CAIRAN SENDI
Disusun untuk memenuhi mata kuliah yang dibimbing oleh
Ibu Chalies Diah Pratiwi, S.ST, M.Kes
Disusun oleh :
1. Dewi Hardiana Septiani (B1R18002)
2. Fitrah Lutfia Maharani (B1R18009)
3. Marita Ningsih (B1R18016)
4. Niluh Putri Ayu Sally Wiastama (B1R18021)
5. Wenika Manda Safi’i (B1R18027)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga karya tulis yang
berjudul Makalah Kimia Klinik II Cairan Sendi ini dapat diselesaikan sesuai
rencana.
Karya tulis sederhana ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Kimia Klinik II yang dibimbing oleh Ibu Chalies Diah Pratiwi, S.ST,
M.Kes.Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari
berbagai pihak. Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca akan penulis terima
dengan lapang hati sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi penulis agar
kelak penulis dapat membuat dengan lebih baik lagi.
Semoga karya tulis yang berjudul Makalah Kimia Klinik Ii Cairan Sendi
memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pembaca pada
khususnya serta dapat membantu meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita
dalam membangun bangsa Indonesia tercinta ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
ABSTRAK.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................ 1
1.3. Tujuan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
2.5.1 Makroskopis.......................................................... 6
2.5.2 Mikroskopis........................................................... 9
2.5.3 Kimia..................................................................... 13
2.5.4 Radiologi................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Sendi
2. Mengetahui Pengertian dari Cairan Sendi
3. Mengetahui Patofisiologi dari Cairan Sendi
4. Mengetahui Cara Pengambilan Cairan Sendi
5. Mengetahui Pemeriksaan dari Cairan Sendi
6. Mengetahui Abnormalitas atau Gangguan Sendi
iv
BAB II
PEMBAHASAN
v
Cairan sinovial mempunyai fungsi sebagai sumber nutrisi bagi
rawan sendi.
2.2 Pengertian Cairan Sendi
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang
dihasilkan dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam
hialuronat. Asam hialuronat ini menyebabkan cairan sendi bersifat
kental sehingga cairan sendi dapat berfungsi sebagai pelumas.
Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan
sehingga tidak terjadi gesekan dalam pergerakan sendi.
2.3 Patofisiologi Cairan Sendi
Inflamasi mula – mula mengenai sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi seluler.Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, teutama pada sendi
articular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulas
membentuk panus, atau penutup yang menutupi kartilago. Panus
masuk ketulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi artilago
artikuler.Kartilag menjadi nekrosis.Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau disiokasi dari persendian.
2.4 Pengambilan Cairan Sendi
Pre Analitik
1. Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi besar, 23/25 untuk sendi
kecil).
2. Digunakan sarung tangan steril.
vi
4. Kapas alkohol dan betadine.
Analitik
vii
Bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk
menampung cairan sendi harus steril
viii
3. Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.
Pasca Analitik
Interpretasi :
Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis
rematoid ringan.
Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena
bertambahnya lekosit.
Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik,
pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.
Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut.
Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis
vilonodularis hemoragik. Bila darah terjadi karena trauma pada
waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila
aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka
warna merah akan menetap.
Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama
(Gandasoebrata,2006).
3. Bekuan
Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak berisi
fibrinogen. Proses peradangan dapat menyebabkan
menyusupnya fibrinogen ke dalam cairan sendi. Kalau ada
bekuan laporkanlah besarnya bekuan itu, semakin besar bekuan
itu, maka semakin berat proses inflamasi
Prosedur Pemeriksaan Makroskopis Bekuan
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
1. Sampel dimasukan kedalam tabung steril
ix
2. Dibiarkan sampel selama 1 jam
3. Dilihat ada tidaknya bekuan.
4. Nilai rujukan : tidak membeku.
Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan + : ada proses peradangan (Gandasoebrata,2006).
4. Viskositas
Cairan sendi mempunyai nilai viskositas tertentu, beberapa
keadaan patologis dapat mengurangi viskositas sehingga cairan
itu seolah-olah menjadi encer.Untuk menguji viskositas isaplah
cairan sendi kedalam semprit 2 ml, kemudian biarkan cairan itu
mengalir keluar dari semprit (tanpa jarum) dan perhatikan
panjangnya benang lendir yang dapat dibentuk sampai saat
cairan itu jatuh. Dalam keadaan normal panjangnya paling
sedikit 5 cm. Makin pendek benang itu, maka makin abnormal,
kadang-kadang viskositas itu rendah sekali sehingga
menetesnya seperti air saja.
Prosedur Pemeriksaan Makroskopis Viskositas
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan
viskositas cairan.
Alat : spuit atau semprit tanpa jarum.
Analitik
Cara kerja :
1. Dihisap sampel ke dalam spuit atau semprit tanpa jarum.
2. Diteteskan sampel ke luar dari spuit tersebut.
3. Diukur panjang tetesan. Atau diambil sampel dengan jari
telunjuk, direntangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.
