogenik:
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik:
1. Tensi turun < 80-90 mmHg.
2. Takipne8.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10 . Perubahan mental.
5. Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest, yaitu hilangnya fungsi jantung, napas, dan kesadaran
secara tiba-tiba dan tak terduga.
2. Disritmia, yaitu detak jantung yang tidak normal, apakah tidak beraturan,
terlalu cepat, atau terlalu lambat.
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke, yaitu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.
5. Tromboemboli (pembekuan darah)
6. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. EKG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi
ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,
misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan
Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik:
1. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakuka intubasi.
2. Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.
4. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
5. Bila mungkin pasang CVP.
6. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
Medikamentosa:
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus pada:
1. Aktivitas
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit
kelembaban, kelemahan umum
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD,
DM
Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak
teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurunan kontraktilitas ventrikel, gejala hipoperfusi jaringan kulit;
dioforesis (Kulit Lembab), pucat, akral dingin, sianosis, vena–vena pada
punggung tangan dan kaki kolaps.
3. Eliminasi
Tanda : oliguri
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio
substernal, prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah, tidak
tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher, dengan kualitas chorusing, menyempit, berat, tertekan, dengan
skala biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang mengeliat, menarik
diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung,
TD, pernafasan, warna kulit/kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.
5. Pernafasan
Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum, penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau
medikasi, riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik
b. Kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar
c. Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi organ ginjal, peningkatan na / air,
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap air dalam
area interstisial/jaringan)
d. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/penghentian aliran darah
e. Nyeri(akut) b/d iskemik jaringan sekunder akibat sumbatan atau penyempitan arteri
koroner
f. Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan,
adanya iskemik/ nekrotik jaringan miokard
3. Rencana Tindakan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/ perubahan
inotropik,
Ditandai dengan: Tekanan arterial sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau
paling tidak 60 mmHg dibawah tekanan basal (hipotensi relative), perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah,
tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau
penurunan kontraktilitas ventrikel, gejala hipoperfusi jaringan kulit; dioforesis (Kulit
Lembab), pucat, akral dingin, sianosis, vena-vena pada punggung tangan dan kaki
kolaps, gangguan fungsi mental, gelisah, berontak, apatis, bingung, penurunan
kesadaran hingga koma, produksi urine < 30 ml/ jam( oliguri).
Intervensi :
1) Auskutasi TD. Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk, berdiri
jika memngkinkan.
Rasional:
Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan difungsi ventrikel, hipoperfusi
miokardia dan rangsanng vagal. Namun hipertensi juga fenomena umum,
kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortistatik (postural) mungkin berhubungan dengan
komplikasi infark.
2) Evaluasi kualitas dan keamaan nadi sesuai indikasi.
Rasional:
Penurunan curah jantung menyebabkan menurunnya kelemahan /kekuatan nadi.
Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut.
3) Catat terjadinya suara S3, S4
Rasional:
S3 terjadi pada GJK tetapi juga terlihat pada gagal mitral (regugitasi) dan
kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemik miokard, kekakuan ventrikel, dan hipertensi
pulmonal atau sistemik.
4) Catat adanya suara murmur/gesekan.
Rasional:
Menunjukan gangguan aliran darah normal dalam jantung, contoh katup tak
baik, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar. Adanya gesekan dengan infark
juga berhubungan dengan inflamasi, contoh efusi pericardial dan perikarditis.
5) Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
Rasional:
Frekuensi dan irama jantung yang berspon terhadap obat dan ativitas sesuai
dengan terjadinya komplikasi /disritmia (Khususnya kontraksi ventrikel
premature atau blok jantung), yang mempengaruhi fungsi jantung atau
meningkatan kerusakan iskemik. Denyutan /fibrilasi akut atau kronis mungkin
terlihat pada arteri koroner atau keterlibatan katup dan mungkin merupakan
kondisi patologi.
6) Sediakan alat dan obat darurat.
Rasional:
Sumbatan koroner tiba–tiba, disritmia letal, perluasan infark maupun kondisi
syok yang memburuk merupakan kondisi yang mencetuskan henti jantung, yang
memerlukan terapi penyelamat hidup segera.
7) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan, sesuai indikasi.
Rasional:
Meningkatan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard.
8) Kolaborasi untuk mempertahankan cara masuk IV/hevarin sesuai indikasi
Rasional:
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat pada adanya disritmia
dan nyeri dada.
9) Kolaborasi pada pemeriksaan ulang EKG, foto dada, pemeriksaan data
laboratorium (enzim jantung, GDA, elektrolit).
