Anda di halaman 1dari 8

TUGAS I

1. Apa mission, vision dan values dari Internasional Federation of Accountants (IFAC)?
Jawaban:
a. IFAC’s vision is that the global accountancy profession be recognized as a valued
leader in the development of strong and sustainable organizations, financial markets
and economies.
b. IFAC’s mission is to serve the public interest by:
- Contributing to the development, adoption and implementation of high-quality
international standards and guidance
- Contributing to the development of strong professional accountancy organizations
and accounting firms, and to highquality practices by professional accountants
- Promoting the value of professional accountants worldwide
- Speaking out on public interest issues where the accountancy profession’s
expertise is most relevant
c. IFAC’s values are integrity, expertise and transparency. These values are the guiding
principles that IFAC as an organization through its Council, Board, boards and
committees, volunteers, and staff seeks to exemplify.

2. Gambarkan struktur IFAC!


Jawaban:
IFAC (International Federation of Accountants)
STRUKTUR KODE ETIK IFAC
Prinsip-prinsip fundamental etika IFAC yaitu :
a. Integritas. Seorang akuntan profesional harus bertindak jujur dan tegas dalam semua
hubungan bisnis dan profesionalnya.
b. Objektivitas. Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga
mengesampingkan pertimbangan bisnis dan profesional.
c. Kompetensi profesional dan kehati-hatian. Seorang akuntan profesional mempunyai
kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan
pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa
profesional yang kompeten didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi dan teknik
terkini. Selain itu juga harus bekerja secara tekun dan mengikuti standar-standar profesional
dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa profesional.
d. Kerahasiaan. Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperolehnya sebagai hasil hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh
mengungkapkan informasi apapun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik,
kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
e. Perilaku profesional. Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi/
2. AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
Prinsip-prinsip etika dari AICPA adalah sebagai berikut :
a. Tanggung jawab. Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,
anggota harus menjalankan pertimbangan moral dan profesional secara sensitif.
b. Kepentingan publik. Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak
sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Integritas. Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus
melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan rasa integritas tinggi.
d. Objektivitas dan Independensi. Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan
bebas dari konflik kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang
anggota dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan penampilan
saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya.
e. Kehati-hatian. Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis
profesi terdorong untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan kualitas jasa
dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota
yang bersangkutan.
f. Ruang lingkup dan Sifat jasa. Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti
prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menetapkan ruang lingkup dan sifat jasa
yang diberikan.

3. Gambarkan standar – standar yang diterbitkan IASSB (International Auditing and


Assurance Standar Board)!
Jawaban:
TUGAS II
1. Soal :
a. Jelaska proses penentuan materialitas
b. jelaskan 4 konsep materialitas berikut:
 Overall materiality
 Overak performance materiality
 Specific materiality
 Specific performance materiality

2. Soal:
a. Jelaskan proses penilaian resiko
b. Jelaskan komponen risiko audit berikut:
- Risiko bawaan
- Risiko pengendalian
- Risiko deteksi
Jawaban :

1. Jawab:
a. Proses penentuan materialitas:
- Menetapkan pertimbangan awal tentang materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang
membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan
pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan
pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
yang disebutkan dengan pertimbangan tentang materialitas yang direvisi. Hal ini
terjadi karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar
atau terlalu kecil.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertinbangan pendahuluan auditor tentang
materialitas adalah materialitas yang memiliki konsep yang relatif, dasar yang
diperlukan untuk mengevaluasi materialitas, dan faktor – faktor kualitatif.
Pertimbangan awal mengenai materialitas adalah jumlah maksimum suatu salah
saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor tidak mempengaruhi
pengambilan keputusan dari pemakai. Adapun penetapan materialitas sendiri
bertujuan untuk membantu auditor merencanakan bahan bukti yang cukup.
Seorang auditor eksternal dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi.
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi ada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang
diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi
temuan  audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan
tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan
kualitatif.  Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubugan salah saji dengan
jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan
dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material
dapat secara kualitatif  material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji
tersebut.

- Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas kedalam


segmen
Hal ini perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan
untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang nantinya akan membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Ketika
auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo
akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu sebagai salah saji
yang dapat ditoleransi.

- Mengestimasi total salah saji dalam segmen


Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis yaitu
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun, contohnya adalah perbedaan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih atau kewajiban garansi. Jenis kedua adalah
proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi,
contohnya adalah auditor menggunakan salah saji yang ditemukan yaitu 6 dari
jumlah sampel 200 untuk mengestimasi total salah saji yang mungkin dalam
persediaan. Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena hanya
sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi.

- Memperkirakan salah saji gabungan


Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun
kemudian digabungkan dalam kertas kerja.

- Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau


yang direvisi tentang materialitas
Langkah terakhir setelah dilakukan langkah ketiga dan keempat yaitu gabungan
salah saji yang mungkin dibandingkan dengan materialitas.

b. 4 Konsep Materialitas
- Overall materiality
Ditetapkan oleh auditor dengan menggunakan professional judgement pada angka
salah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan ekonomis yang
dibuat pemakai laporan keuangan.  Ketika ditetapkan angka overall
materiality menjadi salah satu ukuran yang dipakai untuk menilai sukses atau
gagalnya audit. Overall materiality tidak diubah akibat temuan audit dan
perubahan dalam risiko yang dinilai.

- Overall performance materiality


Ditetapkan lebih rendah dari overall materiality. Performance materiality
memungkinkan auditor menanggapi penilian risio tertentu tanpa mengubah overall
materiality dan menurunkan ketingkat rendah yang tepat, probabilitas salah saji
yang tidak dikoreksi dan salah saji yang tidak terdeteksi secara agregat melampui
overall materiality. Performance materiality ini perlu diubah berdasarkan temuan
audit.

- Specific Materiality
Terjadi ketika salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak akan mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Contoh, pengeluaran
tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi dll)

- Specific Performance Materiality


Ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality, untuk memastikan
pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ke tingkat rendah
yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi
melebihi specific materiality.

2. Jawab:
a. Proses penilaian resiko
b. Komponen resiko audit

- Risiko Bawaan (Inherent Risk)


Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material
dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait. Risiko bawaan selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol.
Risiko bawaan tidak dapat diubah oleh penerapan prosedur audit yang paling
baik sekalipun.
Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi
keberadaan dan keterjadia kas mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi
daripada aktiva tetap. Hal ini disebabkan uang tunai merupakan suatu aset
yang sangat rawan terhadap manipulasi, dan semua orang berminat terhadap
uang. Sedangkan aktiva tetap lebih terlihat jelas keberadaannya. Risiko
bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan
keseluruhan untuk banyak akun.

- Risiko Pengendalian (Control Risk)


Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi maupun dicegah secara tepat
pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian intern
entitas. Risiko pengendalian tidak pernah mencapai angka nol karena
pengendalian intern tidak akan dapat menghasilkan keyakinan penuh bahwa
semua salah saji material akan dapat dideteksi maupun dicegah.
Risiko pengendalian merupakan fungsi dari efektivitas struktur pengendalian
intern. Semakin efektif struktur pengendalian intern entitas klien, semakin
kecil risiko pengendaliannya. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas
kecukupan bukti audit yang menyatakan bahwa struktur pengendalian intern
klien adalah efektif.

- Risiko Deteksi (Detection Risk)


Risiko deteksi merupakan risiko ketika auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas
penetapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan, dan risiko
pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi,
sedangkan semakin besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian, semakin
kecil risiko deteksi.
Risiko deteksi merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh auditor. Hal ini
disebabkan oleh risiko deteksi yang merupakan fungsi dari efektivitas
prosedur dan penerapannya oleh auditor dengan cara melakukan perencanaan
yang memadai, supervisi atau pengawasan yang tepat, dan penerapan prosedur
audit yang efektif, serta penerapan standar pengendalian mutu.

Anda mungkin juga menyukai