4. Hitung panjang rentangan.
x
5. Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut
viskositas tinggi.
Pasca analitik
Interpretasi :
non inflamatorik ® Viskositas tinggi.
Viskositas menurun (< inflamatorik akut dan septik) hemoragik
®Viskositas bervariasi (Gandasoebrata,2006).
b. Mikroskopis
1. Menghitung jumlah sel
Memakai larutan NaCl 0,85 % untuk menghitung jumlah sel dan
kamar hitung Fuchs-Rosenthal.Dalam keadaan normal jumlah sel
dalam cairan sendi kurang dari 200 per µl. Pertambahan cairan sendi
oleh causa bukan radang dapat meningkatkan jumlah itu sampai 2.000
per µl, sedangkan adanya radang mendorong angka itu sampai lebih
dari 2.000 per µl.
Jumlah lekosit
Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada sendi dapat
membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan
infectious arthrtis.
Prosedur Pemeriksaan Mikroskopis Menghitung Jumlah Sel
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru dalam
NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk dipipet,
maka sampel harus diencerkan dengan buffer hialuronidase.
Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka digunakan
HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini dapat melisiskan
eritrosit.
xi
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam kamar
hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan faktor
pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
Analitik
Cara kerja :
1. Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
2. Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa
menit agar isi pipet bercampur baik.
3. Kemudian dibuang 4 – 5 tetes isi pipet.
4. Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
5. Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
6. Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit
dengan menggunakan perbesaran lensa objektif 10 x dan hasilnya
dikali 50 (pengenceran).
7. Nilai rujukan: jumlah lekosit < 200/mm3.
Pasca analitik
Interpretasi :
1. Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik
(penyakit degeneratif).
2. Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 menandakan
inflamatorik akut.
Artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3, rata-rata
13.500/mm3.
Faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3, rata-rata
17.800/mm3
Artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, rata-rata
15.500/mm3.
Septik (infeksi) : jumlah lekosit 20.000-200.000/mm3
Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3, rata-rata
23.500/mm3.
Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3, rata-rata
14.000/mm3.
xii
Atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3, rata-rata
65.400/mm3.
Hemoragik : jumlah lekosit 200-10.000/mm3
2. Menghitung jenis sel
Dilakukan dengan cara membuat sediaan apus yang dipulas Giemsa
atau Wright. Dalam keadaan normal leukosit berinti segment kurang
dari 25% dari semua jenis sel yang ada dalam cairan sendi.Semakin
tinggi angka itu, maka semakin akut keadaan patologis.
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan inflammatory
arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Prosedur Pemeriksaan Mikroskopis Menghitung Jenis Sel
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen
cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass kemudian
diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
1. Diambil cairan sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian
dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu
dibilas dengan air mengalir.
4. Diteteskan sediaan apusan dengan larutan May Grunwald ± 1
– 2 menit.
5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama 3
menit.
xiii
6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan
dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci dengan
air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
x menggunakan oil emersi.
8. Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik®25%
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
Faktor rematoid : jumlah netrofil 8 – 89%, rata-rata 46%.
Artritis rematoid : jumlah netrofil 5 – 96%, rata-rata 65%.
Artritis tuberkulosa : jumlah netrofil 29 – 96%, rata-rata
67%.
Artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
Artritis septik : jumlah netrofil 75 – 100%, rata-rata 95%.
Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50 o:p="">
(Gandasoebrata,2006).
3. Kristal-kristal
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.
Analitik
Cara kerja :
1. Diteteskan satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah
disentrifus diatas objek glass dan ditutup dengan cover
glass.
2. Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
3. Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
Pasca analitik
xiv
Interpretasi :
Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis
gout.
Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan
pada kondro-kalsinosis (pseudogout).
Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific
periarthritis dan tendenitis.
Kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.
C. Kimia
1. Test Bekuan Mucin
Test ini menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi.Mucin
adalah satu komplex yang tersusun dari asam hialuronat dan protein,
mucin membeku oleh pengarah asam acetat. Dalam keadaan normal
dan pada proses non-radang :
Mucin “berkualitas baik” : terlihat satu bekuan kenyal dalam
cairan jernih.
Mucin “berkualitas sedang” : menyusun bekuan yang kurang
kuat,bekuan itu tidak mempunyai batas-batas tegas dalam
cairan jernih.
Mucin “berkualitas buruk” : seperti pada proses-proses radang
oleh infeksi, bekuan yang terjadi itu berkeping-keping dalam
cairan keruh.
Prosedur Pemeriksaan Kimia Tes Bekuan Mucin
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan
protein.
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi
2. Pengaduk
3. Aquades
xv
4. Asam asetat glacial
5. Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :
1. Kedalam 1 tabung reaksi dimasukan 4mL aquadest.
2. Dimasukan sebanyak 1 mL cairan sendi.
3. Diteteskan 1 tetes larutan asam asetat 7 N.
4. Diaduk kuat-kuat dengan batang pengaduk.
5. Kemudian diperiksa hasil reaksi segera setelah diaduk dan setelah
2 jam.