Rasional:
EKG dapat memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan atau perbaikan
kondisi syok kardiogenik, status fungsi ventrikel, keseimbangan elektrolit dan
efek obat. Foto dada dapat menunjukan edema paru sehubungan dengan
disfungsi ventrikel. Enzim jantung dapat memantau perkembangan kodisi
pasien, adanya hipoksia menunjukan kebutuhan tambahan oksigen,
keseimbangan elektrolit cotoh hipo/hiperkalemia sangat besar berpengaruh
terhadap irama jantung dan kontraksinya.
10) Kolaborasi dalam pemberian obat antidisritmia sesuai indikasi, dan bila
digunakan bantu pemasangan /mempertahankan pacu jantung.
Rasional:
Disritmia biasanya pada secara simtomatis kecuali untuk PCV, dimana sering
mengancam secara profilaksis.
Pemacu merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut/diperlukan
secara permanen pada kondisi yang berat merusak system konduksi (Seperti:
Syok Kardiogenik).
b. Kerusakan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolar ditandai dengan:
takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret; penggunaan otot aksesori pernafasan,
nasal flaring, batuk; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus–menerus, dengan/
tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah muda/ berbuih (edema
pulmonal). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan
mengi peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau
sianosis, akral dingin.
Intervensi :
Intervensi:
Intervensi:
Intervensi :
1) Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal
dan respon hemodinamik.
Rasional:
Variasi penampilan dan perilaku pasien area nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian. Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan cemas.
2) Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri termasuk lokasi intensitas, lamanya
kualitas dan penyebaran.
Rasional:
Nyeri sebagai pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bila
memungkinkan bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan
dengan penganlaman yang lain.
3) Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina atau AMI.
Rasional:
Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan
identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau
perikarrditis.
4) Bila memungkinkan anjurkan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
Rasional:
Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri atau memerlukan
peningkatan dosis. Dan untuk mengidentifikasi kondisi pasien dengan segera
pada kondisi syok, sehingga kerusakan lanjut dapat dicegah.
5) Berikan lingkungan yang tenang, dan tindakan nyaman
Rasional:
Rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan
kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
6) Observasi tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik.
Rasional:
Pemberian obat narkotika dapat semakin menurunnya tekanan darah/depresan
pernafasan, kondisi ini dapat memperberat kondisi syok.
7) Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan dengan kandungan nasal atau
masker sesuai indikasi.
Rasional:
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga
mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan iskemik jaringan.
8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat sesuai indikasi dan kondisi
pasien.
Rasional:
Anti angina contoh nitrogliserin (nitri-bid, nitrostat, nitro-dur) nitrat berguna
untuk kontrol nyeri dengan efek fasodilatasi koroner yang meningaktkan aliran
darah koroner dan ferfusi miokardia. Efek fasodilatasi ferifer menurunkan
volume darah kembali ke jantung (freload), sehingga menurunkan kerja otot
jantung dan kebutuhan oksigen.
Intervensi.
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran
dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih
dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan
data bila terjadi demikian kemungkinan rencana haurs direvisi sesuai kebutuhan
pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam
menggunakan proses keperawatan.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
a. Identitas :
Nama pasien : Ny. K
Umur : 77 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/ bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Bandungrejo, Demak
Tgl pengkajian : 21/01/2013
Diagnosa Medis : Syok Kardiogenik
b. Penanggung jawab :
Nama : Tn. M
Umur : 38 tahun
Hubungan dg pasien : Anak
Suku/ bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
D. Pola Fungsional
1. Manajemen Kesehatan
Keluarga klien mengatakan jika ada anggota keluarganya yang
sakit, akan dibawa ke pelayanan kesehatan.
2. Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak sulit makan. Makan
seperti biasa 3 kali sehari, minum 7-8 gelas sehari (1,5 liter).
Selama Sakit
BB: 45kg, TB: 150cm, Hb: 13,7 g/dl
3. Eliminasi
Sebelum Sakit
4. Aktivitas
Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien bisa berkegiatan secara
mandiri. Klien juga mengatakan kalau klien suka jalan-jalan.
Selama Sakit
Klien tidak bisa melakukan kegiatan sendiri. Klien akan meminta tolong
pada perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk membantunya dalam
memenuhi kebutuhannya. Klien tergantung sebagian. Semua aktifitas pasien
dibantu oleh perawat dan keluarga.
Sebelum Sakit
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam istirahat dan tidurnya. Klien
biasa tidur pukul 22.00-04.00 WIB. Terkadang klien terbangun untuk
BAK.
Selama Sakit
Klien bisa tidur dan tidak ada gangguan apalagi setelah minum obat.