Nilai rujukan
Terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih ® Mucin baik :
normal.
Pasca analitik
Interpretasi :
Mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak
mempunyai batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya pada
RA.
Mucin buruk : jika bekuan yang terjadi berkeping-keping
dalam cairan keruh, misalnya karena infeksi.
2. Test Glukosa
Prosedur Pemeriksaan Kimia Tes Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : Pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum
pengambilan sampel.
Persiapan sampel : Tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus
terlebih dahulu.
Analitik
Cara Kerja:
Tes Glukosa menggunakan alat Cobas Mira
1. Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro
xvi
2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor
pemeriksaan
3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein,
glukosa, LDH)
4. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
6. Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa cairan
sendi adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg
Kelompok inflamatorik :
Arthritis gout akut ® perbedaannya 0 – 41 mg%, rata-rata
12 mg%.
Faktor rematoid ® perbedaannya 6 mg%.
Artritis rematoid ® perbedaannya 0 – 88 mg%, rata-rata 31
mg%.
Kelompok septik :
Artritis tuberkulosa ® perbedaannya 0 – 108 mg%, rata-
rata 57 mg%.
Artritis gonore ® perbedaannya 0 – 97 mg%, rata-rata 26
mg%.
Artritis septik ® perbedaannya 40 – 122 mg%, rata-rata
71 mg%.
Kelompok hemoragik ® perbedaannya < 25 mg%
3. Test Laktat dehidrogenase (LDH)
Prosedur Pemeriksaan Kimia Tes Bekuan Mucin
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus.
Analitik
xvii
Tes Laktat dehidrogenase (LDH) menggunakan alat Cobas Mira
1. Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro.
2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor
pemeriksaan.
3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein,
glukosa, LDH).
4. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.
5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
6. Hasil tes akan keluar pada print out.
Nilai rujukan : 100-190 U/L
Pasca analitik
Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena
infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generative (Kadir. A,
2012).
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sebagai pemeriksaan penunjang dibutuhkan
untuk melihat struktur yang dicurigai mengalami kelainan.
Pemeriksaan rontgen merupakan modalitas utama (sekitar 60-70%
kelainan muskuloskeletal dapat ditegakkan diagnosis). Berikut
penjelasan dari temuan radiologik yang meliputi penyakit pada sendi:
1. Celah sendi
2. Osteofit
xviii
Osteofit merupakan penulangan baru akibat kompensasi denerasi
tulang rawan. Karena penulangan ini di luar ‘kebiasaan’, hasil dari
penulangan ini menjadi tidak teratur, osteofit ini bisa menyebabkan
nyeri jika tumbuh dan berinteraksi dengan tulang lain dalam
bergerak.
3. Sclerosis subchondral
Subchondral merupakan lapisan yang berada di bawah tulang
rawan.Karena aliran darah yang meningkat menyebabkan penebalan
lapisan ini dan bisa membentuk kista subchondral dan meningkatkan
tekanan pada tulang dan menyebabkan nyeri.
2.6 Abnormalitas Cairan Sendi
1. Ankiliosis yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan karena
seolah-olah kedua tulang menyatu.
2. Dislokasi yaitu sendi bergeser dari kedudukan semula.
3. Terkilir atau keseleo yaitu tertariknya ligamen akibat gerak yang
mendadak.
4. Artritis yaitu peradangan pada satu atau beberapa sendi dan
kadang-kadang posisi tulang mengalami perubahan. Artritis
dibedakan menjadi
5. Gout artritis yaitu gangguan persendian akibat kegagalan
metabolisme asam urat. Asam urat yang tinggi dalam darah
diangkut dan ditimbun dalam sendi yang kecil, biasanya pada jari-
jari tangan. Akibatnya ujung-ujung ruas jari tangan membesar.
6. Osteoartriris yaitu suatu penyakit kemunduran, sendi tulang rawan
menipis dan mengalami degenarisi. Biasa terjadi karena usia tua.
7. Reumathoid yaitu suatu penyakit kronis yang terjadi pada jaringan
penghubung sendi. Sendi membengkak dan terjadi kekejangan
pada otot penggeraknya.
xix
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan
dari ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat.Asam hialuronat ini
menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat
berfungsi sebagai pelumas. Prosedur yang digunakan untuk pengambilan
sampel adalah Arthrocentesis. Arthrocentesis merupakan prosedur klinis
menggunakan jarum suntik untuk mengumpulkan cairan sinovial dari kapsul
sendi.
Pemeriksaan Cairan Sendi terdiri dari Pemeriksaan Makroskopis, Pemeriksaan
Mikroskopis, Pemeriksaan Kimia dan Pemeriksaan Radiologi.
3.2. SARAN
xx
xxi
DAFTAR PUSTAKA
xxii