Sebelum Sakit
7. Konsep Diri
a. Identitas :
Klien berjenis kelamin perempuan berusia 77 tahun, Klien merasa puas
bisa membesarkan dan menghidupi anaknya dengan cara bertani hingga ia
sekarang mempunyai cucu 4 orang.
b. Body image :
Klien mengatakan bahwa dia merasa senang dengan seluruh anggota
tubuhnya mulai dari ujung rambut hingga kaki. Klien juga menerima
seluruh kekurangan apa adanya.
c. Ideal diri :
Klien berharap dirinya bisa cepat sembuh dan tidak kembali ke RS lagi.
d. Harga diri :
Klien memiliki percaya diri yang sangat tinggi. Dia berkeyakinan akan
cepat sembuh.
e. Peran diri :
Sebagai seorang ibu dan nenek, klien berusaha untuk tidak merepotkan
anak dan cucunya. Di masyarakat klien bisa bersosialisasi dengan warga
sekitar, saat ada kegiatan pengajian misalnya.
8. Mekanisme Koping
Klien meminta tolong pada perawat atau petugas lain/keluarga jika ada
masalah. Pasien menggunakan pernafasn mulut ketika sesak nafas.
b. Pengkajian sekunder
Kesadaran : composmentis E : 4, M : 6, V : 5
Tanda-tanda vital
Nadi : 71 x/menit
Pernafasan : 26 x/menit
I : cembung
A : peristaltic usus 6 x/menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : hipertimpani
Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Tidak ada pitting edema, uji kekuatan otot nilainya ekstremitas atas 3 dan ekstremitas
bawah 2, tampak sianosis, CRT <2 detik.
Ekstremitas Bawah
Genitalia
Terpasang DC
Pemeriksaan Diagnostik
Darah rutin:
Hemoglobin
Leukosit 13,7 13,2-17,3
Hematokrit
12 3,8-10,6
40 41-53
Kimia
Klinik:
Cholesterol 259 <265
Trigliserid
228 70-140
Creatinin
Calcium 1,9 0,62-1,1
Natrium
Kalium 1,05
HDL
LDL 131 135-147
CKMB
3,8 3,5-5
66,7
14,7
85
Program Terapi Obat
ISDN 2 x 5 mg
Aspilet 1 x 80 mg
CPG 1 x75 mg
Allupurinol 1 x 300 mg
Simvastatin 1 x10 mg
Daftar Masalah
3. DS : Resik operubahan
Klien mengatakan tidak nafsu makan dan nutrisi kurang dari
makanan terasa pahit. kebutuhan tubuh
DO:
- Mukosa bibir kering
- Klien makan hanya 4 sendok
- Klien memuntahkan makanannya.
Rencana Keperawatan
3. Anjurkan
pada klien
untuk makan
sedikit tapi
sering
4. Anjurkan
pada klien
untuk makan
makanan
hangat
5. Anjurkan
pada klien
untuk makan
makanan
yang disukai
6. Ajarkan pada
klien tentang
kebutuhan
nutrisi
7. Bantu klien
dalam makan
dan libatkan
keluarga
dalam
pemberian
makanan
1. 21Januari DS: -
2013 DO:-
TD: 104/67 mmHg
Mengkaji tekanan darah, nadi N:71 x/menit
danRR, saturasi oksigen RR: 26x/ menit
DS:-
DO:
tampak sianosisi dikuku dan
Mengevaluasi adanya sianosis mukosa bibir pucat
DS:-
DO:
Mempertahankan pemberian Klien menggunakan kanul
oksigen nasal 3 liter/menit
DS:
DO:
Menganjurkan klien untuk napas Klien bisa mengikuti perawat
dalam setelah berganti posisi atau saat mencontohkan cara
beraktivitas napas dalam
Catatan Perkembangan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung
yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung;
manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah,
kekacauan mental, dan kegelisahan. Etiologi syok kardiogenik antara lain:
Penyakit jantung iskemik, obat-obatan yang mendepresi jantung, gangguan irama
jantung.
Syok kardiogenik adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke
seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya
perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang
menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya
serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat
perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya
karena reaksi alergi atau infeksi).
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama
penderita mengalami syok
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat melakukan
pertolongan segera.
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan-tindakan emergency
untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C., Hall J.E.2010., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.
Muttaqin, Arif. 2012. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular
Rifky Az .2013. Mengenal Syok. In: Mini Simposium Emergency In Field Activities
Hippocrates Emergency Team. RS Islam Siti Rahmah: Padang
Terry, C.L. & Weaver, A. 2013. Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha Publishing